Anda di halaman 1dari 8

1.

Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)


Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu
konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk  mengorganisasi sendiri 
cara belajarnya dalam menemukan konsep. Dalam mengaplikasikan metode
Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan.

prosedur pengaplikasian model pembelajaran ini.

1. Stimulation

Guru akan menjelaskan inti dari materi yang disampikan melalui contoh kasus. Yaitu,
akan membuat para siswa merasa bingung sehingga akan mendorong mereka untuk
mencari tahu atau menyelidikinya sendiri untuk dapat memahami materi.

Untuk membantu para siswa agar dapat lebih mudah memahami materi. Kemudian
guru akan memberikan beberapa pertanyaan serta beberapa buku yang akan menjadi
panduan bagi para siswa. Hal ini untuk mempermudah dalam mencari jalan keluar atau
solusi dari masalah tersebut.

Problem Statement

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada para siswa. Guru mendorong para
siswa untuk dapat mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Dengan cara
melakukan identifikasi dan membuat hipotesis atau jawaban sementara untuk
pertanyaan tersebut.

Problem statement akan mendorong para siswa untuk melakukan proses


mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan. Bertujuan untuk dapat menemukan
jalan keluar yang tepat. Tujuan dari problem statement adalah untuk melatih para
siswa agar terbiasa pada saat menghadapi sebuah masalah. Sehingga dapat
menemukan solusi atau jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.

3. Data Collection

Siswa harus mengumpulkan berbagai macam informasi yang di dapatkan dengan cara
membaca dan memahami literature, mengamati objek, wawancara dengan beberapa
narasumber. Melakukan uji coba yang nantinya data tersebut akan menentukan benar
tidaknya hipotesis yang dibuat.
Untuk dapat membuktikan bahwa hipotesis yang dibuatnya benar, maka para siswa
secara aktif akan berusaha untuk menemukan segala sesuatu yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapinya. Untuk dapat mencari jalan keluar, siswa akan
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Data Processing

Semua data yang didapatkan dari berbagai macam sumber akan di olah dengan cara
melakukan klasifikasi atau pengelompokan. Dilakukan perhitungan dengan
menggunakan cara tertentu, sehingga data akan menjadi sebuah informasi yang
mudah dipahami oleh orang lain.

Data processing juga disebut sebagai tahap pengkodean atau kategorisasi. Yang
nantinya ini akan membentuk suatu konsep yang membuat para siswa memiliki
pengetahuan baru, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif jawaban atau jalan
keluar dari masalah yang dihadapinya. Namun sebelum benar-benar digunakan, data
processing perlu dilakukan pembuktian secara logis untuk menentuk layak tidaknya
untuk dijadikan jalan keluar.

5. Verification

Data yang telah di kategorisasikan selanjutnya akan melalui proses pembuktian untuk
menentukan benar atau tidaknya hipotesis. Selanjutnya, dibuat dengan apa yang yang
ditemukan dimana. Kemudian akan kembali dihubungkan dengan data processing.

Verification bertujuan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan


menyenangkan. Dimana guru akan memberikan kesempatan untuk para murid dalam
menemukan konsep, teori, aturan serta pemahaman. Ini akan didapat melalui contoh
kasus yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

6. Generalization

Hasil yang diperoleh dalam verifikasi akan dijadikan sebagai prinsip dasar dari
generalisasi. Dimana generalisasi disebut sebagai tahap akhir untuk menarik
kesimpulan yang dijadikan sebagai prinsip utama. Sehingga, dapat digunakan disemua
kejadian yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasinya terlebih dahulu.
Metode pembelajaran discovery learning akan membuat siswa berperan lebih aktif
pada saat mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, metode pembelajaran discovery
learning juga akan melatih kemampuan para siswa untuk memecahkan suatu
permasalahan

Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing (discovery learning)


adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusaannya harus jelas dan hilangkan pernyataan yang multi tafsir
2. Berdasarkan data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan
menganlisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang
diperlukan saja bimbingan lebih mengarah kepada langkah yang hendak dituju, melalui
pertanyaan-pertanyaan.
3. Siswa menyusun prakiraan dari hasil analisis yang dilakukannya
4. Bila dipandang perlu, prakiraan yang telah dibuat siswa tersebut hendaknya diperiksa oleh
guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga
akan menuju arah yang hendak dicapai.
5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran prakiraan tersebut, maka verbalisasi
prakiraan sebaiknya disrahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu
perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran prakiraan.
6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan
atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran


yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan
pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58)
bahwa.Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya
(prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.

Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan


pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri 

Tabel Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah

Fase Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru

1 Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan


pembelajaran, menjelaskan
logistikyang diperlukan,
pengajuan masalah,
memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan
masalah masalah yang dipilihnya.

Guru membantu siswa


mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas
2 Mengorganisasikan siswa belajar yang berhubungan
untuk belajar dengan masalah tersebut.

Guru mendorong siswa


untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
Membimbing melaksanakan eksperimen,
3 penyelidikan individual untuk mendapat penjelasan
maupun kelompok pemecahan masalah.

Guru membantu siswa


dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
video, model dan
membantu mereka untuk
4 Mengembangkan dan berbagai tugas dengan
menyajikan hasil karya kelompoknya.

Guru membantu siswa


melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap
Menganalisa dan penyelidikan mereka dalam
5 mengevaluasi proses proses-proses yang mereka
pemecahan masalah gunakan.

3. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik


mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik
melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan
RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung
tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan
mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses
pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau
yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD
yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara
bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk
mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan
dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.

Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

1. mengamati;
2. menanya;
3. mengumpulkan informasi;
4. mengasosiasi; dan
5. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok  tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar


dan Maknanya.

LANGKAH KOMPETENSI YANG


PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR DIKEMBANGKAN

Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,


menyimak, melihat (tanpa atau ketelitian, mencari
Mengamati dengan alat) informasi

Mengajukan pertanyaan tentang


informasi yang tidak dipahami
dari apa yang diamati atau Mengembangkan
pertanyaan untuk mendapatkan kreativitas, rasa ingin tahu,
informasi tambahan tentang apa kemampuan merumuskan
yang diamati pertanyaan untuk
(dimulai dari pertanyaan faktual membentuk pikiran  kritis
sampai ke pertanyaan yang yang perlu untuk hidup
bersifat hipotetik) cerdas dan belajar
Menanya sepanjang hayat

Mengumpulkan –                melakukan Mengembangkan sikap


informasi/ eksperimen eksperimen teliti, jujur,sopan,
menghargai pendapat orang
  –                membaca sumber lain, kemampuan
lain selain buku teks
berkomunikasi,
menerapkan kemampuan
–                mengamati objek/ mengumpulkan informasi
kejadian/ melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan
LANGKAH KOMPETENSI YANG
PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR DIKEMBANGKAN

–                aktivitas

–                wawancara dengan


nara sumber
belajar sepanjang hayat.

–                mengolah informasi


yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen mau
pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.

–                Pengolahan
informasi yang dikumpulkan Mengembangkan sikap
dari  yang bersifat menambah jujur, teliti, disiplin,  taat
keluasan dan kedalaman sampai
Mengasosiasikan/ aturan, kerja keras,
kepada pengolahan informasi
kemampuan menerapkan
yang bersifat mencari solusi dari
mengolah informasi prosedur dan kemampuan
berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai berpikir induktif serta
  kepada yang bertentangan deduktif dalam
menyimpulkan .

Mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan
Menyampaikan hasil pendapat dengan singkat
pengamatan, kesimpulan dan jelas, dan
Mengkomunikasikan berdasarkan hasil analisis secara mengembangkan
  lisan, tertulis, atau media kemampuan berbahasa
lainnya yang baik dan benar

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain:

1. Untuk menuntaskan materi belajar, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan heterogen
3. Jika dalam kelas terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka
diupayakan agar tiap kelompok berbaur
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan
Tujuan :

1. Hasil Belajar Akademik


Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik

1. Penerimaan terhadap keragaman


Siswa dapat menerima teman-temannya yang beraneka latar belakang..

c.  Pengembangan ketrampilan sosial

Sintaks  kegiatan pembelajaran kooperatif

Fase Indikator Kegiatan Guru

Menyampaikan tujuan
pelajaran yang ingin
1 Menyampaikan tujuan dan dicapai dan memotivasi
memotivasi siswa siswa belajar

Menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
2 demonstrasi atau  lewat
Menyajikan informasi bahan bacaan

Menjelaskan kepada siswa


bagaimana cara-nya
membentuk kelompok dan
Mengorganisasikan siswa membantru kelompok agar
3 ke dalam ke-lompok- melakukan transisi scr
kelompok belajar efisien

Membimbing kelompok-
kelompok belajat pa da
4 Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan
bekerja dan belajar tugas

Mengevaluasi hasil belajar


tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-
masing ke-lompok
5 mempresentasekan hasil
Evaluasi kerjanya

Mecari cara untuk


mengharga upaya atau ha
6 sil belajar individu
Memberikan penghargaan maupun kelompok
5. model CTL menurut para Ahli
Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam
CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. 

Langkah – langkah CTL / Sintaks CTL


Model CTL 1 :

Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis besar langkah-
langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah sebagai berikut.

1)        Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2)        Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

3)        Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4)        Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)

5)        Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6)        Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7)        Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Model CTL 2 :

1.        Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi – tujuan, pengarahan –


petunjuk, rambu-rambu, contoh);
2.        Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi);

3.        Learning community (seluruh siswa berpartisipati dalam belajar kelompok dan individual, otok
berpikir dan tangan bekerja, mengerjakan berbagai kegiatan dan percobaan);

4.        Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi, menemukan);

5.        Constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-


sintesis);

6.        Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut);

7.        Authentic assessment (penilaian selama proses dan seusai pembelajaran harus dilakukan
secara objektif dan dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang benar-benar
mewakili kompetensi siswa).

Anda mungkin juga menyukai