Anda di halaman 1dari 59

BIMTEK PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

KEBAKARAN KATEGORI KEAHLIAN


Kementerian Dalam Negeri, Jakarta 23 September 2021

OLEH : HENDI KURNIAWAN , ST., MM


KABID PENCEGAHAN – AK3 KEBAKARAN
DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN KAB. BANDUNG
HENDI KURNIAWAN, ST., MM
Hp/WA. 081809821113 Email : hendikur@yahoo.com

• Kepala Bidang Pencegahan Dinas Pemadam Kebakaran dan


Penyelamatan Kabupaten Bandung
• Sejak CPNS Tahun 2005 – Sekarang, bertugas di Damkar
• Anggota Tim Komisi Teknis 13-04 BSN (menyusun dan mereview SNI
SNI tentang Damkar)
• Anggota Tim Komisi Teknis 91-09 Ditjen Cipta Karya KemenPUTR
(menyusun Perencanaan Sains Bangunan Gedung)
• Pengurus DPP APKARI (Dept. Regulasi dan Standarisasi)
• Sertifikasi Diklat Inspektur Tingkat I dan II Tahun 2006
• Sertifikasi Diklat Asessor Pemerintahan Umum Tahun 2012
• Sertifikasi Diklat Fire Safety Manager Tahun 2008
• Sertifikasi Ahli K3 Spesialis Kebakaran (kelas A) Kemenaker
1.Apa definisi K3, aktifitas K3?
2.Apa manfaat K3?
3.Siapa, bagaimana, jenis Diklat/bimtek K3?
4.Apa hubungannya K3 dengan Tusi Damkar?
5.Proteksi Kebakaran dalam perspektif K3?
Dll...dll...dll...dll...dll
Analis Kebakaran Di Dinas Damkar
1. Tugas Inspeksi kebakaran Bangunan
Rendah/menengah
1. Ahli Pertama 2. Tugas Penyuluhan/sosialisasi

1. Tugas Inspeksi Proteksi Kebakaran


2. Ahli Muda Bangunan Tinggi dan Industri
2. Tugas Pelatihan / Instruktur

1. Penyusunan RISPK (menyusun RISPK,


terlibat penyusunan perkada RISPK)

3. Ahli Madya 2. Penanganan B3 (identifikasi obyek B3,


penanganan kebakaran akibat B3,
pengawasan/monitoring keselamatan
petugas saat penanganan B3)
3. Pelaksanaan investigasi
Lambang dan Pengertian K3
Bentuk lambang berupa palang berwarna hijau
dengan roda bergerigi sebelas dengan warna dasar
putih

Arti (Makna) Tanda Palang


Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Arti (Makna) Roda Gigi


Filosofi (Mangkunegara) Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
Suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan Arti (Makna) Warna Putih
Bersih dan suci.
jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya
Arti (Makna) Warna Hijau
serta hasil karya dan budaya untuk Selamat, sehat dan sejahtera.
menuju masyarakat adil dan makmur.
Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda
Sebelas Bab Undang-Undang No 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan
Keilmuan Kerja.

Semua ilmu dan penerapannya untuk


mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja
• UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

• Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3


• Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat
kerja (PAK).

• Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang
atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang
tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio aktif.
Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970
Tujuan K3 tentang Keselamatan Kerja

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan


orang lain di tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman


dan efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Safety
Objective Zero
Accident
K3  Rambu Di Tempat Kerja

Tanda Larangan Tanda Bahaya Tanda Kewajiban

Tanda Sarana
Tanda Sarana Keselamatan, P3K
dan Evakuasi Tanda Sarana /
Darurat Fasilitas Umum
Kebakaran Darurat
K3  Label Kemasan Bahan Beracun Dan Berbahaya (B3)

Mudah Meledak Mudah Oksidator


Menyala/Terbakar

Korosif Beracun Mengganggu Pernafasan,


Pemicu Kamker

Contoh Label Kemasan B3

GHS (Globally Harmonized System) – UN (United Nations) Pemicu Iritasi Gas Bertekanan Pencemar
Lingkungan
K3  Label Transportasi Bahan Beracun Dan Berbahaya (B3)

Sumber : DOT (Department Of Transportation) Amerika


K3  Contoh Dokumentasi Penerapan 5R Di Tempat Kerja
K3  Izin Pekerjaan Bahaya/Resiko Tinggi

1. Izin kerja diperlukan untuk


pekerjaan non-rutin yang
mengandung bahaya/resiko tinggi
di tempat kerja.
2. Izin kerja bertujuan untuk Pekerjaan :
memastikan bahwa semua
1. Panas (pengelasan, gerinda).
kegiatan/kondisi/lokasi aman untuk
dilangsungkannya pekerjaan 2. Ketinggian (konstruksi/perbaikan
berbahaya/resiko tinggi. di ketinggian di atas 2 meter).

3. Pengurusan izin kerja 3. Listrik (arus besar).


dilaksanakan oleh tenaga kerja 4. Galian.
bersangkutan dengan petugas K3
5. Penggunaan Alat Berat.
Perusahaan.
6. Perbaikan Tangki.
7. Peraikan Perpipaan.
8. Ruang Terbatas.
K3  Alat Pelindung Diri (APD)

Kelengkapan
wajib yang
digunakan saat
bekerja sesuai
dengan bahaya Pelindung Kepala Pelindung Mata dan Muka Pelindung Pendengaran
dan resiko kerja
untuk menjaga
keselamatan
tenaga kerja itu Pelindung Pernafasan Pelindung Tangan Pelindung Kaki

sendiri maupun
orang lain di
tempat kerja. Rompi Nyala

Pelindung Jatuh
Pelampung

Jas Hujan
Pelindung Tubuh
Sabuk Keselamatan
Istilah Insiden dalam K3
Pengertian
Kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana
cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan
(kematian) dapat terjadi (termasuk insiden ialah
keadaan darurat).
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja
Insiden yang menyebabkan cedera, penyakit akibat
kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Nearmiss (hampir celaka)


Insiden yang tidak menyebabkan cedera, penyakit
akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Nearmiss (hampir celaka)


Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Pengertian
Gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan dan atau diperparah
karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.

Faktor Penyebab
Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya) ; Biomekanik (Postur,
Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).

Pencegahan
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala. 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
2. Pelayanan Kesehatan. 4. Penyedian Sarana dan Prasarana.

Kesehatan Kerja Sumber : Joint ILO-WHO Committee 1995

Pengertian
Penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya dari kesehatan
fisik, mental dan sosial dari tenaga kerja pada semua pekerjaan, pencegahan
gangguan kesehatan pada tenaga kerja yang disebabkan oleh kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja dari resiko akibat faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja dalam suatu lingkungan kerja
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulannya
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaanya.
Kesehatan Kerja (Lanjutan)
Dasar Hukum
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 8.
2. Permenakertrans 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
3. Permenakertrans 1/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja.
4. Permenakertrans 3/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
5. Kepmenaker 333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit
Akibat Kerja.
6. Kepmenaker 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
Tempat Kerja.
7. Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
8. Permenaker 1/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
9. Surar Edaran Menakertrans 01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan
Ruang Tempat Makan.
10. Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan dalam Tempat Kerja.
KELEMBAGAAN K3
PROFESI K3
• Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) • Ahli K3 Umum
• Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja • Ahli K3 Pesawat Uap dan Bejana
• Perusahaan Jasa K3 Tekan
• Dewan K3 Nasiomal (DK3N) • Ahli K3 Pesawat Angkat (Crane)
• Asosiasi Ahli Keselamatan dan • Ahli K3 Konstruksi
Kesehatan Kerja (A2K3) • Ahli K3 Kimia
• Asosiasi Ahli K3 Konstruksi (A2K4)
• Ahli K3 Penanggulangan
• Ikatan Ahli Keselamatan Kerja
Indonesia (IAKI)
Kebakaran
• Asosiasi Pelatihan Keselamatan dan • Ahli Radiografi
Kesehatan Kerja • Inspektur Las (WI)
• Asosiasi Perusahaan Inspeksi Teknik • Operator Pesawat
Indonesia (APITINDO) Uap/Crane/Forklift/Lift
• Lembaga Keselamatan dan Kesehatan • Petugas Kebakaran
Kerja Indonesia (LK3I) • Petugas K3 Kimia
• Himpunan Hygiene Perusahaan dan
• Auditor internal K3
Kesehatan Kerja (HIPERKASI)
• Ikatan Dokter Kesehatan Kerja
• Auditor eksternal K3
Indonesia (IDKI) • Ahli K3 Listrik
• Persatuan Dokter Okupasi Indonesia
(PERDOKI)
• Konsil Nasional K3 Indonesia (KNKI)
Kerugian cukup
besar... Habis..
PHK???

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DI TEMPAT KERJA
Obyek kebakaran
Di area / lokasi lainnya ...dll Di MODA TRANSPORTASI
Ada Kemenhub

Di HUTAN, LAHAN, KEBUN Di INDUSTRI/PABERIK


Ada Kementrian terkait  ada KEBAKARAN Ada Kemenaker  banyak
BKSDA, manggala agni, MPA regulasi teknis, dan ttg P2K3
dll

Di BANGUNAN GEDUNG
Di RUMAH SAKIT
Ada Kementrian PU  UU
Ada Kemenkes N0. 16/2016 ttg
BG, Permen PU dll dll
keselamatan dan kesehatan
kerja di Rmh sakit
PERATURAN/NORMA K3 KEBAKARAN
UNDANG UNDANG NO 1 TAHUN 1970
Pasal 3 ayat (1).
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat
keselamatan kerja untuk :
b. mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah, mengurangi bahaya peledakan;
d. memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian kejadian lain yang berbahaya;
g. pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu

Pasal 9 ayat (3).


Pengurus wajib menyelenggarakan pembinaan dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
yang BERHUBUNGAN DENGAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PENGENDALIAN

•PERMENAKER 12/2015 K3 LISTRIK DI TMPT KERJA


•PERMENAKER 02/89 Prot. Petir
ENERGI

•KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)


•PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
•PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)

•PERMENAKER 04/80 APAR


SARANA PROTEKSI

•PERMENAKER 02/83 ALARM


•INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997
KEBAKARAN

•Pedoman Fire Rating (NFPA 10)


•Pedoman Hydrant (NFPA 20 DAN 14 + SNI D3 – 1745 – 2000)
•Pedoman Springkler (NFPA 13)
•Standar Bangunan Indonesia (UU 28/2002, permen PU 26/2008 tt syarat
proteksi kebakaran + NFPA 101 life safety code) Proteksi pasif; SNI 03-1736_2000 ttg ttcr
perancangan sisitem prot pasif

• PERMENAKER 04/87 P2K3


MANAJEMEN

• PP 50/2012 Ttg Penerapan SMK3


• KEP. MENAKER no. KEP. 186/MEN/1999
K3

UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA


• INSTRUKSI MENTERI TENAGA KERJA NO. INS.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 PK
• SE Menaker 13 tahun 2015 ttg peningkatan pembinaan dan pengawasan K3 PK di
tempat kerja
STRUKTUR
PENANGGUNG JAWAB UMUM ORGANISASI K3
(PENGURUS/MANAJEMEN)

DEPARTEMEN K3/P2K3
(Ahli K3)

PENANGGUNG JAWAB (Klas A)


UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PETUGAS REGU
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN (C)
KOORDINATOR SUB UNIT (B)
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PETUGAS (D)
PERAN KEBAKARAN

Ref. Kepmennaker No 186/1999


Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

(Lini I)
PET. PERAN KEBAKARAN (KLAS D)
Tugas pokok sesuai jabatan utamanya

Merupakan tugas tambahan selain tugas pokoknya


Pada waktu jam kerja
• Mengindentifikasi & Melaporkan kondisi bahaya dan
keadaan sarana prot. kebakaran
• Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi
kebakaran dan memandu evakuasi orang & barang
• Koordinasi dgn instansi terkait
• Mengamankan lokasi kebakaran
• Bertanggung jawab di unit kerja tertentu.
Psl 7
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

(Lini II) Psl 8


ANGG. REGU PENANGGULANGAN. KEBAKARAN (KLAS C)

TUGAS POKOK :
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
(Diatur sistem shift)

Tugas :
1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau
semua aspek pencegahan kebakaran.
2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana proteksi
kebakaran agar selalu dalam keadaan siap pakai.
3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan
darurat kebakaran untuk pemadaman dan penyelamatan
4. Memberikan pertolongan pertama pada korban kec/keb
5. Mengarahkan evakuasi orang/barang
6. Mengkoordinasikan seluruh petugas peran kebakaran
Ref. Kepmennaker No 186/1999

URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN

KLAS B :
KOORDINATOR SUB UNIT PEN. KEBAKARAN
Tanggung jawab di unit kerja tertentu

Tugas :
 Mengkoordinasikan program penanggulangan kebakaran
(inspeksi & latihan)
• Memimpin operasi penanggulangan kebakaran
• Menyusun program kerja & kegiatan ttg pen.kebakaran
• Mengusulkan anggaran, sarana & fasilitas PK kepada
manajemen
Psl 9
Ref. Kepmennaker No 186/1999

URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
KLAS A :
PENANGGUNG JAWAB TEKNIK
PEN. KEBAKARAN
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja

Tugas :
• Menyusun, melaksanakan dan evaluasi program kerja
pengendalian kebakaran
• Melakukan audit internal dan pengawasan langsung
• Mempertanggung jawabkan pelaksanaan syarat K3 PK
• Memerintahkan, menghentikan & menolak pelaksanaan
pekerjaan yg dp menimbulkan kebakaran/peledakan
• Meminta keterangan/informasi mengenai pelaksanaan
syarat2x K3 kebakaran di tempat kerja.

Psl 10
PEDOMAN KERJA
ANGGOTA REGU PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Dalam menjalankan tugas operasionalnya harus


berlandaskan pada :
1. Peraturan perundangan yang berlaku;
2. Standar dan pedoman yang berlaku;
3. SOP yang telah ditetapkan
JENIS KOMPETENSI AHLI K3 KEBAKARAN KELAS C, B
JENIS KOMPETENSI AHLI K3 KEBAKARAN KELAS A
Pasal 2
1. Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di
tempat kerja.
2. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
di tempat kerja , sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari
50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Pasal 6

1. Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dlam pasal 5 huruf a,


sekurang-kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25
(dua puluh lima) orang.
2. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 hurf b dan huruf d,
ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan
dan sedang I yang mempekerjakan tenga kerja 300 (tiga ratus) orang,
atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
sedang II, sedang III dan berat.
3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud
pasal 5 juruf c.ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan ndan
sedang I, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah
tenaga kerja 100 (seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan
sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk
setiap unit kerja.
Ruang Lingkup K3
Penanggulangan Kebakaran

Pencegahan Tanggap
Kebakaran Darurat
Pemulihan
Identifikasi

FENOMENA KEBAKARAN

Fully

Flash over
Development

Growth
Fire
4
5

3 Decay
Incipient 6
PADAMKAN !
CEPAT
2
TEPAT
1 AMAN
7
0

Ignition

34
Fenomena kebakaran
Tahapan api
INTENSITAS

Flashover

3 - 10 menit
Puncak temperatur api
kebakaran
(600-1000 o C)

waktu

Penyalaan Sumber Energy yang tidak terkendali MOVIE NFPA


INSTRUKSI MENTERI TENAGA KERJA NO.
INS.11/M/BW/1997 :
Proteksi kebakaran pasif
adalah suatu teknik desain tempat kerja untuk
membatasi atau menghambat penyebaran api, panas dan gas baik secara
vertikal maupun horizontal dengan mengatur jarak antara bangunan,
memasang dinding pembatas yang tahan api, menutup setiap bukaan dengan
media yang tahan api atau dengan mekanisme tertentu

Proteksi kebakaran aktif


adalah penerapan suatu desain sistem atau instalasi deteksi, alarm
dan pemadan kebakaran pada suatu bagunan tempat kerja yang
sesuai dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut
mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran
 MEANS OF ESCAPE (JALUR EVAKUASI)
AKTIF PASSIF

 KOMPARTEMEN
 SMOKE CONTROL (PENGENDALI ASAP)
 FIRE DAMPER (BAHAN TAHAN API)
 FIRE RETARDANT (PELAPISAN BAHAN TAHAN API)

 DETEKSI /DETEKTOR (panas, asap, nyala, gas)

 ALARM (AUDIBEL, VISIBEL)


 APAR
 SPRINKLER
 HYDRANT
SISTEM PROTEKSI PASIF
CONTOH PETUNJUK ARAH JALUR EVAKUASI…

MEANS OF ESCAPE
(JALUR EVAKUASI)

DAPAT DILIHAT PADA RUANGAN GELAP… (SPOTLIGHT)


KOMPARTEMENISASI
Pengendalian
Asap

SMOKE DAMPER

Ducting AC
SISTEM PROTEKSI AKTIF

APAR ALARM SPRINKLER HYDRANT


INSTALASI ALARM
TANDA BAHAYA KEBAKARAN
TUJUAN
PEMASANGAN INSTALASI ALARM KEBAKARAN
OTOMATIK BERTUJUAN UNTUK MENDETEKSI
KEBAKARAN SEAWAL MUNGKIN, SEHINGGA

+ TINDAKAN PENGAMANAN YANG DIPERLUKAN


DAPAT SEGERA DILAKUKAN.

Tindakan dalam keadaan Emergency Kebakaran


harus sudah berhasil diatasi.
sebelum 10 menit sejak penyalaan
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. PER-02/MEN/1983
TENTANG
INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK

Ruang lingkup
- Perencanaan
- Pemasangan,
- Pemeriksaan
- Pengujian
- Pemeliharaan
DETEKTOR
AUDIBLE ALARM

INPUT
Nyala

Panas VISIBLE ALARM

Asap

OUTPUT

ANN
HYDRANT
MCFA
MCFA (MAIN CONTROL FIRE ALARM)
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

•ULTRA VIOLET
Nyala
•INFRA RED

Panas •FIXED TEMPERATURE


•RATE OF RISE

Asap •IONIZATION
•OPTIC
Manual
•Push bottom
•Full down
•break glass
INSPEKSI MINGGUAN (58)

FIRE ALARM
Periksa control panel
-Indikator Suplai daya listrik, Harus stand by ON
-Apakah ada indikasi lain (Fault / Fire / Silence)

Lakukan test semua fasilitas indikator. (Simulasi)


Apabila terdapat kelainan harus segera dilaporkan dan
segera dilakukan langkah-langkah sebagaimana mestinya

Periksa Buku harian ,


Apakah ada catatan dalam buku harian.

Catat kondisi status sistem deteksi dan alarm dalam


buku harian
.
INSPEKSI BULANAN (59)

FIRE ALARM
Periksa control panel
-Indikator Suplai daya listrik, Harus stand by ON
-Apakah ada indikasi lain (Fault / Fire / Silence)

Lakukan test semua fasilitas indikator. (Simulasi)


Apabila terdapat kelainan harus segera dilaporkan dan
segera dilakukan langkah-langkah sebagaimana mestinya

Test status (Kondisi)


- Test detektor/Tombol manual
- Test open circuit
Kebersihan panel
Periksa Buku harian ,
Apakah ada catatan dalam buku harian.

Catat kondisi status sistem deteksi dan alarm dalam


buku harian
.
INSPEKSI TAHUNAN (60)  Disaksikan pengawas

FIRE ALARM
Periksa control panel
-Indikator Suplai daya listrik, Harus stand by ON
-Apakah ada indikasi lain (Fault / Fire / Silence)

Lakukan test semua fasilitas indikator. (Simulasi)


Apabila terdapat kelainan harus segera dilaporkan dan
segera dilakukan langkah-langkah sebagaimana mestinya

Test detektor/Tombol manual (20 % / kel)


Test open circuit, tiap zone
Kebersihan panel
Periksa Buku harian ,
Apakah ada catatan dalam buku harian.

Catat kondisi status sistem deteksi dan alarm dalam


buku harian
.
PEMELIHARAAN, PEMERIKSAAN, PENGUJIAN FIRE ALARM

HR MG BL TH

Panel indikator (stanby On) V - - V


Periksa status indikator V - - V
Test fungsi sistem pada panel - V - V
Membunyikan alarm - V - V
Periksa battery - V - V
Kebersihan panel - - V V
Test tombol manual - - V V
Test kondisi gangguan - - V V
Test fungsi sistem interconeksi - - - V
Test fungsi detektor (20% - - - V
PENGUJIAN
DETECTOR
Sekurang-kurangnya 20% titik detektor diuji
setiap tahun, sehingga selambat-lambatnya
dalam 5 tahun seluruh titik detektor telah
teruji.

Pasal 60 Permanaker No.02 tahun 1983


RESERVOAR (sistem persediaan air)
1 US GPM = 3.785 liter per menit
• Fire Pump = 500 gpm,
header Instalasi air bersih = laju air ; 1.893 lt/mnt
Converter: vol flow rate, weigh volume

• Kapasitas Minimal Pompa yang • Standar persediaan air untuk


digunakan = 500 GMP kebakaran gedung:
Fire • Instalasi tidak boleh ada
Pump PUMP Kelas I : 45 mnt
pembebanan lain
Kelas II : 60 mnt
Kelas III : 90 mnt

Jadi apabila menggunakan FP


500 gpm maka kebutuhan
persediaan air untuk gedung
kelas I selama 45 mnt adalah:
1.893 lt/mnt X 45 mnt

Water level
= 85.185 lt = 85,185 m3
Tinggi (t)

Kualitas air harus memenuhi standar untuk menghindari


kerusakan atau korosi pada pompa dan instalasi hydrant
Jadi kebutuhan air yang
tersedia pada reservoar:
Panjang (p) V= p x l x t
= 85,185 m3
ditambah air dari dasar lantai ke pipa
Sistem Pompa hydrant
Harus tersedia 1 (satu) set pompa sesuai kebutuhan
yang terdiri dari :

 1 (satu) buah pompa pacu (listrik)

 1 (satu) buah pompa utama (listrik)

 1 (satu) buah pompa cadangan (disel)

60
AUTOMATIC SPRINKLER SYSTEM
SPRINKLER POSITION
Ada 3 (tiga) posisi penempatan springkler, yaitu :

• Pendant (menghadap ke bawah)

• Upright (tegak)

• sidewall (sisi dinding)


53o C
141o C

68o C
182o C

79o C

201o C
260o C
93o C

SPRINKLER BULB COLOUR CODING


2. SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan
pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan
SNI YANG DIKAJI ULANG terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung
Ruang Lingkup:
Standar ini ditujukan untuk keselamatan jiwa dari bahaya
kebakaran dan keadaan darurat yang serupa. Standar ini
mencakup aspek : konstruksi, proteksi dan penghunian,
untuk meminimalkan bahaya kebakaran terhadap jiwa,
1. SNI 03-3989-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan termasuk asap, gas dan kepanikan. Standar ini menetapkan
sistem springkler otomatis untuk pencegahan bahaya kriteria minimal untuk perancangan fasilitas jalan keluar
kebakaran pada bangunan gedung yang aman.
Ruang Lingkup:
Standar ini mencakup persyaratan minimal instalasi Acuan:
pemadam kebakaran sistem springkler otomatis dengan NFPA 101 : Life Safety Code, 1997
instalasi pipa basah dengan sasaran penyediaan instalasi
pemadam kebakaran pada bangunan gedung bertingkat, Alternatif Referensi: NFPA 101, Life Safety Code, 2021 edition
bangunan industri dan bangunan lainnya sesuai dengan ICS:
klasifikasi sifat hunian. 13.220.20
3. SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan
Acuan: dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran
a. Fire Offices’ Committe (Foreign) ; Rules for Automatic pada bangunan rumah dan gedung
Sprinkler Installation, 1974. Ruang Lingkup:
b. NFPA 13 : Installation of Sprinkler Systems, 1994 Edition Standar ini dimaksudkan sebagai acuan yang diperlukan dalam
(sebagai pembanding) perencanaan jalan lingkungan dan akses ke bangunan gedung
Alternatif Referensi: NFPA 13, Standard for the Installation of sehingga penyelamatan dan operasi pemadaman kebakaran
Sprinkler Systems, 2022 Editions (Available on 29/10/2021) dapat dilakukan seefektif mungkin.
ICS:
13.220.10 Acuan:
Fire Safety Bureau ,Singapore Civil Defence Force ; Fire
Precautions in Buildings, 1997.

ICS:
13.220.20
4. SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan
5. SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya
pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk kebakaran pada bangunan rumah dan gedung
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Ruang Lingkup:
Ruang Lingkup: Standar ini mencakup persyaratan minimal untuk instalasi pipa
Standar ini mencakup persyaratan minimal, kinerja, lokasi, tegak dan sistem hidran /slang pada bangunan gedung. Standar
pemasangan, pengujian, dan pemeliharaan sistem deteksi dan ini tidak mencakup persyaratan untuk pemeriksaan berkala,
alarm kebakaran untuk memproteksi penghuni, bangunan, pengujian, dan pemeliharaan sistem pipa tegak.
ruangan, struktur, daerah, atau suatu obyek yang diproteksi Acuan:
sesuai dengan standar ini. a. NFPA 14, Standard for the Installation of Standpipe and
Acuan: Hose Systems, 1996.
NFPA - 72E, Standard on Automatic Fire Detector, 1987. b. Fire Safety Bureau, Singapore Civil Defence Force, “Fire
Precautions in Buildings 1997
Alternatif Referensi: NFPA 72, National Fire Alarm and Signaling Alternatif Referensi: NFPA 14, Standard for the Installation of
Code, 2022 Editions (Available on 10/29/2021) Standpipe and Hose Systems, 2019 Edition
ICS:
13.220.20
ICS:
13.220.20 6. SNI 03-6574-2001 Tata cara perancangan pencahayaan
darurat, tanda arah dan sistem peringatan bahaya pada
bangunan gedung
Ruang Lingkup:
Standar pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem
peringatan bahaya pada bangunan gedung ini dimaksudkan
sebagai standar minimal bagi semua pihak yang terlibat dalam
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan gedung.

Acuan:
NFPA 101, Life Safety Code, 1997.
Alternatif Referensi: NFPA 101, Life Safety Code, 2021 edition

ICS:
13.320
KESIMPULAN
1. Tujuan K3 di tempat kerja adalah salah satunya melindungi keselamatan ( terjadinya
kebakaran), sehingga urusan kebakaran menjadi salah satu bagan dari konsep K3.

2. Penerapan K3 penanggulangan kebakaran di tempat kerja meliputi aspek


sarana/proteksi kebakaran dan ketersediaan SDM K3. Hal ini sama dengan pola
penerapan yang dilakukan oleh institusi Dinas Pemadam Kebakaran.

3. K3 penanggulangan kebakaran diterapkan dalam fase Pra kebakaran, saat


kebakaran, pasca kebakaran dengan lokus adalah lingkungan tempat kerja.
Penanganan kebakaran oleh Dinas Damkar adalah pada lokus kewilayahan kabupaten
kota.

4. Ketersediaan tim K3 kebakaran yang sesuai kompetensi dan tugasnya akan dapat
membantu Dinas Damkar dalam pencapaian Respon time penanggulangan kebakaran
sebagaimana keberadaan REDKAR.

5. Ketersediaan sarana prasana proteksi kebakaran yang dipersyaratkan pada konsep


penerapan K3 harus selalu dilakukan aktifitas ITM (inspection, testing, maintenance)

6. Tugas tim K3 dalam fase pra kebakaran meliputi aktifitas ITM dapat BERSINERGI
dengan instansi terkait termasuk Dinas Damkar.
MOTTO :
TAKES
one minute to write a safety rule
one hour to hold a safety meeting
one week to plan a safety program
one month to print it in operating
one year to win a safety award
one life time to make a safe worker

SEMOGA BERMANFAAT BUT IT TAKES ONLY


ありがとう
Arigatou Gozaimashu
One second to destroy it all
Thank You I Terima Kasih I Haturnuhun I Matur Nuwun

Beacoup I Dank je I Danke I Gracias I xie xie

Syukron I Spasiba I Gamsahamnida I Merci I Matur Suksma


with an accident / fire

Anda mungkin juga menyukai