Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas STISIP Widyapuri Mandiri.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa lyang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat


kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat
kesalahan.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi kami umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih,
 
Sukabumi, 09 November 2021

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................
B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................
C. Ruang Lingkup .......................................................................................................
D. Metode Penulisan .................................................................................................
Bab II PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia.....................................................................................................
B. Eksistensi dan Martabat Manusia .........................................................................
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah ......................
Bab III PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah
membicarakan sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual.
Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara tentang
kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Di dalam Al – Quran
manusia disebut al insan, annas, kadang kala disebut bani adam. Oleh karena
itu, manusia dan berbagai hal di dalam dirinya sering menjadi perbincangan
di berbagai kalangan. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji
manusia, karya dan dampak karyanya terhadap diri sendiri serta lingkungan
tempat tinggalnya.
Agama islam sebagai agama yang paling baik, tidak pernah
menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang, selama manusia itu
mempergunakan akal pikirannya. Namun, jika manusia itu tidak
mempergunakan karunianya maka derajat manusia akan turun, bahkan jauh
lebih rendah dari seekor binatang. Sangat menariknya pembahasan tentang
manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas “Hakekat
Manusia” menurut pandangan Islam.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT ?

C. Tujuan Penulisan

iii
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran
manusia
3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A. PENGERTIAN HAKIKAT

Pengertian Hakikat Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau


sesuatu yang sebenar-benarnya. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti
dari segala sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti
dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri
mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia. Hakikat manusia adalah sebagai berikut :

 Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat


menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
 Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab
atas tingkah laku intelektual dan sosial.
 Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya.

iv
 Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
 Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang
lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
 Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama
dalam bidang sosial.

B. PENGERTIAN MANUSIA

Secara terminologis, ungkapan yang dipergunakan Al-Qur’an untuk


menunjukan konsep manusia dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu : a)
alinsan, al-ins, unas, al-nas, anasiy dan insiy; b) al-basyar; dan c) Banu Adam
dan zurriyat adam.
a) al-Insan Secara umum, kata Insan berarti manusia. Dalam al-Qur’an,
ungkapan Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i) 744 yang seakar
dengan kata al-Insan dipergunakan kurang lebih sebanyak 331 kali dengan
bentuk kata yang berbeda.
Secara morfologis, asal kata al - insan ini diperselisihkan. Segolongan
ahli bahasa Arab berpendapat, bahwa kata al-insan berasal dari kata
nasiyayansa yang berarti lupa. Alasan yang dipergunakan, karena bentuk
tashgir dari kata insan adalah unaisiyan yang dapat diartikan bahwa manusia
telah melupakan janjinya pada Tuhan. Hal ini bersandar pada perkataan Ibn
‘Abbas. Pendapat lain menyatakan bahwa asal kata al-insan adalah insiyan
yang berakar kata ins yang berarti sesuatu yang tampak dan jinak. Pendapat
ini menolak pendapat pertama dengan mengatakan huruf ya yang terdapat
dalam kata unaisiyan merupakan tambahan, seperti halnya huruf ya dalam

v
kata ruwaijil yang merupakan tasghir dari kata rajul. Pendapat lain
mengatakan bahwa asal kata insan adalah nasa-yanusu yang bermakna
‘bergoncang’.
Apabila pendapat tersebut dilihat berdasarkan relevansi makna
masingmasing kata tersebut (nasiya, ins dan nasa) dengan kata insan, maka
pendapat kedua dipandang lebih kuat. Sebab, akar kata ins sendiri yang
berarti sesuatu yang tampak dan jinak, makna ini relevan dengan sifat dan
fisik manusia. Makna pertama sesuatu yang tampak ditemukan konteksnya
ketika al-Qur’an sering menggunakan kata tersebut untuk menghadapkannya
dengan kata jin yang berarti makhluk halus atau tidak tampak. Misalnya
digunakan dalam Q.S. al-Zariyat ayat 56:

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka “
”menyembah-Ku
Sedangkan makna jinak relevan dengan makna kejiwaan seperti
keramahan, kesenangan dan pengetahuan. Hal ini terlihat dari kata kerja
yang terbentuk anisa-ya‟nisu, anusa-ya‟nusu, anasa-yanisu yang berarti
ramah, suka; kata anasa yu‟nisu yang berarti menjadi jinak, meraswa
sesuatu, melihat, mendengar dan mengetahui.
Jika dilihat dari bentuknya, kata insan berpola fi‟lan, pola tak
beraturan (suma‟iy) yang serarti dengan pola fa‟alan, pola yang beraturan
(qiyasy) dan mengandung konotasi intensitas. Apabila pengertian ini
dikaitkan dengan makna etimologinya, maka dapat dikatakan bahwa kata
insan mengandung konsep manusia sebagai makhluk yang memiliki

vi
keramahan dan kemampuan mengetahui yang sangat tinggi, atau dalam
ungkapan lain, manusia merupakan makhluk kultural dan sosial.
Konsep manusia sebagai makhluk kultural terlihat dalam pernyataan
al-Qur’an bahwa manusia dilengkapi dengan sarana pengetahuan berupa
pendengaran, penglihatan, dan budi sehingga mereka dapat memperoleh
pengetahuan meskipun dilahirkan dalam keadaan tidak tahu sama sekali
seperti dikemukakan dalam Q.S. an-Nahl : 78.

‫هّٰللا‬
َ ‫َو ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْي ۙٔـًٔا* َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َ ْب‬
‫صا َر َوااْل َ ْفٕـِِٕ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم‬
‫تَ ْش ُكرُوْ ن‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Sedangkan konsep manusia sebagai makhluk sosial ini dipertegas
dengan beberapa pernyataan al-Qur’an yang menegaskan tentang kejadian
manusia dalam berbagai suku dan bangsa dan dimaksudkan agar mereka
membentuk pergaulan hidup bersama (QS. al-Hujurat :13), saling membantu
dalam kebaikan (QS. al-Maidah : 2), dan penegasan al-Qur’an tentang
kebahagiaan manusia yang terkait dengan hubungan manusia dengan
sesamanya (QS. Ali Imran : 112). Ayat - ayat tersebut adalah:

‫ارفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخبِيْر‬


َ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕٕىِ َل لِتَ َع‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang

vii
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

َ‫ار ُك ْم فَتَ ْنقَلِبُوْ ا ٰخ ِس ِر ْين‬ ٰٓ ‫ ٰيقَوْ م ا ْد ُخلُوا ااْل َرْ ض ْالمقَ َّدسةَ الَّتي َكت هّٰللا‬Sh
ِ َ‫َب ُ لَ ُك ْم َواَل تَرْ تَ ُّدوْ ا عَلى اَ ْدب‬ َ ْ ِ َ ُ َ ِ

“… Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksaNya”.

ۗ ُ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ْال َم ْس َكنَة‬


ْ َ‫ُرب‬ ‫ت َعلَ ْيهم ال ِّذلَّةُ اَ ْينَ ما ثُقفُ ْٓوا ااَّل بح ْبل منَ هّٰللا وح ْبل منَ النَّاس وب ۤاءُوْ ب َغض ٍ هّٰللا‬ ْ َ‫ُرب‬
ِ ‫ب ِّمنَ ِ َوض‬ َ ِ ََ ِ ِّ ٍ َ َ ِ ِّ ٍ َ ِ ِ ِ َ ُِ ِ ‫ض‬
َ‫َصوْ ا َّو َكانُوْ ا يَ ْعتَ ُدوْ ن‬
َ ‫ك بِ َما ع‬ ٍّ ۗ ‫ت هّٰللا ِ َويَ ْقتُلُوْ نَ ااْل َ ْن ۢبِيَ ۤا َء بِ َغي ِْر َح‬
َ ِ‫ق ٰذل‬ ِ ‫ك بِاَنَّهُ ْم َكانُوْ ا يَ ْكفُرُوْ نَ بِ ٰا ٰي‬َ ِ‫ٰذل‬

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”.

b) al-Basyar

Dalam al-Qur’an, untuk makna manusia selain kata al-insan


dipergunakan kata basyar. Al-Basyar berasal dari huruf ba, syin dan ra yang
berarti nampaknya sesuatu dengan baik dan indah. Dari makna tersebut
terbentuk kata karja basyara yang berarti gembira, menggembirakan,
memperhatikan dan mengurus sesuatu.

viii
Dalam al-Qur’an, kata-kata yang berakar huruf b – sy - r digunakan
sebanyak 123 kali, yang pada umumnya bermakna kegembiraan, 37 kali
bermakna manusia, dan dua kali dalam arti hubungan seksual. Menurut
alRaghib, kata basyar adalah jamak dari kata basyarat yang berarti kulit.
Manusia disebut basyar karena kulit manusia tampak berbeda dengan kulit
makhluk lainnya. Kata ini dalam al - Qur’an secara khusus merujuk kepada
tubuh dan bentuk lahiriah manusia.

Bertolak dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah


basyar menunjukan makna manusia pada aspek hakikatnya sebagai pribadi
yang kongkrit, dengan menekankan aspek lahiriah manusia

c) Banu Adam dan Zurriyat Adam.

Istilah banu adam dan zuriyat adam merujuk kepada pengertian


manusia karena adanya kaitan dengan nama Adam yang memberi kesan
historis dalam konsep manusia, bahwa manusia berasal dari satu sumber dan
satu darah, walaupun mereka tersebar dalam berbagai warna kulit, ras dan
bangsa.

C. EKSITENSI DAN MARTABAT MANUSIA

D. Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri


agar mampu

ix
E. mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup
akan mengantar
F. manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar
hidupnya tidak sia-
G. sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah SWT
terhadap hamba-
H. hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan
menjaga kehidupan
I. manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks
hubungan manusia
J. dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta
memikirkan ciptaan-Nya
K. untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan
dalam konteks
L. hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal,
M. yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama
manusia, serta tidak
N. merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain
dapat dijelaskan
O. sebagai berikut :
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar
mampumewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya.Pemahaman dalam
hidup akan mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta
arti kehidupan agar hidupnya tidak sia-sia.Eksistensi manusia di dunia
merupakan tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa
Dialah yang menciptakan,menghidupkan dan menjaga kehidupanmanusia.

x
Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan
manusiadengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta
memikirkan ciptaan-Nyauntuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT. Sedangkan dalam kontekshubungan manusia dengan manusia
serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal,yaitu perbuatan baik
dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta
tidakmerusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia
lain dapat dijelaskansebagai berikut :

1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia.

a. Pengurus Bumi atau Khalifah

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam yang pertama adalah


sebagai pengurus bumi dan seisinya. Khalifah adalah hamba Allah yang
ditugaskan untuk menjaga ke- maslahatan dan kesejahteraan dunia. Hal
ini tertuang dalam ayat Al Qur'an Surah Al – Baqarah ayat 30 yang
berbunyi:

ٰۤ
‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء‬ ِ ْ‫ك لِ ْل َمل ِٕٕىِ َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر‬
ُ ِ‫ض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬ َ ُّ‫َواِ ْذ قَا َل َرب‬
َ‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬ َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬
َ َ‫ك ۗ ق‬ َ ‫َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬

” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguh-


nya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

xi
men- sucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ayat ini adalah informasi bagi para malaikat bahwa Allah


menciptakan khalifah (Adam dan keturunannya) di muka bumi. Manusia
diberi derajat tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua
potensi yang ada dimuka bumi.
Tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah juga tertuang dalam QS. al-
An’am ayat 165 yang berbunyi:
ٰۤ
‫ت لِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِ ْي َمٓا ٰا ٰتى ُك ۗ ْم اِ َّن َربَّكَ َس ِر ْي ُع‬
ٍ ‫ْض َد َر ٰج‬ َ ْ‫ض ُك ْم فَو‬
ٍ ‫ق بَع‬ ِ ْ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ َج َعلَ ُك ْم خَ ل ِٕٕىِفَ ااْل َر‬
َ ‫ض َو َرفَ َع بَ ْع‬
‫ب َواِنَّهٗ لَ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ِ ۖ ‫ْال ِعقَا‬

”Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

b. Agar Manusia Mengetahui Kebesaran Allah

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam berikutnya adalah agar


manusia senantiasa mengetahui maha kuasanya Allah SWT. Ini meliputi
pemahaman bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, tata surya
dan seisisnya terbentuk atas kuasa Allah SWT.
Hal tersebut telah dijelaskan dalam QS at-Thalaq: 12 yang berbunyi:

xii
‫ض ِم ْثلَه ۗ َُّن يَتَنَ َّز ُل ااْل َ ْم ُر بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬
ِ ْ‫ت َّو ِمنَ ااْل َر‬ َ َ‫هّٰللَا ُ الَّ ِذيْ َخل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َسمٰ ٰو‬
ࣖ ‫ەۙ َّواَ َّن هّٰللا َ قَ ْد اَ َحاطَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء ِع ْل ًما‬
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu."

c. Mengemban Amanah

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam juga untuk mengemban


amanah. Tujuan ini berupa kesanggupan manusia memikul beban taklif
yang diberikan oleh Allah SWT. Tujuan penciptaan manusia ini mendidik
orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi
perintah tersebut. Hal ini sesuai dengan QS al-Ahzab ayat 72 yang
berbunyi:

ۗ ‫ت وااْل َرْ ض و ْالجبَال فَاَبَ ْينَ اَ ْن يَّحْ ِم ْلنَهَا واَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا و َحملَهَا ااْل ِ ْن َس‬
ُ‫ان‬ َ َ َ ِ ِ َ ِ َ ِ ‫اِنَّا َع َرضْ نَا ااْل َ َمانَةَ َعلَى السَّمٰ ٰو‬
ۙ ‫اِنَّهٗ َكانَ ظَلُوْ ًما َجهُوْ اًل‬

”Sesungguhnya kami Telah menge- mukakan amanat kepada langit,


bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh”

d. Beribadah Kepada Allah

xiii
Tujuan manusia diciptakan menurut Islam yang paling utama adalah
untuk beribadah dan bertakwa pada Allah. Manusia pada umumnya
diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan ayat
QS.Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)

Telah dijelaskan dalam QS.Adz Dzariyat: 56, Allah berfirman Dia


menciptakan manusia dan jin semata-mata agar mereka beribadah
kepada-Nya. Allah menciptakan manusia bukan hanya untuk sekedar
tidur, bekerja, makan maupun minum melainkan untuk melengkapi bumi
ini dan beribadah kepada-Nya.

Menurut tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyah: "bahwa tujuan Allah


menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini
adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan
makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau perintah" .Tujuan ini
mendidik manusia untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah.

2, Tujuan Khusus Adanya Manusia Di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia


dan akhirat dengan caramelaksanakan amal shaleh yang merupakan
investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S.
An-Nahl ayat [16:97]:

xiv
‫طيِّبَ ۚةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم اَجْ َرهُ ْم بِاَحْ َس ِن َما‬
َ ً‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيوة‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬

“Barang siapa mengerjakan amalshaleh baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya AllahSWT
akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
diberi balasan kepadamereka dengan pahala yang lebih baik dengan
apa yang telah mereka kerjakan”

3. Tujuan Individu Dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk


sosial yang mempunyaisifat hidup berkelompok dan saling
membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia,pada awalnya
merupakan bagian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan
keluarga.Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan
bagian dari klasifikasi kelompoksosial dan termasuk dalam small
group atau kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya.
Namun keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan
bentuk khususdalam kerangka sistem sosial secara keseluruhan.
Small group seolah-olah merupakanminiatur masyarakat yang juga
memiliki pembagian kerja, kode etik pemerintahan, prestige,ideologi,
dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dalam
keluarga adalahagar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluargasakinah, mawaddah dan
warahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab

xv
itu,wajar bagi manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga. Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21]

ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت‬ َ ِ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل‬
َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬
َ‫لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬

"Dan diantaratanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,supaya kamu merasa tentram,
dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang
.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaaum yangmau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk
menjadi keluarga yangtentram, Allah SWT memberikan rasa kasih
sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harusdibangun rasa kasih
sayang satu sama lain

3. Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan


untuk bermasyarakat. Tujuanhidup bermasyarakat yaitu mencari
keberkahan yang melimpah dalam hidup. Kecukupankebutuhan
hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan,
pakaian,kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman,
dan kebutuhan aktualisasidiri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat
mudah diperoleh apabila masyarakat beriman danbertakwa. Apabila
masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan
memberikansiksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila
dalam suatu masyarakat ingin hidupdamai dan serba kecukupan,

xvi
maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat
untukmemelihara iman dan takwa. Allah berfirman dalam Q.S.
Al-A’raf [7:96]

ْ َ ‫ض َو ٰل ِك ْن َك َّذبُوْ ا فَا‬
‫خَذ ٰنهُ ْم بِ َما‬ ۤ ٍ ‫َولَوْ اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰ ٓرى ٰا َمنُوْ ا َواتَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر ٰك‬
ِ ْ‫ت ِّمنَ ال َّس َما ِء َوااْل َر‬
َ‫َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kamiakan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakanitu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”.

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya
yaitu masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

D. TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH SEBAGAI


KHOLIFATULLAH

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias


atau pelengkap dibumi semata, tetapi manusia sesungguhnya
mempunyai kedudukan, peran, dan tugas yangtelah melekat padanya
yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab


sebagai hamba Allah dan seorang khalifah di bumi, karena manusia
merupakan makhluk yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-
makhluK yang lainnya. Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan-

xvii
persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa
melepastanggung jawab.

1.Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk


yang diciptakanoleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui
sperma dan ovum dalam suatuikatan pernikahan yang suci serta proses
biologis produktivitas manusia (Q.S Al-Mukminun:12-16)

‫ثُ َّم اِنَّ ُك ْم يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة تُ ْب َعثُوْ ن‬

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu


dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian
berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa
segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah mengutus
seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau
tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau
bahagianya.Kemudian ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR.
Bukhari).20

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan


Allah dapatmenumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa
dirinya bukanlah Tuhan. Oleh sebabitu, ia melihat sesama manusia
sebagai sesama makhluk, tidak ada perhambaan antar manusia. Jadi,
seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang pegawai tidak
menghamba padapengusaha, dan seorang rakyat tidak menghamba pada
pemerintah. Bagi manusia, yang patutmenerima perhambaan dari
manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusiaselain
untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q.S Adz-Dzariyat:56).

xviii
Segala yang adadi langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa,
sesungguhnya pun berserah dirikepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh
karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni lopus
atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain.Tidak
adakeistimewaan antara satu manusia dengan manusia lain kecuali
taqwanya kepada Allah.Eksistensi manusia bukan untuk menjadi yang
terkuat (struggle for the stronges and thefittest), melainkan untuk
menjadi yang paling bijak (struggle for the wisest)

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi,


orang yang berdosatidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-
An'am:164) dan pada hari kiamat nanti merekadatang kepada Allah
dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan
bahwamanusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual atas
dirinya sendiri namun tetapbertanggung jawab atas lingkungan
sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti.


Khalifah diartikanpengganti karena ia menggantikan yang didepannya.
Dalam bahasa Arab, kalimat “Allahmenjadi khalifah bagimu” berarti
Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah
menyerahkanpengolahan dan pemakmuran bumi bukan secara mutlak
kepada manusia. Di samping arti inikhalifah juga menunjukan arti
pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin
terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah mengangkat Nabi

xix
Daud As.sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil
dan tidak mengikuti hawanafsu

‫ك ع َْن َسبِ ْي ِل‬ ِ ‫ق َواَل تَتَّبِ ِع ْالهَ ٰوى فَي‬


َ َّ‫ُضل‬ ِّ ‫اس بِ ْال َح‬ َ ‫ٰيد َٗاو ُد اِنَّا َج َع ْل ٰن‬
ِ ْ‫ك خَ لِ ْيفَةً فِى ااْل َر‬
ِ َّ‫ض فَاحْ ُك ْم بَ ْينَ الن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ضلُّوْ نَ ع َْن َسبِ ْي ِل ِ لَهُ ْم َع َذابٌ َش ِد ْي ٌد ۢبِ َما نَسُوْ ا يَوْ َم ْال ِح َسا‬
‫ب‬ ِ َ‫ِ ۗاِ َّن الَّ ِذ ْينَ ي‬

(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan


khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu,
karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang
yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan.”

Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai


makhluk yangpaling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk
yang tertinggi yaitu para malaikat,sebelum mereka di ciptakan. Untuk
itu, Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [ 2:30] yang artinya
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas
untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan
manusiasedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30]
bertugas untuk memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan
pilihannya itu merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk

xx
tidak dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk itu adadua argumentasi
manusia dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat
digambarkan adanya perintahAllah, supaya malaikat bersujud
kepada Nabi Adam As. karena kekhususan Nabi AdamAs. yang
memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu pengetahuan
malaikatyang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai
firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya “Mereka
menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yangKami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
SesungguhnyaEngkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena
mempunyai kemungkinanuntuk dibebani amanat kemanusiaan, serta
pertanggungjawaban dari amal usahanya, sertarentetan-rentetan
cobaan, berbeda dengan malaikat yang ditakdirkan dengan
patuh danbebas dari godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu


berkaitan dengan tugas-tugasdan tanggung jawab. Hal ini memberikan
suatu peringatan serta pelajaran kepada manusiasebagai khalifah agar
mereka melihat dan memandang keadaan sebelum mereka sendiri
sertaapa yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua
perbuatan yang dilakukan akanada pertanggungjawaban di hadapan
Allah SWT.

xxi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di


ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam
saja, tetapi manusia dituntutuntuk selalu berperan aktif untuk berbuat
kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harusmenjadi individu yang
dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan
yang melekatdalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya
pemahaman manusia tentangagama, oleh karena itu manusia dianjurkan
untuk saling menghormati dan mengasihi satusama lain karena kita
diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusiakita
harus mematuhi aturan yang ada.

A. SARAN

Dari penulisan makalah ini,penulis menyarankan agar sebagai seorang


manusia kitaharus menjadi ndividu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri

xxii
dan orang lain. Sebagaimakhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri
oleh karena itu kita harus saling tolongmenolong dalam kebaikan antar
sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat
dianjurkan untukdilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia
tentang pengetahuan Agama. Selain itu,makalah ini diharapkan dapat
membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat Manusia menurut
Islam.

DAFTAR PUSTAKA

xxiii
IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah
dihttp://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-
manusiaadalah-makhluk.html(diakses 3 April 2019)
Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia
dihttps://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-
martabat-manusia.html(diakses 27 Maret 2019)
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam
dihttp://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-
agama.html(diakses 27 Maret 2019)
Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam (diakses (2
April 2019)

xxiv

Anda mungkin juga menyukai