Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas STISIP Widyapuri Mandiri.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa lyang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Terima kasih,
Sukabumi, 09 November 2021
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................
B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................
C. Ruang Lingkup .......................................................................................................
D. Metode Penulisan .................................................................................................
Bab II PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia.....................................................................................................
B. Eksistensi dan Martabat Manusia .........................................................................
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah ......................
Bab III PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah
membicarakan sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual.
Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara tentang
kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Di dalam Al – Quran
manusia disebut al insan, annas, kadang kala disebut bani adam. Oleh karena
itu, manusia dan berbagai hal di dalam dirinya sering menjadi perbincangan
di berbagai kalangan. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji
manusia, karya dan dampak karyanya terhadap diri sendiri serta lingkungan
tempat tinggalnya.
Agama islam sebagai agama yang paling baik, tidak pernah
menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang, selama manusia itu
mempergunakan akal pikirannya. Namun, jika manusia itu tidak
mempergunakan karunianya maka derajat manusia akan turun, bahkan jauh
lebih rendah dari seekor binatang. Sangat menariknya pembahasan tentang
manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas “Hakekat
Manusia” menurut pandangan Islam.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT ?
C. Tujuan Penulisan
iii
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran
manusia
3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A. PENGERTIAN HAKIKAT
iv
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang
lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama
dalam bidang sosial.
B. PENGERTIAN MANUSIA
v
kata ruwaijil yang merupakan tasghir dari kata rajul. Pendapat lain
mengatakan bahwa asal kata insan adalah nasa-yanusu yang bermakna
‘bergoncang’.
Apabila pendapat tersebut dilihat berdasarkan relevansi makna
masingmasing kata tersebut (nasiya, ins dan nasa) dengan kata insan, maka
pendapat kedua dipandang lebih kuat. Sebab, akar kata ins sendiri yang
berarti sesuatu yang tampak dan jinak, makna ini relevan dengan sifat dan
fisik manusia. Makna pertama sesuatu yang tampak ditemukan konteksnya
ketika al-Qur’an sering menggunakan kata tersebut untuk menghadapkannya
dengan kata jin yang berarti makhluk halus atau tidak tampak. Misalnya
digunakan dalam Q.S. al-Zariyat ayat 56:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka “
”menyembah-Ku
Sedangkan makna jinak relevan dengan makna kejiwaan seperti
keramahan, kesenangan dan pengetahuan. Hal ini terlihat dari kata kerja
yang terbentuk anisa-ya‟nisu, anusa-ya‟nusu, anasa-yanisu yang berarti
ramah, suka; kata anasa yu‟nisu yang berarti menjadi jinak, meraswa
sesuatu, melihat, mendengar dan mengetahui.
Jika dilihat dari bentuknya, kata insan berpola fi‟lan, pola tak
beraturan (suma‟iy) yang serarti dengan pola fa‟alan, pola yang beraturan
(qiyasy) dan mengandung konotasi intensitas. Apabila pengertian ini
dikaitkan dengan makna etimologinya, maka dapat dikatakan bahwa kata
insan mengandung konsep manusia sebagai makhluk yang memiliki
vi
keramahan dan kemampuan mengetahui yang sangat tinggi, atau dalam
ungkapan lain, manusia merupakan makhluk kultural dan sosial.
Konsep manusia sebagai makhluk kultural terlihat dalam pernyataan
al-Qur’an bahwa manusia dilengkapi dengan sarana pengetahuan berupa
pendengaran, penglihatan, dan budi sehingga mereka dapat memperoleh
pengetahuan meskipun dilahirkan dalam keadaan tidak tahu sama sekali
seperti dikemukakan dalam Q.S. an-Nahl : 78.
هّٰللا
َ َو ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْي ۙٔـًٔا* َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َ ْب
صا َر َوااْل َ ْفٕـِِٕ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم
تَ ْش ُكرُوْ ن
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Sedangkan konsep manusia sebagai makhluk sosial ini dipertegas
dengan beberapa pernyataan al-Qur’an yang menegaskan tentang kejadian
manusia dalam berbagai suku dan bangsa dan dimaksudkan agar mereka
membentuk pergaulan hidup bersama (QS. al-Hujurat :13), saling membantu
dalam kebaikan (QS. al-Maidah : 2), dan penegasan al-Qur’an tentang
kebahagiaan manusia yang terkait dengan hubungan manusia dengan
sesamanya (QS. Ali Imran : 112). Ayat - ayat tersebut adalah:
vii
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
َار ُك ْم فَتَ ْنقَلِبُوْ ا ٰخ ِس ِر ْين ٰٓ ٰيقَوْ م ا ْد ُخلُوا ااْل َرْ ض ْالمقَ َّدسةَ الَّتي َكت هّٰللاSh
ِ ََب ُ لَ ُك ْم َواَل تَرْ تَ ُّدوْ ا عَلى اَ ْدب َ ْ ِ َ ُ َ ِ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”.
b) al-Basyar
viii
Dalam al-Qur’an, kata-kata yang berakar huruf b – sy - r digunakan
sebanyak 123 kali, yang pada umumnya bermakna kegembiraan, 37 kali
bermakna manusia, dan dua kali dalam arti hubungan seksual. Menurut
alRaghib, kata basyar adalah jamak dari kata basyarat yang berarti kulit.
Manusia disebut basyar karena kulit manusia tampak berbeda dengan kulit
makhluk lainnya. Kata ini dalam al - Qur’an secara khusus merujuk kepada
tubuh dan bentuk lahiriah manusia.
ix
E. mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup
akan mengantar
F. manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar
hidupnya tidak sia-
G. sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah SWT
terhadap hamba-
H. hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan
menjaga kehidupan
I. manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks
hubungan manusia
J. dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta
memikirkan ciptaan-Nya
K. untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan
dalam konteks
L. hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal,
M. yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama
manusia, serta tidak
N. merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain
dapat dijelaskan
O. sebagai berikut :
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar
mampumewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya.Pemahaman dalam
hidup akan mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta
arti kehidupan agar hidupnya tidak sia-sia.Eksistensi manusia di dunia
merupakan tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa
Dialah yang menciptakan,menghidupkan dan menjaga kehidupanmanusia.
x
Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan
manusiadengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta
memikirkan ciptaan-Nyauntuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT. Sedangkan dalam kontekshubungan manusia dengan manusia
serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal,yaitu perbuatan baik
dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta
tidakmerusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia
lain dapat dijelaskansebagai berikut :
ٰۤ
ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء ِ ْك لِ ْل َمل ِٕٕىِ َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر
ُ ِض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف َ َُّواِ ْذ قَا َل َرب
َال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن َ َك َونُقَدِّسُ ل
َ َك ۗ ق َ َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد
xi
men- sucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
”Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
xii
ض ِم ْثلَه ۗ َُّن يَتَنَ َّز ُل ااْل َ ْم ُر بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر
ِ ْت َّو ِمنَ ااْل َر َ َهّٰللَا ُ الَّ ِذيْ َخل
ٍ ق َس ْب َع َسمٰ ٰو
ࣖ ەۙ َّواَ َّن هّٰللا َ قَ ْد اَ َحاطَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء ِع ْل ًما
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu."
c. Mengemban Amanah
ۗ ت وااْل َرْ ض و ْالجبَال فَاَبَ ْينَ اَ ْن يَّحْ ِم ْلنَهَا واَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا و َحملَهَا ااْل ِ ْن َس
ُان َ َ َ ِ ِ َ ِ َ ِ اِنَّا َع َرضْ نَا ااْل َ َمانَةَ َعلَى السَّمٰ ٰو
ۙ اِنَّهٗ َكانَ ظَلُوْ ًما َجهُوْ اًل
xiii
Tujuan manusia diciptakan menurut Islam yang paling utama adalah
untuk beribadah dan bertakwa pada Allah. Manusia pada umumnya
diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan ayat
QS.Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:
xiv
طيِّبَ ۚةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم اَجْ َرهُ ْم بِاَحْ َس ِن َما
َ ًصالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيوة
َ َم ْن َع ِم َل
ََكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن
xv
itu,wajar bagi manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga. Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21]
ٍ ك اَل ٰ ٰي
ت َ ِق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل
َ ََو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل
َلِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن
xvi
maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat
untukmemelihara iman dan takwa. Allah berfirman dalam Q.S.
Al-A’raf [7:96]
ْ َ ض َو ٰل ِك ْن َك َّذبُوْ ا فَا
خَذ ٰنهُ ْم بِ َما ۤ ٍ َولَوْ اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰ ٓرى ٰا َمنُوْ ا َواتَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر ٰك
ِ ْت ِّمنَ ال َّس َما ِء َوااْل َر
ََكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kamiakan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakanitu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya
yaitu masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
xvii
persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa
melepastanggung jawab.
xviii
Segala yang adadi langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa,
sesungguhnya pun berserah dirikepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh
karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni lopus
atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain.Tidak
adakeistimewaan antara satu manusia dengan manusia lain kecuali
taqwanya kepada Allah.Eksistensi manusia bukan untuk menjadi yang
terkuat (struggle for the stronges and thefittest), melainkan untuk
menjadi yang paling bijak (struggle for the wisest)
xix
Daud As.sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil
dan tidak mengikuti hawanafsu
xx
tidak dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk itu adadua argumentasi
manusia dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat
digambarkan adanya perintahAllah, supaya malaikat bersujud
kepada Nabi Adam As. karena kekhususan Nabi AdamAs. yang
memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu pengetahuan
malaikatyang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai
firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya “Mereka
menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yangKami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
SesungguhnyaEngkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena
mempunyai kemungkinanuntuk dibebani amanat kemanusiaan, serta
pertanggungjawaban dari amal usahanya, sertarentetan-rentetan
cobaan, berbeda dengan malaikat yang ditakdirkan dengan
patuh danbebas dari godaan-godaan.
xxi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A. SARAN
xxii
dan orang lain. Sebagaimakhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri
oleh karena itu kita harus saling tolongmenolong dalam kebaikan antar
sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat
dianjurkan untukdilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia
tentang pengetahuan Agama. Selain itu,makalah ini diharapkan dapat
membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat Manusia menurut
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
xxiii
IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah
dihttp://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-
manusiaadalah-makhluk.html(diakses 3 April 2019)
Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia
dihttps://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-
martabat-manusia.html(diakses 27 Maret 2019)
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam
dihttp://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-
agama.html(diakses 27 Maret 2019)
Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam (diakses (2
April 2019)
xxiv