Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberdayaan masyarakat

2.1.1 Konsep pemberdayaan masyarakat

Konsep pemberdayaan masyarakat desa dapat dimaknai dalam konteks

menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah objek

penerima manfaat yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti

pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subjek yang berbuat secara mandiri.

Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggung jawab Negara.

Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan

kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumber

dayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut berpartisipasi

dalam proses pembangunan dan pemerintahan. Inti pengertian pemberdayaan

masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian

masyarakat.7

Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak

pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu adalah

masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan

belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka

orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih lanjut.

Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus

diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.8

6
7

2.1.2 Tujuan dan strategi pemberdayaan masyarakat

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat dari keterbelakangan/ ketidakberdayaan. Ada beberapa

strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan

dalam pemberdayaan masyarakat, antara lain:7

a. Menciptakan iklim, memperkuat daya dan melindungi

- Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang dangan cara pengenalan bahwa setiap

manusia atau setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat

dikembangkan.

- Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dengan cara

peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, akses kedalam

sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi informasi,

lapangan kerja, dan pasar serta termasuk pula pembangunan sarana dan

prasarana seperti fasilitas pelayanan kesehatan.

- Melindungi dalam arti harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

lemah oleh karena kekurangberdayaan menghadapi hal yang kuat.

b. Program pembangunan desa

Program ini terbagi menjadi beberapa strategi yaitu :

- Strategi gotong royong, yaitu masyarakat saling bekerjasama untuk

mewujudkan tujuan bersama.

- Strategi pembangunan teknikal-profesional, yaitu beberapa peranan

agen-agen pembaharuan terutama dalam menentukan program

pembangunan, menyediakan pelayanan yang diperlukan dan


8

menentukan tindakan yang diperlukan dalam merealisasikan program

tersebut.

- Strategi konflik, yaitu menganjurkan perlunya mengorganisasikan

lapisan penduduk miskin untuk menyalurkan permintaan mereka atas

sumber daya dan atas perlakuan yang lebih adil dan lebih demokratis.

- Strategi pembelotan kultural, yaitu strategi pembelotan terhadap

kehidupan masyarakat yang berkembang berlawanan dengan

pengembangan potensi kemanusiaan.

2.1.3 Proses pemberdayaan masyarakat

Proses pemberdayaan masyarakat mengandung dua kecenderungan yaitu:

proses perberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar

menjadi individu yang lebih berdaya, kecenderungan tersebut disebut sebagai

kecenderungan primer. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan

sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi

individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa

yang menjadi pilihan hidupnya. Langkah-langkah proses pemberdayaan

masyarakat yaitu :9

1. Setiap warga masyarakat dilatih untuk mempunyai tingkat kepekaan yang

tinggi terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan politik yang terjadi.

2. Warga masyarakat dilatih atau diberikan berbagai macam keterampilan

sebagai jawaban atas kebutuhan dan masalahyang dihadapinya.


9

3. Warga masyarakat dibina untuk selalu bekerja sama dalam memecahkan

suatu masalah.

2.1.4 Model pemberdayaan masyarakat

Terdapat beberapa model pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

diformulasikan sebagai berikut : model pengembangan lokal yaitu pemberdayaan

masyarakat sejalan dengan model pengembangan lokal sebagai upaya pemecahan

masalah masyarakat melalui partisipasi masyarakat dengan pengembangan potensi

dan sumber daya lokal, model promosi kesehatan dilakukan melalui empat

pendekatan, yaitu persusasi (bujukan/kepercayaan) kesehatan, konseling personal

dalam kesehatan, aksi legislatif, dan pemberdayaan masyarakat, model promosi

kesehatan perspektif multidisplin mempertimbangkan lima pendekatan meliputi

medis, perilaku, pendidikan, pemberdayaan, dan perubahan sosial, model

pelayanan kesehatan primer berbasis layanan masyarakat, masyarakat harus

bertanggung jawab dalam mengidentifikasi kebutuhan dan menetapkan prioritas,

merencanakan dan memberikan layanan kesehatan, serta memantau dan

mengevaluasi layanan kesehatan, model pemberdayaan masyarakat meliputi

partisipasi, kepemimpinan, keterampilan, sumber daya, nilai-nilai, sejarah,

jaringan, dan pengetahuan masyarakat, model pengorganisasian masyarakat yaitu

hubungan antara pemberdayan, kemitraan, partisipasi, responsitas budaya, dan

kompetensi komunitas, model determinan sosial ekonomi terhadap kesehatan

meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan modal atau kekayaan yang

berhubungan satu sama lain dengan kesehatan, model kesehatan dan ekosistem

masyarakat interaksi antara masyarakat, lingkungan dan ekonomi dengan

kesehatan, model determinan lingkungan kesehtan individual dan masyarakat


10

determinan lingkungan kesehatan individual meliputi lingkungan psikososial,

lingkungan mikrofisik, lingkungan ras/kelas/gender, lingkungan perilaku dan

lingkungan kerja determinan lingkungan kesehatan masyarakat meliputi

lingkungan politik/ekonomi, lingkungan makrofisik, tingkat keadilan sosial dan

keadilan dalam masyarakat, serta perluasan kontrol dan keeratan masyarakat,

model penanggulangan penyakit berbasis keluarga yaitu pemeliharaan kesehatan

dilakukan secara swadaya dan mandiri oleh keluarga melalui penumbuhan

kesadaran, peningkatan pengetahuan, dan keterampilan memelihara kesehatan,

model pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).10

2.2 Identifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat

2.2.1 Pengertian

Identifikasi berasal dari kata “identify” yang artinya meneliti dan

menelaah. Identifikasi adalah kegitaan yang mencari, menemukan,

mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari

lapangan. Sedangkan kebutuhan dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu,

kebutuhan yang sifatnya mendesak dan kebutuhan yang sifatnya tidak mendesak.11

2.2.2 Fungsi dan tujuan

Terdapat beberapa tujuan dan identifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat

yaitu :11

1. Untuk mengetahui berbagai masalah kebutuhan kesehatan masyarakat atau

kebutuhan kesehatan masyarakat yang diinginkan masyarakat.


11

2. Untuk mengetahui berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan untuk

mendukung pelaksaan program kesehatan masyarakat.

3. Untuk mempermudah dalam menyusun rencana program yang akan

dilaksanakan.

Terdapat beberapa tujuan identifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat

yaitu :10

1. Agar program yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan

masyarakat.

2. Data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan

rencana program.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola program.

4. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan.

2.2.3 Teknik dan langkah – langkah identifikasi kebutuhan kesehatan

masyarakat

Terdapat langkah – langkah identifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat

yaitu:11

1. Mengungkapkan permasalahan

2. Memahami latar belakang permasalahan

3. Mencatat permasalahan

4. Diskusi

5. Mengelompokkan masalah

6. Identifikasi masalah dan kebutuhan


12

Terdapat beberapa teknik identifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat,

diantaranya sebagai berikut :11

1. Wawancara. Tim UKM Puskesmas dapat mewawancarai sasaran

sesuai dengan kebutuhan. Tentunya quisionernya sudah disiapkan

terlebih dahulu sehingga memudahkan pada saat wawancara.

Mengingat sasaran mungkin tidak memiliki banyak waktu.

2. Pengamatan. Mengamati apa sebetulnya kebutuhan dari masyarakat itu

sendiri. Contoh, jam buka puskesmas pukul 08.00 WIB tetapi calon

pasien sudah berkumpul pada pukul 7.30 WIB. Ini dapat di tarik

kesimpulan bahwa sebetulnya masyarakat ingin puskesmas buka jam

pelayanan lebih pagi.

3. Angket. Dengan menyebarkan angket dengan metode pertanyaan yang

sudah dibuatkan oleh tim puskesmas.

4. Fokus diskusi. Meluangkan waktu untuk sambil berdiskusi dengan

masyarakat pada acara-acara tertentu. Dengan membawa pesan spesial

tentang apa yang mereka inginkan dari puskesmas.

5. Pemahaman pastisipatif kondisi pedesaan. Pendekatan dengan metode

yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis

masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan

kebijakan secara nyata.


13

2.3 Pengendalian penyakit tidak menular berbasis masyarakat

2.3.1 Pengertian penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan

disebabkan oleh proses infeksi.12 Adapun yang termasuk kedalam 5 PTM yang

memiliki tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit jantung dan

pembuluh darah (kardiovaskuler), penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), kanker,

Dibetes mellitus (DM) dan cedera.12 Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang

secara potensial berbahaya dan d apat memicu terjadinya PTM pada seseorang

atau kelompok tertentu.13 Faktor risiko yang dimaksud adalah kurang aktivitas

fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok, komsumsi alkohol,

obesitas, hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterol dan perilaku yang berkaitan

dengan kecelakaan dan cedera seperti perilaku berlalu lintas yang tidak benar.13

2.3.2 Peran promosi kesehatan dalam pengendalian PTM

Peran promosi kesehatan dalam pengendalian penyakit tidak menular

cukup besar terutama dalam upaya pemberdayaan masyarakat.12 Promosi

kesehatan merupakan uapaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui pembelajaran diri, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat

menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

mesyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik

yang berwawasan kesehatan.12

2.3.3 Strategi rencana operasional promosi kesehatan dalam pengendalian

PTM
14

Adapun strategi dalam rencana operasional promosi kesehatan dalam

pengendalian PTM terdiri dari advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat

dan kemitraan.12

2.3.3.1 Advokasi

Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders).12 Ada 7 langkah dalam melakukan advokasi antara lain:14

1. Penetapan isu strategis yaitu mengumpulkan data terkait PTM diantaranya

prevalensi PTM, prevalensi kematian akibat PTM, prevalensi faktor risiko

PTM, dampak permasalahan PTM dari segi epidemiologi, masalah PTM

dan kaitannya dengan pembangunan nasional dan daerah.

2. Menetapkan tujuan advokasi dengan mengadakan pertemuan antar

stakeholder untuk menetapkan tujuan dilaksanakannya advokasi.

3. Mengindetifikasi target advokasi dengan menganalisis stakeholder guna

mengetahui siapa target advokasi dan bagaimana peran target tersebut

dalam pengendalian PTM seperti pemerintah pusat dan daerah, sektor

swasta dan tokoh agama.

4. Mengindentifikasi sumber daya yang dimiliki oleh organisasi mencakup

sumber daya manusia, peraturan, data dan informasi, anggaran dan sarana

prasarana.

5. Mengindentifikasi keterlibatan media melalui konferensi pers dan

pembentukan jejaring bersama organisasi.


15

6. Menyusun rencana advokasi dengan mengadakan pertemuan antar

stakeholder untuk memaparkan permasalahan PTM dan urgensi

penanggulangan PTM tersebut seperti mengadakan workshop pencegahan

PTM kepada pimpinan daerah, mengakan audiensi kepada tokoh agama

dan tokoh masyarakat di daerah terkait, mengadakan penyuluhan dan

edukasi kepada kader tentang penanggulangan PTM, mengadakan

workshop peran media dalam mencegah PTM, serta mengadakan rapat

koordinasi pencegahan dan pengendalian PTM dengan kementrian terkait,

LSM dan sektor swasta yang memiliki penanan.

7. Monitoring dan evaluasi dengan menetapkan indikator yang menjadi dasar

monitoring dan evaluasi, menetapkan indikator yang menjadi dasar

monitoring dan evaluasi, menentukan pihak yang akan melakukan

monitoring dan evaluasi serta menentukann metode pengumpulan data

dalam monitoring dan evaluasi.

2.3.3.2 Bina Suasana

Bina suasana merupakan upaya menciptkan opini atau lingkungan sosial,

baik fisik maupun non fisik, yang mendorong individu, keluarga dan kelompok

untuk mau melakukan pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya.

Bina suasana diperlukan karena mendukung proses pemberdayaan masyarakat

khususnya dalam upaya mengajak para individu dan keluarga dalam pelaksanaan

pengendalian PTM dan faktor risikonya.12

2.3.3.3 Pemberdayaan masyarakat


16

Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah

pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat.15 Gerakan pemberdayaan

masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran, kemauan, kemampuan

masyarakat dalam pengendalian PTM dan faktor risikonya. 12 Masyarakat dapat

dibekali dengan pengetahuan deteksi dini faktor risiko PTM serta tindak

lanjutnya.15 Melalui kegiantan ini masyarakat diharapkan mampu melakukan

pemantauan faktor risiko PTM melalui kegiatan berbasis masyarakat.15

Salah satu model pengendalian PTM berbasis masyarakat adalah melalui

Posbindu PTM.16 Adapun konsep Posbindu PTM adalah sebagai berikut:16

1. Definisi Posbindu PTM

Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya

pengendalian faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu,

rutin dan peiodik.

2. Tujuan Posbindu PTM

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan

dini faktor risiko PTM

3. Sasaran kegiatan Posbindu PTM

Kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15

tahun keatas

4. Wadah kegiatan Posbindu PTM

Terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah

ada.

5. Pelaku kegiatan Posbindu PTM


17

Kader yang berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan

kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.

6. Bentuk kegiatan

1) Menggali informasi faktor risiko

2) Pengukuran BB,TB,IMT,LP analisis lemak tubuh, tekanan darah tiap

bulan

3) Pemeriksaan fungsi paru sederhana

4) Pemeriksaan gula darah

5) Pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida

6) Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

7) Pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin

8) Kegiatan konseling dan penyuluhan tiap bulan

9) Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama tiap bulan atau rutin

perminggu

10) Kegiatan rujukan.

2.3.3.4 Kemitraan

Kemitraan dalam pengendalian PTM merupakan suatu kerja sama formal

anatar individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk

mencapai pengendalian PTM dan faktor risiko PTM di masyarakat.


18

Kemitraan yang dijalan oleh Posbindu PTM adalah berupa:

1. Kelurahan siaga aktif

Bermanfaat untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan

dukungan dari PEMDA seperti sarana dan prasarana lingkungan yang

kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat.

2. Industri

Bermanfaat dalam pendanaan dan fasilitasi alat. Misalnya pemberian alat

glukometer.

3. Klinik swasta

Memperoleh bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat kesehatan

lainnya.

4. Puskesmas

1) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM

2) Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam menerima

rujukan dari Posbindu PTM

3) Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil kegiatan

4) Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM

5) Menyelenggarakan pelatihan bersama pengelola program di

Kabupaten/Kota

6) Mempersiapkan makanisme pembinaan

Anda mungkin juga menyukai