Anda di halaman 1dari 22

INTERAKSI OBAT PARACETAMOL DAN AMOXICILLIN DENGAN OBAT

LAIN SERTA EFEKNYA

Mata Kuliah Farkologi

Dosen Pengampu : Dr Desvavri, M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. Annisa Anggia Rahma (19021108)


2. Arif Septiadi (19021064)
3. Giffa Zira Chairunnisa (19021104)
4. Lusi Septyana (19021066)
5. Maysharoh (19021079)
6. Okta Khairunnisa (19021168)
7. Risha Christina Br Panjaitan (19021155)
8. Rozi Indah Permatasari (19021047)
9. Seftya Rahmi Wilda (19021134)

Kelas 3C

Prodi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kita mampu
menyelesaikan tugas pembuatan makalah “INTERAKSI OBAT PARACETAMOL
DAN AMOXICILLIN DENGAN OBAT LAIN SERTA EFEKNYA”  ini sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan.

Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu
kami bapak Dr Desvavri, M. Kes sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata
kuliah ini.

Kami juga memohonkan maaf  kepada semuanya apabila dalam makalah yang


kami buat ini kurang maksimal, karena masih terdapat banyak sekali kekurangan-
kekurangan, lebih-lebih mengenai referensi. Untuk itu kami kelompok tiga sangat
menunggu kritik maupun saran dari semua pembaca agar kedepannya kami bisa
membuat makalah yang lebih baik lagi.

Tembilahan, 01 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................
C. TUJUAN PENULISAN ....................................................................
D. METODE PENULISAN ...................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................

A. Pengertian Interaksi Obat ..................................................................


B. Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi ...................................
C. Mekanisme Kerja Interaksi Obat ......................................................
1. Interaksi Farmasetik ....................................................................
2. Interaksi Farmakokinetika ..........................................................
3. Interaksi Farmakodinamik ..........................................................
4. Interaksi Gastrointestinal ............................................................
D. Interaksi antara Obat dengan Obat lain .............................................
E. Keterangan Obat ...............................................................................
F. Interaksi Obat . ..................................................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................

A. KESIMPULAN .................................................................................
B. SARAN ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang Masalah

Interaksi obat merupakan dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu
bersamaan dapat memberikan efek masing-masing atau saling berinteraksi. Interaksi
obat tersebut dapat bersifat potensial atau antagonis satu obat oleh obat lainnya, atau
kadang dapat memberikan efek yang lain (IONI,2008).
Prevalesi interaksi obat secara keseluruhan adalah 50% hingga 60%. Obat-
obatan yang mempengaruhi farmakodinamika atau farmakokinetika menunjukan
prevalensi sekitar 5% hingga 9%. Sekitar 7% efek samping pemberian obat di rumah
sakit disebabkan oleh interaksi obat. Jika jumlah obat yang digunakan pasien semakin
tinggi, maka potensi interaksi obat semakin tinggi.
Di zaman sekarang ini semakin tidak menentunya cuaca atau iklim di negara
Indonesia maupun di negara-negara lain merupakan akibat dari tingkah laku dan
perbuatan manusia. Mulai dari penebangan hutan yang merajalela sampai pola hidup
yang tidak baik. Seiring dengan musim yang berjalan dengan tidak menentu sehingga
menyebabkan seseorang mudah sakit. Di era sekarang obat-obatan banyak dijual
bebas di apotik dan toko obat, sehingga banyak dari kita sering menggunakan obat-
obatan tanpa pengawasan dokter. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan
atau petunjuk dokter sangat berbahaya bagi tubuh akibat atau efeknya bisa langsung
kelihatan dan bahkan mungkin baru beberapa tahun ke depan.
Setiap orang tentunya pernah merasakan rasa nyeri. Mulai dari nyeri ringan
seperti sakit kepala, nyeri punggung, nyeri haid, reumatik dan lain-lain seperti nyeri
yang berat. Obat nyeri itu dinamakan obat analgesik. Analgesik yang sering
digunakan salah satunya adalah parasetamol. Selain sebagai analgesik, parasetamol
juga dapat digunakan untuk obat antipirek (demam). Parasetamol banyak digunakan
karena disamping harganya murah, parasetamol adalah anti nyeri yang aman untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri).
Antibiotik merupakan salah satu jenis obat yang tergolong sebagai obat keras
yang dalam penggunaannya harus menggunakan resep dokter. Manfaat antibiotic ini
adalah untuk menekan dan menghentikan perkembangan-perkembangan bakteri atau
mikroorganisme berbahaya yang berada dalam tubuh. Manfaat antibiotic yang paling
sering digunakan adalah untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka. Amoxicillin
merupakan salah satu obat yang termasuk kedalam obat antibiotic.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu interaksi obat?
2. Apa itu obat Amoxilin, Paracetamol, dan obat lainnya ?
3. Bagaimana interaksi obat Amoxicillin dengan Paracetamol?
4. Bagaimana interaksi Amoxicillin dengan obat lainnya?
5. Bagaimana interaksi obat Paracetamol dengan obat lainnya?
6. Bagaimana efek samping dari interaksi obat tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian obat Amoxicillin dan Paracetamol.


2. Untuk mengetahui efek dari interaksi obat-obat.
3. Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan bapak Dr. Desvavri, M.kes selaku
dosen pengampi mata kuliah farkologi.

D. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah Metode Pustaka yaitu etode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi Obat


Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Tidak semua interaksi obat
membawa pengaruh merugikan Interaksi obat justru ada yang diambil manfaatnya
dalam pengobatan. Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga
terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses
hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi,
absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses
tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat
menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat
makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada
reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi
farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan
dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah
satu kadar obat dalam darah.

B. Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi

Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat yaitu obat Objek dan
obat Presipitan
1) Obat Objek
Obat Objek adalah obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau
diubah oleh obat lain. Obat yang kemungkinan besar menjadi objek interaksi
atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang
memenuhi ciri :
a. Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat)
sudah akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinis yang
timbul. Secara farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan
sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam. Perubahan,
misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat
mengurangi manfaat klinik dari obat.
b. Obat-obat dengan rasio terapik yang rendah artinya antara dosis toksik
dan dosis terapetik tersebut perbandingannya (perbedaannya) tidak
besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan
terjadinya efek toksis.
Kedua ciri obat objek di atas, yaitu merupakan obat yang manfaat
kliniknya mudah dikurangi atau efek toksisnya mudah diperbesar oleh obat
presipitan, akan saling berkaitan dan tidak sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini
juga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkungan yang sempit.
2) Obat Presipitan
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain.
Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan
umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, dengan demikian akan
menggeser ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat
yang tergeser ini (displaced), kadar obat bebasnya dalam darah akan
meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek
toksik. Obat-obat jenis ini, misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain
lain.
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat
yang mempunyai sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) akan
mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar
dalam darah lebih cepat hilang, misalnya rifampisin, karbamasepin,
fenitoin, fenobarbital dan lain-lain. Sedangkan obat-obat yang dapat
menghambat metabolisme (enzyme inhibator) akan meningkatkan kadar
obat obyek sehingga terjadi efek toksik, termasuk kloramfenikol,
fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-
obat golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut
adalah jika kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni
terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi
renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat
bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

C. Mekanisme Kerja Interaksi Obat


1. Interaksi Farmasetik
ini adalah interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan/disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita.
Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur
bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Bentuk interaksi ini ada 2 macam :

1) Interaksi secara fisik, misalnya terjadi perubahan kelarutan


2) Interaksi secara khemis, misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain
atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan
ataupun selama dalam penyimpanan.

2. Interaksi Farmakokinetika

Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada


absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain.
Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi
pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma,
metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau
dipercepat.
1. Interaksi pada fase absorpsi
 Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran
pencernaan sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpi.
Interaksi ini dapat dihindari dengan cara obat yang berinteraksi
diberikan dengan jarak waktu yang berbeda (minimal 2 jam).
 Perubahan pH cairan saluran pencernaan
Sebelum dijelaskan lebih lanjut, kita asumsikan bahwa obat
yang akan dibahas di sini adalah obat yang absorbsinya cenderung
diabsorbsi di usus, bukan dilambung.
Adapun efek perubahan pH saluran pencernaan pada obat yakni
:
”Jika ada zat yang bersifat basa (garam bikarbonat) yang masuk
bersamaan dengan obat yang bersifat asam (pKa 2,5-7,5, misalnya
NSAID dan gol penisilin), maka zat yang bersifat basa ini akan
menurunkan absorbsi obat karena obat yang bersifat asam ini akan
berinteraksi dengan zat yang bersifat basa sehingga obat akan lebih
cenderung dalam bentuk ion bukan molekulnya. Sementara kita
tahu, obat dalam bentuk ion tidak diabsorbsi oleh usus.
Sebaliknya,

Jika ada zat yang bersifat asam (asam sitrat dan asam tartart)
dimana masuk bersamaan dengan obat yang bersifat basa lemah
(pKa 5 – 11, misalnya reserpin &propoksifen), maka absorbsi obat
akan turun.

Sementara,

Obat yang bersifat basa sangat lemah dengan pKa < 5 (kofein pKa
=0, 8), absorbsinya tidak tergantung pada pH lambung. Hal ini bisa
dijelaskan karena interaksi dengan zatnya tidak menyebabkan ia
menjadi bentuk ion.

 Motilitas saluran pencernaan.

Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk


semua obat. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai ke usus
halus maka akan semakin cepat pula absorpsinya. Obat yang
memperpendek waktu pengosongan lambung, (misalnya
metoklorpropamid, reserpine, sodium bikarbonat), akan
mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan.
Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu pengosongan
lambung (seperti antikolinergik, isoniazid, fenitoin) akan
memperlambat absorpsi obat lain.

Lebih cepat motilitas maka obat akan lebih terbatas waktunya


untuk mengalami proses absorpsi sehingga absorpsinya bisa
menurun. Hal ini sangat penting diperhatikan terutama untuk obat-
obat yang hanya dapat diabsorpsi pada daerah-daerah tertentu
dalam pencernaan dengan mekanisme transport aktif seperti
riboflavin, antibiotic golongan tetrasiklin, penisilin, griseofulvin,
dan garam-garam besi. Transit-transit yang lama dalam unsur
kebanyakan menguntungkan untuk absorpsi yang lebih sempurna,
sedangkan transit dalam lambung yang cukup lama hanya baik
untuk obat-obat yang diabsorpsi sempurna dalam lambung.

 Perubahan flora usus


Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain :

 Sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K


 Memecah sulfasalzin menjadi bagian-bagian yang aktif
 Tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa
 Hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga
terjadi sirkulasi enterohepatik yan akan memperpanjang kerja
obat seperti pil KB.
Pemberian antibakteri berspektrum luas seperti tetrasiklin,
kloramfenikol dan ampisilin akan mengubah flora normal usus
sehingga akan meningkatkan efektivitas anti koagulan oral
yang diberikan secara bersama-sama, mengurangi efektivitas
sulfasalazin, meningkatkan bioavailabilitas levodopa dan
mengurangi efektifitas kontrasepsi oral.

 Kecepatan aliran darah pada saluran pencernaan (di usus)


kecepatan aliran darah di usus bisa menjadi rate limiting
step fase absorbsi untuk obat – obat lipofilik. Namun, faktor ini
sangat kecil sekali berpengaruh, kecuali kepada orang yang
punya penyakit – penyakit berkaitan dengan aliran darah.
Kecepatan aliran ini dipengaruhi oleh vasokonstriksi dan
vasodilatasi pembuluh darah.
 Pembentukkan kompleks /khelat
Suatu obat apabila membentuk kompleks dengan senyawa
pembentuk kompleks, maka struktur molekulnya akan menjadi
besar. Akibatnya tidak bisa di absorbsi oleh usus.
2. Interaksi pada fase distribusi
 Interaksi dalam ikatan protein plasma.
Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat
dilepaskan dari ikatan proteinnya oleh suatu precipitant drug,
maka konsentrasiobject drug akan meningkat dan dapat
menimbulkan efek toksik. Hipoglikemik oral (klor propamid)
yang diberikan bersama-sama dengan sulfonamide,
menyebabkan terlepasnya klor propamid dari ikatan proteinnya
sehingga efek hipoglikemik meningkat. Tolbutamid diberikan
bersamaan dengan fenil butazon atau salisilat akan
menyebabkan efek hipoglikemik meningkat.substansi endogen
dapat pula tergeser dari nikatan proteinnya pada penggunaan
beberapa obat. Misalnya bilirubin dapat tergeser dari ikatan
proteinnya dan dapat menyebabkan korniuterus pada neonates
yang diberikan salisilat atau preparat sulfa..
 Interaksi dalam ikatan jaringan.
Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya
antar digoksin dan kuinidin yang akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar plasma digoksin.
 Interaksi pada reseptor.
Apabila dua atau lebih obat diberikan bersamaan mungkin
salah satu obat akan menduduki reseptor obat lain, sedemikian
rupa sehingga tidak ada respons. Misalnya reseptor alfa pada
pembuluh darah yang meberikan respons bila dikenai obat
norepineprin tetapi bila diberikan bersamaan dengan
fenetrazin, pentolamin, maka obat ini akan menduduki reseptor
tersebut dan tidak akan memberikan respons.
3. Interaksi pada fase metabolisme
Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug
dirangsang atau dihambat oleh precipitant drug. Perangsang
atau penghambat enzim metabolisme sudah lama dikenal.
Perangsangan atau induction ini terjadi karena reticulum
endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P450 yang merupakan
enzim metabolik obat bertambah. Hasil induksi ini
mengakibatkan metabolisme obat kian aktif dan konsentrasi
plasma object drug berkurang, sehingga efektivitasnya
menurun. Contoh: pemberian rifampisin pada akseptor
kontrasepsi oral dapat menyebabkan kehamilan.
4. Interaksi pada fase ekskresi
Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting
dalam interaksi ini.

3. Interaksi Farmakodinamik

Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung


merubah aksi molekuler atau kerja fisiologis obat lain.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :
1) Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu
organ (sinergisme).
2) Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).
3) Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
Kebanyakkan interaksi obat diakibatkan terjadinya perubahan
adsorbsi, distribusi, metabolisme dan elkresi obat. Akibat yang
dapat ditimbulkan oleh interaksi obat : Potensiasi, Kerusakan dan
Toksik / efek samping

4. Interaksi Gastrointestinal

Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua atau lebih


obat yang diberikan secara bersama-samaan yang terjadi di
dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya
mempengaruhi proses absropsi obat sehingga dapat digolongkan
dalam interaksi absropsi yang merupakan bagian dari interaksi
farmakokinetik.Interaksi gastrointestinal dibagi menjadi 3
golongan yaitu ;

D. Interaksi antara obat dengan obat lain

Interaksi obat dengan obat adalah interaksi suatu obat


dengan obat lain dalam saluran pencernaan, dimana interaksi ini
terjadi pada sebelum obat diabsropsi oleh saluran pencernaan
(usus).sehingga dapat menggangu absropsi salah satu obat.
Faktor atau mekanisme kerja terjadinya interaksi obat dalam
gastrointestinal:
 Interaksi langsung
Adalah interaksi secara fisika atau kimia antara obat dalam lumen
saluran cerna sebelum diabsropsi sehingga menganggu proses absropsi.
mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absropsi obat dalam GI tract
dipengaruhi banyak faktor antara lain ; berubahnya kecepatan aliran darah
GI, motilitas gi, pH GI, kelarutan obat, metabolisme GI atau mucosa GI,
terbentuknya komplek yang tidak larut.
 Perubahan pH cairan saluran cerna

Dimana perubahan pH pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi


kelarutan dan absropsi obat-obat yang bersifat asam atau basa. Contoh :
pemberian antasida bersamaan dengan tetrasiklin, maka akan mengurangi
absropsi dari tetrasiklin

 Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus


(motilitas saluran cerna)

Umumnya obat diabsropsi di dalam usus, di mana absorbs usus jauh


lebih cepat dibandingkan di lambung. Oleh karena itu, makin cepat obat
sampai ke usus maka makin cepat juga obat diabsropsi. Obat–obat yang
memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absropsi
obat lain yang diberikan secara bersamaan. Jika obat-obat yang
memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat
absropsi obat lain

Contoh : Metoklopramid yang mempercepat absropsi paracetamol, dimana


metokloopramid meningkatkan pengosongan usus, sehingga absorbs obat
lain meningkat.

 Perubahan flora usus


Secara normal flora usus berfungsi sebagai :
a. Sintesis vitamin k dan merupakan sumber vitamin k yang penting
b. Sebagai metabolisme obat ( levodopa )
c. Memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif
d. Hidrolisis glukoronid yang di ekresi melalui empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat ( kontrasepsi
oral )

Pemberian antibiotika spektrum luas ( seperti : tetrasiklin,


sulfonamide, ampisilin, kloramfenikol ) akan mempengaruhi flora usus,
sehingga menghambat sintes vitamin K oleh mikroorganisme usus.
Apabila antibiotika ini diberikan bersama antikoagulan oral, maka efek
antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.

 Efek toksik pada saluran cerna

Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin, kolkhisin


menimbulkan sindrom malabsorbsi yang menyebabkan absorbs obat lain
terganggu

 Mekanisme tidak diketahui


Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorbs obat lain dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Misalnya ; fenobarbital yang dapat
menguranmgi absorbs griseofulvin dalam saluran cerna

E. KETERANGAN OBAT
a) Paracetamol
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Parasetamol utamanya digunakan untuk menurunkan
panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya.
Disamping itu, parasetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala
nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar,
tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja
sering terjadi.

 Komposisi : Paracetamol 500 mg


 Indikasi : Meredakan nyeri termasuk sakit kepala dan sakit gigi.
Meredakan demam akibat flu dan paskaimunisasi.
 Dosis : Dewasa 500-1000 mg 4-6 jam sekali, anak-anak 250-
500 mg 4-6 jam sekali
 Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati atau gangguan fungsi
ginjal.
 Efek Samping : Reaksi hematologi, reaksi kulit, dan reaksi alergi
lainnya.

b) Amoxicillin
Amoxicillin salah satu obat paling popular di Indonesia. Amoxicillin juga
salah satu jenis antibiotic yang digunakan untuk mengatasi berbagai jenis
bakteri. Misalnya, amoxicillin digunakan untuk megobati infeksi pada saluran
pernapasa, saluran kemih, dan telinga. Selalu konsultasikan dengan dokter
sebelum mengonsumsi amoxicillin. Amoxicillin hanya berfungsi untuk
mengobati infeksi bakteri dan tidak berdampak pada infeksi virus. Obat ini
membunuh dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri.
 Komposisi : Amoxicillin trihidrat 500mg
 Indikasi : Mengobati berbagai macam infeksi bakteri
 Dosis : Dewasa 250-500 mg tiap 8-12 jam, anak-anak
20mg/kgBB/hari tiap 8 jam
 Kontraindiski : Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin
 Efek Samping : Mual. Muntah atau diare.

c) Allopurinol
Allopurinol merupakan agen untuk menurunkan kadar asam urat dalam
tubuh. Penumpukan asam urat berlebihan dapat menyebabkan gout arthritis atau
menjadi batu ginjal, Selain itu allopurinol juga bermanfaat untuk menurunkan
kadar asam urat pada pasien yang menjalani kemoterapi.
 Komposisi : Alluporinol 100mg
 Indikasi : Menurunkan kadar asam urat dalam darah
 Dosis : Dewasa 100-800mg sehari, anak-anak max 300mg
sehari
 Kontraindiksi : Alerigi terhadap allopurinol, penderita penyakit hati
 Efek Samping : Mengantuk, mual, sakit perut, diare dan nyeri sendi

d) Warfarin
Warfarin adalah golongan obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah yang membahayakan kesehatan dan jiwa seseorang, misalnya
pembekuan darah di kaki pada penderita thrombosis vena dalam, di paru-paru
pada penderita emboli paru, dan dijantung pada penderita fibriasi atrium dan
serangan jantung. Selain itu, warfarin juga dapat mencegah terjadinya
pembekuan darah akibat operasi jantung.
 Komposisi : Wartafin
 Indikasi : Mencegah dan mengatasi penggumpalan darah
 Dosis : 5mg perhari
 Kontraindiksi : Alergi terhadap warfarin, kehamilan, pasca operasi
system saraf pusat, mata dan operasi traumatic terbuka
 Efek Samping : Pendarahan, sakit maag, ruam. Gatal, anemia, demam,
sakit kepala, dll.

e) Dexamethasone
Dexamethasone termasuk ke dalam golongan obat kortikosteroid. Obat
ini hanya boleh digunakan atas resep dokte. Dexamethasone adalah obat untuk
mengatasi peradangan, reaksi alergi, dan penyakit autoimun. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet 0,5mg, sirup, suntikan, dan tetes mata.
 Komposisi : Dexamethasone 0,5mg
 Indikasi : Mengatasi peradangan, reaksi alergi, dan penyakit
autoimun
 Dosis : Dewasa 0,5-9 mg, anak-anak 0,02-0,3 mg
 Kontraindiksi : Hipersensivitas, infeksi jamur, dan tuberculosis
 Efek Samping : Berat badan bertambah, gangguan tidur, sakit kepala,
dll,

f) Tetracycline
Tetracycline digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri pada
kulit, usus, saluran pernapasan, saluran perkemihan, alat kelamin, kelenjar limpa
dan system tubuh lainnya. Teracycline juga sering digunakan untuk mengobati
jerawat yang berat. Obat ini bekerja dengan cara melawan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri.
 Komposisi : Tetracycline 250mg
 Indikasi : Antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit
infeksi bakteri
 Dosis : Dewasa 250-500 mg tiap 6 jam, anak-anak 25-30 mg
 Kontraindiksi : Hipersensivitas dengan golongan tetracycline
 Efek Samping ; Mual, muntah, kram perut, nyeri ulu hati, lidah
membengkak, dll

g) Asam metafenat
Asam metafenat adalah salah satu obat yang mengandung metafenic
acid. Obat ini terdapat dalam bentuk kaplet selaput, tablet, dan suspense. Asam
metafenat adalah termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai
NSAID(Non Steroidal Antiinflammantory Drugs) sehingga mempunyai fungsi
sebagai anti peradangan, anti nyeri, dan menurunkan demam.
 Komposisi : Asam metafenat 500mg
 Indikasi : Meredakan rasa sakit dan peradangan
 Dosis : Dewasa, dosis pertama 500mg, lalu 250mg tiap 6 jam.
Anak-anak ditentukan oleh dokter
 Kontraindiksi : Hipersensitif terhadap asam metafenat, penderita tukak
lambung dan usus, penderita gangguan ginjal
 Efek Samping : Hilang nafsu makan, sariawanm diare, ruam pada
kulit,dll.
h) Amlodipine
Amlodipine adalah obat darah tinggi atau hipertensi. Amlodipine
bekerja dengan cara melemaskan dinding pembuluh darah. Efeknya akan
memperlancar aliran darah menuju jantung dan mengurani tekanan darah.

 Komposisi : Amlodipine 10mg


 Indikasi : Menurunkan tekanan darah
 Dosis : Dewasa 5-10mg perhari, anak-anak 2,5-5mg perhari
 Kontraindiksi : Penderita gagal ginjal, gangguan fungsi hati, wanita
hamil/menyusui, anak-anak, usia lanjut
 Efek Samping : Merasa lelah, pusing, mual, jantung berdebar

i) Nifedipine
Nifedipine adalah obat dengan kegunaan mengatasi tekanan darah
tinggi serta nyeri dada. Obat ini tergolong dalam kelas obat-obatan calcium
channel bloker. Cara kerjanya adalah dengan melemaskan pembuluh darah
agar darah dapat mengalir dengan mudah. Nifedipine adalah obat yang juga
diberikan untuk persalinan premature dan syndrome Raynaud.

 Komposisi : Nifedipine 10mg


 Indikasi : Mencegah hipertensi, mencegah angina, mengobati
syndrome raynaud
 Dosis : Dewasa, dosis awal 5mg 3x perhari, lanutan 10-20mg
perhari
 Kontraindiksi : Terapi bersama rifampisin, syok KV, hamik, laktasi,
dll.
 Efek Samping : Tungkai bengkak, sakit kepala, pusing, batuk, sesak
nafas, dll.

j) Lodia
Lodia adalah obat untuk mengatasi diare yang tidak diketahui
penyebabnya dan diare kronik, Obat ini mengandung loperamid hidroklorida
yang memperpanjang waktu transit isi saluran cerna, menurunkan volume
feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses, dan menghentikan
kehilangan cairan dan elektrolit.
 Komposisi : Loperamide
 Indikasi : Diare yang bukan disebabkan infeksi bakteri, diare
kronik akibat IBD.
 Dosis : Diare akut non spesifik. Dosis awal 2 tab, dosis lazim
1-2 tab 1-2x/hari. Diare kronik 2-4 tab/hari dalam dosis terbagi. Maks 8
tab/hari. Bila setelah 48 jam tidak ada perbaikan, hentikan terapi.
 Kontraindikasi : Konstipasi, bayi
 Efek Samping : Nyeri abdomen, megakolon toksik, pusing, lelah, ruam
kulit.

F. Interaksi obat antar obat

1. Paracetamol dengan Amoxicillin


 Paracetamol merupakan obat penurun demam dan pereda nyeri ringan
sedangkan amoxicillin merupakan salah satu antibiotic golongan
penisilin untuk meredakan infeksi bakteri. Belum ada data secara
ilmiah yang membuktikan adanya efek berbahaya ataupun interaksi
dari konsumsi obat tersebut secara bersamaan, namun tetap sebaiknya
konsumsi obat atas anjuran dan petunjuk dari dokter salah satunya
adalah obat-obatan seperti antibiotic.

2. Paracetamol dengan dexamethasone


 Kedua obat ini dapat dikonsumsi secara bersamaan, dikarenakan
secara kimiawi bahan utama yang terkandung di dalam kedua obat
tersebut tidak akan saling berinteraksi(tidak akan menurunkan kerja
salah satu obat), sehingga aman untuk digunakan secara bersamaan.

3. Parasetamol dengan nifedipine


 Paracetamol adalah obat anti nyeri dan penurun demam sedangkan
nifedipne adalah obat yang dipakai untuk menurunkan tekanan darah
serta mengatasi nyeri dada akibat kelainan jantung. Tidak ada interaksi
obat yang berbahaya diantara keduanya. Penggunaan nifedipine
sebaiknya tidak dilakukan tanpa saran dari dokter karena pemakaian
nifedipin tanpa dosis yang tepat dapat menurunkan tekanan darah
secara drastic dan menyebabkan syok. Bila keluhan hanya sakit kepala
maka pemakaian paracetamolsaja sudah cukup.
4. Amoxicillin dengan asam metafenat
 Amoxicillin merupakan salah satu antibiotik dari golongan penisilin
yang bekerja dengan cara menghambat sistesis/pembentuka dinding
sel bakteri, digunakan untuk mengatasi infeksi sedangan asam
metafenat merupakan golongan NSAID yang berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri dan meredakan radang. Penggunaan keduanya
secara bersamaan tidak menimbulkan interaksi obat karena obatnya
bekerja sendiri-sendiri, sehingga aman jika digunakan bersamaan.
Namun perlu diingat kedua jenis obat ini merupakan obat-obatan
berlabel merah sehingga penggunaan keduanya harus melalui
peresepan dokter.

5. Amoxicillin dengan allopurinol


 Amoxicillin merupakan obat untuk mengatasi berbagai jenis alergi
sedangkan allopurinol merupakan agen untuk menurunkan kadar asam
urat dalam tubuh. Penggunaan amoxicillin bersamaan dengan
allopurinol meningkatkan resika terjadinya kemerahan pada kulit dan
juga bias meningkatkan efek samping dari allopurinol.

6. Paracetamol dengan walfarin


 Parasetamol merupakan obat yang termasuk dalam golongan
“analgesik analin” .Pendarahan secara signifikan efek samping dari
pengonsumsian warfarin dan parasetamol secara simultan bila
dibandingkan dengan konsumsi warfarin saja. Namun, belum ada
penjelasan yang jelas mengenai hal ini sehingga perlu pertimbangan
pemberian parasetamol pada pasien yang menerima terapi warfarin.
Pada skala yang lebih besar, parasetamol tidak hanya dapat
menginhibisi produksi vitamin K yang berperan pada protein kaskade
koagulasi, namun seluruh protein vitamin K yang secara normal
berfungsi untuk inhibisi kalsifikasi dan memodulasi transduksi sinyal
serta pertumbuhan sel. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi efek
jangka panjang parasetamol Parasetamol menyebabkan risiko
pendarahan bila diberikan bersamaan dengan warfarin.

7. Paracetamol dengan lodia


 Paracetamol merupakan obat penurun demam dan pereda nyeri ringan
sedangkan Lodia adalah obat untuk mengatasi diare yang tidak
diketahui penyebabnya dan diare kronik. Jika dilihat dari
kandungannya saja, semestinya konsumsi obat ini dengan paracetamol
tidaklah berbahaya dan tidak menimbulkan dampak negative, asalkan
anda tidak mengalami alergi terhadap kedua obat tersebut.

8. Paracetamol dengan amlodipine


 Paracetamol merupakan obat penurun demam dan pereda nyeri ringan
dan amlodipine adalah obat untuk menurunkan darah tinggi.
Penggunaan bersamaan kedua obat ini tidak ada interaksi yang
ditemukan. Tapi selalu konsultasikan dengan dokter jika timbul efek
samping.

9. Amoxicillin dengan tetracycline


 Amoxicillin merupakan obat untuk mengatasi berbagai jenis alergi
sedangkan tetracycline digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi
bakteri pada kulit, usus, saluran pernapasan, saluran perkemihan, alat
kelamin, kelenjar limpa dan system tubuh lainnya. Saat obat ini
berinteraksi dengan obat yang tidak cocok bias saja efektivitasnya
menurun dan menyebabkan efek samping yang berbahaya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Interaksi yang terjadi di
dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi farmakodinamik dan
interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat
(yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah
interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling
mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat
dalam darah.

Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat


antipiretik/analgesik. Parasetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas
badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping
itu, parasetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena
mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

Amoxicillin salah satu obat paling popular di Indonesia. Amoxicillin juga


salah satu jenis antibiotic yang digunakan untuk mengatasi berbagai jenis
bakteri. Misalnya, amoxicillin digunakan untuk megobati infeksi pada saluran
pernapasa, saluran kemih, dan telinga. Selalu konsultasikan dengan dokter
sebelum mengonsumsi amoxicillin. Amoxicillin hanya berfungsi untuk
mengobati infeksi bakteri dan tidak berdampak pada infeksi virus. Obat ini
membunuh dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri.
Dari interaksi diatas dapat kita ketahui ada beberapa obat yang aman
ketika dikonsumsi bersamaan dan ada juga obat yang tidak aman jika dikonsumsi
bersamaan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan penulis, penulis menyarankan agar makalah ini
dapat disempurnakan dan dilanjutkan ke tahap penelitian selanjutnya. Makalah
ini bisa menjadi acuan untuk pengembangan sehingga dapat dimanfaatkan lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Muhlis, M. 2006. Drug Interaction. Jakarta


Sinaga, E. 2005. Interaksi antara beberapa obat. Sumber Republika. Jakarta
Dr.R. Soetiono Gapar, 2003. Interaksi Obat Beta – Blocker dengan Obat –
Obat lain, jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ganiswara G. sulistia, et al., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, cetak
ulang 2005, fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta. Hal  800 – 810

Anda mungkin juga menyukai