Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB 1
TINJAUAN TEORI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.1. Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan adalah volume air bisa berupa
kelebihan atau kekurangan air. Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah
terminology guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan internal. Sedangkan elektrolit adalah
substansi yang menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara fisiologis karena
memiliki proporsi besar dalam tubuh. hampir 90% dari total berat badan berbentuk
cairan. Air didalam tubuh tersimpan dalam dua kompertemen utama, yaitu CIS dan
CES.
1) Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan berfungsi sebagai
media tempat aktivitas kimia sel berlangsung. Cairan ini menyusus sekitar
70% dari total cairan tubuh (total body water TBW ) dewasa, CIS menyusun
sekitar 40 % berat tubuh atau 2/3 TBW.
2) Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan menyusun 30% dari TBW
atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES terdiri atas cairan intravasikuler, cairan
interstisial dan cairantranseluler. Cairan intravasikuler atau plasma menyusun
5% dari total berat badan, sedangkan cairan interstisial menyusun 10%-15%
total berat badan.
1.2. Etiologi
1) Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ (missal
jantung, ginjal, paru-paru) untuk mengelola keseimbangan cairan, elektrolit
dan asam basa secara efisien juga terpengaruh. Dikarenakan usia merupakan
faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga menjadikannya semakin
penting untuk mengatur faktor terkontrol yang telah disebutkan sebelumnya
untuk individu yang sangat muda dan sangat tua.
2) Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
3) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nurisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial kke
intraseluler.
4) Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormoneakan mengganggu keseimbangan cairan
1.3. Anatomi Fisiologi
Fisiologi pengaturan cairan dan elektrolit
1) Cariran
Cairan tubuh terdiri dari dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable. Kedua kompertemen tersebut adalah intraseluler
dan ekstraseluler. Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel, atau
intraseluler, atau intraseluler. Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau
ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga
subdivisi:
a. Interstisial: cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%)
b. Intravascular: cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma darah
(8%)
c. Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial, dan pleural (25%)
2) Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan diluar
tubuh. mineral tersebutdimasukkan dalam cairan dan makanan dan
dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati,
kulit dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.
a. Sodium (Na+) : Fungsi neuromuscular dan manajemen cairan
(elektrolit ekstraseluler paling banyak
b. Potassium (K+) : Fungsi neuromuscular dan jantung (elektrolit
intraseluler paling banyak)
c. Kalsium (Ca++) : strukturtulang, fungsi neuromuscular dan
penggumpalan darah
d. Magnesium (Mg++) : Transportasi aktif Na+ dan K+, fungsi
neuromuscular
e. Klorida (Cl) : Osmolalitas, keseimbangan asam basa
f. Fosfat (HPO4) : Pembentukan ATP, keseimbangan asam basa
Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan pengeluaran
untuk menjaga level yang diharapkan untuk fungsi tubuh optimal. Dalam
hal kalsium, hormone paratiroid dan kasitonin disekresikan untuk
menstimulasi penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk
mengatur level dalam darah. Elektrolit lain diserap dari makanan dalam
jumlah sedikit atau banyak atau disimpan atau disekresikan oleh ginjal
atau lambung dalam jumlah sedikit atau banyak yang diperlukan untuk
mengurangi atau menaikkan level elektrolit ke level yang diperlukan
untuk fungsi tubuh optimal. Agar mekanisme umpan balik menjadi
efektif, organ atau sistem yang bertanggung jawab untuk penyerapan dan
ekskresi (gastrointestinal) atau penyerapan kembali dan ekskresi (renal)
harus berfungsi dengan baik.
1.4. Manifestasi Klinis
1) Ortopnea
2) Dispnea
3) PND (Paroxy nocturnal dyspnea)
4) Edema anasarka an/ atau edema perifer
5) Berat badan meningkat dalam waktu singkat
6) Ijigular Venous Pressure (JPV) dan/ atau Cental Venous Pressure (CVP)
meningkat
7) Reflex hepatojugular positif
8) Distensi vena jugularis
9) Terdengar suara napas tambahan
10) Hepatomegaly
11) Kadar Hb/ Ht turun
12) Oliguria
13) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
14) Kongesti paru
1.5. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, onsentrasi
elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering diukur
mencakup natrium, kalium, kliruda, bikarbonat, dan daya gabungan karbon
dioksida
2) Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit dan
leukosit per millimeter kubik darah. Perubahan hematrokit terjadi sebagai
respons terhadap dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga mempengaruhi
status oksigenisasi.
3) Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk menukur fungsi ginjal. Kreatinin
adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan dalam kadar yang
cukup konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
4) Berat jenis urine
5) Pemeriksaan berat jenis urine mengatur derajat konsentrasi urine. Rentang
berat jenis urine normal antara 1,003-1,030.
6) Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status
keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam
mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal. Pemeriksaan pH
darah arteri mengukur konsentrasi hydrogen. Penurunana pH dihubungkan
dengan asidosis, dan peningkatan pH dihubungkan dengan alkalosis.
PaCO2mengukur tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri, dan
PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen dalam darah arteri. SaO2 mengukur
derajat hemoglobin yang disaturasi oleh oksigen. Bikarbonat mencerminkan
porsi pengaturan asam basa ginjal.
1.6. Rumus untuk Menghitung Balance Cairan dan Defisit Elektrolit
a. Rumus Balance Cairan
Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water
Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan
dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang
di drip, albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika dipasang kateter maka
hitung dalam ukuran di urobag, jika tidak terpasang maka harus menampung
urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5
liter, kemudian feses.
Rumus IWL
IWL = (15 x BB )/24 jam
Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu]/ 24 jam + IWL normal
Keterangan : CM : Cairan Masuk
Tehnik Menghitung Balance Cairan Pada Anak
Menghitung Balance cairan anak tergantung pada tahap umur, untuk
menentukan Air Metabolisme, yaitu:
Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak
(30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
Tehnik menghitung Balance Cairan (Dewasa)
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,
meliputi Berat Badan dan Umur. Karena penghitungannya antara usia anak
dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk
kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan
Penghitungan Balance Cairan Dewasa
Input cairan:
Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc
(Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan:
Urine = ……cc
Feses = …..cc
(kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
b. Rumus Defisit Elektrolit
Defisit natrium (mEq total) = (Na serum yang diinginkan – Na serum
sekarang) x 0,6 x BB (kg)
Defisit Kalium (mEq total) = (K serum yang diinginkan [mEq/liter] – K serum
yang diukur) x 0,25 x BB (kg)
Defisit Klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan [mEq/liter] – Cl
serum yang diukur) x 0,45 x BB (kg)
1.7. Jenis Cairan dan Indikasinya
Secara garis besar, cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan
koloid.
a. Cairan Kristaloid
Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida).
Kristaloid tidak mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas
dalam ruang intravascular dengan waktu paruh kristaloid di intravascular
adalah 20-30 menit. Beberapa peneliti merekomendasikan untuk setiap 1 liter
darah, diberikan 3 liter kristaloid isotonik. Kristaloid murah, mudah dibuat,
dan tidak menimbulkan reaksi imun. Larutan kristaloid adalah larutan primer
yang digunakan untuk terapi intravena prehospital. Tonisitas kristaloid
menggambarkan konsentrasi elektrolit yang dilarutkan dalam air,
dibandingkan dengan yang dari plasma tubuh. Ada 3 jenis tonisitas kritaloid,
diantaranya.
1) Isotonis
Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma, ia
memiliki konsentrasi yang sama dan disebut sebagai “isotonik” (iso,
sama; tonik, konsentrasi). Ketika memberikan kristaloid isotonis, tidak
terjadi perpindahan yang signifikan antara cairan di dalam intravascular
dan sel. Dengan demikian, hampir tidak ada atau minimal osmosis.
Keuntungan dari cairan kristaloid adalah murah, mudah didapat, mudah
penyimpanannya, bebas reaksi, dapat segera dipakai untuk mengatasi
defisit volume sirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan dapat
digunakan sebagai fluid challenge test. Efek samping yang perlu
diperhatikan adalah terjadinya edema perifer dan edema paru pada
jumlah pemberian yang besarContoh larutan kristaloid isotonis: Ringer
Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%), dan Dextrose 5% in ¼ NS.
2) Hipertonis
Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh, itu lebih
terkonsentrasi dan disebut sebagai “hipertonik” (hiper, tinggi, tonik,
konsentrasi). Administrasi dari kristaloid hipertonik menyebabkan cairan
tersebut akan menarik cairan dari sel ke ruang intravascular. Efek larutan
garam hipertonik lain adalah meningkatkan curah jantung bukan hanya
karena perbaikan preload, tetapi 9 peningkatan curah jantung tersebut
mungkin sekunder karena efek inotropik positif pada miokard dan
penurunan afterload sekunder akibat efek vasodilatasi kapiler viseral.
Kedua keadaan ini dapat memperbaiki aliran darah ke organ-organ vital.
Efek samping dari pemberian larutan garam hipertonik adalah
hipernatremia dan hiperkloremia. Contoh larutan kristaloid hipertonis:
Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline, Dextrose 5% dalam Normal
Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5% dalam RL.
3) Hipotonis
Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan
kurang terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo, rendah; tonik,
konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan
berpindah dari intravascular ke sel. Contoh larutan kristaloid hipotonis:
Dextrose 5% dalam air, ½ Normal Saline.
b. Cairan Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi
dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan
agak lama dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi
cairan pada pasien dengan defisit cairan berat seperti pada syok
hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi darah, pada penderita
dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein jumlah besar (misalnya
pada luka bakar). Cairan koloid merupakan turunan dari plasma protein dan
sintetik yang dimana koloid memiliki sifat yaitu plasma expander yang
merupakan suatu sediaam larutan steril yang digunakan untuk menggantikan
plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka baker, operasi, Kerugian
dari ‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal dan dapat menimbulkan
reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross
match. Berdasarkan jenis pembuatannya, larutan koloid terdiri dari:
1) Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5%
dan 25%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma 60°C selama 10 jam
untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma
selain 10 mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan
beta globulin. Selain albumin, aktivator Prekallikrein (Hageman’s factor
fragments) terdapat dalam fraksi protein plasma dan sering menimbulkan
hipotensi dan kolaps kardiovaskuler
2) Koloid Sintetik
 Dextran Koloid ini berasal dari molekul polimer glukosa dengan
jumlah yang besar. Dextrans diproduksi untuk mengganti cairan
karena peningkatan berat molekulnya, sehingga memiliki durasi
tindakan yang lebih lama di dalam ruang intravaskular. Namun, obat
ini jarang digunakan karena efek samping terkait yang meliputi gagal
ginjal sekunder akibat pengendapan di dalam tubulus ginjal, gangguan
fungsi platelet, koagulopati dan gangguan pada cross-matching darah.
Tersedia dalam bentuk Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat
molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul
60.000-70.000.
 Hydroxylethyl Starch (Hetastarch)
Cairan koloid sintetik yang sering digunakan saat ini. Pemberian 500
ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin
dalam waktu 2 hari dan sisanya, yaitu starch yang bermolekul besar,
sebesar 64% dalam waktu 8 hari. Hetastarch nonantigenik dan jarang
dilaporkan adanya reaksi anafilaktoid. Low molecular weight
Hydroxylethyl starch (PentaStarch) mirip Heta starch, mampu
mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang
diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai
plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah
dan tidak mengganggu koagulasi maka Pentastarch dipilih sebagai
koloid untuk resusitasi cairan jumlah besar.
 Gelatin
Merupakan bagian dari koloid sintesis yang terbuat dari gelatin,
biasanya berasal dari collagen bovine serta dapat memberikan reaksi.
Larutan gelatin adalah urea atau modifikasi succinylated cross-linked
dari kolagen sapi. Berat molekul gelatin relatif rendah, 30,35 kDa, jika
dibandingkan dengan koloid lain. Pengangkut berisi NaCl 110 mmol/l.
Efek ekspansi plasma segera dari gelatin adalah 80-100% dari volume
yang dimasukkan dibawah kondisi hemodilusi normovolemik. Efek
ekspansi plasma akan bertahan 1-2 jam. Tidak ada batasan dosis
maksimum untuk gelatin. Gelatin dapat memicu reaksi
hipersensitivitas, lebih sering daripada larutan HES. Meskipun produk
mentahnya bersumer dari sapi, gelatin dipercaya bebas dari resiko
penyebaran infeksi. Kebanyakan gelatin dieskskresi melalui ginjal, dan
tidak ada akumulasi jaringan.
Tabel 1. Perbandingan Kristaloid dan Koloid

Sifat Kristaloid Koloid


Berat molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat: 20-30 menit Lebih lama dalam sirkulasi
(3-6 jam)
Faal Tidak ada pengaruh Mengganggu
hemostasis
Penggunaan Dehidrasi Pendarahan pasif
Koreksi Diberikan 2-3x jumlah Sesuai jumlah pendarahan
pendarahan pendarahan

Tabel. 2 Komposisi Beberapa Cairan

Cairan Ton Osm Na+ CI- K+ Gluk Laktat pH Lainnya


NS Iso 308 154 154 6
RL Iso 273 130 109 4 28 6,5
D5W Hipo 252 50 4,5
D5RL Hiper 525 130 109 4 50 28 5,0
D51/4NS Hiper 355 38,5 38,5 50
D51/2NS Hiper 406 77 77 0 4,0
5% alb Hiper 330 <2,5 7,4 COP 32
mmHg
Plasmanat Hiper 330 145 <2,0 7,4 COP 20
mmHg
10%Dextra Hipo 255 0 4,0
n
HES Iso 310 154 5,9
Berdasarkan penggunaannya, cairan infus dapat digolongkan menjadi empat
kelompok, yaitu:

1. Cairan Pemeliharaan
Terapi cairan intravena untuk pemeliharaan rutin mengacu pada penyediaan
IV cairan dan elektrolit untuk pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
mereka dengan rute enteral, namun sebaliknya baik dalam hal keseimbangan
cairan dan elektrolit dan penanganan (yaitu mereka yang pada dasarnya
euvolemik tanpa signifikan defisit elektrolit, kerugian yang abnormal yang
sedang berlangsung atau masalah redistribusi internal yang kompleks). Tujuan
saat memberikan cairan perawatan rutin adalah untuk menyediakan cukup
cairan dan elektrolit untuk memenuhi insensible losses (500-1000 ml),
mempertahankan status normal tubuh kompartemen cairan dan
memungkinkan ekskresi ginjal dari produk-produk limbah (500-1500 ml.).
Jenis cairan rumatan yang dapat digunakan adalah : NaCl 0,9%, glukosa 5%,
glukosa salin, ringer laktat/asetat, NaCl 0,9% hanya untuk rumatan yang
tinggi kandungan NaCl dari saluran cerna ataupun ginjal, glukosa 5% atau
glukosa salin.
Jumlah kehilangan air tubuh berbeda sesuai dengan umur, yaitu Dewasa 1,5-2
ml/kg/jam
 Anak-anak 2-4 ml/kg/jam
 Bayi 4-6 ml/kg/jam
 Neonatus 3 ml/kg/jam

Kebutuhan cairan rumatan adalah 25-30 ml/kg/hari. Kebutuhan K, Na dan Cl


kurang lebih 1mmol/kg/hari. Kebutuhan glukosa 50-100 g/hari. Setelah cairan
13 pemeliharaan intravena diberikan, monitor dan lakukan penilaian ulang
pada pasien. Hentikan cairan intravena jika tidak ada indikasi yang tepat.
Cairan nasogastrium atau makanan enteral lebih dipilih untuk kebutuhan
pemeliharaan lebih dari 3 hari.

2. Cairan Pengganti
Banyak pasien yang membutuhkan cairan intravena memiliki kebutuhan
spesifik untuk menutupi penggantian dari deficit cairan atau kehilangan cairan
atau elektrolit serta permasalahan redistribusi cairan internal yang sedang
berlangsung, sehingga harus dihitung untuk pemilihan cairan intravena yang
optimal. Cairan dan elektrolit intravena pengganti dibutuhkan untuk
mengangani deficit yang ada atau kehilangan yang tidak normal yang sedang
berlangsung, biasanya dari saluran pencernaan (contoh: ileostomy, fistula,
drainase nasogastrium, dan drainase bedah) atau saluran kencing (contoh: saat
pemulihan dari gagal ginjal akut). Secara umum, terapi cairan intravena untuk
penggantian harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ekstra dari cairan
dan elektrolit seperti kebutuhan pemeliharaan, sehingga homeostasis dapat
kembali dan terjaga.
Lakukan penilaian cairan dan elektrolit pasien dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, monitor klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Cari defisit,
kehilangan yang sedang berlangsung, distribusi yang tidak normal atau
permasalahan kompleks lainnya. Periksa kehilangan yang sedang berlangsung
dan perkirakan jumlahnya dengan mengecek untuk muntah dan kehilangan
NG tube, diare, kehilangan darah yang berlangsung. Periksa redistribusi dan
masalah kompleks lainnya dengan memeriksa pembengkakan, sepsis berat,
dan lainnya. Berikan tambahan cairan dari kebutuhan pemeliharaan rutin,
mengatur sumber-sumber cairan dan elektrolit yang lain. Monitor dan periksa
ulang pasien setelah meresepkan.
3. Cairan untuk Tujuan Khusus
Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya
natrium bikarbonat 7,5%, kalsium glukonas, untuk tujuan koreksi khusus
terhadap gangguan keseimbangan elektrolit.
4. Cairan Nutrisi
Cairan nutrisi biasanya digunakan untuk nutrisi parenteral pada pasien yang
tidaak mau makan, tidak boleh makan dan tidak bisa makan peroral. Jenis
cairan nutrisi parenteral pada saat ini sudah dalam berbagai komposisi baik
untuk parenteral parsial atau total maupun untuk kasus penyakit tertentu.
Adapun syarat pemberian nutrisi parenteral yaitu berupa:
 Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia
intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
 Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat,
status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri
mesenterika, diare berulang.
 Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-
obstruksi dan skleroderma.
 Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan
makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis
gravidarum.
BAB 2
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
ditujukan/difokuskan pada:
1) Faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
a. Usia: sangat muda, sangat tua
b. Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung
kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit
ginjal (gagal ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran
c. Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio
d. Terapi: diuretic, steroid, terapi IV, nutrisi parental total
e. Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastric, fistula
2) Riwayat keluhan: kepala sakit/ pusing/ pening, rasa baal dan kesemutan
3) Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia,
kram abdomen, rasa haus yang berlebihan
4) Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah
maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh
banyak mengeluarkan cairan? Bila iya, melalui apa? Muntah, diare,
berkeringat
2.2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: iritablitas, letargi, bingung, disorientasi
2) Berat badan
Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui resiko terkena gangguan
cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi lebih
dini karena 2,5-5 kg cairan tertahan didalam tubuh sebelum muncul edema.
Perubahan dapat turun, naik atau stabil
3) Intake dan output cairan
Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral. Output cairan
meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster, drainage selang paska bedah,
maupun IWL. Apakah balance cairan seimbang, positif ataunegatif. Kaji
volume, warna, dan konsentrasi urine.
4) Bayi: fontanelacekung jika kekurangan volume cairan dan menonjol jika
kelebihan cairan
5) Mata:
a. Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
b. Edema periorbital, papilledema
6) Tenggorokan dan mulut:
Membrane mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan kering, saliva
menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
7) Sistem kardiovaskuler:
a. Inspeksi:
- Vena leher: JVP/ jugularis vena pressur datar atau distensi
- Central venus pressure (CVP), abnormal
- Bagian tubuh yang tertekan,pengisian vena lambat
b. Palpasi:
- Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sacrum, dan
tungkai (pre tibia, medialis, punggung kaki)
- Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
- Pengisian kapiler
c. Aluskultasi:
- Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat perbedaannya,
stabil, meningkat, atau menurun.
- Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
8) Sistem pernapasan: dyspnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
9) Sistem gastro intestinal:
a. Inspeksi: abdomen cekung/ distensi, muntah, diare
b. Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik.
10) Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
11) Sistem neuromuscular:
a. Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
b. Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
c. Perkusi: reflex tendon dalam (menurun/ tidak ada, hiperaktif/ meningkat)
12) Kulit:
a. Suhu tubuh: meningkat/ menurun
b. Inspeksi: kering, kemerahan
c. Palpasi: turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan lembab

2.3. Diagnosa Keperawatan


Daftar Diagnosa:
a. Berat badan berlebih
b. Hipervolemi
c. Resiko Ketidakseimbangan cairan
d. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit
e. Resiko syok

SDKI
Hipervolemia (D.0022)
Definisi : Peningkatan volume cairan intravascular, interstisial, dan/ atau intraselular
Gejala dan Tanda mayor Penyebab
 Subjektif - Gangguan mekanisme
- Ortopnea regulasi
- Dispnea - Kelebihan asupan cairan
- Paroxysmal nocturnal - Kelebihan asupan natrium
dyspnea (PND) - Gangguan aliran balik
 Objektif vena
- Edema anasarka dan/ atau - Efek agen farmakologis
edema perifer (mis. Kortikosteroid,
- Berat badan meningkat dalam chlorpropamide,
waktu singkat tolbutamide, vincristine,
- Jugular Venous Pressure tryptilinescarbamazepine)
(JPV) dan/ atau Cental
Venous Pressure (CVP)
meningkat
- Reflex hepatojugular positif
Gejala dan Tanda minor
 Subjektif
- (Tidak Tersedia)

 Objektif
 Distensi vena jugularis
 Terdengar suara napas
tambahan
 Hepatomegaly
 Kadar Hb/ Ht turun
 Oliguria
 Intake lebih banyak dari
output (balans cairan
positif)
 Kongesti paru

2.4. Intervensi Keperawatan


SLKI: Keseimbangan Cairan (L.03020)
Definisi: Ekuilibrium antara volume cairan di ruang intraselular dan
ekstraselular tubuh
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Asupan cairan 1 2 3 4 5
Haluaran urine 1 2 3 4 5
Kelembapan 1 2 3 4 5
membrane
mukosa
Asupan makanan 1 2 3 4 5

Kriteria Hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


Meningkat Menurun
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5

Kriteria Hasil Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik


k Memburuk Membaik
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Denyut nadi 1 2 3 4 5
radial
Tekanan arteri 1 2 3 4 5
rata-rata
Membrane 1 2 3 4 5
mukosa
Mata cekung 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5

2.5. Implementasi Keperawatan


SIKI
Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola kelebihan volume cairan intravascular dan
ekstraseluler serta mencegah terjadinya komplikasi
Tindakan (Observasi) Tindakan (Teraupetik)
1. Periksa tanda dan gejala 1. Timbang berat badan setiap hari
hypervolemia (mis. Ortopnea, pada waktu yang sama
dyspnea, JVP/CVP meningkat, 2. Batasi asupan cairan dan garam
reflek hepato jugular positif, suara 3. Tinggikan kepala tempat tidur
napas tambahan) 30-400
2. Identifikasi penyebab hypervolemia Tindakan (Kolaborasi)
3. Monitor status hemodinamik (mis. 1. Kolaborasi pemberian diuretic
Frekuensi jantung, tekanan darah, 2. Kolaborasi penggantian
MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI, kehilangan kalium akibat
jika tersedia diuretic
4. Monitor intake dan output cairan 3. Kolaborasi pemberian
5. Monitor tanda hemokonsentrasi continuous renel replacement
(mis. Kadar natrium, BUN, therapy (CRRT), jika perlu
hematrokit, berat jenis urine)
6. Monitor tanda peningkatan tekanan
onkotik plasma (mis. Kadar protein
dan albumin meningkat)
7. Monitor kecepatan infus secara
ketat
8. Monitor efek samping diuretic
(mis. Hipotensi ortortostatik,
hiovolemia, hypokalemia,
hyponatremia)
Tindakan (Edukasi)

1. Anjurkan melapor jika haluaran


urine >0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
4. Ajarkan cara membatasi cairan

2.6. Evaluasi
1. Pasien terlihat segar dan tidak lemas
2. Pasien merasa nyaman
3. TTV normal
4. Tidak ada edema

Anda mungkin juga menyukai