Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PENENTUAN RUTE OPERATING AND MONITORING PRODUCTION


WELLS DENGAN MENGGUNAKAN METODE NEAREST
NEIGHBOUR DI LAPANGAN SOUTH PROCCESSING UNIT (SPU)
PT. PERTAMINA HULU MAHAKAM

Oleh:
VIDELIUS GILBER
2201861976

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik
yang berjudul “PENENTUAN RUTE OPERATING AND MONITORING PRODUCTION
WELLS DENGAN MENGGUNAKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR DI LAPANGAN
SOUTH PROCCESSING UNIT (SPU) PT. PERTAMINA HULU MAHAKAM”. Laporan ini
adalah sebagai tugas akhir di semester 6 dalam masa Industrial Practice (Kerja Praktik)
diajukan sebagai salah satu syarat dalam perkuliahan di program study Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara.

Dalam menyelesaikan laporan kerja praktik penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
terutama kepada dosen mata kuliah dan juga sebagai dosen pembimbing yaitu Bapak Taufik,
S.T., M.M., Ph.D.(D2496). Selain itu penulis juga berterima kasih kepada semua karyawan
PT Pertamina Hulu Mahakam yang berperan serta dalam penulisan laporan kerja praktik ini.

Penulis berharap agar laporan kerja praktik ini akan memberikan manfaat bagi pihak
perusahaan, fakultas, maupun penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan
datang.

Bekasi, November 2021

Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................................................8
1.6 Sistematika Penulisan...........................................................................................................8
BAB II STUDI LITERATUR....................................................................................................9
2.1 Travelling Salesman Problem (TSP)....................................................................................9
2.2 Metode Penentuan Rute......................................................................................................10
2.3 Metode Nearest Neighbour.................................................................................................11
2.4 Penelitian Travelling Salesman Problem (TSP) Sebelumnya.............................................12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................................14
3.1 Flow Chart Penelitian.........................................................................................................14
3.2 Tahapan Persiapan..............................................................................................................15
3.3 Tahapan Pengumpulan Data...............................................................................................15
3.4 Tahap Pengolahan Data......................................................................................................15
3.5 Tahap Analisis....................................................................................................................16
3.6 Tahap Penutup....................................................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS..........................................................................17
4.1 Profil Perusahaan................................................................................................................17
4.1.1 Profil dan Sejarah Perusahaan........................................................................................17
4.1.2 Struktur Organisasi........................................................................................................18
4.1.3 Job Description...................................................................................................................20
4.2 Pengumpulan Data.............................................................................................................21
4.2.1 Data Jarak...........................................................................................................................21
4.2.2 Rute Awal..........................................................................................................................23
4.3 Pengolahan Data.................................................................................................................23
4.4 Analisis Data......................................................................................................................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................24
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................24
5.2 Saran..................................................................................................................................24
Daftar Pustaka..........................................................................................................................25
Lampiran..................................................................................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


PT. Pertamina Hulu Mahakam merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Pertamina.
Perusahaan ini adalah nasionalisasi dari perusahaan asing dan diambil alih kelola oleh PT
Pertamina. Di Indonesia Perusahaan ini didirikan pada tahun 1968, dan memusatkan kegiatan
operasi kerjanya di Kalimantan Timur, tepatnya di area Delta Mahakam. PT. Pertamina Hulu
Mahakam memiliki 8 lapangan kerja, seperti Bekapai, Senipah, TRF, Central Processing
Area (CPA), Central Processing Unit (CPU), North Processing Unit (NPU), South
Processing Unit (SPU) dan SisiNubi. Wilayah kerja dari PT. Pertamina Hulu Mahakam
seperti pada Gambar 1.1 dibawah ini.

Di lapangan South Procesing Unit (SPU) terdapat 21 wilayah kerja, yang terbagi menjadi 14
wilayah kerja bagian utara dan 7 wilayah kerja bagian selatan. Wilayah kerja itu biasa disebut
dengan Gathering Testing Satelite (GTS). Fungsi dari GTS adalah sebagai tempat pengumpul
aliran gas dari beberapa sumur produksi yang kemudian disalurkan ke area proses produksi
untuk tahapan selanjutnya. Pada Gathering Testing Satelite (GTS) terdapat berbagai peralatan
yang digunakan untuk menyalurkan hasil produksi dan tempat melakukan pengetesan
terhadap performa sumur migas.
Gambar 1. 1 Wilayah Kerja PT Pertamina Hulu Mahakam (sumber: diolah oleh penulis dari aplikasi
PERTAGIS)

Data-data dari hasil pengecekan rutin sumur-sumur produksi ini sangat bermanfaat bagi
perkembangan sumur produksi itu sendiri. Dari data sumur dapat ditentukan apa yang terjadi
dari sumur tersebut dan perlakuan selanjutnya terhadap sumur tersebut. Oleh karena itu,
pencatatan parameter sumur harus dilakukan sesering mungkin.

Dalam melakukan pengecekan dan pengawasan rutin terhadap sumur-sumur produksi ini,
operator produksi diberikan fasilitas transportasi berupa Sea Truck lengkap dengan
pengemudinya dan asisten pengemudi. Kelompok-kelompok sumur produksi yang harus
dikunjungi seperti pada Gambar 1.2.
Gambar 1. 2 Sebaran sumur-sumur produksi area GTS-S (Sumber: diolah oleh penulis dari aplikasi GISWEB)

Berdasarkan letak geografis sumur-sumur produksi yang tersebar, maka dalam melakukan
pengoperasian dan pengecekan parameter sumur tersebut membutuhkan waktu tempuh
perjalanan yang sangat banyak jika dilakukan secara acak dan tidak teratur. Oleh karena itu
diperlukan pengaturan rute yang optimal untuk mengurangi waktu tempuh perjalanan
sehingga pengoperasian dan pengecekan parameter sumur-sumur produksi menjadi lebih
efisien.

Sesuai dengan kondisi dan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai
penentuan rute minimum atau jarak rute terpendek. Permasalahan dalam menentukan rute
minimum tergolong kepada masalah Travelling Salesman Problem (TSP). Metode Travelling
Salesman Problem (TSP) adalah suatu bentuk permasalahan yang digunakan untuk mencari
rute terpendek dengan syarat keadaan berawal dan berakhir di tempat yang sama dan setiap
tempat dikunjungi tepat satu kali. Metode Nearest Neighbour merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini, pada metode ini akan
dibandingkan antara jarak tempuh dari rute alternatif yang diusulkan dengan jarak tempuh
rute normal atau seperti praktik sebelumnya (berdasarkan pengalaman pengemudi). Metode
Nearest Neighbours digunakan pada penelitian ini dikarenakan metode ini merupakan metode
sederhana yang memiliki karakteristik pembentukan rute distribusi sesuai dengan keadaan
nyata yang terdapat pada kondisi lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan permasalahan pada praktik kerja ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana menentukan jarak antar cluster sumur produksi?
b. Bagaimana menentukan rute optimal pengecekan rutin dari sumur-sumur produksi?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari laporan kerja praktik ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jarak antar (cluster) sumur-sumur produksi berdasarkan jarak.
b. Menentukan rute optimal pengecekan rutin dari sumur-sumur produksi.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Adapun ruang lingkup atau batasan masalah dalam penulisan laporan kerja praktik ini
adalah pengukuran waktu tempuh perjalanan dilakukan di area GTS-S (zona 9).
Pengukuran jarak antar kelompok sumur produksi dilakukan dengan menggunakan
aplikasi PERTAGIS. Perhitungan waktu tempuh hanya berdasarkan waktu tempuh
perjalanan pada saat cuaca sedang baik (tidak dalam kondisi cuaca buruk/badai).

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang didapatkan dalam penulisan laporan kerja praktik ini adalah untuk mengurangi
waktu tempuh perjalanan dalam melakukan pengoperasian dan pengecekan parameter sumur-
sumur produksi di area GTS-S (zona 9).

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian (batasan masalah), manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk
menjelaskan latar belakang penelitian ini dilakukan sehingga dapat memberi
masukan ke perusahaan sesuai dengan tujuan.
BAB II STUDI LITERATUR
Di dalam bab ini, peneliti menyampaikan tentang telaah literatur, referensi atau
jurnal yang mendukung penelitian serta hasil-hasil dari penelitian yang ada
sebelumnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai langkah-langkah pemecahan masalah pada penelitian
yang dilakukan. Tahap-tahap penelitian dimulai dari tahap persiapan, tahap
pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap pembahasan dan analisis, hingga
tahap penarikan kesimpulan dan saran, semuanya akan diuraikan secara rinci pada
bab ini.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Bab ini membahas mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data sumur dan
jarak antar cluster sumur. Data sekunder yaitu data profil dan sejarah perusahaan,
struktur organisasi, dan job description penulis di perusahaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan-
kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya.
BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 Travelling Salesman Problem (TSP)


Travelling Salesman Problem (TSP) adalah untuk rute perjalanan terpendek untuk melewati
sejumlah tempat dengan jalur tertentu sehingga setiap kota hanya terlewati satu kali dan
perjalanan diakhiri dengan kembali ke kota semula. TSP merupakan suatu masalah optimasi
pencarian rute terpendek pada seorang salesman yang mendistribusikan produknya dengan
melakukan perjalanan yang dimulai dari tempat asalnya menuju sejumlah n kota tepat satu
kali kemudian kembali ke tempat asalnya. Travelling Salesman Problem (TSP) adalah
mencari rute terpendek dengan syarat kendaraan berawal dan berakhir di depo yang sama dan
setiap kota dikunjungi tepat satu kali. [ CITATION Zak13 \l 1033 ]

TSP dikenal sebagai suatu permasalah optimasi yang bersifat klasik dan NonDeterministic
Polynomial-time Complete (NPC), dimana tidak ada penyelesaian yang paling optimal selain
mencoba seluruh kemungkinan penyelesaian yang ada. Permasalahan ini melibatkan seorang
traveling salesman yang harus melakukan kunjungan sekali pada semua kota dalam sebuah
lintasan sebelum dia kembali ke titik awal, sehingga perjalanannya dikatakan sempurna.
[ CITATION Mad13 \l 1033 ]

Tujuannya adalah untuk menentukan rute perjalanan sedemikian rupa sehingga jarak tempuh
yang melalui rute tersebut minimum. Tujuan optimasi pada permasalahan sales tersebut
adalah untuk meminimalkan biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan. Rute kendaraan
pada masalah TSP merupakan sebuah path tertutup yang memuat semua node pada network
yang merepresentasikan jaringan jalan yang menghubungkan tiap lokasi.

Travelling Sallesman Problem (TSP) memiliki batasan-batasan antara lain:


1. Setiap lokasi pemberhentian memiliki volume barang yang harus diangkat ataupun
dikirimkan,
2. Depot mungkin saja memiliki jenis kendaraan dengan kapasitas angkut yang heterogen.
Batasan kapasitas dapat berupa volume, berat, atau keduanya,
3. Depot mungkin saja hanya memiliki beberapa jumlah kendaraan yang dapat digunakan
untuk melayani permintaan customer,
4. Depot dapat memberlakukan aturan maksimum waktu tempuh kendaraan untuk melalui
satu rute, dimulai dari depot hingga kembali ke depot, dan
5. Setiap lokasi pengangkutan ataupun pengiriman dapat menerapkan aturan kunjungan,
yaitu lokasi pemberhentian hanya dapat dikunjungi pada waktu tertentu saja.

2.2 Metode Penentuan Rute


Metode yang digunakan dalam menentukan rute optimal dalam suatu perjalanan dapat
diselesaikan dengan Vehicle Routing Problem (VRP). VRP merupakan suatu permasalahan
yang berfokus pada pendistribusian barang dari depot (gudang) perusahaan kepada
pelanggannya. Solusi dari VRP berupa rute-rute yang dapat ditempuh kendaraan untuk
mengantarkan seluruh permintaan pelanggan dimana setiap rute ditempuh oleh satu
kendaraan yang berawal dan berakhir di depot.[ CITATION Amr14 \l 1033 ].

Menurut [ CITATION Kur14 \l 1033 ], Nearest Neighbour merupakan algoritma yang mudah
untuk diimplementasikan dan mudah untuk dieksekusi, tetapi tidak menjamin solusi yang
dihasilkan optimal. Pada algoritma ini, peraturannya hanya pergi ke pelanggan dengan jarak
terdekat yang belum dikunjungi dengan mengikutkan beberapa batasan. Berikut ini
merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengerjaan pembentukan rute
dengan menggunakan metode Nearest Neighbour:
1) Memilih titik pusat sebagai titik awal pengiriman.
2) Menentukan titik dengan jarak terkecil dari gudang titik awal, yang selanjutnya adalah
melakukan penggabungan antar kedua titik tersebut.
3) Titik yang terakhir dikunjungi menjadi titik awal, dan selanjutnya mencari titik
dengan jarak terdekat dari titi awal tersebut.
4) Lakukan proses pengulangan sampai dengan kapasitas kendaraan sudah tidak
mencukupi untuk melakukan pengiriman.
5) Tarik titik tersebut pada satu garis, titik ini yang dimakan dengan satu rute perjalanan,
dengan kapasitas kendaraan sebagai kendala dalam pembentukan satu rute perjalanan
pengiriman barang.
6) Lakukan proses yang sama, pada langkah satu sampai dengan langkah lima.

Secara umum permasalahan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman bisa memiliki
beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan untuk meminimalkan biaya pengiriman,
meminimalkan waktu, atau meminimalkan jarak tempuh.
2.3 Metode Nearest Neighbour
Pada metode Nearest Neighbor, pemilihan lintasan akan dimulai pada lintasan yang memiliki
nilai jarak paling minimum setiap melalui daerah, kemudian akan memilih daerah selanjutnya
yang belum dikunjungi dan memiliki nilai minimum pula. [ CITATION Mad13 \l 1033 ]

Metode Nearest Neighbour adalah metode heuristik yang digunakan dalam pemecahan
masalah rute, pemecahan masalah dilakukan dengan memulai titik awal kemudian mencari
titik terdekat. [ CITATION Hut141 \l 1033 ]

Metode Nearest Neighbour merupakan metode paling sederhana untuk menyelesaikan masalah
Traveling Salesman Problem (TSP), pilihlah salah satu node yang mewakili suatu tempat atau
lokasi awal. Selanjutnya pilih node tujuan atau kota yang akan dikunjungi berikutnya, dengan
pertimbangan hanya memilih kota yang memiliki jarak terdekat dengan kota yang sebelumnya
dikunjungi kemudian, setelah seluruh kota dikunjungi atau seluruh node telah terhubung, maka
tutup rute perjalanan dengan kembali ke kota asal (node asal).

Secara umum langkah-langkah dari metode ini adalah sebagai berikut:


1. Langkah 0 : inisialisasi
Tentukan N = {1,2,3,...,...,n}sebagai jumlah kota atau lokasi yang akan dikunjungi.
Tentukan satu kota sembarang sebagai titik awal perjalanan (i0), dan V adalah sejumlah kota
lain yang masih harus dikunjungi, serta S adalah urutan rute perjalanan saat ini, pada
langkah 1, S=(i 0 ), karena belum ada kota lain yang dikunjungi,
2. Langkah 1 : pilih kota yang selanjutnya akan dikunjungi
3. Jika i 1 adalah kota yang berada diurutan terakhir dari rute S, maka temukan kota berikutnya
(j*) yang memiliki jarak paling minimal dengan i1, dimana J *
merupakan anggota V.
Apabila terdapat banyak pilihan optimal maka pilih secara acak,
4. Langkah 2 : tambahkan pada urutan rute berikutnya
Tambahkan kota J* di urutan akhir dari rute sementara dan keluarkan yang terpilih
tersebut dari daftar kota yang belum dikunjungi,
5. Langkah 3 : jika semua kota yang harus dikunjungi telah dimasukkan kedalam rute atau
V=0, maka tidak ada lagi kota yang tertinggal. Selanjutnya, tutup rute dengan
menambahkan kota inisialisasi itu i0 diakhir rute. Dengan kata lain, rute ditutup dengan
kembali lagi ke kota asal jika sebaliknya, kembali lakukan 1 lagi.

Untuk mendapatkan letak lokasi pada koordinat cartesius pada proses pemetaan lokasi, maka
dapat digunakan persamaan 2.1 dan 2.2 sebagai berikut:

Koordinat-Xi = Koordinat BTi – Koordinat BT0 ..............................................................................(2.1)

Dengan : Koordinat-Xi = Koordinat –X lokasi i


Koordinat-BTi = Koordinat –BT lokasi i
Koordinat-BTo = Koordinat –BT lokasi depot

Koordinat-Yi = Koordinat LSo – Koordinat LSi ......................................................................................(2.2)

Dengan : Koordinat-Yi = Koordinat –Y lokasi i


Koordinat-LSi = Koordinat –LS lokasi i
Koordinator-LSo = Koordinat –LS lokasi depot

Pada pemetaan lokasi tersebut ditentukan bahwa lokasi depot (BT;LS) adalah sebagai titik
pusat pada koordinat cartesius yaitu titik (0;0).

Metode Nearest Neighbour digunakan pada penelitian ini dikarenakan metode ini merupakan
salah satu metode yang memiliki karakteristik pembentukan rute distribusi sesuai dengan
keadaan nyata yang terdapat pada kondisi lapangan, serta teknik penentuan rute yang
ditetapkan pada metode ini lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan metode TSP yang lain
dan metode Nearest Neighbour ini merupakan metode yang dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pembuatan rute distribusi menggunakan metode lainnya.

2.4 Penelitian Travelling Salesman Problem (TSP) Sebelumnya


Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai penentuan jarak terpendek
yaitu;
Era Madona dkk. (2013) meneliti tentang penentuan jalur evakuasi terpendek untuk daerah
rawan gempa dan tsunami. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Travelling
Salesman Problem menggunakan metode Nearest Neighbour untuk menentukan rute
terpendek pada peta evakuasi sektor VI, dimana jarak tempuh yang terpendek adalah 9,04
Km.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Amri dkk (2014) yang berjudul "Penyelesaian
Vehicle Routing Problem Dengan Menggunakan Metode Nearest Neighbor", dalam
menentukan rute optimal dalam pendistribusian minuman ringan berhasil mengurangi jarak
tempuh sehingga mengurangi biaya distribusi.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara penelitian saat ini dan penelitian
sebelumnya, dimana dari kedua penelitian memiliki tujuan untuk menentukan rute yang
terpendek dalam sebuah jalur distribusi. Penyelesaian masalah dengan metode TSP seperti
metode Nearest Neighbour digunakan untuk memecahkan masalah. Merujuk dari hasil
penelitian sebelumnya yang memperoleh hasil yang optimal dan sesuai dengan tujuan
penelitian maka dalam penelitian ini kembali menggunakan TSP khususnya metode Nearest
Neighbour dalam menyelesaikan masalah yang ada sehingga dapat mencapai tujuan dari
penelitian saat ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flow Chart Penelitian


Langkah-langkah dalam penulisan laporan kerja praktik ini tertuang dalam bentuk flow chart
seperti dalam Gambar 3.1:

MULAI

Studi
Pendahuluan
Tahap Persiapan

Rumusan
Masalah

Tujuan
Penelitian

Ruang Lingkup
Penelitian

Tahap Identifikasi Data


Penelitian
Pengumpulan
Data

Data Primer Data Sekunder


1. Data sumur-sumur untuk 1. Lokasi Perusahaan
pengelompokan (clustering) 2. Sejarah Perusahaan
2. Data jarak antar cluster

Pengolahan Data:
1. Menghitung jarak antar cluster sumur produksi
Tahap 2. Menghitung waktu tempuh antar cluster sumur
Pengolahan Data 3. Menentukan rute optimal pengoperasian dan
pengecekan rutin sumur produksi dengan metode
nearest neighbour
4. Menghitung perbandingan waktu tempuh

Tahap
Pembahasan dan Pembahasan dan
Analisis Analisis

Tahap Penutup Kesimpulan dan


Saran

SELESAI

Gambar 3. 1 Flow Chart (sumber: diolah oleh penulis)


3.2 Tahapan Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan awal yang pertama kali dilakukan di dalam penelitian
ini. Tahapan persiapan yang pertama yaitu studi pendahuluan, yaitu melihat kondisi sekitar
tempat penelitian, selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan sebagai
bahan literatur dalam penelitian serta masalah apa yang sedang terjadi pada perusahaan PT.
Pertamina Hulu Mahakam pada lokasi South Processing Unit (SPU).

3.3 Tahapan Pengumpulan Data


Pada pengambilan data yaitu dilakukan pengumpulan data berdasarkan data primer dan
sekundernya, sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari pengamatan dan
penelitian secara langsung terhadap objek penelitian di lapangan yaitu kondisi aktual
dari perusahaan, adapun data yang diperlukan adalah pengamatan terhadap jarak antar
cluster sumur produksi yaitu sebanyak 20 cluster sumur produksi. Pengukuran jarak
antar cluster sumur produksi diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan peta
wilayah yang terdapat pada PERTAGIS.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh penulis dari literatur-literatur dan
referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan juga data yang diperoleh
dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan.

3.4 Tahap Pengolahan Data


Tahap pertama yang akan dilakukan dalam pengolahan data yaitu dengan pada kondisi awal
rute pengoperasian dan pengecekan parameter sumur-sumur produksi yang dilakukan oleh
operator produksi sebelumnya, yang nantinya dapat dijadikan sebagai perbandingan,
perhitungan selanjutnya setelah data-data yang didapatkan telah terpenuhi untuk suatu
penelitian, maka data tersebut diolah dengan menggunakan metode Nearest neighbour,
dimana penelitian ini dilakukan dengan menggunakan seatruck Long Kahayan yang
penelitiannya diukur melalui jarak antar cluster sumur produksi. Setelah didapatkan data-
datanya dari setiap cluster maka selanjutnya dibuat matriks jarak antar cluster untuk
mempermudah menentukan rute yang optimal atau untuk menentukan rute yang optimal
dengan total jarak tempuh yang terpendek.
3.5 Tahap Analisis
Setelah data dikumpulkan dan diolah, data tersebut dianalisis apakah sudah sesuai dan telah
mencapai suatu tujuan. Setelah didapatkan rute dan jarak yang baru, maka langkah
selanjutnya yaitu dibandingkan dengan data awal yang sebelumnya telah dilakukan
menggunakan metode Nearest Neighbour.

3.6 Tahap Penutup


Pada tahapan penutup ini yang merupakan tahapan akhir dari penelitian ini berisi kesimpulan
dari hasil penelitian dan juga saran-saran yang akan diberikan kepada pihak perusahaan yang
harapannya dapat digunakan dalam membuat rute pengoperasian dan pengecekan parameter
sumur-sumur produksi menjadi lebih optimal, sehingga dapat mengurangi waktu tempuh
dalam bekerja.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Profil Perusahaan


4.1.1 Profil dan Sejarah Perusahaan
PT Pertamina Hulu Mahakam merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina Hulu
Indonesia (PHI), beroperasi pada kegiatan hulu dalam industri minyak dan gas bumi di
wilayah kerja (WK) Mahakam. Kegiatan hulu dalam industri minyak dan gas bumi adalah
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yaitu proses pengangkatan minyak
dan gas bumi yang masih mentah dari dalam perut bumi untuk kemudian diolah lagi dalam
proses-proses selanjutnya sehingga menjadi bahan bakar siap pakai.

Kegiatan eksplorasi dan produksi WK Mahakam diawali pada tahun 1972 dengan penemuan
lapangan minyak lepas pantai pertama di dekat Delta Mahakam yang diberi nama Bekapai.
Survei seismik kemudian dilakukan lebih lanjut hingga ditemukannya lapangan-lapangan lain
di WK Mahakam, yakni: Handil (1974), Tunu (1977), Tambora (1980), Peciko (1983), Sisi
(1986), dan Jempang (1990). Perpanjangan kontrak WK Mahakam hingga Maret 2017
ditandatangani pada tahun 1991 dan pada tahun 1996 dilakukan amandemen hingga
Desember 2017. Selama hampir 5 dekade, WK Mahakam telah berhasil menjadi penghasil
gas terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu tonggak pencapaian industri migas
Indonesia.

Sebelumnya PT Pertamina Hulu Mahakam adalah perusahaan asing yang berasal dari
Perancis bernama Total E&P Indonesie. Pada 1 Januari 2018 Total E&P Indonesie dialih
kelola oleh PT Pertamina Hulu Mahakam dan resmi mengelola WK Mahakam sebagai
operator. Sebagaimana diketahui, PT Pertamina Hulu Mahakam merupakan salah satu
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan SKK MIGAS (Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi).

Kawasan WK Mahakam meliputi area seluas 2.883,91 km2, dengan 7 lapangan minyak dan
gas yang berproduksi. Secara umum WK Mahakam dibagi menjadi tiga area operasi utama,
yaitu Mahakam North Area (MNA), Mahakam Middle Area (MMA), dan Mahakam South
Area (MSA). Area operasi MNA meliputi area operasi untuk Lapangan Tambora, Tunu, dan
Sisi Nubi yang dilengkapi dengan fasilitas pemrosesan berupa NPU, SPU, dan CPU. MMA
meliputi area operasi pada Lapangan Handil dan Bekapai dengan fasilitas pemrosesan di
HCA untuk Lapangan Handil dan Production Platform (PP) untuk Lapangan Bekapai. Area
MSA menangani wilayah operasi di Lapangan Peciko dan South Mahakam dengan fasilitas
pemrosesan di Peciko Processing Area (PPA) dan Senipah sebagai pusat pengolahan
kondensat dan minyak dari seluruh lapangan yang dioperasikan PHM. Saat ini, semua
lapangan di Mahakam dioperasikan dengan mode operasi tekanan rendah (Low Pressure/LP),
kecuali Sisi Nubi dan Tambora yang masih dioperasikan di mode tekanan menengah
(Medium Pressure/MP). Pada Tahun 2020, produksi minyak mentah rata-rata sebesar 29,5
ribu barel minyak per hari (MBOPD) dan gas sebesar 605,8 juta meter standar kaki kubik gas
per hari (MMSCFD) yang menempatkan PHM sebagai salah satu penghasil gas terbesar di
Indonesia.

PT Pertamina Hulu Mahakam memiliki kantor pusat di Jakarta yang beralamat di World
Trade Center 2 (WTC-2), Jl. Jenderal Sudirman Kav.29-31 Jakarta Selatan 12920, dan kantor
distrik Kalimantan Timur bertempat di Jl. Yos Sudarso, Balikpapan 76123.

4.1.2 Struktur Organisasi


Dalam sebuah organisasi, struktur kepengurusan sangat penting untuk diperhatikan. Begitu
pula dalam sebuah perusahaan, struktur organisasi perusahaan menjadi gambaran kesuksesan
perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi, bisa terlihat pembagian tugas yang jelas. Hal
ini bertujuan agar kemakmuran dan kesuksesan bisa dengan mudah di capai oleh sebuah
perusahaan. Blok Mahakam dibagi menjadi 3 divisi produksi, yaitu : Mahakam South Area
(MSA), Mahakam Middle Area (MMA), Mahakam North Area (MNA) seperti pada Gambar
4.1.
Field Operation

(FO)

Division Production Division Production Division Production


Mahakam South Asset Mahakam Middle Asset Mahakam North Asset

(MSA) (MMA) (MNA)


Gambar 4. 1 Organisasi Divisi Produksi

Pada Mahakam North Asset (MNA) dibagi menjadi 4 divisi berdasarkan lokasi lapangan dan
pembagian kerja, dapat terlihat pada Gambar 4.2.

Division Production
Mahakam North Asset
(MNA)

Production Methods
(MNA/MTH)

North Processing Unit Central Processing Unit South Processing Unit


(NPU) (CPU) (SPU)

Gambar 4. 2 Pembagian Divisi Lokasi Lapangan

Kemudian untuk satu lapangan, dibagi menjadi beberapa departemen berdasarkan tugas dan
fungsinya, seperti pada Gambar 4.3.
Engineer

Security
Site
Superintendent

Services
General
(SPU/SE)
Safety
Site Manager /RSES
(MNA/SPU)

Superintenden
Maintenance

(SPU/MNT)

Integrity
Site Administrator

t
Superintenden

Construction
Production

(SPU/PRD)
t

Gambar 4. 3 Struktur Organisasi Lapangan SPU

Departemen SPU/PRD dibagi menjadi beberapa departemen agar lebih terstruktur pekerjaan
yang dikerjakan. Struktur organisasi SPU/PRD seperti terlihat pada Gambar 4.4.

SPU/PRD

PRD/COP

PRD/PRO PRD/WELL PRD/MNT

Gambar 4. 4 Struktur Organisasi SPU/PRD


4.1.3 Job Description
Sebagai operator produksi sumur (PRD/WELL), mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
a. Melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan keselamatan:
 pekerjaan rutin dan tidak rutin
 periksa semua sistem keselamatan selalu dalam keadaan baik dan diuji sesuai jadwal
 memastikan semua perangkat keamanan dan keselamatan pada kondisi normal
 periksa semua tindakan pencegahan kecelakaan kerja sudah dilakukan sebelum
menandatangani surat izin kerja
 melakukan ESD real test sesuai jadwal
 melaporkan kondisi anomali
 membuka dan menutup sumur sesuai dengan prosedur
b. Menjaga dan memastikan performa sumur-sumur produksi pada kondisi optimal:
 berpartisipasi dalam memperbarui dokumen-dokumen produksi
 melaporkan semua kegiatan di GTS dan di sumur ke atasan
 melakukan tes produksi, pengecekan GTS dan pengecekan parameter sumur
 melakukan start up GTS dan sumur, dalam kondisi normal ataupun setelah shut down
 melakukan pengecekan LO/LC sesuai dengan P&ID
 melakukan stroking test pada river crossing valves
 menyiapkan fasilitas untuk tim konstruksi
 melakukan aktifitas pigging sesuai jadwal
 melakukan SIMOPS (jika ada) dengan tim pengeboran
 mengurangi gas buang ke atmosfir
 melakukan pengecekan spectacle blind list sesuai jadwal
 melakukan 1st level maintencance di GTS dan sumur area
 bekerja sama yang baik dengan tim dari departemen lain

4.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mendata sumur-sumur yang berada
dalam satu zona operasi yaitu zona 9 (GTS-S). Sumur produksi yang terdapat di GTS-S
berjumlah 62 sumur seperti terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Sumur Produksi di GTS-S (sumber: diolah oleh penulis)


No Nama No Nama No Nama No Nama No Nama
. Sumur . Sumur . Sumur . Sumur . Sumur
1 TN- 16 TN-S83 31 TN- 46 TN- 61 TN-
S189 S183 S215 S215
TN- TN- TN- TN-
2 17 32 TN-S88 47 62
S190 S180 S216 S216
TN- TN-
3 18 33 TN-S89 48 TN-S90    
S160 S401
TN- TN-
4 19 TN-20 34 49 TN-S91  
S161 S151
TN- TN- TN-
5 20 35 50 TN-S92  
S162 S195 S152
TN- TN- TN- TN-
6 21 36 51  
S186 S208 S157 S198
TN- TN- TN- TN-
7 22 37 52  
S221 S211 S164 S199
TN- TN- TN-
8 23 TN-S3 38 53  
S222 S156 S200
TN- TN- TN-
9 24 TN-S53 39 54  
S191 S158 S149
TN- TN-
10 TN-W4 25 TN-S71 40 55  
S159 S150
TN- TN-
11 TN-S15 26 TN-S72 41 56  
S182 S178
TN- TN- TN-
12 27 TN-S75 42 57  
S179 S193 S201
TN- TN- TN-
13 TN-S74 28 43 58  
S176 S194 S165
TN- TN-
14 TN-S84 29 44 TN-S95 59  
S177 S166
TN- TN- TN-
15 TN-S76 30 45 60  
S163 S214 S167

4.2.1 Data Jarak


Setelah didapatkan data sumur produksi yang harus dikunjungi oleh operator, dilakukan
pengelompokan (clustering) sumur-sumur tersebut berdasarkan jarak terdekat. Perhitungan
jarak antar cluster dilakukan dengan aplikasi PERTAGIS. Hasil dari pengelompokan sumur-
sumur produksi seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Cluster Sumur Produksi (sumber: diolah oleh penulis)

Hasil pengelompokan sumur-sumur produksi seperti pada Gambar 4.5.

Gambar 4. 5 Cluster Sumur - Sumur Produksi (sumber: diolah oleh penulis dengan aplikasi PERTAGIS)
Berdasarkan hasil pengelompokan sumur-sumur produksi tersebut, dilakukan perhitungan
jarak antar cluster tersebut dengan menggunakan aplikasi PERTAGIS. Langkah pertama
dalam penggunaan aplikasi PERTAGIS seperti pada Gambar 4.6. Pada toolbar aplikasi
PERTAGIS pilih menu "Draw & Measurements".

Gambar 4. 6 Penggunaan menu "Draw & Measurements" (sumber: diolah oleh penulis dengan aplikasi PERTAGIS)

Setelah itu pilih "Draw a Polyline", kemudian pilih "enable measurements". Jika sudah
dipilih semua, mulai membuat garis dengan mengikuti rute pelayaran seperti pada Gambar
4.6 dalam mengukur jarak dari GTS ke cluster 1.

Gambar 4. 7 Contoh pengukuran jarak dari GTS ke cluster 1 (sumber: diolah oleh penulis dengan aplikasi PERTAGIS)
Dalam melakukan aktifitas pekerjaan, operator sumur memulai pekerjaan dari GTS-S yang
kemudian menjadi pusat operasi (dalam hal TSP, sebagai depot). Berikut adalah hasil
perhitungan jarak antar cluster dalam Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Data Jarak Antar Cluster (sumber: diolah oleh penulis)


Cluster (Jarak dalam kilometer)
GTS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
GTS 0 0,96 0,90 1,41 2,95 2,68 3,97 1,96 6,28 2,20 2,81 3,75 3,51 5,02 4,95 6,21 5,95 7,25 7,45 8,95 9,16
1 0,96 0 0,74 0,90 2,26 2,25 3,26 2,41 3,30 2,87 3,49 4,54 4,13 5,52 4,53 5,81 4,94 6,19 6,71 8,06 8,34
2 0,90 0,74 0 0,55 2,07 1,84 2,77 2,65 5,17 2,96 3,65 4,70 4,58 5,60 5,72 6,93 6,37 7,46 8,20 9,38 9,43
3 1,41 0,90 0,55 0 1,53 1,38 2,45 3,13 4,82 3,54 4,16 5,09 4,98 6,42 6,13 7,49 6,84 8,02 8,80 9,84 9,78
4 2,95 2,26 2,07 1,53 0 2,92 3,95 4,67 6,29 5,02 5,68 6,72 6,43 7,85 7,65 8,93 8,30 9,44 10,17 11,31 11,28
5 2,68 2,25 1,84 1,38 2,92 0 3,68 4,56 6,21 4,88 5,57 6,58 6,33 7,70 7,69 9,97 8,30 9,41 10,17 11,29 11,33
6 3,97 3,26 2,77 2,45 3,95 3,68 0 5,80 2,37 6,04 6,65 7,59 7,35 8,86 8,79 10,05 9,79 11,09 11,29 12,79 13,00
7 1,96 2,41 2,65 3,13 4,67 4,56 5,80 0 8,09 2,71 3,28 4,18 3,81 5,21 5,23 6,51 5,72 6,85 7,71 8,65 8,82
(Jarak dalam kilometer)

8 6,28 3,30 5,17 4,82 6,29 6,21 2,37 8,09 0 8,41 9,02 9,96 9,72 11,23 11,16 12,42 12,16 13,46 13,66 15,16 15,37
9 2,20 2,87 2,96 3,54 5,02 4,88 6,04 2,71 8,41 0 0,71 1,70 1,45 2,84 2,81 4,01 3,47 4,02 5,34 6,47 6,49
Cluster

10 2,81 3,49 3,65 4,16 5,68 5,57 6,65 3,28 9,02 0,71 0 1,04 1,00 2,39 2,21 3,47 2,89 3,02 4,76 5,89 5,87
11 3,75 4,54 4,70 5,09 6,72 6,58 7,59 4,18 9,96 1,70 1,04 0 0,80 2,19 1,17 2,43 2,09 3,30 3,87 5,08 4,85
12 3,51 4,13 4,58 4,98 6,43 6,33 7,35 3,81 9,72 1,45 1,00 0,80 0 1,39 1,53 2,79 1,94 3,02 3,80 4,91 5,03
13 5,02 5,52 5,60 6,42 7,85 7,70 8,86 5,21 11,23 2,84 2,39 2,19 1,39 0 2,84 4,12 3,35 4,49 5,22 6,30 6,43
14 4,95 4,53 5,72 6,13 7,65 7,69 8,79 5,23 11,16 2,81 2,21 1,17 1,53 2,84 0 1,28 1,21 2,49 2,80 4,00 3,70
15 6,21 5,81 6,93 7,49 8,93 9,97 10,05 6,51 12,42 4,01 3,47 2,43 2,79 4,12 1,28 0 1,79 2,71 2,42 3,67 2,74
16 5,95 4,94 6,37 6,84 8,30 8,30 9,79 5,72 12,16 3,47 2,89 2,09 1,94 3,35 1,21 1,79 0 1,27 1,89 2,97 3,21
17 7,25 6,19 7,46 8,02 9,44 9,41 11,09 6,85 13,46 4,02 3,02 3,30 3,02 4,49 2,49 2,71 1,27 0 1,24 1,94 2,93
18 7,45 6,71 8,20 8,80 10,17 10,17 11,29 7,71 13,66 5,34 4,76 3,87 3,80 5,22 2,80 2,42 1,89 1,24 0 1,29 1,67
19 8,95 8,06 9,38 9,84 11,31 11,29 12,79 8,65 15,16 6,47 5,89 5,08 4,91 6,30 4,00 3,67 2,97 1,94 1,29 0 2,07
20 9,16 8,34 9,43 9,78 11,28 11,33 13,00 8,82 15,37 6,49 5,87 4,85 5,03 6,43 3,70 2,74 3,21 2,93 1,67 1,29 0

4.2.2 Rute Awal


Sebagai perhitungan awal dalam penelitian ini adalah untuk menghitung jarak tempuh dan
waktu tempuh berdasarkan rute yang ditentukan oleh pengemudi sea truck dalam
mengunjungi sumur-sumur produksi menurut praktik sebelumnya. Berikut adalah rute yang
telah dilakukan berdasarkan pilihan rute yang dilakukan oleh pengemudi sea truck:
GTS -

4.3 Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan manual, yaitu dengan menggunakan tabel
data jarak antar cluster.

4.4 Analisis Data


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Daftar Pustaka
Amri, M., Rahman, A., & Yuniarti, R. (2014). Penyelesaian Vehicle Routing Problem
Dengan Menggunakan Metode Nearest Neighbor. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Sistem Industri, 36-45.
Arinalhaq, F., Imran, A., & Fitria, L. (2013). Penentuan Rute Kendaraan Pengangkutan
Sampah dengan Menggunakan Metode Nearest Neighbour. Reka Integra, 22-32.
Batmetan, J. R. (2016). Algoritma Ant Colony Optimization (ACO) untuk Pemilihan Jalur
Tercepat Evakuasi Bencana Gunung Lokon Sulawesi Utara. Jurnal Teknologi
Informasi - AITI, 31-48.
Herawati, C., Adianto, H., & Mustofa, F. (2015). Usulan Rute Distribusi Tabung Gas 12 KG
Menggunakan Algoritma Nearest Neighbour Dan Algoritma Tabu Search. Reka
Integra, 209-220.
Hutasoit, C. S., Susanty, S., & Imran, A. (2014). Penentuan Rute Distribusi Es Balok
Menggunakan Algoritma Nearest Neighbour dan Local Search. Reka Integra, 269-
276.
Kurniawan, I. S., Susanty, S., & Adianto, H. (2014). Usulan Rute Pendistribusian Air Mineral
Dalam Kemasan Menggunakan Metode Nearest Neighbour dan Clarke & Wright
Savings. Reka Integra, 125-136.
Madona, E., & Irmansyah, M. (2013). Aplikasi Metode Nearest Neighbor Pada Penentuan
Jalur Evakuasi Terpendek Untuk Daerah Rawan Gempa Dan Tsunami. Jurnal
Elektron, 39-46.
Mukhsinin, A., Imran, A., & Susanty, S. (2013). Penentuan Rute Distribusi CV. IFFA
Menggunakan Metode Nearest Neighbour dan Local Search. Reka Integra, 129-138.
Riyanto, A., Rispianda, & Mustofa, F. H. (2014). Usulan Perbaikan Rute Pengiriman Dengan
Menggunakan Metode Nearest Neighbour Dan Branch And Bound Di Home Industry
Donat Enak Bandung. Reka Integra, 277-287.
Zaky, A. G., & Hadi, F. (2013). Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar
Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan. Jurnal Teknik Pomits, 1-5.
Lampiran 2:

Anda mungkin juga menyukai