Anda di halaman 1dari 11

RESUME CLINICAL REASONING

SKENARIO 1

NAMA : PUTRI MELA JELITA L


NPM : 117170052
KELOMPOK : 2
BLOK : 7.2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
Skenario 1
Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri pada telinga kanan
disertai telinga terasa penuh.
STEP 1
Keluhan utama : nyeri pada telinga kanan disertai telinga terasa penuh
STEP 2
Diagram CR

Nyeri pada Telinga Telinga Terasa Penuh

1. Otitis 1. OMA 1. serumen


Eksterna prop
2. OMSK
2. Mastoidi
tis

STEP 3
Kelainan Telinga Luar

1. Serumen Prop
Serumen prop atau dikenal juga dengan impaksi serumen adalah akumulasi
serumen berlebih yang menyebabkan timbulnya tuli konduktif, dan/atau membuat
pemeriksaan telinga tidak dapat dilakukan. Serumen sendiri merupakan sekresi
normal dari kelenjar seruminosa dan sebasea yang berasal dari 1/3 bagian luar saluran
pendengaran. Serumen memberikan efek perlindungan terhadap telinga dengan
mempertahankan keseimbangan asam (pH 5,2–7,0) di auditori kanal eksterna dan juga
melumasi kanal serta memiliki sifat antibakteri dan antijamur.
Etiologi
Serumen prop umumnya disebabkan oleh faktor genetik. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa beberapa orang membentuk serumen lebih cepat dan banyak
dibandingkan yang lain. Faktor berikutnya adalah variasi bentuk anatomi berupa
penyempitan saluran telinga, baik bawaan ataupun didapat.
Gejala
Diagnosis serumen prop dapat ditegakkan jika terdapat gejala berupa otalgia,
tinnitus, vertigo, batuk, rasa gatal dan penuh pada telinga serta terdapatnya gangguan
pendengaran, atau terdapat akumulasi serumen berlebih saat pemeriksaan telinga. 
Sebelum memberikan penatalaksanaan, dokter harus dapat melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat untuk menilai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengobatan, seperti stenosis saluran telinga, membran timpani tidak
intak, diabetes mellitus, imunokompromais atau terapi antikoagulan.
Tatalaksana
Penatalaksanaan serumen prop dapat meliputi pemberian edukasi berupa
membersihkan bagian luar telinga dengan kain, memberikan serumenolitik ke dalam
saluran telinga (contoh: gliserin, hidrogen peroksida, karbogliserin), dilanjutkan
dengan mengirigasi telinga dengan air atau cairan salin, atau membersihkan
serumenolitik dengan instrumen khusus yang dilakukan oleh tenaga medis (alat hisap,
forsep atau sendok serumen).
2. Otitis Eksterna Akut
a. Otitis Eksterna Sirkumskripta
Penyebab:
 Staphylococcus aureus
 Staphylococcus albus

Gejala:

 Nyeri hebat tidak sesuai dengan besar bisul


 Nyeri spontal juga timbul saat membuka mulut
 Gangguan pendengaran bila bisul atau furunkel besar dan menyumbat
telinga
Terapi:

 Bergantung pada keadaan furunkel, jika sudah menjadi abses ->


diaspirasi steril, dinding furunkel tebal -> insisi, pasang drain untuk
mengalirkan nanah
 Antibiotik seperti polymyxin B atau bacitracin atau antiseptic seperti
asam asetat 2-5% dalam alcohol
b. Otitis Eksterna Difus
Penyebab:
 Staphylococcus albus
 Escherichia coli
Gejala:
 Nyeri tekan tragus
 Liang telinga terlihat sangat sempit
 Kadang KGB membesar dan nyeri tekan
 Secret berbau
Terapi:
 Pembersihan liang telinga
 Mamasukkan tampon antibiotic ke liang telinga
 Kadang diberikan juga antibiotic sistemik
3. Mastoiditis
a. Definisi
Mastoiditis adalah suatu proses inflamasi pada rongga mastoid di tulang temporal.
b. Etiologi
- Streptococcus pneumonia
- Streptococcus beta hemolyticus grup A
- Staphylococcus aureus
c. Klasifikasi
1) Mastoiditis akut
- Terkait erat dengan otitis media akut.
- Infeksi telinga tengah  menyebar lewat mukosa hingga ke tulang
mastoid  akumulasi materi infeksi termasuk eksudat purulen pada
sel-sel udara mastoid  erosi tulang-tulang sekitar  timbul osteitis
pada sistem sel udara mastoid atau periosteitis pada prosesus mastoid
 kerusakan struktur yang menyerupai sarang lebah dan pembentukan
kavitas menyerupai abses.
2) Mastoiditis kronik
- Terkait dengan otitis media supuratif kronik dan pembentukan
kolesteatoma.
- Kolesteatoma  agregasi epitel skuamosa yang tumbuh dan
mengganggu struktur maupun fungsi normal dari jaringan lunak dan
tulang sekitar  diperberat oleh infeksi aktif (sekresi enzim osteolitiik
dari jaringan epitel).
d. Diagnosis
1) Anamnesis
 Riw. otitis media, otorea presisten lebih dari 3 minggu
 Otorea
 Otalgia (nyeri di dalam/belakang telinga dan memburuk pada malam
hari)
 Demam tinggi
 Nyeri kepala
 Penurunan pendengaran
 Dapat disertai tanda dan gejala otitis media akut
2) Pemeriksaan fisik
 TTV: peningkatan suhu tubuh
 Pemeriksaan kepala dan telinga:
- Edema, eritema, nyeri area retroaurikular
- Eritema pada telinga
- Nyeri dan radang pada prosesus pinna (aurikula ke lateral
akibat abses subperiosteal
- Proptosis aurikula
- Penebalan periosteal
 Otoskopi: tanda-tanda otitis media, kantong pada dinding
superposterior liang telinga, protursi sentral dari membran timpani
biasanya diakibatkan pus.
3) Pemerikaan penunjang
 Darah lengkap: leukositosis, LED meningkat
 Pemeriksaan mikrobiologi:
- Bahan sediaan darah eksudat purulen
- Biakan, pewarnaan garam dan basil tahan asam
 Timpanosentesis/miringotomi
 Audiometri
 Foto polos mastoid perselubungan mastoid dengan destruksi tulang
pada ASM.
e. Tatalaksana
 Anak harus dirawat di rumah sakit.
 Beri ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, paling sedikit
selama 14 hari.
 Jika hipersensitif terhadap ampisilin, dapat diberikan eritromisin ditambah
sulfa kotrimoksazol sampai tanda dan gejalanya hilang.
 Pasien dengan mastoiditis (apalagi jika ada tanda iritasi susunan saraf
pusat) sebaiknya dirujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan
tindakan insisi dan drainase abses mastoid atau mastoidektomi atau
tatalaksana komplikasi intrakranial otogenik.
 Jika anak demam tinggi (≥ 38,5°C) yang menyebabkan anak gelisah atau
rewel, berikan parasetamol.

Kelainan Telinga Tengah

1. Otitis Media
Otitis media: peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Otitis Media

Non
Supuratif Supuratif

Kronis otitis OMH


media efusi

Akut OMSK
barotrauma
a. Aerotitis (Barotrauma)
Barotrauma: perubahan tekanan yg tiba-tiba diluar telinga tengah sewaktu
dipesawat terbang atau menyelam yang menyebabkan tuba gagal
membuka.
Gejala:
 Pendengaran menurun
 Nyeri dalam telinga
 Autofoni
 Perasaan penuh ditelinga atau seperti ada air

Terapi:

 Biasanya cukup dilakukan terapi konservatif saja dengan memberikan


dekongestan local
 Untuk preventif bisa dilakukan mengunyah permen karet ayau
melakukan perasat Valsava
b. Otitis Media Akut
Penyebab:
 Terjadi gangguan pertahanan tubuh, biasanya terjadi karena
sumbatan pada tuba Eustachius yang menyebabkan terganggunya
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah dan kuman bisa
masuk ke dalam telinga tengah lalu terjadilah peradangan.
 Kuman: Bakteri piogenik seperti Streptococcus hemoliticus,
Staphylococcus aureus, Pneumococcus, dll.

Gejala Umum OMA:


 Gelaja bergantung pada stadium
 Nyeri telinga
 Suhu tubuh meningkat
 Gangguan pendengaran
 Rasa penuh ditelinga
STADIUM
1) Oklusi tuba Eustachius
 Retraksi membrane timpani
 Kadang membrane timpani terlihat normal atau berwarna keruh
pucat
 Efusi mungkin telah terjadi tetapi jarang terdeteksi
 Terapi: untuk membuka kembali Eustachius dengan diberikan obat
tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam laruutan fisiologis (anak <12
tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis (>12 tahun),
selain itu diberi antibiotic.
2) Hiperemis (Pre-supurasi)
 Pelebaran pembuluh darah terlihat dimembran timpani (membrane
timpani tampak hiperemis dan edem)
 Sekret eksudat
 Terapi: Antibiotika, obat tetes hidung, analgetik
3) Supurasi
 Edema hebat dimukosa telinga tengah, sel epitel superfisial hancur
 Terbentuknya eksudat purulent dikavum timpani
 Membrane timpani menonjol (bulging) kearah telinga luar
 Nyeri telinga yang hebat
 Nadi dan Suhu meningkat
 Terapi: Antibiotik dan miringiotomi
4) Perforasi
 Ruptur membrane timpani
 Nanah mengalir keluar telinga
 Nadi dan suhu mulai stabil
 Terapi: obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari, antibiotic
adekuat
5) Resolusi
 Bila membrane tetap utuh makan akan Kembali normal
 Sekret mulai berkurang dan akhirnya kering
 Jika perforsi tetap berlanjut maka akan terjadi OMS
 Terapi: antibiotic selama 3 minggu, bila sekret masih tetap banyak
maka kemungkinan terjadi OMSK.

c. Otitis Media Supuratif Kronik


Infeksi telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan
keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang
timbul. Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani disebut
OMSK bila sudah terjadi lebih dari 2 bulan. OMSK terjadi karena
keterlambatan pemberian antibiotic, terapi yang tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang kurang.
Tipe OMSK
 Tipe aman (tipe mukosa atau tipe banigna)
 Tipe bahaya (tipe tulang atau tipe maligna)
Berdasarkan sekret yang keluar:
 OMSK Aktif (terus-menerus)
 OMSK Tenang (kavum timpani terlihat basah atau kering)
Terapi:
Terapi pada OMSK memakan waktu lama dan seringkali berulang.
Terapi OMSK tipe aman:
 Konservatif atau medikamentosa
 Bila sekret keluar terus menerus diberikan larutan H 2O2 3% selama
3-5 hari
 Setelah sekret berkurang, terapi tetap dilanjutkan dengan
pemberian obat tetes telinga yang mengandung antibiotika
 Antibiotik oral dari golongan ampisilin atau eritromisin
 Bila sekret telah kering, tetapi terjadi perforasi maka diobservasi
selama 2 bulan dan idealnya dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti
Terapi OMSK tipe bahaya:
 Pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa miringopplasti
DAFTAR PUSTAKA

1. Effiaty dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi 7. Jakarta: FK UI; 2017
2. Setiati S dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta; FK UI; 2014
3. Amalya S. Diagnosis dan Tatalaksana Otitis Media Akut. Jurnal Global Health. 4
November 2020; 2(4): 473-482

Anda mungkin juga menyukai