SURVEI GNSS
MODUL 1
METODE STATIK RADIAL DAN JARING
i
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I Pendahuluan
Sub Bab Nilai
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Waktu Praktikum
1.4 Lokasi Praktikum
BAB II Dasar Teori
Sub Bab Nilai
2.1 GNSS
2.2 GPS
2.3 Sistem RTK
2.4 Data RINEX
BAB III Metodologi
Sub Bab Nilai
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Langkah Kerja
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Sub Bab Nilai
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V Kesimpulan dan Saran
Sub Bab Nilai
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
4.1 Hasil..........................................................................................................7
BAB V PENUTUP..................................................................................................8
5.1 Kesimpulan..............................................................................................8
5.2 Saran.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Mampu memberikan pengenalan terkait dengan survey GNSS
2. Mahasiswa dapat memahami terkait penentuan posisi dengan
menggunakan metode radial dan jarring.
3. Mahasiswa dapat melaksanakan praktikum penentuan posisi menggunakan
metode radial dan jaring dengan baik.
1 07.00 – 09.00
1. Radial Jum’at, 29 Oktober 2021 2 09.00 – 12.00
1 12.00 – 15.00
2. Jaring Senin, 1 November 2021 2 15.00 - selesai
2
BAB II
DASAR TEORI
Sistem penentuan posisi berbasis antariksa yang terdiri dari satu atau lebih
konstelasi satelit dan infrastruktur augmentasi yang diperlukan untuk mendukung
tujuan kegiatan berupa posisi, navigasi dan waktu dan tersedia selama 24 jam
dimanapun pengguna berada di seluruh permukaan bumi (Hofmann dan
Wellenhof, 2008)
Saat ini terdapat empat konstelasi satelit GNSS yang telah beroperasi,
yaitu Sistem satelit navigasi GPS (Global Positioning System) milik Amerika
Serikat merupakan yang paling terkenal dan saat ini telah beroperasi penuh.
GLONASS merupakan sistem satelit navigasi yang diluncurkan oleh Rusia yang
dimulai pada tahun 1982 dan pada bulan Oktober 2011 telah beroperasi penuh
pada skala global. Satelit navigasi GALILEO milik Eropa yang mulai
dikembangkan sistem dan yang terakhir. Beidou milik Tiongkok. Selain itu,
terdapat beberapa negara yang mengembangkan konstelasi yang bersifat regional
yaitu India dengan IRNSS (Indian Regional Navigation Satellite System) dan
Jepang dengan QZSS (Quasi-Zenith Satellite System). Pada tahun 2020,
direncanakan seluruh satelit navigasi ini akan beoperasi secara penuh (Full
Operational Capability atau FOC). Meskipun demikian, sinyal-sinyal yang
ditransmisikan oleh satelit GNSS tersebut masih memiliki kesalahan dan tidak
selalu sesuai dengan kenyataan yang ada. Sehingga harus dilakukan monitoring
dari akurasi, ketersediaan, kontinuitas, dan integritas dari sinyal-sinyal tersebut
3
menggunakan titik-titik referensi yang terdapat di permukaan bumi [ CITATION
Azm12 \l 1033 ]. Selain titik referensi di permukaan bumi, beberapa negara juga
mengembangkan infrastruktur berbasis satelit untuk memperbaiki performance.
4
2.3 Penentuan Posisi Menggunakan GPS
Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke
belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke
beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Posisi yang diberikan
oleh GPS adalah posisi 3D (X,Y,Z atau L, B,h) yang dinyatakan dalam datum
WGS (World Geodetic System) 1984. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan
posisinya dapat diam (static positioning) ataupun bergerak (kinematic
positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan satu receiver GPS
terhadap pusat bumi dengan menggunakan metode absolute (point) positioning,
ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (monitor station)
dengan menggunakan metode differential (relative) positioning yang
menggunakan minimal dua receiver GPS, yang menghasilkan ketelitian posisi
yang relative lebih tinggi. GPS dapat memberikan posisi secara instan (real-time)
ataupun sesudah pengamatan setelah data pengamatannya di proses secara lebih
ekstensif (post-processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian
yang lebih baik.[ CITATION Tan20 \l 1033 ]
a. Radial
Moda radial umumnya menghasilkan tingkat ketelitian posisi yang
rendah, namun waktu survei lebih cepat yang berdampak pada biaya
operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan moda jaringan.
[ CITATION Sya19 \l 1033 ]
5
b. Jaring
Dalam moda jaringan, perlu diperhatikan tentang baseline trivial.
Baseline trivial adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline-
baseline lainnya dari satu sesi pengamatan. Baseline yang bukan trivial
dinamakan sebagai baseline bebas (independent). Pada satu sesi
pengamatan, jika ada sejumlah n receiver yang beroperasi secara simultan,
maka akan ada sebanyak (n-1) baseline bebas yang dapat terdiri dari
beberapa kombinasi. Set dari (n-1) baseline bebas yang akan digunakan
dapat mempengaruhi kualitas dari posisi titik yang diperoleh. [ CITATION
Sya19 \l 1033 ]
6
BAB III
METODOLOGI
1. Statif 6. Helm
2. GPS Leica (base) 7. Rompi
3. Rover 8. ATK
4. Meteran 9. Formulir Pengukuran
5. Controler
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Dari praktikum survey GNSS yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
dalam penentuan posisi menggunakan GPS dapat dilakukan menggunakan dua
metode, yaitu absolut dan differensial. Metode absolut merupakan suatu metode
pengukuran yang menggunakan satu receiver, sedangkan metode differensial
membutuhkan minimal 2 receiver dimana satu titik sudah diketahui koordinatnya.
Dalam melakukan penentuan posisi, titik yang akan ditentukan posisinya dapat
diam (static positioning) ataupun bergerak (kinematic positioning). Ketelitian
secara kinematic positioning relative lebih tinggi dibandingkan static positioning.
Akurasi dari metode ini sangat bergantung pada jarak antar titik satu dan titik
lainnya, kualitas data, serta geometri satelit. Sehingga perlu memperhatikan
kesiapan sebelum melakukan suatu pengukuran.
8
Pada praktikum kali ini, digunakan metode differensial static atau biasa
disebut survey static dimana membutuhkan lebih dari satu receiver dengan titik
yang akan ditentukan posisinya diam dan dapat menggunakan data pengamatan
pseudorange, sehingga ketelitian relative tinggi. Dari praktikum yang telah
dilakukan, informasi yang digunakan adalah tipe receiver pemetaan atau geodetic
bukan navigasi.
Secara konsep nantinya dengan moda radial memiliki satu titik tetap
dengan titik-titik yang ditentukan posisinya. Hal yang diamati adalah vector-
vektor baseline, berupa delta x,delta y,dan delta z titik tetap dengan titik-titik yang
akan ditentukan koordinatnya. Namun, metode radial memiliki kekurangan berupa
ketelitiannya yang relative rendah karena keterikaan antar titiknya kecil.
Selain radial, metode jaring juga dilakukan pada praktikum ini. Perbedaan
metode radial dan jaring terdapat pada penyusunan baseline-nya. Pada metode
jaring dikenal baseline trivial. Baseline trivial merupakan baseline yang
diturunkan dari nilai baseline lainya pada satu sesi pengamatan. Pengaktifan alat
pada metode ini haruslah dilakukan bersamaan pada setiap rovernya setekah alat
pada base aktif terlebih dahulu. Dalam metode ini, keterikatan pada masing-
masing titik dinilai sangat kuat karena setiap titiknya saling berhubungan sehingga
ketelitian dari metode ini juga tinggi. Namun, kekurangan dari metode jaring
adalah memakan waktu pengamatan yang lebih lama, juga pengolahan data yang
cukup kompleks.
9
Dalam melakukan kegiatan Survey GNSS dapat ditemukan beberapa
hambatan seperti, perencanaan yang kurang matang dalam pengukuran. Alat yang
digunakan dalam survey ini menggunakan baterai yang bisa saja habis saat
pengukuran berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan jadwal pengukuran agar
dapat memperkirakan waktu penggunaan alat, juga dapat mengantisipasi hal-hal
seperti kehabisan baterai dengan membawa cadangan baterai atau sumber energi
untuk pengisian baterai.
Selain factor hambatan dari alat yang digunakan, penentuan titik posisi
pengamatan juga harus diperhatikan. Titik pengamatan haruslah berada di wilayah
terbuka dan diusahakan untuk jauh dari bangunan, Gedung, ataupun pepohonan
agar tidak mempengarui penjalaran gelombang dari satelit ke receiver karena akan
mengakibatkan timbulnya efek bias yang berlebih.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Survey GNSS kali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa metode dalam Survey GNSS, contohnya adalah radial dan jaring.
Metode radial merupakan metode dengan titik-titik rover yang hanya terikat pada
titik base sedangkan metode jaring merupakan metode yang keterikatan titik-titik
pengamatannya tinggi karena setiap rover dan base saling berhubungan.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk praktikum Survey GNSS kali ini adalah
11
DAFTAR PUSTAKA
12