Follo Up Kasus MAS
Follo Up Kasus MAS
Pembimbing :
Oleh
RS BHAYANGKARA TK II MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan follow up kasus ini tepat waktu.
Tulisan ini untuk melengkapi tugas persyaratan kepaniteraan klinik stase (KKS)
Pediatric RS Bhayangkara Tk II Medan, selain itu tulisan ini juga bertujuan supaya
pembaca dapat mengetahui dan memahami secara jelas mengenai Sindrom Aspirasi
Mekonium.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa follow up kasus ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
TK II Medan
2. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Demikian tugas ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan tulisan ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
COVER ………………………………..…………………………………………………….1
2.1 MAS..............……………………………………..………………………….…6
2.1.1 Definisi……………………………………...…………………………...........6
2.1.2 Etiologi…………………………………...…………………………….….…..7
2.1.3 Klasifikasi..............................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi……………...………………...………………..………………..8
2.1.6 Diagnosis…..……………………………………..……………………….......9
2.1.7 Penatalaksana…………........………………..……………………………….13
2.1.8 Komplikasi……..…...………………………………..………………….......19
2.1.9 Prognosis………..……………………..………..……………………….......19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
Adanya cairan mekonium dalam mulut atau saluran nafas atas maupun bawah. Cairan
ini dapat menjadi hambatan bagi saluran nafas bagian atas (Obstruksi) dan jika cairan ini
telah sampai di saluran nafas bawah atau jaringan paru, cairan yang berisi mekonium ini
akan menginfeksi jaringan paru tersebut atau bronkioli yang akan membuat reaksi radang
sehingga terjadi hambatan bagi saluran nafas bagian bawah (Infeksi).
Obstruksi total jalan nafas oleh mekonium menyebabkan atelektasis. Obstruksi parsial
menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi alveoli, biasanya termasuk efek fenomena
ball-valve. Hiperdistensi alveoli menyebabkan ekspansi jalan nafas selama inhalasi dan
kolaps jalan nafas di sekitar mekonium yang terinspirasi di jalan nafas, menyebabkan
peningkatan resistensi selama ekshalasi. Udara yang terperangkap (hiperinflasi paru) dapat
menyebabkan ruptur pleura (pneumotoraks), mediastinum (pneumomediastinum), dan
perikardium (pneumoperikardium). 3
Disfungsi surfaktan
Di dalam uterus, atau lebih sering, pada pernapasan pertama, mekonium yang kental
teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil yang dapat
menimbulkan kegawatan pernapasan dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran dengan
gejala takipnea, retraksi, stridor, dan sianosis pada bayi dengan kasus berat. Obstruksi
parsial pada beberapa jalan napas dapat menimbulkan pneumothoraks atau
pneumomediastinum, atau keduanya. Pengobatan tepat dapat mencegah kegawatan
pernapasan, yang dapat hanya ditandai oleh takikardia tanpa retraksi. Pada kondisi gawat
nafas, dapat terjadi distensi dada yang berat yang membaik dalam 72 jam. Akan tetapi bila
dalam perjalanan penyakitnya bayi memerlukan bantuan ventilasi, keadaan ini dapat
menjadi berat dan kemungkinan mortalitasnya tinggi.
Takipnea dapat menetap selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Foto
radiografi dada bersifat khas ditandai dengan bercak-bercak infiltrat, corakan kedua lapangan
paru kasar, diameter anteroposterior bertambah, dan diafragma mendatar. Foto x-ray dada
normal pada bayi dengan hipoksia berat dan tidak adanya malformasi jantung mengesankan
diagnosis sirkulasi jantung persisten. PO2 arteri dapat rendah pada penyakit lain, dan jika
terjadi hipoksia, biasanya ada asidosis metabolik. 1
2.6 Pemeriksaan Penunjang
oksigen tambahan
Kondisi asam-basa:2
V-Q mismatch dan stres perinatal sering terjadi dan sangat dibutuhkan
pemeriksaan kondisi asam-basa
Asidosis metabolik akibat stres perinatal dapat diperburuk oleh asidosis
respiratorik oleh kelainan parenkim dan PPHN.
Penilaian gas darah arteri untuk menentukan pH, tekanan parsial karbon
dioksida (pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), dan dan pengukuran tingkat
oksigenasi secara terus menerus menggunakan pulse oxymetri penting
dilakukan untuk penanganan yang tepat.
Elektrolit serum: 2
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan kalsium dilakukan setelah bayi yang
mengalami SAM berusia 24 jam karena sindrom gangguan sekresi hormon antidiuretik dan
gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stres perinatal
Hitung darah lengkap : 2
Polisitemia dapat terjadi akibat hipoksia fetal yang kronis dan/atau akut.
Polisitemia berkaitan dengan penurunan aliran darah pulmonal dan dapat
memicu hipoksia yang terkait SAM dan PPHN
4
Pemeriksaan Radiologis
Gambar 2.6.1 Radiografi seri pada bayi baru lahir dengan aspirasi
mekonium tanpa komplikasi. Gambaran radiologis menunjukkan
perselubungan perihilar pada paru, yang lebih berat pada daerah kanan
berbanding kiri4.
Gambar 2.6.2 Gambaran radiologis menunjukkan aspirasi mekonium yang berat.
Gambaran radiologis diatas menunjukkan perselubungan yang kasar pada
parenkim paru dengan hiperekspansi yang berat. Terdapat pneumomediastinum
di kanan paru (ditunjukkan dengan panah), di batasi oleh lobus kanan dari
thymus (T)4.
Pemeriksaan Lain
Sepsis
persalinan Term
Faktor resiko Section cessarea, jenis kelamin laki- Cairan amnion
makrosomia, jenis laki, diabetes pada mekonial,
kelamin laki-laki, ibu, kelahiran kelahiran
post-term
asma pada ibu, preterm
A. Penatalaksanaan prenatal
1. Penatalaksanaan respirasi
a. Pembersihan paru (pulmonary toilet). Jika pengisapan trakea belum
mampu membersihkan sekret secara maksimal, dapat disarankan untuk
membiarkan pipa endotrakeal tetap terpasang untuk pembersihan paru
pada neonatus dengan kasus simtomatik. Fisioterapi dada setiap 30-60
menit, semampunya, dapat membantu membersihkan jalan napas.
Fisioterapi dada dikontraindikasikan pada neonatus dengan kondisi labil
8
jika diduga ada keterlibatan PPHN.
b. Pemeriksaan kadar gas darah arteri. Pengukuran kadar gas darah arteri
8
dibutuhkan untuk menilai kebutuhan ventilasi dan oksigen tambahan.
2. Penatalaksanaan umum
Jika bayi tidak bugar (didefinisikan sebagai kondisi tonus otot yang
lemah dan usaha napas yang kurang maupun tidak ada): suction trakea
langsung kelahiran. Suction dilakukan selama tidak lebih dari 5 detik.
Jika tidak didapatkan cairan mekonial, jangan ulangi intubasi dan suction.
Sebaliknya, jika didapatkan cairan mekonial tanpa adanya bradikardi,
lakukan reintubasi dan suction. Jika bradikardi, lakukan ventilasi tekanan
positif dan rencanakan suction ulang setelah beberapa waktu.
Jika bayi bugar (didefinisikan sebagai kondisi usaha napas yang cukup,
menangis, tonus otot cukup, dan warna kulit yang baik): bersihkan
sekresi dan mekonium dari mulut lalu hidung menggunakan bulb syringe
atau selang suction yang besar. Pada kondisi apapun, langkah-langkah
resusitasi berikutnya harus mencakup: pengeringan, reposisi, dan
pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
Pedoman ini terus diperbaharui sesuai evidence-base terbaru.
8
Diet bayi dengan SAM:
Distres perinatal dan distres napas yang berat merupakan halangan untuk
pemberian makanan.
Terapi cairan intravena dimulai dengan infuse dekstrosa yang adekuat
untuk mencegah hipoglikemi.
Beri tambahan elektrolit, lipid, dan vitamin secara progresif untuk
memastikan asupan nutrisi yang adekuat serta untuk mencegah defisiensi
asam amino esensial dan asam lemak.
Bagan 2.3 Algoritma Penatalaksanaan Sindroma Aspirasi Mekonium3
2.9 Pencegahan Sindroma Aspirasi Mekonium
hipoksia intrauterin dan cairan ketuban yang terwarnai mekonium, dan, seperti
yang disebutkan sebelumnya, penurunan kehamilan lewat bulan telah menyebabkan
penurunan insidensi SAM. Amnioinfusion mungkin merupakan terapi yang efektif
untuk kehamilan dengan komplikasi oligohidramnion dan gawat janin. Amnioinfusion
mencairkan ketebalan mekonium dan dapat mencegah kompresi tali pusat dan aspirasi
mekonium. Namun, penelitian telah membuktikan bahwa meskipun strategi ini
mengurangi jumlah mekonium pada bayi lahir dari ibu yang memiliki cairan ketuban
yang terwarnai mekonium, hal ini gagal untuk mengurangi risiko SAM. Sebuah studi
multicenter terbaru oleh Fraser dan rekan menyimpulkan bahwa amnioinfusion tidak
mengurangi risiko SAM moderat sampai berat dan SAM yang terkait dengan kematian
perinatal pada bayi yang lahir melalui mekonium kental. Ada juga bukti yang cukup
menjelaskan bahwa amnioinfusion mengurangi morbiditas neonatus yang terkait
mekonium. Dengan demikian, amnioinfusion tidak dianjurkan untuk wanita yang
memiliki cairan ketuban yang terwarnai mekonium sendirian kecuali ada bukti adanya
oligohidramnion dan distress janin. Karena infeksi dan korioamnionitis dapat
berhubungan dengan SAM yang parah, pemberian awal terapi antibiotic spectrum luas
dalam kasus korioamnionitis maternal dapat mengurangi morbiditas neonatus.7
dianjurkan, hanya pada kasus-kasus tertentu, seperti terdapatnya cairan yang bernoda
mekonium yang tebal atau berlebihan. 7
Pencegahan setelah kelahiran
Intubasi endotrakeal dan suction dilakukan untuk menghilangkan
mekonium pada saluran napas bagian atas sebelum berpindah ke saluran napas bagian
bawah. Mekonium dapat bermigrasi ke jalan napas perifer melalui gerakan pernapasan
spontan atau ventilasi tekanan positif. Oleh karena itu, tampaknya logis bahwa
intubasi endotrakeal dan suction harus dilakukan sedini mungkin setelah melahirkan,
yaitu, sebelum bayi mengambil napas pertama atau sebelum pernapasan aktif. Sampai
saat ini, intubasi dan suction trakea rutin direkomendasikan untuk kebanyakan bayi
yang ketubannya terwarnai mekonium. Namun, studi terbaru tidak mendukung
dilakukan suction yang intensif, kecuali ketika respirasi bayi tertekan. Sejak tahun
2005, The American Heart Association dan The Neonatal Resuscitation Program telah
merekomendasikan suction trakea hanya jika bayi tidak kuat, memiliki penurunan
tonus otot, atau memiliki denyut jantung kurang dari 100 denyut / menit.7
2.10 Komplikasi
Displasia bronkopulmoner
Pneumothoraks
Pneumonia
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita
mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan
dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan
demikian, prognosis jangka panjang tetap baik. Bayi yang menderita SAM sangat
berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga menderita
abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang terjadi, SAM
dapat menimbulkan kematian.
Konsekuensi lebih lanjut sebagai dampak dari asfiksia antara lain:
1. Konsekuensi kardiovaskular
2. Konsekuensi Pulmonal
b. Edema paru
3. Konsekuensi Renal
a. Ensefalopati hipoksik-iskemik
b. Perdarahan intrakranial
2.11 Prognosis
KESIMPULAN
1. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak.