Anda di halaman 1dari 12

INFILTRASI DAN PERKOLASI

1. Pengertian Infiltrasi dan Perkolasi


Infiltrasi adalah perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah.
Kebalikan dari infiltrasi adalah rembesan (seepage). Perkolasi adalah gerakan air
ke bawah dari zona tidak jenuh, yang terletak di antara permukaan tanah sampai
ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya infiltrasi f adalah laju infiltrasi
maksimum yang dimungkinkan, yang ditentukan oleh kondisi permukaan,
termasuk lapisan atas tanah. Besarnya daya infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam
atau mm/hari. Daya perkolasi p adalah laju perkolasi maksimum yang
dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak
jenuh, yang terletak di antara permukaan tanah dengan permukaan air tanah.
Untuk memperjelas arti fp dan pp diperlihatkan pada Gambar 4.1 dan
Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Gambar 4.1 akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, tetapi daya
perkolasinya kecil, karena lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang
mempunyai permeabilitas tinggi dan lapisan bawahnya terdiri dari lapisan tanah
liat yang relatif kedap air. Sedangkan Gambar 4.2 akan menghasilkan daya
infiltrasi yang kecil tetapi daya perkolasinya tinggi, karena lapisan atasnya terdiri
dari lapisan kedap air dan lapisan bawahnya tiris.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah :
a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan jenuh
Seperti ditunjukan dalam Gambar 4.3, air yang tergenang di atas permukaan
tanah terinfiltrasi ke dalam tanah, yang menyebabkan suatu lapisan di bawah
permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila tebal dari lapisan jenuh air
adalah (L), dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah melalui sejumlah
tabung kecil. Aliran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran melalui
pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah (D) memberikan tinggi
tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan total yang
menyebabkan aliran adalah (D + L). Tahanan terhadap aliran yang diberikan
oleh tanah adalah sebanding dengan tebal lapis jenuh air (L). Pada awal
hujan, dimana (L) adalah kecil sebanding (D), tinggi tekanan adalah besar
dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah dengan
cepat. Sejalan dengan waktu, (L) bertambah panjang sampai melebihi (D),
sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi tersebut
kecepatan infiltrasi berkurang. Apabila (L) sangat lebih besar daripada (D),
perubahan (L) mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan
dan hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan.

Gambar 4.3 Genangan pada Permukaan Tanah

b. Kelembaban tanah
Jumlah kadar air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh
pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang
bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan
yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di
bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang
bekerja bersama-sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah
(infiltrasi) dengan cepat. Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah
tanah menjadi basah, sehingga perbedaan gaya kapiler berkurang, sehingga

2
infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika tanah menjadi basah koloid yang
terdapat dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-pori tanah,
sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.
c. Pemampatan oleh curah hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh
butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang
berbutir halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas
infiltrasi. Untak tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil.
d. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus.
Ketika hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawah
masuk ke dalam tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi
kapasitas infiltrasi.
e. Pemampatan oleh orang dan hewan
Pada bagian lalulintas orang atau hewan, atau kendaraan, permeabilitas tanah
berkurang karena struktur butir-butir tanah dan ruang-ruang yang berbentuk
pipa yang halus telah dirusakannya.
f. Struktur tanah
Lubang dalam tanah yang digali oleh binatang-binatang yang kecil dan
serangga, akar-akar tanaman yang mati, mengakibatkan permeabilitas tanah
yang tinggi. Akan tetapi mengingat jenis tanah ini sangat pekak terhadap gaya
pemampatan curah hujan maka seringkali kapasitas infiltrasi tiba-tiba
berkurang selama curah hujan.
g. Tanaman penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau
hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya
tanaman penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan
terbentuk lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga.
Apabila terjadi hujan, lapisan humus mengmbang dan lobang-lobang (sarang)
yang dibuat serangga akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasinya
bisa jauh lebih besar daripada tanah yang tanpa penutup tanaman.

3
h. Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan
kemiringan besar, aliran air permukaan mempunyai kecepatan yang besar
sehingga air kekeruangan waktu untuk infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air
hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya, pada lahan yang datar air
menggenang sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk infiltrasi.

3. Pengukuran Infiltrasi
Metode yang digunakan untuk menentukan kapasitas infiltrasi adalah
pengukuran dengan infiltrometer dan analisis hidrograf. Infiltrometer dibedakan
menjadi infiltrometer genangan dan simulator hujan (rainfall simulators).

a. Infiltrometer genangan
Infiltrometer genangan yang banyak digunakan adalah dua silinder
konsentris atau tabung yang dimasukkan ke dalam tanah. Untuk tipe pertama, dua
silinder konsentrasi yang terbuat dari logam dengan diameter antara 22,5 dan 90
cm ditempatkan dengan sisi bawahnya berada beberapa sentimeter di bawah
permukaan tanah seperti terlihat pada Gambar 4.4. Ke dalam kedua ruangan
diisikan air yang selalu dijaga pada elevasi sama. Fungsi dari silinder luar adalah
untuk mencegah air di dalam ruang sebelah dalam menyebar pada daerah yang
lebih besar setelah merembes di bawah dasar silinder. Kapasitas infiltrasi dan
perubahannya dapat ditentukan dari kecepatan penambahan air pada silinder
dalam yang diperlukan untuk mempertahankan elevasi konstan.
Infiltrometer tipe kedua terdiri dari tabung dengan diameter sekitar 22,5
cm dan panjang 45 sampai 60 cm yang dimasukan ke dalam tanah sampai
kedalaman minimum sama dengan kedalaman di mana air meresap selama
percobaan (sekitar 37,5 cm sampai 52,5 cm), sehingga tidak terjadi penyebaran.
Laju air yang harus ditambahkan untuk menjaga kedalaman yang konstan di
dalam tabung dicatat.

4
Gambar 4.4 Infiltrometer Genangan

Infiltrometer genangan ini tidak memberikan kondisi infiltrasi yang


sebenarnya terjadi di lapangan, karena pengaruh pukulan butir-butir hujan tidak
diperhitungkan dan struktur tanah di sekeliling dinding silinder telah terganggu
pada waktu pemasukannya ke dalam tanah. Tetapi meskipun mempunyai
kelemahan, alat ini mudah dipindah dan dapat digunakan untuk mengetahui
kapasitas infiltrasi di titik yang dikehendaki sesuai dengan tata guna lahan, jenis
tanaman, dan sebagainya.

b. Simulator hujan
Untuk mengurangi kelemahan dari penggunaan alat di atas, dibuat hujan
tiruan dengan intensitas merata yang lebih tinggi dari kapasitas infiltrasi. Luas
bidang yang disiram adalah antara 0,1 sampai 40 m2. Besarnya infiltrasi dihitung
dengan mencatat besarnya hujan dan limpasan.
Gambar 4.5 merupakan sket simulator hujan. Hujan tiruan dengan
intensitas hujan I jatuh pada bidang yang akan dicari kapasitas infiltrasinya.
Intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi sehingga terjadi genangan di
atas permukaan tanah. Pada suatu saat genangan air akan meluap dan luapan air
ditampung dalam ember. Dengan mengetahui intensitas hujan I, volume
tampungan dalam ember dan tinggi genangan, maka akan dapat dihitung kapasitas
infiltrasi f.

5
Gambar 4.5 Simulator Hujan

4. Kapasitas Infiltrasi
Ketika air hujan terkumpul di atas permukaan tanah, air tersebut akan
terinfiltrasi melalui permukaan dan masuk ke dalam tanah dengan laju infiltrasi
awal (fo) yang nilainya tergantung pada kadar air tanah saat itu. Dengan
berlanjutnya hujan, laju infiltrasi berkurang karena tanah menjadi lebih basah.
Laju infiltrasi sebagai fungsi waktu diberikan oleh Horton (1940) dalam
Persamaan (4.1) dan Gambar 4.6.
ft = fc + (fo – fc) e-kt (4.1)
Di mana :
ft = kapasitas infiltrasi pada saat ke t
fo = kapasitas infiltrasi awal
fc = kapasitas infiltrasi konstan, yang tergantung pada tipe tanah
k = konstanta yang menunjukan laju pengurangan kapasitas infiltrasi.

Gambar 4.6 Kapasitas Infiltrasi sebagai Fungsi Waktu

6
Persamaan (4.1) menunjukan bahwa apabila suplai hujan melampaui
kapasitas infiltrasi, infiltrasi berkurang secara eksponensial. Konstanta k
merupakan fungsi tekstur permukaan. Jika pada permukaan ada tanaman nilai k
kecil, sedang jika tekstur permukaan halus seperti tanah gundul nilai tersebut
besar.
Parameter fo dan fc adalah fungsi jenis tanah dan tutupan. Untuk tanah
berpasir atau berkerikil nilai tersebut tinggi, sedang tanah berlempung yang
gundul nilainya kecil, dan apabila permukaan tanah ada rumput nilainya
bertambah.
Jumlah total air yang terinfiltrasi pada suatu periode tergantung pada laju
infiltrasi dan fungsi waktu. Apabila laju infiltrasi pada suatu saat adalah f(t), maka
infiltrasi kumulatif atau jumlah air yang terinfiltrasi adalah F(t). Laju infiltrasi dan
jumlah air yang terinfiltrasi adalah :
dF(t)
f(t) = (4.2)
dt
dan
t
F(t) = ∫
0
f (t)dt (4.3)

Persamaan (4.3) menunjukan bahwa jumlah air yang terinfiltrasi F(t)


merupakan integral dari laju infiltrasi, dengan kata lain sama dengan luasan di
bawah kurva f(t) seperi ditunjukan dalam Gambar 4.7(a). Jumlah air yang
terinfiltrasi tersebut adalah sama dengan volume air yang dituangkan dalam
infiltrometer. Persamaan (4.2) adalah persamaan diferensial yang menunjukan laju
infiltrasi f(t). Laju infiltrasi merupakan turunan dari infiltrasi kumulatif F(t).
Dengan kata lain, laju infiltrasi f(t) adalah sama dengan kemiringan kurva F(t)
pada waktu t (Gambar 4.7.b). Apabila laju infiltrasi diberikan oleh Persamaan
(4.1), maka persamaan (4.3) menjadi :
t
F(t) = ∫
0
f c + (f o - f c )e -kt dt

1
F(t) = fc t + (f 0 - f c )(1 - e-kt ) (4.4)
k
Seperti yang telah dijelaskan bahwa air hujan yang jatuh di permukaan
tanah sebagian menguap, sebagian lainnya terinfiltrasi dan sisanya menjadi

7
limpasan permukaan. Hujan yang berubah menjadi aliran permukaan disebut juga
hujan efektif atau hujan lebihan (excess rainfall). Untuk hujan dengan intensitas
tinggi dan durasi singkat, kehilangan air karena penguapan adalah kecil dibanding
dengan infiltrasi. Air hujan yang berubah menjadi aliran permukaan dapat
diperkirakan dengan mengurangkan kapasitas infiltrasi terhadap intensitas hujan
(Gambar 4.8). Dalam gambar tersebut, bagian yang diarsir adalah bagian dari
hujan yang berubah menjadi aliran permukaan, yaitu curah hujan dikurangi
dengan kapasitas infiltrasi.

Gambar 4.7 Kapasitas Infiltrasi dan Infiltrasi Kumulatif

Gambar 4.8 Kapasitas Infiltrasi dan Intensitas Hujan.

8
5. Indeks Infiltrasi
Kurva kapasitas infiltrasi seperti yang diberikan oleh Horton merupakan
kapasitas infiltrasi di suatu titik (lokasi) yang ditinjau. Untuk suatu DAS yang luas
dan heterogen (terdiri dari beberapa tata guna lahan dengan luas yang berbeda),
kurva tersebut tidak bisa digunakan karena masing-masing daerah dengan tata
guna lahan yang berbeda mempunyai kurva yang berbeda pula. Pada suatu saat,
kapasitas infiltrasi dan intensitas hujan antara satu tempat dan tempat yang lain
adalah berbeda. Selain itu aliran antara seringkali merupakan bagian penting dari
aliran permukaan. Aliran antara ini merupakan bagian dari infiltrasi, biasanya
tidak termasuk dalam aliran permukaan yang dihitung dengan kurva kapasitas
infiltrasi. Untuk menyederhanakan analisinya, perkiraan aliran permukaan
biasanya dihitung dengan menggunakan indeks infiltrasi.
Indeks infiltrasi merupakan prosedur paling sederhana untuk
memperkirakan volume total aliran permukaan atau air hujan yang hilang karena
infiltrasi. Indeks infiltrasi adalah laju rerata kehilangan air karena infiltrasi,
sedemikian sehingga volume air hujan yang lebih dari laju tersebut adalah sama
dengan aliran permukaan. Indeks infiltrasi banyak digunakan untuk
memperkirakan besarnya infiltrasi di daerah yang luas atau daerah yang
heterogen. Indeks  (index) adalah laju infiltrasi rerata atau kapasitas infiltrasi
yang diratakan pada seluruh periode hujan, dan diberikan oleh bentuk berikut :
F P -Q
Indeks Φ = = (4.5)
Tr Tr
Di mana :
F = infiltrasi total
P = hujan total
Q = aliran permukaan total
Tr = waktu terjadinya hujan

9
Contoh Soal :
1. Dalam percobaan dengan menggunakan alat infiltrometer genangan,
kapasitas infiltrasi di suatu daerah pada interval waktu tertentu diberikan
oleh tabel berikut :
Tabel 4.1
Waktu (Jam) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00
Kapasitas infiltrasi
10,40 5,60 3,20 2,10 1,50 1,20 1,10 1,00 1,00
ft (cm/jam)

Pertanyaan :
(a) Cari bentuk persamaan kapasitas infiltrasi
(b) Hitung kapasitas infiltrasi pada waktu t = 10 menit, 30 menit, 1 jam,
2 jam dan 3 jam.
(c) Hitung volume total infiltrasi selama 3 jam.
2. Berikut distribusi hujan yang diukur selama hujan 6 jam.
Jam 0 1 2 3 4 5 6
Intensitas hujan (cm/jam) 0,5 1,5 1,2 0,3 1,0 0,5
Kedalaman limpasan (runoff) adalah 2 cm. Hitung indeks .

Jawaban :
1. Bentuk persamaan kapasitas infiltrasi :
Persamaan (4.1) dapat ditulis dalam bentuk :

ft - fc = (fo – fc) e-kt

Ruas kiri dan kanan dari persamaan tersebut dibuat dalam bentuk log :
log(ft - fc) = log(fo – fc) – kt log e
1
t= - [log(f t - f c ) - log(f o - f c )]
k log e
1 1
t= - log(f t - f c ) + log(f o - f c )
k log e k log e

10
Persamaan tersebut mempunyai bentuk :
y = mx + c
yang merupakan garis lurus dengan kemiringan m. Tanda negatif
menunjukan bahwa ft berkurang dengan bertambahnya t.
Dari persamaan (4.1) dan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai f c =
1,0. Selanjutnya hitungan dilakukan dengan menggunakan tabel berikut :
Tabel 4.2
t (jam) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00
ft (cm/jam) 10,40 5,60 3,20 2,10 1,50 1,20 1,10 1,00 1,00
ft - fc 9,40 4,60 2,20 1,10 0,50 0,20 0,10 0,00 0,00
log (ft - fc) 0,973 0,663 0,342 0,041 -0,301 -0,699 -1,000

Hasil hitungan dalam tabel tersebut digambarkan dalam grafik hubungan


antara t dan log(ft – fc), yang kemudian dapat diperoleh kemiringan
garisnya.
1 1 1,38
m =- =- →k = = 3,18
k log e 1,38 log 2,718
Persamaan infiltrasinya menjadi :
ft = 1,0 + (10,4 – 1,0) e-3,18t
= 1,0 + 9,4 e-3,18t

Gambar 4.9

Dengan persamaan tersebut, maka kapasitas infiltrasi pada waktu t = 10


menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam dan 3 jam adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
t (jam) 0,17 0,50 1,00 2,00 3,00
ft (cm/jam) 6,53 2,92 1,39 1,02 1,00

Volume air yang terinfiltrasi selama 3 jam dapat dihitung dengan


menggunakan Persamaan (4.4) :

11
1
F(t) = f c t + (f - f )(1 - e-kt )
k 0 c
1
F(t) = 1 x 3 + (10,4 – 1)(1 – e-3,18t)
3,18
= 5,96 cm / 3 jam.
= 1,99 cm/jam
2. Hitung indeks 
Dari distribusi hujan, hujan total, P = 5 cm. Kehilangan yang disebabkan
infiltrasi adalah, F = P – Q = 5 – 2 = 3 cm. Dengan menggunakan gambar
berikut, indeks  dihitung dengan cara coba banding.

Gambar 4.8
Dianggap nilai  berada antara 0,5 dan 1,0 cm/jam. Dengan
menyamakan luas histogram yang diarsir dan kedalaman limpasan, dapat
diperoleh nilai  :
(1,5 - )x 1 + (1,2 - )x 1 + (1,0 - )x 1 = 2 cm
 = 0,567 cm / jam
Nilai 0,5 <  < 1,0 sehingga perkiraan tersebut adalah benar.

12

Anda mungkin juga menyukai