Anda di halaman 1dari 15

ESENSI, Vol. 20 No.

3 / 2017
PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET, PROFITABILITAS
SOLVABILITAS, DAN LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM
PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Evy Roslita
Andrie Hartono
Institut Bisnis Nusantara
Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta 13340
(021) 8564932

ABSTRAK
Return saham perusahaan manufaktur di Indonesia dipengaruhi oleh
banyak faktor. Beberapa faktor yang terbukti memiliki pengaruh positif terhadap
return saham tersebut adalah rasio kesempatan investasi (investement
opportunity set) dan ROE. Pengaruh sebaliknya ditunjukkan oleh DER. Makin
tinggi tingkat hutang, maka semakin rendah return saham yang dihasilkan.
Sehingga penting bagi para investor dan manajemen perusahaan untuk
memperhatikan faktor-faktor tersebut.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Industri manufaktur di Indonesia mengalami perlambatan berdasarkan
survei Purchasing Manager Index (PMI) yang dilakukan HSBC, Indeks manufaktur
Indonesia turun menjadi 48,5% pada Agustus 2013 dan penurunan itu masih
terjadi hingga akhir Desember 2014 menjadi 47.6%. Indeks manufaktur yang
turun di bawah 50% menunjukkan sektor ini tengah melambat (Kemenperin
2014). Kenaikan atau penurunan indeks manufaktur dipasar modal tidak terlepas
dari informasi yang berasal dari internal perusahaan yang di sebut sebagai
kinerja keuangan perusahaan, salah satu sumber informasi dalam menilai kinerja
perusahaan adalah laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, laporan keuangan merupakan hasil dari
proses akuntansi yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan
keuangan pun menjadi salah satu acuan para investor dan pelaku pasar modal
untuk menilai harga saham suatu emiten di pasar modal. Hal ini membuat tiap-
tiap emiten harus menyajikan laporan keuangan dengan menunjukan kinerja
yang baik yang berasal dari pengambilan keputusan perusahaan.

Dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan, seorang manajer keuangan


mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk mencapai
tujuan bersama yaitu meningkatkan kepercayaan para pemegang saham melalui
nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan bahwa
semakin tinggi pula kesejahteraan para pemiliknya. Memaksimumkan nilai
perusahaan berarti memaksimumkan nilai pasar melalui harga sahamnnya yang
merupakan pengaruh dari seluruh keputusan keuangan yang di ambil oleh

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."153
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
perusahaan (Keown et al, 2005) untuk memaksimumkan nilai perusahaan
tersebut, manajer perlu membuat tiga keputusan keuangan yaitu pendanaan,
keputusan investasi, dan keputusan (kebijakan) deviden yang optimal sehingga
tujuan perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan dapat tercapai.
Memaksimalkan nilai perusahaan juga berarti meningkatkan pertumbuhan
perusahaan tersebut. Pertumubuhan perusahaan merupakan suatu hal penting
yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun
eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan diharapkan
dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan sehingga meningkatkan
kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Bagi investor pertumbuhan
perusahaan merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi
yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Sedangkan
untuk mengukur pertumbuhan kinerja suatu perusahaan, digunakan pendekatan
rasio keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio
likuiditas.
Sehingga penting bagi perusahaan dan investor untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh indeks Investment Opportunity Set, rasio profitabilitas,
solvabilitas, dan likuiditas terhadap return saham perusahaan manufaktur.

LANDASAN TEORI

Laporan Keuangan dan Kinerja Perusahaan


Kinerja perusahaan secara umum adalah sebuah perwujudan kerja yang
dilakukan oleh karyawan yang digunakan sebagai dasar atau acuan penilaian
terhadap karyawan didalam suatu organisasi. Kinerja yang baik merupakan suatu
langkah untuk menuju tercapainya tujuan organisasi oleh karena itu, kinerja juga
merupakan sarana penentu dalam mencapai tujuan organisasi sehingga perlu
diupayakan untuk meningkatkan kinerja karyawan. “konsep kinerja adalah
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan” Rivai, Hal
309,[1]
Menurut Harahap, Hal 123, [2], laporan keuangan merupakan output
dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan menjadi bahan informasi
bagi para pemakainya sebagai salah satu indikator dalam proses pengambilan
keputusan. Selain itu, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban dan
menggambarkan indikator keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Investasi dan Return Saham


Dalam manajemen terdapat tiga keputusan, yaitu:
1. Keputusan Investasi
2. Keputusan Pembiayaan
3. Keputusan Deviden

Dari ketiga keputusan tersebut, keputusan investasi merupakan keputusan


yang paling penting. Investor akan mengalokasikan dananya untuk investasi
dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang akan datang. Menurut
Robbert ang, Hal 20 [3] “Setiap investor baik jangka panjang atau jangka pendek
memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung”. Komitmen sejumlah dana pada masa
sekarang atau beberapa periode waktu kedepan untuk mendapatkan return yang
akan memuaskan para investor merupakan pengertian dari investasi.

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."154
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham
diperoleh dari selisih kenaikan (capital gains) atau selisih penurunan (capital
loss). Capital gains atau capital loss sendiri diperoleh dari selisih harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa return saham adalah hasil atau keuntungan dari suatu investasi berbentuk
saham yang diperoleh dari selisih kenaikan harga atau selisih penurunan harga.
Return saham dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi
yang dihitung berdasarkan data historis.
2. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang
diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Dengan
demikian return ekspektasi merupakan return yang sifatnya belum
terjadi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka return saham dapat di rumuskan sebagai
berikut:

Pt - Pt -1
Ri=
Pt -1
Keterangan:
Ri = Return saham
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

Investment Opportunity Set (IOS)


Istilah set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS)
muncul setelah dikemukakan oleh Myres (1997) yang memandang nilai suatu
perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (asset yang dimiliki)
dengan investment option (pilihan investasi pada masa depan). Perusahaan
adalah kombinasi antara nilai aktiva rill (assets in place) dengan pilihan investasi
di masa yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk
berkembang, namun seringkali perusahaan tidak dapat melaksanakan semua
kesempatan investasi di masa mendatang.
Opsi Investasi masa depan tidak hanya ditunjukan dengan adanya
rencana pengembangan perusahaan yang di dukung dengan kegiatan riset tetapi
juga dengan kemampuan perusahaan mengeksploitasi kesempatan dalam
mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam
kelompok industrinya. Berdasarkan pengertian tersebut para peneliti telah
mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan menjadi investment
opportunity set (IOS) sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam
penelitiannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan
tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan,
namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk
kepentingan di masa yang akan datang, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang
dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan. Dari berbagai
penelitian tentang IOS diperoleh kesimpulan bahwa IOS dijadikan dasar untuk
mengklasifikasikan perusahaan sebagai kategori perusahaan bertumbuh dan
tidak bertumbuh, dan IOS juga memiliki hubungan dengan berbagai variabel
kebijakan perusahaan, Proksi IOS yang dipilih dalam penelitian ini adalah Earning
per share/Price (E/P) laba per lembar saham/ harga saham.

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."155
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017

Earning per share/Price Ratio (E/P)


Earning per share/price ratio atau rasio laba per lembar saham terhadap
harga pasar saham merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan seberapa
besar earning power yang dimiliki perusahaan. E/P dapat di rumuskan sebagai
berikut:
Laba per lembar saham
E/P=
Harga Penutupan Saham
Keterangan :
Laba per lembar saham : Laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah
lembar saham yang beredar
Harga penutupan saham : Harga jual penutupan saham akhir tahun.

Kinerja Keuangan
Salah satu perwujudan kinerja keuangan dapat di gambarkan dalam
bentuk analisis rasio keuangan. Menurut S Munawir, Hal 36, [4] analisis rasio
keuangan adalah suatu periode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi individual atau kombinasi kedua
laporan tersebut. Hasil dari analisis rasio yang berupa rasio-rasio keuangan
perusahaan akan dipergunakan investor sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi. Menurut PSAK No. 1 Paragraf 49, [5]
pengukuran kinerja keuangan dilakukan melalui rasio keuangan yang berasal dari
laporan keuangan. Kinerja keuangan dapat ditinjau melalui (5) lima pendekatan
yaitu kinerja likuiditas, kinerja aktivitas, kinerja solvabilitas, kinerja profitabilitas
dan kinerja pasar.
Rasio keuangan dapat kelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang
lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)


Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan dalam jangka pendek
untuk obligasi (kewajiban) yang jatuh tempo. Termasuk dalam rasio ini
adalah :
1. Rasio Lancar
2. Rasio Kas
3. Rasio Cepat
2. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam
memanfaatkan harta yang dimilikinya. Termasuk dalam rasio ini adalah :
1. Rasio Perputaran Piutang
2. Rasio Perputaran Persediaan
3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
4. Rasio perputaran total aktiva
5. Rasio rata-rata hari pengumpulan piutang
6. Rasio rata-rata persediaan tersimpan
7. Rasio perputaran modal kerja
3. Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan. Termasuk dalam rasio ini adalah :
1. Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva
2. Margin Laba Bersih terhadap Penjuakan

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."156
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
3. Laba Operasi Bersih terhadap Total Modal
4. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga leverage ratios.
Termasuk dalam rasio ini adalah :
1. Rasio hutang atas aktiva
2. Rasio hutang jangka panjang atas aktiva
3. Rasio hutang jangka panjang atas modal
4. Rasio modal atas hutang
5. Rasio kewajiban lancer atas modal
6. Rasio aktiva berwujud atas hutang
5. Rasio Pasar (Market Ratios)
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan
dalam basis per saham Robbert ang, Hal 18, [3]. Termasuk dalam rasio
ini adalah :
1. Jaminan bunga obligasi
2. Jaminan deviden saham preferen
3. Penghasilan per lembar saham
4. Nilai buku per lembar saham
5. Presentase laba ditahan
6. Rasio harga penghasilan
7. Rasio pembayaran deviden
8. Rasio hasil deviden

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan asset dan modal
saham yang tertentu, Hanafi dan Halim, Hal 83, [6]. Rasio profitabilitas
menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilakan keuntungan hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri. Rasio profitabilitas di bagi menjadi enam jenis yaitu Gross Profit
Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Operating Return On Assets (OPROA),
Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Operating Ratio (OPR).
Mengingat tujuan setiap usaha bisnis adalah untuk meraih laba maka rasio-rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba (rasio
profitabilitas) akan mencerminkan tingkat efektifitas pengelolaan yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan. Semakin baik rasio profitabilitas perusahaan
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Hal ini dapat menyebabkan
harga pasar saham perusahaan menjadi meningkat. Adanya peningkatan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan meningkat harga pasar
saham perusahaan, Husnan, Hal 327, [ 7]. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas
diukur dengan menggunakan return on equity (ROE).

Return On Equity (ROE)


Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan
di dalam perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian
perusahaan atau efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan, Robbert ang, Hal
Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."157
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
33, [3]. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Return On Equity (ROE) adalah
rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan. ROE diperoleh dengan
membandingkan antara net incame after tax (laba bersih setelah pajak) dengan
total equity (total modal saham). ROE dapat dirumuskan sebagai :

Dilihat dari sudut pandang pemegang saham ROE merupakan ukuran


efesiensi atas pengelolaan investasi. Apabila terdapat peningkatan ROE maka
pengelola yang dilakukan manajemen perusahaan dianggap semakin efisien.

Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas atau rasio leverage merupakan rasio yang
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Informasi
mengenai kondisi keuangan perusahaan dalam jangka panjang juga diperlukan
dalam pengambilan keputusan dalam jangka pendek tidak selalu paralel dengan
kondisi keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Kondisi keuangan yang baik
dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga
dalam jangka panjang. Untuk itu pihak-pihak pengambil keputusan termasuk
investor selain mempertimbangkan kondisi keuangan jangka pendek juga
mempertimbangkan kondisi keuangan jangka panjang dalam hal ini adalah
leverage perusahaan, S Munawir, Hal 81, [4].
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage dapat dibagi atas delapan jenis
yaitu debt ratio, debt to equity ratio, long debt to equity ratio, long- term debt to
capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow
to net incame, cash return on sales. Setiap perusahaan memiliki berbagai variasi
dalam penggunaan solvabilitas (utang dalam struktur modalnya). Perusahaan
akan mendapatkan manfaat dalam penggunaan leverage apabila keuntungan
yang didapat lebih besar dari beban tetap (bunga yang harus dibayarkan).
Perusahaan yang mempunayai rasio leverage rendah akan memiliki resiko
kerugian yang lebih kecil pada saat perekonomian menurun, tetapi juga
menghasilkan return yang lebih jika ekonomi membaik. Sebaliknya perusahaan
yang menggunakan tingkat solvabilitas tinggi akan mendapat kesempatan
memperoleh return yang lebih tinggi pada saat ekonomi membaik, Weston dan
Thomas, Hal 228 [8], namun menghadapi resiko kerugian yang besar karena
adanya pengeluaran tetap berupa pembayaran bunga dan angsuran pokok.

Penggunaan solvabilitas yang tinggi pada struktur modal perusahaan


akan meningkat ketergantungan kepada pihak luar sehingga resiko keuangan
yang harus ditangguh perusahaan yaitu ketidakpastian dalam melunasi hutang-
hutangnya juga semakin meningkat. Dalam kondisi ini kinerja keuangan
perusahaan dinilai semakin buruk. Oleh karena kinerja keuangan perusahaan
dinilai semakin buruk maka harga saham menjadi menurun. Dalam penelitian ini
rasio solvabilitas yang dipilih adalah debt ratio.

Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh kreditur. DER digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan utang) terhadap total asset yang dimiliki perusahaan,
Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."158
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
Robbert ang, Hal 34, [3]. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa DER digunakan
untuk mengukur tingkat penggunaan utang perusahaan terhadap seluruh aktiva
atau asset yang dimiliki perusahaan. DER dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan
komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancer dengan total pasiva lancer
(utang jangka pendek). Terdapat dua hasil penilaiaan terhadap pengukuran rasio
likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan
perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak
mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan
illikuid. Tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas yaitu:
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau
piutang.
4. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke

Current Ratio (CR)


Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah Current Ratio (CR). CR
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang berubah menjadi kas dalam waktu
satu tahun atau satu siklus bisnis), CR mampu untuk mengukur kemampuan
memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi jumlah aset lancar terhadap
kewajiban lancar maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar
tersebut akan dibayar. CR sebagai penyangga kerugian, semakin besar
penyangga maka semakin kecil risikonya. CR juga merupakan cadangan dana
lancar, yaitu ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas
arus kas perusahaan. CR dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktifa lancar
Current ratio=
Utang Lancar
Hubungan antara E/P dengan Return Saham
Perusahaan yang stabil akan memperlihatkan stabilitas pertumbuhan
earning per share/price, sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan
memperlihatkan pertumbuhan earning per share/price yang fluktuatif. Bila E/P
perusahaan naik secara konsisten (tidak fluktuatif), dapat diartikan perusahaan
sedang tumbuh. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."159
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan
tersebut. Hal ini akan berdampak positif terhadap harga saham, dan pada
akhirnya return yang diperoleh akan semakin tinggi.
Ha1: Earning per Share / price ratio (E/P) memiliki pengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan

Hubungan antara ROE dengan Return Saham


Sebagai pengukur rasio profitabilitas yang berkaitan langsung dengan
pemegang saham, ROE menunjukkan tingkat keuntungan yang menjadi hak para
pemagang saham. Semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan maka bagian
keuntungan yang menjadi hak pemegang juga semakin meningkat. Peningkatan
bagian keuntungan bagi pemegang saham inilah yang menjadi daya tarik investor
terhadap kepemilikan suatu saham perusahan sehingga akan mengakibatkan
kenaikan harga saham perusahaan meningkat maka return yang diterima
pemegang saham juga meningkat. Dalam penelitiannya Jauhari dan Basuki pada
tahun 2007 mengenai “Analisis fundamental terhadap return saham pada periode
bullish dan bearish indeks harga saham gabungan” diperoleh kesimpulan bahwa
ROE mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham baik pada
periode bullish maupun pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
Ha2: Return on equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham perusahaan

Hubungan antara Debt Ratio (DER) dengan Return Saham


DER digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang)
terhadap total asset yang dimiliki perusahaan, yang diukur dengan
membandingkan total debts dengan total assets. Semakin tinggi DER berarti
semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan. Pembiayaan dengan menggunakan utang mempunyai pengaruh bagi
perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap, kegagalan
perusahaan dalam membayar bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan
keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Dalam penelitian
Hilmi Abdullah, Soedjatmiko & Antung Hartati (2014) mengenai "Pengaruh EPS,
DER, PER, ROA dan ROE terhadap harga saham pada perusahaan tambang yang
terdaftar di BEI untuk periode 2011-2013" Hasil penelitian menyebutkan bahwa
DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan indutri
real estate and property yang terdaftar di BEI
Ha3: Debt to equity ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham perusahaan

Hubungan antara Current Ratio dengan Return Saham


Current Ratio (CR) dapat menjadi indikator likuiditas yang baik jika
persediaan tidak mudah dikonversi menjadi uang kas. Semakin besar angka CR
maka semakin likuid kondisi perusahaan tersebut. CR merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat di tagih secara keseluruhan.
Dalam penelitian Ulupui (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas,
Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi pada
perusahaan makanan dan minuman dengan kategori Industri Barang Konsumsi di
BEJ)”, hasil penelitian menunjukan bahwa CR berpengaruh signifikan.
Ha4 : Current Ratio (CR) memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham perusahaan

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."160
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
Model Penelitian

VARIABLE INDEPENDEN VARIABLE DEPENDEN

E/P

ROE
Return Saham
DER

CR

Persamaan regresi untuk model penelitian diatas adalah sebagai berikut:

RETURN = a + ß1 E/P + ß2 ROE+ ß3 DER+ ß4 CR + ε

RETURN = Return saham


E/P = Earning per share/ Price
ROE = Return on equity
DER = Debt to equity ratio
CR = Current ratio
a = Konstanta
b1 = besarnya pengaruh E/P
b2 = besarnya pengaruh ROE
b3 = besarnya pengaruh DER
b4 = besarnya pengaruh CR
ε = error

HASIL PENELITIAN

Analisis Data
Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2015, dengan criteria pemilihan
sebagai berikut:

1. Perusahaan merupakan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek


Indonesia yang tercatat disepanjang tahun 2011-2015
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk
periode yang berakhir 31 Desember tahun 2011-2015
3. Perusahaan menampilkan equity yang positif sepanjang 2011-2015

Sehingga diperoleh 330 sample firms years.

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."161
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif data menunjukkan hasil sebagai berikut:
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
RETURN 330 -.99 2.39 .0810 .02570 .46690
EP
330 -1.02 4.25 .1730 .02716 .49345
ROE 330 -153.82 125.81 9.0972 1.47416 26.77939
DER 330 -2.76 22.46 1.1983 .10271 1.86586
CR 330 .13 57.73 2.3570 .19552 3.55178
Valid N
330
(listwise)

Dengan data yang tersebar normal

Table 4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
RETURN EP ROE DER CR
N 330 330 330 330 330
Normal Mean .0810 .1730 9.0972 1.1983 2.3570
Parameter Std.
a,b .46690 .49345 26.77939 1.86586 3.55178
s Deviation
Most Absolute .113 .316 .201 .249 .283
Extreme Positive .113 .316 .168 .201 .217
Difference
Negative
s -.060 -.224 -.201 -.249 -.283

Test Statistic .113 .316 .201 .249 .283


Asymp. Sig. (2-tailed) c c c c c
.774 .554 .624 .657 .869
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."162
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017

Uji Asumsi Klasik


Berdasarkan hasil pengujian statistik diketahui bahwa tidak terdapat
multikolinearitas, tidak terdapat autokerelasi, serta tidak terdapat
heteroskedastisitas

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."163
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017

Pengujian Hipotesis

Uji F

Hasil pengujian Uji F menunjukkan bahwa hubungan antara variable return


saham dengan variable EPS /price, ROE, DER adalah signifikan dengan nilai
determinasi R2 sebesar 32,9%. Sehingga dapat disimpulkan model ini dapat
dilanjutkan ke uji hipotesis selanjutnya.

Uji F

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 24.194 4 6.049 41.361 .000b
Residual 47.528 325 .146
Total 71.722 329
a. Dependent Variable: RETURN
b. Predictors: (Constant), CR, EP, DER, ROE

Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summaryb

Std.
Adjusted Error of
R R the Durbin-
Model R Square Square Estimate Watson
1 .581a .337 .329 .38241 1.982
a. Predictors: (Constant), CR, EP, DER, ROE
b. Dependent Variable: RETURN

Uji t
Berdasarkan pengujian diketahui bahwa seluruh variable dependen
berpengaruh signifikan terhadap return saham, dengan arah yang sesuai dengan
prediksi. Dengan demikian hipotesa1, 2, 3 telah terbukti.

Hasil Pengujian Uji t

Pengaruh Investment Opportunity Set, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan


Likuiditas Terhadap Return Saham Puerusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI
2011-2015

RETURN = a + ß1 E/P + ß2 ROE+ ß3 DER+ ß4 CR + ε


Variabel Dependen=RETURN
Variabel Independen Prediksi
Coefisien p-Value

Konstanta ? -0.026879 0.4106


Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."164
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
E/P + 0.446628 0.0000*
ROE + 0.002373 0.0053*
DER +/- -0.031618 0.0096*
CR +/- 0.019911 0.0011*
R-Square 0.337334
Adjust R 0.329178
F-Statistik 41.3608
Sig (F-stat) 0.000000
DW 1.981527
*,**,*** Signifikansi pada level α= 1%, 5%, 10%
Deskripsi Variabel
RETURN adalah proksi dari return saham yang menggunakan realized return
(data historis) yang didapat dari pengurangan harga sama periode t terhadap
harga saham periode t-1 dibagi harga saham periode t-1. E/P adalah earning
per share/price proksi dari IOS(Investment Opportunity Set) yang didapat dari
hasil bagi laba perlembar saham terhadap harga saham. ROE adalah return on
equity proksi dari rasio profitabilitas yang merupakan rasio net income
terhadap total equity. DER adalah debt to equity ratio/ leverage/ tingkat
hutang perusahaan proksi rasio solvabilitas yang merupakan rasio total equity
terhadap total hutang. CR adalah current ratio proksi dari rasio likuiditas yang
merupakan rasio current asset terhadap current liability.

Pengaruh Antara Variabel Independen Dengan Variabel Dependen


Pengaruh E/P Terhadap Return Saham
Pengaruh E/P (earning per share/price) menunjukan nilai koefisien
sebesar 0.446628 dan nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi pada
level 1% (0.0000<0.01). Ini menunjukan bahwa E/P berpengaruh signifikan
positif terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015. Hubungan antara E/P dengan
return saham yang signifikan secara statistis tersebut membuktikan bahwa
kesempatan memperoleh return di pasar berkorelasi positif dengan earning per
share/price. Jika perusahaan memperoleh laba tinggi dan mempunyai kondisi
keuangan stabil maka E/P akan menunjukan peningkatan, sebaliknya perusahaan
memperoleh laba yang kecil maka E/P akan menunjukan penurunan . Bila E/P
naik secara konsisten, maka dapat diartikan perusahaan sedang bertumbuh, Hal
inilah yang akan meningkatkan minat investor terhadap perusahaan tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan Ningrum (2011) yang menunjukan bahwa E/P
memiliki pengaruh positif terhadap return saham dan menjelaskan bahwa
kekuatan laba yang dimiliki oleh perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi yang akan diterima investor
dari investasi yang ditanamkan dalam suatu perusahaan.

Pengaruh ROE Terhadap Return Saham


Pengaruh ROE (return on equity) menunjukan nilai koefisien sebesar
0.002373 dan nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi pada level 1%
(0.0053<0.01). Ini menunjukan bahwa ROE berpengaruh signifikan positif

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."165
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2015. ROE menunjukan rasio laba atas modal, nilai
ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bahwa investor akan diuntungkan
jika menanamkan modal diperusahaan tersebut. Karena terdapat return atau
pengembalian atas modal mereka yang berangsur naik. Tujuan investor adalah
memperoleh keuntungan, dalam hal ROE yang tinggi investor akan tertarik untuk
menanamkan modal dan berdampak pada return saham. ROE yang tinggi
menunjukan bahwa perusahaan memiliki laba yang tinggi dan mengindikasi
perusahaan akan terus bertumbuh dari laba yang diciptakan. Penelitian ini sejalan
dengan Budi rusman jauhari dan Basuki wibowo (2007) yang menunjukan bahwa
ROE memiliki pengaruh positif terhadap return saham.

Pengaruh DER Terhadap Return Saham


Pengaruh DER (debt to equity ratio) menunjukan nilai koefisien sebesar -
0.031618 dan nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi pada level 1%
(0.0096<0.05). Ini menunjukan bahwa DER berpengaruh signifikan negatif
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2015. DER (debt to equity ratio) merupakan rasio
solvabilitas yang dihasilkan dari hasil bagi antara total hutang dan total ekuitas.
Nilai DER yang semakin tinggi mencerminkan bahwa resiko perusahaan dalam
melunasi hutang-hutang yang dimiliki akan semakin tinggi juga, yang berarti
beban utang perusahaan juga semakin tinggi, sehingga kemampuan perusahaan
dalam membayar kembali kewajibannya jika dikaitkan dengan modal perusahaan
menjadi berat. Banyak hal yang menyebabkan perusahaan memiliki hutang yang
besar, dari hutang bunga yang menumpuk karena tidak dibayarkan atau bisa
dikarenakan kondisi keuangan yang kurang baik dan tidak adanya suntikan dana
dari investor yang menyebabkan perusaahaan harus mengambil hutang untuk
memenuhi kebutuhan operasionalnya. Hal ini akan mengurangi minat investor
dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan
minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan
harga saham perusahaan, sehingga return saham perusahaan juga semakin
menurun. Penelitian ini sejalan dengan Hilmi Abdullah, Soedjatmiko & Antung
Hartati (2014) yang menunjukan bahwa DER memiliki pengaruh signifikan negatif
terhadap return saham.

Pengaruh CR Terhadap Return Saham


Pengaruh CR (current ratio) menunjukan nilai koefisien sebesar 0.019911
dan nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi pada level 1%
(0.0011<0.01). Ini menunjukan bahwa CR berpengaruh signifikan positif
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2015. CR (current ratio) mengukur kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang
dimilikinya. Nilai CR yang tinggi dapat disebabkan pada kondisi tertentu yang
menunjukkan banyak dana perusahaan menumpuk atau likuid. Hal ini bisa di
sebabkan oleh beberapa hal diantaranya, terdapat dana investasi besar yang
masuk kedalam perusahaan yang belum digunakan dalam periode tersebut,
terdapat banyak inventory yang belum terjual atau terdapat piutang tak tertagih
yang besar. Oleh karena itu nilai CR yang kecil belum tentu mencerminkan
kondisi perusahaan yang tidak baik. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa nilai
CR yang tinggi menimbulkan kepercayaan investor untuk menginvestasikan
modalnya ke perusahaan, sehingga meningkatkan permintaan saham perusahaan
tersebut. Perusahaan yang mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya akan
Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."166
ESENSI, Vol. 20 No. 3 / 2017
berfokus pada penggunaan dana yang likuid. Hal ini akan berdampak pada minat
investor terhadap pengembangan yang akan dilakukan perusahaan kedepannya.
Yang berdampak pada return saham perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan
Ulupui (2006) yang menunjukan bahwa CR memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap return saham.

KESIMPULAN

Penelitian ini mencoba untuk menjawab tujuan penelitian yaitu:


1. Investment opportunity set yang di proksikan oleh E/P (earning per
share/price), rasio profitabilitas yang di proksikan oleh ROE (return on
equity), dan rasio likuiditas yang di proksikan oleh CR (current ratio)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian ini
sejalan dengan Ningrum (2011), Budi rusman jauhari dan Basuki wibowo
(2007), dan Hilmi Abdullah, Soedjatmiko & Antung Hartati (2014). Rasio
solvabilitas yang di proksikan oleh DER (debt to equity ratio) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian ini sejalan
dengan Hilmi Abdullah, Soedjatmiko & Antung Hartati (2014).
2. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa Earning per share/Price paling
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil regresi variabel
independen yaitu E/P, ROE, DER, dan CR secara berturut-turut
menunjukan tingkat signifikansi 0.0000, 0.0053, 0.096, dan 0.0011

DAFTAR PUTAKA

[1] Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk


Perusahaan, Dari Teori Ke Praktek. PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 2005
[2] Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, Edisi Revisi 2011, Jakarta,
2013
[3] Robbert Ang, Buku pintar Pasar Modal Indonesia, Media Staff
Indonesia, Jakarta, 2000
[4] S Munawir, Analisis Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2002
[5] Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba
Empat, Jakara, 2012
[6] Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, “Analisis Laporan Keuangan”,
AMP-YKPN, Yogyakarta, 2003
[7] Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta,1998
[8] Weston, J Fred dan Thomas E, Copeland. Terjemah: Manajemen
Keuangan2, Edisi1, Binarupa Aksara, Jakarta, 1999

Evy Roslita dan Andrie Hartono : "Pengaruh Investment Opportuunity Set, ..."167

Anda mungkin juga menyukai