Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TRAUMA ABDOMEN
Dosen Pembimbing :Ns.H.L.Aries Fahrozi,S.Kep.,M.Kep

OLEH :
1. SYARIF HIDAYATULLAH :113118034
2. WAIS Al-QURNI :113118035
3. WILDAN ABDUZ ZUHUD :113118036
4. HUSMAINI :113118012
5. KHOFIFAH ISWANTARI :113118014
6. HILMIYANI :113118011
7. NURAHMATIN RIFA’AH :113118023
8. RAHMIATUN :113118026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
LOMBOK TIMUR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala,


karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul.
TRAUMA ABDOMEN makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. 
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua
.

MUDUNG, 26 JUNI 2021

Penyusun                   

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAPTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. rumusan masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
D. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi trauma abdomen................................................................. 4
B. Etiologi trauma abdomen................................................................. 4
C. Tanda dan gejala trauma abdomen................................................... 5
D. Fatofisiologi trauma abdomen ………………………………........ 7
E. Patway trauma abdomen …………………………......................... 7
F. Pemeriksaan penunjang trauma abdomen …..…………………….. 8
G. Penatalaksanaan trauma abdomen ………………………….......... 9
H. Komplikasi trauma abdomen ………………………….................. 11
I. Asuhan keperawatan trauma abdomen............................................ 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Walaupun tekhnik diagnostic baru sudah banyak di pakai, misalnya Computed
Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi
ahli klinik. Diagnose dini di perlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma masih merupakan penyebab kematian paling sering di empat dekade
pertama kehidupan, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
utama di setiap negara (Gad et al, 2012).
Sepuluh persen dari kematian di seluruh dunia disebabkan oleh trauma.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2020 terdapat 8,4 juta orang akan meninggal
setiap tahun karena trauma, dan trauma akibat kecelakaan lalu lintas jalan akan
menjadi peringkat ketiga yang menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan
peringkat kedua di negara berkembang. Di Indonesia tahun 2011 jumlah
kecelakaan lalu lintas sebanyak 108.696 dengan korban meninggal sebanyak
31.195 jiwa (Fadhilakmal, 2013).
Trauma merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup serius karena
sering terjadi dan tidak memandang usia maupun jenis kelamin dan biasa
terjadi akibat kecelakaan. Trauma abdomen merupakan kasus emergensi yang
membutuhkan penatalaksanaan segera. Trauma abdomen dapat didefinisikan
sebagai kerusakan terhadap struktur atau atau organ yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh trauma tumpul (blunt trauma) atau
trauma tajam (penetrasi) (Irma Liani, Modalitas Diagnostik Pada Kasus
Kegawatdaruratan Trauma Tumpul Abdomen, 2019).
Trauma merupakan penyebab kematian tersering ketiga pada populasi
umum setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (Guillion dalam Irma,2019).
Trauma abdomen, merupakan penyebab kemat dari pasien trauma (Costa
dalam Irma,2019).

1
Pada trauma intra abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu
organ saja. Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah
satu penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Trauma tumpul
cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ padat dan trauma tembus
paling sering mencederai organ berongga. Umumnya organ padat merespon
trauma dengan pendarahan. Organ berongga rupture dan mengeluarkan isinya
ke dalam ruang peritoneum yang menyebabkan peradangan dan infeksi.
(Morton, P.G. et.al. 2008)
Peran dan fungsi perawat dalam hal ini adalah sebagai pelaksana
pelayanan, pengelola, pendidik, peneliti dalam bidang keperawatan dan
kesehatan. Secara independen perawat berperan dalam pemberian asuhan
(Care), sebagai fungsi dependen yaitu fungsi yang didelegasikan sepenuhnya
atau sebagian dari profesi lain dan sebagai fungsi kolaboratif yaitu kerjasama
saling membantu dalam program kesehatan (sebagai anggota Tim kesehatan).
Pertolongan pertama pada trauma yang cepat dan tepat akan menyebabkan
pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang
lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi trauma abdomen
2. Etiologi trauma abdomen
3. Tanda dan gejala trauma abdomen
4. Patofisiologi trauma abdomen
5. Patway trauma abdomen
6. Pemeriksaan penunjang trauma abdomen
7. Penatalaksanaan trauma abdomen
8. Komplikasi trauma abdomen
9. Asuhan keperawatan trauma abdomen

C. Tujuan penulisan

2
1. Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Mata
Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
2. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui
definisi,etiologi,tandadan gejala,patofisiologi,patway,pemeriksan penunjang
,penatalaksanaan , komplikasi dan askep trauma abdomen

D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan materi
pembahasan dengan mencari ke media internet dan sumber dari buku.
Kemudian dari berbagai sumber tersebut dirangkum dengan memperhatikan
materi yang dibahas dalam makalah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi trauma abdomen


Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal
wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna vertebralis, dan
ilium. Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak
disengaja sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. Jika
trauma yang didapat cukup berat akan mengakibatkan kerusakan anatomi
maupun fisiologi organ tubuh yang terkena. Trauma abdomen adalah terjadinya
cedera atau kerusakan pada organ abdomen yang menyebabkan perubahan
fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan
gangguan faal berbagai organ (MH Assiddqi, 2014).
Trauma abdomen adalah salah satu kegawatdaruratan dalam sistem
pencernaan yaitu terjadinya kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga dapat terjadi gangguan
metabolisme, dan gangguan faal berbagai organ di sekitarnya. ( Etika, 2016 )

B. Etiologi trauma abdomen


Penyebab trauma abdomen antara lain: trauma, iritasi, infeksi, obstruksi
dan operasi. Kerusakan organ abdomen dan pelvis dapat disebabkan trauma
tembus, biasanya tikaman atau tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan
mobil, pukulan langsung atau jatuh. Luka yang tampak ringan bisa
menimbulkan cedera yang mengancam nyawa. (MH Assiddqi, 2014).
kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul
lainnya.

4
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi
luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
(Hudak & Gallo, 2001)

C. Tanda dan gejala trauma abdomen


manifestasi berdasarkan etiologinya:
1.Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi ke dalam rongga
peritonium):Manifestasi klinis dari trauma tembus tergantung pada berbagai
faktor, termasuk jenis objek yang menembus, area tempat cedera terjadi,
organ yang mungkin terkena, dan lokasi serta jumlah luka. Tanda dan gejala
yang seringkali muncul adalah:
a. Terdapat nyeri dan/atau nyeri tekan lepas serta perdarahan
Nyeri dapat menjadi petunjuk terjadinya kerusakan organ. Semisal,
terdapat nyeri bahu, mungkin nyeri tersebut merupakan akibat dari limpa
yang rusak dengan darah subphrenic
b. Biasanya disertai dengan peritonitis
Tanda-tanda peritoneal terjadi ketika katup peritoneal dan aspek
posterior dari dinding abdomen anterior mengalami inflamasi. Darah dan
organ di dalam peritoneal atau retroperineal terangsang oleh ujung saraf
yang lebih dalam (serabut visceral aferen nyeri) dan mengakibatkan rasa
yang sangat nyeri. Iritasi pada peritoneum parietal mengarah ke nyeri
somatik yang cenderung lebih terlokalisasi.
c. Distensi abdomen.
Apabila distensi abdomen pada pasien tidak responsif, hal tersebut
dapat menunjukkan adanya perdarahan aktif.
d. Pada laki-laki, prostat tinggi-naik menunjukkan terjadinya cedera usus
dan cedera saluran urogenital. Jika ditemukan terdapat notasi darah di
meatus uretra juga merupakan tanda adanya cedera saluran urogenital.
e. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

5
Hilangnya fungsi organ dapat menjadi penanda terjadinya syok,
karena pada saat syok, darah akan dipusatkan kepada organ yang vital,
sehingga untuk organ yang tidak begitu vital kurang mendapatkan
distribusi darah yang mencukupi untuk dapat bekerja sesuai dengan
fungsinya sehingga kinerja organ dapat mengalami penurunan atau
bahkan fungsi organ menjadi terhenti (Offner, 2014).
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi ke dalam rongga peritonium)
Penilaian klinis awal pada pasien trauma abdomen tumpul seringkali sulit
dan akurat. Tanda dan gejala yang paling nampak antara lain:
a. Nyeri
b. Perdarahan gastrointestinal
c. Hipovolemia
d. Ditemukannya iritasi peritoneal
Sebagian besar darah dapat menumpuk di rongga peritoneal dan
panggul tanpa adanya perubahan signifikan atau perubahan awal dalam
temuan pemeriksaan fisik. Bradikardi dapat mengindikasikan adanya
darah disekitar intraperitoneal.
Pada pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan:
a. Tanda lap belt: berhubungan dengan adanya ruptur usus kecil
b. Memar berbentuk kemudi, sering terjadi pada kecelakaan
c. Memar/ekimosis di sekitar panggul (Grey Turner sign) atau umbilikus
(cullen sign): mengindikasikan perdarahan retroperitoneal, tetapi
biasanya terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari
d. Distensi abdomen
e. Auskultasi bising usus dada: menunjukkan adanya cedera diafragma
f. Bruit abdomen: mengindikasikan penyakit vaskular yang mendasari atau
trauma fistula arteriovena
g. Nyeri secara keseluruhan atau lokal, kekakuan, atau nyeri tekan lepas:
mengindikasikan adanya cedera peritoneal
h. Kepenuhan dan konsistensi pucat pada palpasi: mengindikasikan
perdarahan intra abdominal

6
i. Krepitasi atau ketidakstabilan rongga dada bagian bawah: menunjukkan
potensi cedera limpa atau hati (Legome, 2016).

D. Patofisiologi trauma abdomen


Cedera struktur intraabdomen dapat diklasifikasikan ke dalam 2
mekanisme utama, yaitu tenaga kompresi (hantaman) dan tenaga deselerasi.
Tenaga kompresi (compression or concussive forces) dapat berupa hantaman
langsung atau kompresi eksternal terhadap objek yang terfiksasi. Hal yang
sering terjadi hantaman menyebabkan sobek dan hematom subkapsular pada
organ padat visera. Hantaman juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen pada organ berongga dan menyebabkan ruptur (Salomone &
Salomone,2011).
Tenaga deselerasi menyebabkan regangan dan sobekan linier organ-
organ yang terfiksasi. Cidera deselerasi klasik termasuk hepatic tear sepanjang
ligamentum teres dan cidera intima pada arteri renalis (Salomone &
Salomone,2011). Salomone & Salomone (2011) menyatakan bahwa trauma
tumpul akibat hantaman secara umum dibagi ke dalam 3 mekanisme yaitu :
1. Ketika tenaga deselerasi hantaman menyebabkan pergerakan yang berbeda
arah dari struktur tubuh yang permanen. Akibatnya, kekuatan hantaman
menyebabkan organ viseral yang padat serta vaskularisasi abdomen menjadi
ruptur, terutama yang berada di daerah hantaman.
2. Ketika isi dari intra abdomen terhimpit antara dinding depan abdomen dan
kolumna vertebralis atau posterior kavum thorak. Hal ini dapat merusak
organ-organ padat visera seperti hepar, limpa dan ginjal.
3. Kekuatan kompresi eksternal yang mengakibatkan peningkatan tekanan intra
abdomen secara mendadak dan mencapai puncaknya ketika terjadi ruptur
organ. Pada penderita ini terjadinya jejas pada abdomen disebabkan karena
terhimpitnya pasien saat terjadi kecelakaan. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya himpitan pada organ intra abdomen antara dinding depan
abdomen dan kolumna vertebralis.
E. Patway trauma abdomen

7
F. Pemeriksan penunjang trauma abdomen
Pengkajian diagnostik yang diperlukan meliputi pemeriksaan darah
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah, waktu perdarahan dan waktu
pembekuan darah, serta hematokrit), serum elektrolit, pemeriksaan USG, Foto
polos (abdomen dan toraks), dan CT scan. Pemeriksaan diagnostik dapat
mencakup sonografi abdomen terfokus untuk trauma, (FAST, focused
abdomen sonography for trauma), lavase peritoneum diagnostic (DPL,
diagnostic peritoneal lavage), foto toraks (untuk menentukan kelainan
makroskopik serta adanya pergeseran organ), dan CT scan abdomen.
1. Pemeriksaan FAST
a. Pemeriksaan yang relatif cepat menyediakan informasi pusat trauma
b. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menaruh ultrasound probe diatas
berbagai area abdomen yang menentukan apakah ada cairan bebas di area
tersebut.

8
c. Jika hasil FAST positif dan hemodinamik pasien tidak stabil, maka
dilakukan laparotomi eksploratif.
2. Pemeriksaan DPL
a. Prosedur diagnostik cepat tetapi tidak stabil untuk menegakkan diagnosa
perdarahan intra-abdomen.
b. Indikasi: cedera tumpul abdomen dengan perubahan status mental,
hipotensi tidak jelas sebabnya, penurunan hematokrit, syok, hasil
pemeriksaan abdomen tidak jelas, cedera medulla spinalis, fraktur tulang,
trauma dada, trauma tembus abdomen.
c. Kontraindikasi: riwayat pembedahan abdomen berulang, kehamilan
trimester tiga, sirosis hati lanjut, obesitas, dan riwayat pembedahan
abdomen berulang kali.
d. Hasil positif: 10-20 ml darah makroskopik pada aspirasi awal, >100.000
sel darah merah, lebih dari 500 sel drah putih, kadar amylase meningkat,
adanya (empedu, bakteri, atau feses)
e. Jika hasil DPL positif dan hemodinamik pasien tidak stabil, dilakukan
laparotomi eksploratif.
3. CT Scan
a. Lebih sering digunakan pada pasien yang hemodinamiknya lebih stabil.
b. Sering dilakukan dengn kontras IV atau oral untuk melihat organ dan
mengetahui adanya gangguan.
c. CT scan memungkinkan visualisasi area peritoneum, retroperineum, dan
panggul serta memungkinkan perkiraan jumlah cairan di area ini.
d. CT scan juga digunakan untuk menentukan derajat cedera pada organ
padat (Morton ,2011)

G. Penatalaksanaan trauma abdomen


Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi
kejadian. Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah

9
ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan.
Primary Survey
a. Airway Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt
chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
b.Breathing Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan”,
selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.Kontrol jalan nafas pada
penderita trauma abdomen yang airway terganggu karena faktor mekanik,
ada gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan
intubasi endotrakeal.Setiap penderita trauma diberikan oksigen.Bila tanpa
intubasi, sebaiknya diberikan dengan face mask.Pemakaian pulse oximeter
baik untuk menilai saturasi O2 yang adekuat.
c. Circulation Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan
bantuan pernafasan.Resusitasi pasien dengan trauma abdomen penetrasi
dimulai segera setelah tiba. Cairan harus diberikan dengan cepat. NaCl atau
Ringer Laktat dapat digunakan untuk resusitasi kristaloid. Rute akses
intravena adalah penting, pasang kateter intravena perifer berukuran besar
(minimal 2) di ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang
dengan hipotensi sudah berada di kelas III syok (30-40% volume darah yang
hilang) dan harus menerima produk darah sesegera mungkin, hal yang sama
berlaku pada pasien dengan perdarahan yang signifikan jelas. Upaya yang
harus dilakukan untuk mencegah hipotermia, termasuk menggunakan
selimut hangat dan cairan prewarmed.
d. Disability Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.
Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara
menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan
visualisasi head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma
abdomen penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki,

10
kulit kepala, bagian belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka
penting penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.
Secondary Survey
Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila
sewaktu survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali
mengulangi PRIMARY SURVEY. Semua prosedur yang dilakukan harus
dicatat dengan baik. Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki (head-to-toe
examination) dilakukan dengan perhatian utama:
1. Pemeriksaan kepala
2. Pemeriksaan
3. Pemeriksaan neurologis
4. Pemeriksaan dada
5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
6. Pelvis dan ekstremitas
7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan)

H. komplikasi trauma abdomen


1. Perforasi
Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka terjadi
perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala
peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-
mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen
karena perangsangan peritoneum. Kolon merupakan tempat bakteri dan
hasil akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami
perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan
pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan feses. Hal ini
dapat menimbulkan peritonitis yang bisa memberikan dampak yang lebih
berat.
2. Perdarahan dan syok hipovolemik

11
Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alat-alat
parenkim, mesenterium, dan ligament. Diagnostik perdarahan pada trauma
tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma tajam, lebih-lebih pada taraf
permulaan. Dalam taraf pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis,
sehingga tanda-tanda umum perangsangan peritoneal belum ada sama
sekali. Apabila perdarahan tidak segera ditangani dengan baik dan tepat
maka dapat terjadi syok hipovolemik yang ditandai hipotensi, takikardia,
dehidrasi, penurunan turgor kulit, oliguria, kulit dingin dan pucat.
3. Menurunnya atau menghilangnya fungsi organ
Penurunan fungsi organ dapat disebabkan karena terjadinya
perdarahan tanpa penanganan yang adekuat sehingga pasokan darah ke
organ tertentu menjadi berkurang sehingga dapat mengakibatkan penurunan
fungsi organ, bahkan fungsi organ bisa menghilang.
4. Infeksi dan sepsis
Peradangan dan penumpukan darah dan cairan pada rongga
peritoneal dapat menyebabkan mudahnya bakteri untuk menginfeksi
sehingga risiko terjadinya infeksi sangat tinggi, dan apabila infeksi tak
terkendali, mikroorganisme penyebab infeksi dapat masuk ke dalam darah
dan mengakibatkan syok sepsis (infeksi yang merusak sistem organ).
5. Komplikasi pada organ lainnya
a. Pankreas: pankreatitis, fistula pankreas-duodenal, dan perdarahan
b. Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin, dan
syok
c. Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok
d. Ginjal: Gagal ginjal akut

I. Proses keperawatan trauma abdomen


1. Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas pasien

12
Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah, dll
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian,
pasien biasanya mengeluh nyeri hebat, mual-muntah, kelemahan,
bahkan hingga penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit
Kemungkinan terdapat riwayat penyakit penyerta yang dapat
memperparah keadaan klien
B. Pengkajian primer
1. Airway

Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head


tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,
periksa adakah benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan
nafas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
a. Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi benda asing,fraktur tulang wajah,fraktur
maksila,mandibula,fraktur laring atau trakea.
b. GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan
airway definitif
c. Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar
neck)
2. Breathing

Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’,


selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.
a. Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik
meliputi fungsi yg baik dari paru,dinding dada dan diafragma.
b. Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah
tension pneumo-thorax,flail chest dgn kontusio paru dan open
pneumothorax.

13
3. Circulation dengan kontrol perdarahan

a. Volume darah dan Cardiac Output


ada 3 penemuan klinis yg dlm hitungan detik dapat
memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik,yaitu
1. tingkat kesadaran
2. warna kulit
3. nadi

b. Perdarahan
Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary
survey
4. Disability

Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara


cepat.Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil.
a. Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat level cedera spinal.
b. Penilaian GCS
5. Exposure

Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara


menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan
lengkap dan visualisasi head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien
dengan trauma abdomen penetrasi. Ini termasuk bagian bokong,
bagian posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang leher, dan
perineum. Setelah pakaian dibuka penting penderita diselimuti agar
penderita tidak kedinginan.
a. Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan
evaluasi pasien.
b. Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia
c. Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan
d. Resusitasi

14
C. Secondary Survey
Secondary Survey dilakukan setelah Primary survey
selesai,resusitasi dilakukan dan ABC-nya dipastikan membai. Head to
toe examination,termasuk reevaluasi pemeriksaan tanda vital.
Pemeriksaan neurologi lengkap,termasuk mencatat skor GCS bila blm
dilakukan pada survey primer
1. Anamnesis

Riwayat AMPLE
A : Alergi
M : Medikasi (obat yg diminum saat ini)
P : Past illness (penyakit penyerta)/pregnancy
L : Last Meal
E : Event/environment (lingkungan)
1. Aktivitas / istirahat
Data Subyektif : Merasa lemah ,lelah, hilang keseimbangan
Data Obyektif : Perubahan Kesadaran ,masalah dalam
keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi)
Perubahan frekuensi jantung (Bradikardi, takikardi)
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang
atau dramatis) Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi
4. Eliminasi
Data Subyektif: Inkontenensia kandung kemih/usus atu mengalami
gangguan fungsi
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
makan Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori

15
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara ,vertigo Data
Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental (Orientasi , Kewaspadaan, Perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori),
Sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, Kehilangan sensasi
sebagai tubuh, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan Kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda, biasanya lama. Data Obyektif : Wajah menyeringai,
respon menarik pada rangsangan, nyeri yang hebat, gelisah, tidak
bisa beristirahat, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data Obyektif : Fraktur / dislokasi, Gangguan kognitif, Gangguan
rentang gerak, Demam, gangguan rentang dan regulasi suhu tubuh.
10. Interaksi Sosial
Data Obyektif : Gangguan motorik atau sensorik
11. Penyuluhan / Pembelajaran
Data Subyektif : Membutuhkan bantuan dalam pengobatan
aktivitas perawatan diri.
D. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi
1. Inspeksi abdomen untuk melihat :
a. Luka penetrasi yang nyata
b. Ekimosis dan abrasi
c. Memar pada panggul
d. Dispensi
e. Perdarahan restum
f. Pembengkakan testis
g. Tanda ballance cullen atau gray turner

16
2. Auskultasi
Auskultasi suara usus disemua kuadran
a. Cek adanya bruit dimana mengindikasikan fistula arteri vena akibat
trauma
b. Auskultasi harus dilakukan lebih dahulu dari perkusi dan palpasi
3. Perkusi
Perkusi diatas abdomen dan area costa area vertebra untuk :
a. Timpany mengindikasikan udara diabdomen sebagai akibat dari
perforasi usus
b. Dullness berhubungan dengan darah, cairan, atau massa solid di
abdomen
4. Perkusi
Palpasi area terakhir yang paling nyeri utuk meminimalkan nyari yang
terdistraksi dibagian lain dari abdomen palapasi untuk mengetahui :
a. Nyeri tekan
b. Kekakuan
c. Nyeri lepas
d. Melindungi bagian abdomen tanpa disadari merupakan tanda paling
nyata dari iritasi peritoneal
e. Instabilitas pelvis
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan
Trauma Abdomen adalah (NANDA II 2015 - 2017) :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis., abses,
amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah,
trauma, olahraga berlebih).
4. Risiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan

17
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Domain 2: Setelah dilakukan Mandiri : -Mencegah obstruksi
Aktivitas/Istirah at, tindakankeperawatansela - Bersihkan mulut, jalan nafas dari secret
Kelas 4: Respons ma 1x24 jam pola nafas hidung dan sekret -Mematenkan jalan nafas
Kardiovaskular/ tidak efektif dapat
trakea -Memudahkan posisi
Pulmonal (00032) teratasidengan kriteria
Ketidakefektifa n hasil sebagai berikut : - Pertahankan jalan pasien dalam bernafas
pola napas -- Menunjukkan jalan nafas nafas yang paten -Menunjang oksigenasi
berhubungan yang paten (irama nafas - Posisikan klien bagi pasien
dengan normal, semi fowler - Menyesuaikan aliran
frekuensipernafasan -Pertahankan oksigen dengan
dalam rentang normal) posisi pasien kebutuhan pasien
- TTV normal
- Monitor adanya -Melonggarkan pernafasan
a. TD : 120/80 mmHg
b. N : 60100 x/menit kecemasan pasien pasien
c. T : 36,537,5 oC -Monitor TD, nadi, -Mengecek tanda-tand
d. RR : 16-20 x/menit suhu, dan RR vital klien
- Monitor kualitas -Monitor kecemasan,
dari nadi karena kecemasan
-Monitor frekuensi dapat memperburuk
dan irama paru pola nafas
-Monitor pola - Mengecek secara rutin
nafas abnormal tanda-tanda vital
- Monitor aliran sebagai laporan rutin
oksigen keadaan klien Adakah
Kolaborasi : tanda-tanda sesak atau
-Pemberian pola nafas yang
oksigen sesuai abnormal
indikasi
- Atur peralatan
oksigenasi sesuai
indikasi
2. Domain 2: Nutrisi, Tujuan: Mandiri - untuk mengidentifikasi
Kelas 5: Hidrasi Setelah diberikan - Kaji tanda-tanda defisit volume cairan.
(00027) tindakan keperawatan vital. - mengidentifikasi
Kekurangan volume diharapkan volume - Pantau cairan keadaan perdarahan,
cairan berhubungan cairan tidak mengalami parenteral dengan serta Penurunan
dengan kehilangan kekurangan. elektrolit,antibioti sirkulasi volume cairan
cairan aktif. Kriteria hasil: k dan vitamin menyebabkankekeringa
a. Intake dan output - Kaji tetesan n mukosa dan
seimbang infus. pemekatan urin. deteksi
b. Turgor kulit baik dini memungkinkan
Kolaborasi : terapi pergantian cairan

18
c. Perdarahan (-) segera.
- Berikan cairan - awasi tetesan untuk
parenteral sesuai mengidentifikasi
indikasi kebutuhan cairan..
- Cairan parenteral - cara parenteral
( IV line ) sesuai membantu memenuhi
dengan umur. kebutuhan nuitrisi
- Pemberian tubuh.
tranfusi darah. - Mengganti cairan dan
elektrolit secara
adekuat dan cepat.
-menggantikan darah
yang keluar.

3. Domain 12: Tujuan : Mandiri - Mengetahui tingkat


Kenyamanan, setelah diberikan - Kaji karakteristik nyeri klien.
Kelas 1: tindakan keperawatan nyeri. - Mengurngi kontraksi
Kenyamanan Fisik diharapkan nyeri dapat abdomen
(00132) hilang atau terkontrol. - Beri posisi semi - Membantu mengurangi
Kriteria hasil: fowler. rasa nyeri dengan
Nyeri akut a. Skala nyeri 0 - Anjurkan tehnik mengalihkan perhatian
berhubungan b. Ekspresi tenang manajemen nyeri - lingkungan yang
dengan agens seperti distraksi nyaman dapat
cidera fisik (mis., - Managemant memberikan rasa
abses, amputasi, lingkungan yang nyaman klien
luka bakar, nyaman. - analgetik membantu
terpotong, Kolaborasi mengurangi rasa nyeri.
mengangkat berat, - pemberian
prosedur bedah, analgetik sesuai
trauma, olahraga indikasi
berlebih).

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keerawatan oleh
perawat terhadap pasien.
E. Evaluasi
1. Tujuan tercapai / masalah teratasi : jika pasien menunjukkan perubahan
sesuai dengan standar yang ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian / masalah tidak teratasi : jika pasien
menunjukkan perubahan sebagian standard sesuai kriteria yang telah
ditetapkan

19
3. Tujuan tidak tercapai / masalah tidak teratasi : Jika pasien tidak
menunjukkan perubahan dan kemajuan sama seklai dan bahkan timbul
masalah baru.

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi asalah


dengan membandingkan SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan
S : Informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setalah dilakukan
tindakan
O : Informasi didapat berupa hasil pengamatan, penilaian dan pengukuran
yang dilakukan perawat setelah tindakan.
A : Membandingkan antara informasi objektif dengan tujuan dan kriteria
hasil, kemudian dambil kesimpulan bahwa masalah teratasi sebagian atau
tidak teratasi.
P : Rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisis.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma abdomen adalah salah satu kegawatdaruratan dalam sistem


pencernaan yaitu terjadinya kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga dapat terjadi gangguan
metabolisme, dan gangguan faal berbagai organ di sekitarnya. ( Etika, 2016 )
Penyebab trauma abdomen antara lain: trauma, iritasi, infeksi, obstruksi
dan operasi. Kerusakan organ abdomen dan pelvis dapat disebabkan trauma
tembus, biasanya tikaman atau tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan
mobil, pukulan langsung atau jatuh. Luka yang tampak ringan bisa
menimbulkan cedera yang mengancam nyawa. (MH Assiddqi, 2014).

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah


ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
C.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Irma Liani, F. I. (2019). Modalitas Diagnostik Pada Kasus Kegawatdaruratan


Trauma Tumpul Abdomen. Jurnal Gawat Darurat, 59.
2. http://eprints.undip.ac.id/44820/4/M.Hasbi_Asshiddiqi_22010110110072_Bab
2KTI.pdf Diakses pada tangggal 26 juni 2021
3. Emaliyawati, Etika. 2016. Modul Bahan Ajar : Kegawatdaruratan Pada Sistem
Pencernaan Abdomen. FIK Universitas Padjajaran
4. Offner P. 2014. Penetrating Abdominal Trauma.
http://emedicine.medscape.com/article/2036859-overview
5. Legome EL. 2016. Blunt Abdominal Trauma Clinical Presentation”
http://emedicine.medscape.com/article/1980980-clinical#b3
6. Salomone A. J., Salomone, J. P. 2011 Emergency Medicine: Abdominal Blunt
Trauma.Emedicine. Web MD. dari http://emedicine.
medscape.com/article/433404-print .
7. Musliha.(2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
8. NANDA. (2015).buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-
2017. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai