Anda di halaman 1dari 19

UAS

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM

OLEH:
SAVILDA
E1F1 18 008

PRODI TEKNIK REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan manusia akan air bersih untuk domestik dan industri telah
melahirkan berbagai metode pengolahan air. Pengolahan air yang dilakukan
bertujuan untuk menjadikan air layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan
manusia. Air yang dihasilkan harus memenuhi syarat kualitas yang mencakup
syarat fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif sebagaimana standar yang
diberlakukan Departemen Kesehatan RI.

Pada umumnya, dalam pengolahan air bersih dengan skala besar seperti
instalasi pengolahan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan,
air baku diambil dari sumber air yang mampu menjamin keberlangsungan suplai
air baku sepanjang tahun. Sumber – sumber air baku tersebut biasa berasal dari air
laut, air permukaan (sungai dan danau) dan air tanah.

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.


Karena itu jika kebutuhan akan air belum tercukupi maka dapat memberikan
dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Seiring dengan
meningkatnya populasi penduduk maka kebutuhan air dengan sendirinya akan
meningkat. Peningkatan ini diiringi pula dengan peningkatan masalah yang
berhubungan dengan kualitas air baku yang dapat digunakan sebagai sumber air
bersih.

Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kualitas air tanah
maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai
air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak untuk
diminum.Pengolahan air bisa dimulai dengan menggunakan sistem yang
sederhana dan dapat juga dengan pengolahan yang lengkap, sesuai dengan tingkat
kebutuhan yang diperlukan tergantung dari kualitas badan air yang akan diolah.
Semakin rendah kualitas air maka semakin berat pengolahan yang dibutuhkan.
Keberhasilan proses pengolahan air berkaitan dengan pemilihan unit
proses dan unit operasi yang akan dipakai dengan mempertimbangkan proses-
proses yang terjadi pada pengolahan fisik, kimia dan biologi.Dengan mengetahui
kriteria perencanaan dan perancangan dari suatu bangunan pengolahan air maka
tujuan yang hendak dicapai untuk mendapatkan air bersih yang baik aman dan
layak (terutama untuk pemenuhan kebutuhan air minum) dari segi investasi dan
operasi dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Air merupakan unsur utama kehidupan, kita mampu bertahan hidup tanpa
makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa
hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal
utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan
transportasi. Oleh karena itu seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang
sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap pencemaran.
Namun kenyataannya tidak jarang air dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan.
Sebagai akibatnya hampir separuh penduduk dunia, khususnya di negara-negara
berkembang, menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air,
atau oleh air yang tercemar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, dua miliar
orang kini menyandang risiko menderita penyakit diare yang disebabkan oleh air
dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari lima
juta anak-anak setiap tahun.

Selain itu perkembangan penduduk yang pesat menimbulkan dampak


meningkatnya kebutuhan air bersih, dan bersamaan dengan itu meningkat pula
limbah yang dihasilkan. Sumber- sumber air semakin dicemari oleh limbah
industri yang tidak diolah atau tercemar karena penggunaannya yang melebihi
kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Jika tidak ada perubahan radikal dalam
cara memanfaatkan air, suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa
pengolahan khusus yang biayanya melebihi jangkauan sumber daya ekonomi bagi
kebanyakan negara.

Air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni


persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu
kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air
tesebut tidak layak untuk diminum. Standar kualitas air minum menurut harus
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun 1990.
Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak
langsung dan secara perlahan. Untuk mendapatkan air bersih yang layak dan aman
untuk dikonsumsi (terutama untuk air minum) perlu adanya suatu proses dari air
baku menjadi air yang layak digunakan, selalu melalui suatu pengolahan yang
bertujuan memperbaiki kualitas air.

.4 Standar Baku Air Minum


Beberapa persyaratan air minum yang layak minum baik dari segi fisika,
kimia, maupun biologinya antara lain sebagai berikut :

 Persyaratan Fisika

Air minum harus memenuhi standar uji fisik (fisika), antara lain derajat
kekeruhan, bau, rasa, jumlah zat padat terlarut, suhu, dan warnanya. Syarat fisik
air yang layak minum sebagai berikut :

a. Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas
maksimal kekeruhanairlayak minum menurut PERMENKES RI Nomor 907
Tahun 2002 adalah 5 skala NTU. Kekeruhan air disebabkan oleh partikel -
partikel yang tersuspensi di dalam air yang menyebabkan air terlihat keruh,
kotor, bahkan berlumpur. Bahan - bahan yang menyebabkan air keruh antara
lain tanah liat, pasir, dan lumpur. Air keruh bukan berarti tidak dapat diminum
atau berbahaya bagi kesehatan. Namun, dari segi estetika, air keruh tidak
layakatau tidak wajar untuk diminum (Awalludin, 2007).

b. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar


Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa tawar.
Bau dan rasa air merupakan dua hal yang mempengaruhi kualitas air. Bau dan
rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan pengecap. Biasanya,
bau dan rasa saling berhubungan. Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang
(tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air berbau busuk tidak layak
dikonsumsi. Bau busuk merupakan sebuah indikasi bahwa telah atau sedang
terjadi proses pembusukan (dekomposisi) bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme di dalam air. Selain itu, bau dan rasa dapat disebabkan oleh
senyawa fenol yang terdapat di dalam air (Efendi, 2003).

c. Jumlah Padatan Terapung


Perlu diperhatikan, air yang baik dan layak untuk diminum tidak
mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal
yang diperbolehkan (1000 mg/L). Padatan yang terlarut di dalam air berupa
bahan -bahan kimia anorganik dan gas - gas yang terlarut. Air yang
mengandung jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak
enak, menyebabkan mual, penyebab serangan jantung (cardiacdisease), dan
tixaemia pada wanita hamil (Efendi, 2003).

d. Suhu Normal
Air yang baik mempunyai temperatur normal, 8º dari suhu kamar (27ºC).
Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi terdapat bahan
kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar (misalnya, fenol atau
belerang) atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme. Jadi, apabila kondisi air seperti itu sebaiknya tidak diminum.

e. Warna
Warna pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau mikroorganik
(plankton) yang terlarut di dalam air. Warna yang disebabkan bahan - bahan
kimia disebut apparentcolor yang berbahaya bagi tubuh manusia. Warna yang
disebabkan oleh mikroorganisme disebut truecolor yang tidak berbahaya bagi
kesehatan. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna.
PERMENKES RI Nomor 907 Tahun 2002 menyatakan bahwa batas maksimal
warna air yang layak minum adalah 15 skala TCU (Awalludin, 2007).
 Persyaratan Kimia

Standar baku kimia air layak minum meliputi batasan derajat keasaman,
tingkat kesadahan, dan kandungan bahan kimia organik maupun anorganik pada
air. Persyaratan kimia sebagai batasan air layak minum sebagai berikut:

a) Derajat Keasaman (pH)


pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik
adalah air yang bersifat netral (pH = 7). Air dengan pH kurang dari 7
dikatakan air bersifat asam, sedangkan air dengan pH di atas 7 bersifat
basa. Menurut PERMENKES RI Nomor 907 Tahun 2002, batas pH
minimum dan maksimum air layak minum berkisar 6,5-8,5. Khusus untuk
air hujan, pH minimumnya adalah 5,5. Tinggi rendahnya pH air dapat
mempengaruhi rasa air. Maksudnya, air dengan pH kurang dari 7 akan
terasa asam di lidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7.

b) Kandungan Bahan Kimia Organik


Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam
jumlah yang tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu,
tubuh membutuhkan air yang mengandung bahan kimia organik. Namun,
apabila jumlah bahan kimia organik yang terkandung melebihi batas dapat
menimbulkan gangguan pada tubuh. Hal itu terjadi karena bahan kimia
organik yang melebihi batas ambang dapat terurai jadi racun berbahaya.
Bahan kimia organik tersebut antara lain NH4, H2S, SO42-, dan NO3.

c) Kandungan Bahan Kimia Anorganik

Kandungan bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak


melebihi jumlah yang telah ditentukan. Bahan - bahan kimia yang
termasuk bahan kimia anorganik antara lain garam dan ion - ion logam
(Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).
d) Tingkat Kesadahan
Kesadahan air disebabkan adanya kation (ion positif) logam
dengan valensi dua, seperti Ca2+, Mn2+ , Sr2+, Fe2+ , dan Mg2+. Secara
umum, kation yang sering menyebabkan air sadah adalah kation Ca2+ dan
Mg2+. Kation ini dapat membentuk kerak apabila bereaksi dengan air
sabun. Sebenarnya, tidak ada pengaruh derajat kesadahan bagi kesehatan
tubuh. Namun, kesadahan air dapat menyebabkan sabun atau deterjen
tidak bekerja dengan baik (tidak berbusa). Berdasarkan PERMENKES RI
Nomor 907 Tahun 2002, derajat kesadahan (CaCO3) maksimum air yang
layak minum adalah 500 mg per liter (Efendi, 2003).

Persyaratan Biologi

1) Tidak Mengandung Organisme Patogen


Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa
mikroorganisme patogen yang terdapat pada air berasal dari golongan
bakteri, protozoa, dan virus penyebab penyakit.
 BakteriSalmonellatyphi, Sighelladysentia, Salmonellaparatyphi, dan
Leptospira.
 Golongan protozoa seperti Entonisebahistolyca dan Amebicdysentry.
 VirusInfectus hepatitis merupakan penyebab hepatitis.

2) Tidak Mengandung Mikroorganisme Nonpatogen


Mikroorganisme nonpatogen merupakan jenis mikroorganisme
yang tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun, dapat menimbulkan
bau dan rasa yang tidak enak, lender, dan kerak pada pipa. Beberapa
mikroorganisme nonpatogen yang berada di dalam air sebagai berikut:
Beberapa jenis bakteri, antara lain
 Actinomycetes (Moldlikosebacteria), Bakteri coli
(Coliformbacteria), Fecalstreptococci, dan Bakteri Besi
(IronBacteria).
 Sejenis ganggang atau Algae yang hidup di air kotor menimbulkan
bau dan rasa tidak enak pada air.
 Cacing yang hidup bebas di dalam air (freeliving) (Awalludin, 2007).

.4 Pengolahan Air Bersih


Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat– syarat dan
Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air
minum menggunakan Kepmenkes RI No. 07/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Gambar 2.1Sistem Pengolahan Air Bersih

1. Intake, proses pemompaan air baku sungai untuk dialirkan ke dalam


sumur penyeimbang.
2. Aerator, dimaksudkan untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO)
dalam air baku, yang disebut proses aerasi. Peningkatan kadar oksigen
terlarut tersebut berguna untuk menurunkan kadar besi, mangan, bahan
organik, ammonia dan sebagainya.
3. Prasedimentasi, proses ini dimaksudkan untuk mengendapkan partikel
diskret atau partikel kasar atau lumpur. Partikel diskret adalah partikel
yang tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran selama mengendap di
dalam air.
4. FlashMixer, adalah unit pengadukan cepat yang berfungsi untuk
melarutkan koagulan ke dalam air sehingga homogen. FlashMixer
merupakan bagian dari preoses koagulasi-flokulasiai.
5. Clearator, disinilah proses koagulasi dan flokulasi terjadi, dimana pada
proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa
saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, maka akan terjadi
destabilisasi koloid yang terdapat pada air baku. Koloid yang sudah
kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik
sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar.
6. Filter, Bangunan untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan
koloidal dengan cara menyaringnya dengan media filter.
7. Desinfeksi, desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen
yang ada dalam air.

.4 Pengolahan Air Minum


Pengolahan air minum merupakan proses pemisahan air dari pengotornya
secara fisik, kimia dan biologi. Tujuan utama dari pengolahan ini adalah untuk
mendapatkan air bersih dan sehat yang memenuhi standar mutu sehingga dapat
digunakan sebagai air minum.

Secara fisik pengolahan air dapat dilakukan dengan metoda sedimentasi,


filtrasi dan adsorpsi atau absorpsi. Proses pengolahan secara kimia umumnya
dilakukan dengan metoda reduksi, oksidasi, aerasi,  dan koagulasi. Sedangkan
secara biologi pengolahan dilakukan dengan cara mikrobiolgi bersama-sama
dengan cara kimia dan fisik untuk mematikan pantogen.
Selain itu, secara biologi pengolahan dapat pula dilakukan dengan
menambahkan bahan khusus yaitu disinfektan. Disinfektan ditambahkan untuk
membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam air. Metoda umum yang sangat
sederhana dan dapat dilakukan oleh hampir semua masyarakat adalah dengan
memanaskan air  pada temperatur sekitar 100 celcius.

.4.1. Tujuan Pengolahan Air Minum


Pengolahan air dapat dilakukan secara kelompok atau individu
dengan menggunakan teknologi sederhana atau dengan aplikasi teknologi
modern. Namun pada prinsipnya, pengolahan air minum memiliki tujuan
utama yang secara teknis adalah sebagai berikut:

1. Menurunkan tingkat kekeruhan air


2. Menurunkan dan mematikan mikroorganisme
3. Menurunkan bau, rasa dan warna
4. Menurunkan kesadahan
5. Menurunkan zat, atau unsur-unsur yang terlarut
6. Mengatur tingkat keasaman, atau pH

.4.2. Persyaratan Air Minum


Mutu air yang dapat digunakan sebagai air minum atau keperluan
rumah tangga harus memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan biologi.
Di Indonesia standar mutu air minum ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Replubik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002,
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan adalah.

1. Secara fisik air tidak berwarna, tidak memiliki rasa, rasa air tawar,
tidak berbau, jernih atau tidak keruh, tidak mengandung zat
padatan.
2. Secara kimia air harus memiliki keasaman atau pH 7, atau netral,
tidak mengandung bahan kimia beracun, tidak mengandung garam
atau io-ion logam, kesadahan rendah, tidak mengandung bahan
organik.
3. Secara mikrobiologi air tidak mengandung bakteri patogen, tidak
mengandung bakteri nonpatogen.

Standarisasi mutu air pada prinsipnya bertujuan untuk melindungi,


memelihara, dan mempertinggi tingkat kesehatan masyarakat. Standar ini
akan menjamin air hasil pengolahan dapat dikonsumsi oleh masyarakat
tanpa menimbulkan permasalahan kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN

.1 Perencanaan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM)


Perancangan IPAMakan direncanakan dalam 3 tahap pembangunan
dengan kapasitas total 17 l/detik. Pada tahap 1 akan dibangun dengan kapasitas
6,5 L/detik. Tahapan pengolahan yang akan digunakan sebagai berikut:

 Tahap pertama koagulasi &flokulasi


Air baku dengan kekeruhan 5,97 NTU dan TSS 42,1 mg/L dapat di
turunkan secara efektif dengan koagulasi &flokulasi untuk membentuk
flok.
 Tahap ke dua sedimentasi
Tahap untuk memisahkan partikel flok yang telah terbentuk.
 Tahap ke empat filtrasi
Tahapan untuk memisahkan partikel yang masih lolos dalam proses
pengendapan.
 Tahap ke lima desinfeksi
Tahapan untuk mematikan mikroorganisme yang masih terkandung dalam
air olahan.

Gambar 3.1 Skema Unit Pengolahan Air Minum


 Perencanaan Unit Intake
Intake ini akan menggunakan pipa fleksibel dan ponton sebagaipendukung
sistem penyadapan air baku. Penggunaan pipa fleksibel danponton ini
bertujuan untuk mengatur elevasi pipa sadap secara otomatis sehingga
didapatkan kualitas air yang bagus dan akan mempermudah dalam
pengoperasiannya.

Gambar 3.2 Desain Unit Intake

 Perencanaan Unit Koagulasi


Koagulasi berfungsi sebagai pengaduk koagulan secaramerata dan
pembentuk inti flok. Unit koagulasi direncanakan dengan sistem koagulasi
hidrolik yang berupa koagulasi dalam pipa. Koagulasi dalam pipa
memanfaatkan head pompa sehingga tidak di perlukan jatuhkan yang
terlalu tinggi dan lebih efektif dalam koagulasi.

 Perencanaan Unit Flokulasi


Flokulasi berfungsi untuk memperbesar inti flok yang telah terbentuk ada
unit koagulasi. Flokulasi direncanakan dengan sistem hidrolik
denganmemanfaatkan beda elevasi pada unit yang akan didesain.
Pemilihan sistem hidrolik didasarkan pada mudahnya dalam operasional
dan tidak memerlukan energi tambahan. Bentuk unit flokulasi
direncanakan berbentuksegieman sejumlah 2 unit dengan 6 kompartemen
setiap unit.

Direncanakan saluran penghubung antar kompartemen berbentuk persegi


perencanaan dimensi berbeda tiap kompartemen yang mengacu pada
headloss tiap kompartemen.

Hf = V2 / 2.g(Persamaan headloss)
V = Q/A (Persamaan luas penampang)
S = √A (Persamaan luas persegi)

 Perencanaan Unit Sedimentasi


Sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel flok yang telah
terbentuk pada proses koagulasi dan flokulasi. Sedimentasi didesain
menggunakan platesettler.
Platesettler berfungsi untuk memperluas zonapengendapa dan
memperpendek jarak pengendapan sehingga proses pengendapan efektif
terjadi di platesettler. Aliran di sedimentasi ini merupakan aliran
downflow yang terjadi pada zona inlet dan upflow yang terjadi di
platesettler.

 Perencanaan Unit Filter


Filter yang digunakan adalah tipe rapidsand filter dengan pertimbangan
rapidsand filter tidak memerlukan lahan yang luas namun membutuhkan
backwash dalam pengoperasiannya. Filter ini di rencanakan menggunakan
single media dengan media pasir silika. Pemilihan media pasir silika
didasarkan pada kemudahan dalam mencari bahan media pasir silika dan
murah.

Gambar 3.3 Desain Unit Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi

 Perencanaan Unit Reservoir


Reservoir berfungsi sebagai penampung air hasil olahan karena debit air
olahan yang linier sedangkan debit kebutuhan air yang fluktuasi.

Gambar 3.4 Desain Unit Reservoir


Gambar 3.5 Desain Instalasi Pengolahan Air Minum
BAB IV
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Air merupakan unsur utama kehidupan, kita mampu bertahan hidup tanpa
makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa
hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal
utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan
transportasi.

Pengolahan air minum merupakan proses pemisahan air dari pengotornya


secara fisik, kimia dan biologi. Tujuan utama dari pengolahan ini adalah untuk
mendapatkan air bersih dan sehat yang memenuhi standar mutu sehingga dapat
digunakan sebagai air minum.

Secara fisik pengolahan air dapat dilakukan dengan metoda sedimentasi,


filtrasi dan adsorpsi atau absorpsi. Proses pengolahan secara kimia umumnya
dilakukan dengan metoda reduksi, oksidasi, aerasi,  dan koagulasi. Sedangkan
secara biologi pengolahan dilakukan dengan cara mikrobiolgi bersama-sama
dengan cara kimia dan fisik untuk mematikan pantogen.

Standar baku air minum ini akan menjamin air hasil pengolahan dapat
dikonsumsi oleh masyarakat tanpa menimbulkan permasalahan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, T.J. dan Apriliani, E., 2013, Optimasi Penggunaan Koagulan dalam
Proses Penjernihan Air, Jurnal Sains dan Seni ITS, 2(1): A6-A11

Priambodo, E.A. dan Indaryanto, H., 2017, Perancangan Unit Instalasi


Pengelolahan Air Minum Kampus Institute Teknologi Sepuluh Nopember,
JURNAL TEKNIK ITS, 6(1): D51-D56

Wiyono, N., Faturrahman, A. dan Syauqiah, I., 2017, Sistem Pengelolahan Air
Minum Sederhana (Potable Water Treatment), Jurnal Konversi Unlam,
6(1): 27-35

Anda mungkin juga menyukai