Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004 Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
Arah kebijakan reformasi perpajakan ditetapkan sebagai berikut :
Mengembangkan kebijakan finansial dengan memperhatikan prinsip transparansi, disiplin, keadilan, efektivitas dan efisien untuk menambah pendapatan negara dan mengurangi ketergantungan dana dari luar negeri.
Menyehatkan keadaan perekonomian dengan mengurangi
defisit anggaran, melalui peningkatan disiplin anggaran, pengurangan subsidi dan pinjaman luar negeri secara bertahap, peningkatan penerimaan pajak progresif yang adil dan jujur, serta penghematan pengeluaran Latar Belakang Tax Reform
1. Banyaknya peraturan perundang-undangan pajak yang
dibuat saat jaman Kolonial yang tidak sesuai dengan harkat, hakikat, dan jiwa bangsa Indonesia yang telah merdeka
2. Sumber pendapatan negara dari non migas tidak dapat
diharapkan sehingga harapan bertumpu pada sektor pajak
3. Sistem perpajakan setelah reformasi berintikan
kesederhanaan, menunjang pemerataan dan memberikan kepastian. Tujuan Tax Reform
1. Menurut Menkeu Radius Prawiro, untuk lebih
menegakkan kemandirian kita dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan.
2. Untuk meningkatkan kepastian hukum dan keadilan serta
memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan Hal-hal yang direformasi
1. Penyederhanaan jenis pajak.
2. Penyederhanaan tarif pajak. 3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak. 4. Pembenahan aparatur perpajakan menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin maupun mental pegawai. 5. Pemberian Kepastian hukum Sejarah Tax Reform Sebelum Tax Reform Dibedakan menjadi pajak negara dan pajak daerah, yaitu : 1. Stb. No. 13 Tahun 1908 tentang Ordonansi Rumah Tangga 2. Stb. No. 498 Tahun 1921 tentang Aturan Bea Materai 3. Stb. No. 291 Tahun 1924 tentang Ordonansi Bea Balik Nama 4. Stb. No. 405 Tahun 1932 tentang Ordonansi Pajak Kekayaan 5. Stb. No. 718 Tahun 1934 tentang Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor 6. Stb. No. 611 Tahun 1934 tentang Ordonansi Pajak Upah17 7. Stb. No. 671 Tahun 1936 tentang Ordonansi Pajak Potong 8. Stb. No. 17 Tahun 1944 tentang Ordonansi Pajak Pendapatan 9. UU No. 12 Tahun 1947 tentang Pajak Radio 10. UU No. 14 Tahun 1947 tentang Pajak Pembangunan I 11. UU No. 12 Tahun 1952 tentang Pajak Peredaran 12. UU Tahun 1951 tentang Pajak Penjualan diubah dengan UU No 2 Tahun 1968 13. UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty 14. UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa 15. UU No. 74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing 16. UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata cara Pemungutan PPdn, PKK, dan/atau PPs atau Tata Cara MPS-MPO. Tax Reform Tahun 1983
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Kedua UU tsb mulai belaku 1 Januari 1984 ) UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah ( UU ini mulai berlaku 1 April 1985 ) Tax Reform Tahun 1985
UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai ( Kedua UU ini berlaku mulai 1 Januari 1986 ) Tax Reform Tahun 1994
UU No. 9 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No 6 Tahun
1983 tenyang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU No. 10 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan UU No. 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah UU No. 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. (Keempat UU tsb berlaku mulai 1 Januari 1995 ) Tax Reform Tahun 1997
UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribuís Daerah UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ( Kedua UU tsb berlaku mulai 1 Januari 1998 ) UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan. ( mulai berlaku 1 Juli 1998 ) Tax Reform Tahun 2000 UU No. 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan UU No. 18 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM UU No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa UU No. 20 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan. UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tax Reform Tahun 2002 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menggantikan UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
Tax Reform Tahun 2007
UU No 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Tax Reform Tahun 2008
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Tax Reform Tahun 2009
UU No. 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undangundang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang
UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
UU No. 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Sebelum Tax Reform Falsafah liberal ( bersifat individual )
Masyarakat dijadikan sebagai obyek pajak sehingga merasa
terbebani
Sesudah Tax Reform
Falsafah Pancasila dengan mengutamakan kegotongroyongan
Wajib Pajak sebagai Subyek Pajak
Pajak merupakan kewajiban kenegaraan
Acuan terhadap Reformasi Pajak
Kemandirian bangsa terhadap kemajuan
Menunjang Usaha Pembangunan secara merata Mendorong investasi merata sampai di daerah-daerah Meningkatkan pendayagunaan SDA Meningkatkan pendayagunaan pajak dalam jangka panjang. Meningkatkan eksport non migas, barang hasil olahan dan devisa Meningkatkan usaha kecil dan potensinya secara optimal Mengentas kemiskinan, meningkatkan SDM, pengetahuan dan teknologi. Meningkatkan pelestarian ekosistem, SDA dan lingkungan. Meningkatkan aparat pajak yang lebih profesional bersih dalam memberikan pelayanan Meningkatkan prosedur yang lebih mudah dan terencana Meningkatkan pengawasan atas pungutan pajak Penegakan terhadap hukum yang berlaku Apakah pengaturan pajak dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia telah memenuhi kriteria/ciri-ciri pajak menurut pendapat para sarjana? Berilah argumentasi saudara berilah dasar hukumnya