Anda di halaman 1dari 19

Dasar Hukum Tax Reform

 Pasal 23 A amandemen ketiga UUD 1945


 Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
tahun 1999-2004
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun
1999-2004.

Arah kebijakan reformasi perpajakan ditetapkan sebagai berikut :


 Mengembangkan kebijakan finansial dengan memperhatikan
prinsip transparansi, disiplin, keadilan, efektivitas dan efisien
untuk menambah pendapatan negara dan mengurangi
ketergantungan dana dari luar negeri.

 Menyehatkan keadaan perekonomian dengan mengurangi


defisit anggaran, melalui peningkatan disiplin anggaran,
pengurangan subsidi dan pinjaman luar negeri secara bertahap,
peningkatan penerimaan pajak progresif yang adil dan jujur,
serta penghematan pengeluaran
Latar Belakang Tax Reform

1. Banyaknya peraturan perundang-undangan pajak yang


dibuat saat jaman Kolonial yang tidak sesuai dengan harkat,
hakikat, dan jiwa bangsa Indonesia yang telah merdeka

2. Sumber pendapatan negara dari non migas tidak dapat


diharapkan sehingga harapan bertumpu pada sektor pajak

3. Sistem perpajakan setelah reformasi berintikan


kesederhanaan, menunjang pemerataan dan memberikan
kepastian.
Tujuan Tax Reform

1. Menurut Menkeu Radius Prawiro, untuk lebih


menegakkan kemandirian kita dalam membiayai
pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan
segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri,
khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan negara
melalui perpajakan.

2. Untuk meningkatkan kepastian hukum dan keadilan serta


memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan
Hal-hal yang direformasi

1. Penyederhanaan jenis pajak.


2. Penyederhanaan tarif pajak.
3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak.
4. Pembenahan aparatur perpajakan menyangkut
prosedur, tata kerja, disiplin maupun mental pegawai.
5. Pemberian Kepastian hukum
Sejarah Tax Reform
Sebelum Tax Reform
 Dibedakan menjadi pajak negara dan pajak daerah, yaitu :
1. Stb. No. 13 Tahun 1908 tentang Ordonansi Rumah Tangga
2. Stb. No. 498 Tahun 1921 tentang Aturan Bea Materai
3. Stb. No. 291 Tahun 1924 tentang Ordonansi Bea Balik Nama
4. Stb. No. 405 Tahun 1932 tentang Ordonansi Pajak Kekayaan
5. Stb. No. 718 Tahun 1934 tentang Ordonansi Pajak Kendaraan
Bermotor
6. Stb. No. 611 Tahun 1934 tentang Ordonansi Pajak Upah17
7. Stb. No. 671 Tahun 1936 tentang Ordonansi Pajak Potong
8. Stb. No. 17 Tahun 1944 tentang Ordonansi Pajak Pendapatan
9. UU No. 12 Tahun 1947 tentang Pajak Radio
10. UU No. 14 Tahun 1947 tentang Pajak Pembangunan I
11. UU No. 12 Tahun 1952 tentang Pajak Peredaran
12. UU Tahun 1951 tentang Pajak Penjualan diubah dengan UU
No 2 Tahun 1968
13. UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah
dengan UU No. 2 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga,
Dividen dan Royalty
14. UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara
dengan Surat Paksa
15. UU No. 74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing
16. UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata cara Pemungutan PPdn,
PKK, dan/atau PPs atau Tata Cara MPS-MPO.
Tax Reform Tahun 1983

 UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan


Tata Cara Perpajakan
 UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
 (Kedua UU tsb mulai belaku 1 Januari 1984 )
 UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah ( UU ini
mulai berlaku 1 April 1985 )
Tax Reform Tahun 1985

 UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan


Bangunan
 UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
( Kedua UU ini berlaku mulai 1 Januari 1986 )
Tax Reform Tahun 1994

 UU No. 9 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No 6 Tahun


1983 tenyang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
 UU No. 10 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
 UU No. 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah
 UU No. 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
(Keempat UU tsb berlaku mulai 1 Januari 1995 )
Tax Reform Tahun 1997

 UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian


Sengketa Pajak
 UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribuís
Daerah
 UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa
( Kedua UU tsb berlaku mulai 1 Januari 1998 )
 UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak
 UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah
dan Bangunan. ( mulai berlaku 1 Juli 1998 )
Tax Reform Tahun 2000
 UU No. 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU
No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
 UU No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU
No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
 UU No. 18 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU
No. 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM
 UU No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU
No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa
 UU No. 20 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 21
Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan.
 UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Tax Reform Tahun 2002
 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang
menggantikan UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak

Tax Reform Tahun 2007


 UU No 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Tax Reform Tahun 2008


 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan
Tax Reform Tahun 2009

 UU No. 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undangundang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang

 UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah

 UU No. 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah
Sebelum Tax Reform
 Falsafah liberal ( bersifat individual )

 Masyarakat dijadikan sebagai obyek pajak sehingga merasa


terbebani

Sesudah Tax Reform


 Falsafah Pancasila dengan mengutamakan kegotongroyongan

 Wajib Pajak sebagai Subyek Pajak

 Pajak merupakan kewajiban kenegaraan


Acuan terhadap Reformasi Pajak

 Kemandirian bangsa terhadap kemajuan


 Menunjang Usaha Pembangunan secara merata
 Mendorong investasi merata sampai di daerah-daerah
 Meningkatkan pendayagunaan SDA
 Meningkatkan pendayagunaan pajak dalam jangka panjang.
 Meningkatkan eksport non migas, barang hasil olahan dan
devisa
 Meningkatkan usaha kecil dan potensinya secara optimal
 Mengentas kemiskinan, meningkatkan SDM,
pengetahuan dan teknologi.
 Meningkatkan pelestarian ekosistem, SDA dan
lingkungan.
 Meningkatkan aparat pajak yang lebih profesional
bersih dalam memberikan pelayanan
 Meningkatkan prosedur yang lebih mudah dan
terencana
 Meningkatkan pengawasan atas pungutan pajak
 Penegakan terhadap hukum yang berlaku

Apakah pengaturan pajak dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di Indonesia telah
memenuhi kriteria/ciri-ciri pajak menurut
pendapat para sarjana? Berilah argumentasi
saudara berilah dasar hukumnya

Anda mungkin juga menyukai