Dosen Pengampu :
DisusunOleh :
SEMESTER 3
JURUSAN TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
PENDAHULUAN
Manusia diciptakanoleh Allah SWT sebagai makhluk sosial dan menjadi khalifah
atau pemimpin di bumi. Sebagai makhluk sosial, tentu manusia akan seringkali
berkomunikasi dengan sesamanya dan melakukan interaksi dalam bentuk lain kepada sesama
makhluk ciptaan Allah di bumi. Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia memiliki
kepribadian yang baik agar komunikasi dan interaksi yang terjadi baik sesama makhluk
maupun terhadadap Allah dapat terjalin dengan baik. Kepribadian yang dimiliki oleh
seseorang dapat menentukan sikap, perilaku, dan karakter seseorang dalam kehidupan.
Kepribadian dalam kehidupan manusia sendiri merupakan kepribadian yang seluruh aspeknya
baik tingkah lakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya
menunjukkan pengabdian kepada Allah.Kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang belum
tentu sama, karena pada dasarnya watak sertasifat yang dimiliki oleh individu satu dan
individu lain itu berbeda. Kepribadian merupakan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian sendiri mengacu kepada karakteristik
psikologis yang unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan
lamaterhadap lingkungan orang itu sendiri. Tetapi dalam kepribadian seseorang itu ada
beberapa gangguan kepribadian yaitu dapat di jelaskan secara umum untuk suatujenis
penyakit di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak
berfungsi.
i
dibentuk melalui Amigdala, yaitu bagian dalam sistim limbik pada otak manusia yang
berfungsi sebagai pusat perasaan.
Sebagai organisasi yang dinamis artinya kepribadian itu dapat berubah-rubah dan
antar berbagai komponen kepribadian tersebut (sistem psikofisik seperti kebiasaan, sikap,
nilai, keyakinan, emosi, perasaan dan motif) memiliki hubungan yang erat. Hubungan-
hubungan tersebut terorganisir sedemikian rupa secara bersama-sama mempengaruhi pola
perilaku dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Di lain pihak, Freud menyebutnya
sebagai struktur yang memiliki tiga sistem yakni, id, ego dan super ego, di mana ego
merupakan badan eksekutif kepribadian yang menetapkan tindakan apa yang tepat, impuls id
manayang dipuaskan dan bagaimana caranya, dan ego menjadi penengah antara id dan super
ego yang menginginkan kesempurnaan bersih terhadap realitas lingkungan dan tuntutan
norma. Fieldman mengambarkan sebagai perilaku yang stabil dari manusia yang ditunjukan
pada sikap yang uniform dan merupakan kelanjutan pengalaman masa lalu. Chambers,
menyatakan bahwa kepribadian adalah hal yang aneh yang tidak bisa diperhitungkan jika
berbicara tentang diri sendiri akan kelihatan berbeda dengan setiap orang.
Meskipun secara eksplisit Literatur tidak merumuskan apa yang disebut dengan
kepribadian, namun ia mengutip pendapat David Lykken bahwa kepribadian sebagai suatu
perangai dan langkah serta semua kekhasan yang membuat orang berbeda dari orang lain
dalam hal kemungkinan hubungan dengan genetik tertentu dalam diri manusia. Dengan
demikian, kita dapat melihat bahwa kepribadian memiliki arti yang sangat khas dan
kompleks, karena mengacu kepada suatu proses yang dapat dilakukan manusia sejak kecil
hingga dewasa. Dalam uraian di atas ditunjukkan dengan “kelanjutan masa lalu”.
ii
PEMBAHASAN
1
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:DfYdMwXJGRcJ:https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/download/1346/1159+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
2
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, thn 2008), hal. 186.
1
kecenderungan jiwanya yang tampak dari sikapnya dalam berbuat, berbicara, berfikir,
filsafat hidup dan keyakinannya. Selain terdiri dari tipe dan struktur, kepribadian juga
memiliki semacam dinamika yang unsurnya secara aktif ikut mempengaruhi aktifitas
seseorang dalam hubungannya dengan tingkah laku keagamaan, kemudian membentuk
keperibadian dalam hal ini terbentuknya keperibadian muslim. Secara fitrah manusia
terdorong untuk melakukan hal-hal yang baik, benar, indah. Bahkan kecenderungan
manusia kepada yang baik lebih besar dari pada kecenderungan kepada yang jahat.
Namun terkadang naluri mendorong manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang
bertentangan dengan realita yang ada.3 Pendidikan kepribadian memiliki peran dan
pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia.Setiap manusia sudah pasti memiliki
kepribadian masing-masing.Kepribadian tersebut hendaknya selalu diarahkan dan
dibiasakan agar terbentuk suatu kepribadian yang sehat. Dengan kepribadian yang sehat
manusia akan lebih mudah dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan dalam
kehidupan.
Pada dasarnya manusia dibekali dengan kekuatan dan kemampuan dalam
membentuk kepribadiannya, sehingga pendidikan kepribadian dapat dilakukan secara
mandiri melalui berbagai macam lingkungan dan pengalaman dalam kehidupan, dengan
cara berikut:4
1. Belajar menjadi pendengar yang baik. Hal ini dapat melatih kemammpuan dalam
memahami keadaan.
3
Umdatul Hasanah, pembentukan Kepribadian Muslim, (Adzikra, Banten, 2010), Hal 6
4
https://www.essentiallifeskills.net/improveyourpersonality.html
2
9. Belajar menjadi orang yang suportif (mendukung orang lain). dengan harapan pasti
aka nada yang memberikan dukungan ketika sedang dalam kondisi down.
5
https://www.kompasiana.com/harjoko-sang/5500230ba33311926f51026a/pendidikan-kepribadian
3
pengetahuan untuk melakukannya. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang dapat membantu
interaksi bersama orang lain secara lebih baik (learning to live together). Nilai tersebut
mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan dengan sesama (orang lain,
keluarga), diri sendiri (learning to be), hidup bernegara, lingkungan tentu saja dalam
penanaman nilai tersebut membutuhkan tiga aspek, baik kognitif, afektif maupun
psikomotorik.6 Pribadi manusia itu dapat berubah karena dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik internal maupun eksternal, dan hal ini diakui dalam Islam. Faktor internal sudah dibawa
sejak manusia lahir dari rahim ibunya, berwujud benih, bibit, gen atau sering juga disebut
kemampuan-kemampuan dasar yang dalam Islam disebut potensi-potensi fitrah. Faktor dari
luar ialah faktor lingkungan atau geografis atau disebut dengan faktor milieu. Kedua faktor
tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan dan pembentukan
kepribadian manusia tingkat-tingkat kehidupan mental dan bagian-bagian pikiran mengacu
pada struktur atau susunan kepribadian. Dengan demikian Freud mengemukakan suatu prinsip
yang disebut dengan prinsip motivasional atau dinamik untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan
yang mendorong di balik tindakan-tindakan manusia. Baginya manusia termotivasi untuk
mencari kenikmatan dan mereduksi tegangan serta kecemasan dan motivasi tersebut
disebabkan oleh energi-energi fisik yang berasal dari insting.7 Pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhipetumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang
berlangsungdalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.Adapun batas pengertian
pendidikan yang dikemukakan para ahlisebagai berikut:
1. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
2. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunaka
untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,
kebiasaan, sikap dan sebagainya.
3. Menurut John Dewey pendidikan merupakan prosespembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual
maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan pada tabiat manusia dan
sesama.
6
http://eprints.stainkudus.ac.id/1760/5/BAB%20II.pdf
7
https://www.researchgate.net/publication/304213093_TELAAH_KEPRIBADIAN_MANUSIA_DAN_KORELASINYA
_DENGAN_PENDIDIKAN_ISLAM
4
4. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.8
Karakter atau akhlak mulia dalam perspektif Islam merupakan buah yang dihasilkan
dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah
yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut
setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin karakter mulia akan terwujud pada
diri seseorang jika ia tidak memiliki aqidah dan syariah yang benar. Aqidah yang benar
terefleksi pada sikap dan perilaku sehari-hari. Sebagai contoh, orang yang memiliki iman
yang benar kepada Allah ia akan selalu mengikuti seluruh perintah Allah dan menjauhi
seluruh larangannya. Artinya, ia akan selalu berbuat yang baik dan menjauhi perbuatan buruk.
Iman kepada yang lain (malaikat, kitab, dan seterusnya) akan menjadikan sikap dan
perilakunya terarah dan terkendali, sehingga akan mewujudkan karakter mulia. Hal yang sama
juga terjadi dalam hal pelaksanaan syariah. Semua ketentuan syariah Islam bermuara pada
terwujudnya akhlak atau karakter mulia. Seorang yang melaksanakan shalat yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, misalnya, akan membawanya untuk selalu berbuat yang benar
dan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana dijelaskan dalam QS al-
Ankabut/29: 45 bahwa “ bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadah yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Kementerian
Agama RI, 2012).9 Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran ataukemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui
perkembangan karakter individu seseorang.Akan tetapi, karena manusia hidup dalam
lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter individu seseorang
hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersang-kutan. Artinya,
perkembangan budaya dan karakter dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang
8
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:zpTRjIebXocJ:https://core.ac.uk/download/pdf/235260304.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
9
https://media.neliti.com/media/publications/235693-pendidikan-karakter-sebuah-pendekatan-ni-
71618df5.pdf
5
tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya
bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila, jadi pendidikan budaya dan
karakter adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peseta didik melalui
pendidikan hati, otak, dan fisik.
Pendidikan karakter atau pendidikan watak sejak awal munculnya pendidikan olehpara
ahli dianggap sebagai suatu hal yangniscaya. John Sewey, misalnya, pada tahun 1916yang
mengatakan bahwa sudah merupakan halyang lumrah dalam teori pendidikan bahwa
pembentukan watak merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti
disekolah.10 Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pemerintahmenyebutkan bahwa tujuan pendidikan ialah untuk berkembangnya potensi
peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yangdemokratis serta bertanggungjawab.Secara spesifik khususnya dalam setting sekolah,
Dharma Kesuma dkk. (2011: 9) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan karakter antara lain
sebagai berikut: 1.Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu,sehingga menjadi kepribadian yang kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-ilai yang dikembangkan, 2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang
tidakberkesesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah, dan 3.
Membangunkoneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan
tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Signifikansi atau manfaat pendidikan
karakter di antaranya ialah menjadikan manusia agar kembali ke fitrahnya, yaitu selalu
menghiasi kehidupannya dengan nilai-nilai kebajikan yang telah digariskan olehNya. Dengan
adanya pendidikan karakter inidiharapkan degradasi moral yang dialami bangsa ini dapat
berkurang. Tentu hal initidaklah mudah, membutuhkan perjuangan dan kerja keras dari semua
pihak. Pendidikankarakter pada anak usia dini merupakan salah satu wujud nyata
mempersiapkan generasi-generasi berkarakter yang akan membawa kemajuan dan
kemakmuran bangsa Indonesia (Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida, 2013: 27).11
Hakekat karakater ialah Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai
yangmenuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
10
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:S87aF5hP454J:https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/download/1145/953+
&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id
11
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:50ywrjlQ_AgJ:ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/download/1924/15
56/+&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id
6
ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema, memahami bahwa karakter sama dengan
kepribadian.Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas
dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari
demihari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.
Karakterdimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup
dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.[9]Untuk
memahami makna pembangunan karakter dan mengapa hal itu penting, ada suatukisah yang
menarik yang akan penulis sampaikan. Suatu ketika, ada seorang pendidik yang mengusulkan
kepada seorang kepala sekolah agar dalam penerimaan peserta didik baru tidak menggunakan
tes ujian masuk dalam model apapun. Reaksi sang kepala sekolah menjadi terkaget- kaget luar
biasa. “Kalau penerimaan peserta didik baru tidak melalui tes terdahulu, pasti sekolah ini
nanti akan banyak diisi oleh peserta didik yang bodoh-bodoh dan nakal-nakal. 12 Dalam
pembentukan karakter Islami, semua komponen dilingkungan pendidikan diupayakan
menciptakan situasi dan lingkungan yang memungkin semua pihak mendapatkan inti dari
agama islam tersebut. Dalam pembelajaran dan pembiasaan dapat ditempuh cara-cara yang
mengedepankan internalisasi nilai-nilai keberimanan.
Hal ini telah dibuktikan dengan keberhasilan yang dilakukan oleh kebanyakan orang
tua yang beragama terhadap anak-anaknya, dan para pendidik terhadap murid-muridnya.
Percobaan secara praktis ini telah dikenal di dalam perjalanan hidup kaum salaf, seperti yang
telah diuraikan dalam sikap Muhammad bin Siwar terhadap putra saudara wanitanya, At-
Tustari, ketika ia mendidik dengan landasan iman dan perbaikan pribadi serta tabiatnya. At-
Tustari menjadi baik karena pamannya telah mendidiknya agar selalu ingat, takut dan
berlindung kepada Allah SWT, yaitu dengan jalan memerintahkan untuk selalu mengulang
kata-kata "Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku. Apabila pendidikan
anak jauh dari pada akidah Islam, lepas dari ajaran religius dan tidak berhubungan dengan
Allah SWT, maka tidak diragukan lagi, bahwa anak akan tumbuh dewasa di atas dasar
kefasikan, penyimpangan, kesesatan, dan kekafiran. Ia akan meugikuti nafsu dan bisikan-
bisikan setan, sesuai dengan karakter, tabiat, fisik, keinginan, dan tuntutannya yang rendah.
Kalau karakter, watak dan sikap anak itu bertipe pasif dan pasrah, maka ia akan hidup sebagai
orang yang bodoh. Hidupnya seperti mati, bahkan keberadaannya seperti tidak adanya. Tiada
seorang pun yang merasa perlu akan hidupnya, dan kematiannya tidak akan mempunyai arti
12
https://www.academia.edu/5160589/MAKALAH_PEMBENTUKAN_KARAKTER
7
apapun. Keadaan seperti ini digambarkan oleh seorang pujangga: ”Itulah orang yang jika
hidup tidak dapat dimanfaatkan, dan jika mati tidak akan ditangisi oleh kerabatnya”. 13
Masyarakat memandang istilah pendidikan karakter dengan berbagai macam, ada yang
berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan agama, Pendidikan Moral atau
sekarang ini disebut dengan nama pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan budi pekerti, dan
ada juga yang berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang berdiri sendiri,
maka tak heran kalau masyarakat secara umum memandang bahwa yang harus bertanggung
jawab terhadap akhlak atau karakter siswa adalah tanggung jawab dari guru pendidikan
Agama dan PKn saja.
Pendidikan akhlak adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang
karimah (karakter mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam. Peserta didik tidak
hanya membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi ia juga membutuhkan
pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan
konsep ini maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik
haruslah mengandung muatan pendidikan akhlak (pendidikan karakter) dan setiap guru
haruslah memerhatikan akhlak atau karakter peserta didiknya. Mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam merupakan mata pelajaran yang bersifat intruksional effect atau langsung,
artinya mata pelajaran ini merupakan pelajaran yang tujuan utamanya adalah pada
pembentukaan karakter hal ini juga bersifat integrative, yaitu posisi dari mata pelajaran PAI
menyatu dan bertujuan untuk pembentukan karakter, akhlak atau pun moral, mata pelajran
PAI hampir sama posisinya dengan mata pelajaran lain yang membahas moral semisal PKn.
Sedangkan mata pelajaran lain seperti Biologi, IPS, bahasa Indonesian dan yang lainnya,
lebih bersifat interkoneksi artinya pendidikan karakter harus terintegrasi pada mata pelajaran
tersebut, apabila mata pelajaran ini menjadi bersifat intruksional effect maka mata pelajaran
tersebut akan kehilangan materi inti. Oleh sebab itu mata mata pelajaran tersebut lebih
bersifat social service.14
Pola pembelajaran terhadap materi PAI diatas sudah saatnya dirubah. Guru yang
menjadi ujung tombak keberhasilan sebuah pembelajaran harus menyadari bahwa tanggung
jawabnya terhadap keberhasilan pembelajaran PAI tidak hanya pada tataran kognitif saja.
Tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana memberikan kesadaran kepada siswa bahwa
pendidikan agama adalah sebuah kebutuhan sehingga siswa mempunyai kesadaran yang
13
http://salisawaludinn.blogspot.com/2015/12/makalah-pembentukan-karakter-anak-usia.html
14
http://digilib.uinsgd.ac.id/2329/4/4_bab1.pdf
8
tinggi untuk melaksanakan pengetahuan agama yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-
hari. Disinilah dibutuhkan kreatifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran, dimana
pembelajaran PAI seharusnya tidak hanya diajarkan didalam kelas saja, tetapi bagaimana guru
dapat memotivasi dan memfasilitasi pembelajaran agama diluar kelas melalui kegiatan-
kegiatan yang bersifat keagamaan dan menciptakan lingkungan sekolah yang religius dan
tidak terbatas oleh jam pelajaran saja. Tujuan utama dari Pembelajaran PAI adalah
pembentukan kepribadian pada diri siswa yang tercermin dalam tingkah laku dan pola
pikirnya dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran PAI tidak hanya menjadi tanggung
jawab guru PAI seorang diri, tetapi dibutuhkan dukungan dari seluruh komunitas disekolah,
masyarakat, dan lebih penting lagi adalah orang tua. Sekolah harus mampu mengkoordinir
serta mengkomunikasikan pola pembelajaran PAI terhadap beberapa pihak yang telah
disebutkan sebagai sebuah rangkaian komunitas yang saling mendukung dan menjaga demi
terbentuknya siswa berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Pendidikan yang berhubungan
dengan kepribadian atau akhlak tidak dapat diajarkan hanya dalam bentuk pengetahuan saja,
tetapi perlu adanya pembiasaan dalam prilakunya sehari-hari. Setelah menjadi teladan yang
baik, guru harus mendorong siswa untuk selalu berprilaku baik dalam kehidupan sehar-hari.
Oleh karena itu selain menilai, guru juga menjadi pengawas terhadap prilaku siswa seharihari
disekolah, dan disinilah pentingnya dukungan dari semua pihak. Karena didalam metode
pembiasaan siswa dilatih untuk mampu membiasakan diri berprilaku baik dimana saja, kapan
saja dan dengan siapa saja. Proses belajar mengajar yang diharapkan didalam pendidikan
akhlak adalah lebih kepada mendidik bukan mengajar. Mendidik berarti proses pembelajaran
lebih diarahkan kepada bimbingan dan nasihat. Membimbing dan menasehati berarti
mengarahkan peserta didik terhadap pembelajaran nilai-nilai sebagai tauladan dalam
kehidupan nyata, jadi bukan sekedar menyampaikan yang bersifat pengetahuan saja.15
15
https://media.neliti.com/media/publications/195611-ID-pembentukan-karakter-melalui-pendidikan.pdf
9
KESIMPULAN
Pengertian pendidikan kepribadian secara sederhana yaitu proses atau usaha yang
dilakukan oleh seseorang maupun suatu kelompok untuk membentuk kepribadian sesuai
dengan tujuan tertentu melalui upaya pelatihan dan pengajaran. Secara umum hasil yang
diharapkan dari pendidikan kepribadian yaitu terbentuknya kepribadian yang sehat.
Sedangkan dalam Pendidikan Islam hasil yang diharapkan yaitu terbentuknya kepribadian
muslim yang taat kepada Allah. Dalam kehidupan manusia pendidikan kepribadian memiliki
peran sebagai sarana dalam melatih, mengarahkan, dan membentuk pribadi manusia itu
sendiri. Pembentukan kepribadian dapat dilakukan dengan mandiri maupun dengan bantuan
orang lain(guru). Kepribadian dapat dibentuk dangan mandiri apabila diri sendiri benar-benar
memahami dirinya sendiri. Tujuan dari pendidikan kepribadian dalam kehidupan manusia
yaitu seseorang dapat lebih mengenali bagaimana kepribadian yang ada pada diri manusia
serta secara mandiri mampu mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang akan dilalui
dalam kehidupan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:DfYdMwXJGRcJ:https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/download/1346/1159+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
diakses pada 5 Januari 2021 pukul 14.15
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, thn 2008), hal. 186.
Umdatul Hasanah, pembentukan Kepribadian Muslim, (Adzikra, Banten, 2010), Hal 6
https://www.essentiallifeskills.net/improveyourpersonality.html, diakses pada 5 Januari 2021 pukul
14.35
https://www.kompasiana.com/harjoko-sang/5500230ba33311926f51026a/pendidikan-kepribadian
diakses pada 5 Januari 2021 pukul 14.40
http://eprints.stainkudus.ac.id/1760/5/BAB%20II.pdf diakses pada 5 Januari 2021 pukul 15.20
https://www.researchgate.net/publication/304213093_TELAAH_KEPRIBADIAN_MANUSIA_DAN
_KORELASINYA_DENGAN_PENDIDIKAN_ISLAM diakses pada 7 Januari 2021 pukul 20.03
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:zpTRjIebXocJ:https://core.ac.uk/download/pdf/235260304.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=
id diakses pada 7 Januari 2021 pukul 20.10
https://media.neliti.com/media/publications/235693-pendidikan-karakter-sebuah-pendekatan-ni-
71618df5.pdf diakses pada 7 Januari 2021 pukul 20.48
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:S87aF5hP454J:https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/download/114
5/953+&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id diakses pada 8 Januari 2021 pukul 08.12
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:50ywrjlQ_AgJ:ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/download/
1924/1556/+&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id diakses pada 8 Januari 2021 pukul 08.30
https://www.academia.edu/5160589/MAKALAH_PEMBENTUKAN_KARAKTER diakses pada 8
Januari 2021 pukul 08.45
http://salisawaludinn.blogspot.com/2015/12/makalah-pembentukan-karakter-anak-usia.html diakses
pada 10 Januari 2021 pukul 09.02
http://digilib.uinsgd.ac.id/2329/4/4_bab1.pdf diakses pada 10 Januari 2021 pukul 09.15
https://media.neliti.com/media/publications/195611-ID-pembentukan-karakter-melalui-pendidikan.pdf
diakses pada 11 Januari 2021 pukul 10.12
11