Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PENULISAN MAKALAH SEMINAR NASIONAL

PENJAMINAN MUTU MADRASAH SWASTA

A. Persyaratan Keikutsertaan Penulisan Makalah


1. pengawas, kamad, guru, tenaga kependidikan, peneliti, dosen, widyaiswara, analis
kebijakan dan pegawai di lingkungan Kementerian Agama
2. Bersedia menyelesaikan makalah sesuai dengan timeline yang ditentukan

B. Lingkup Tema:

1. Praktik Baik Tatakelola Madrasah

1.1 Latar belakang


Kementerian Agama menyelenggarakan layanan pendidikan dasar dan menengah
formal kepada sekitar 15 persen dari jumlah siswa jenjang tersebut secara keseluruhan, dan
90 persen diantaranya berada di madrasah swasta 1. Dalam mewujudkan peran dan
kontribusi penting ini, kementerian menghadapi beberapa persoalan yang memerlukan
perhatian serius dalam menyelenggarakan layanan pendidikan terutama di madrasah
swasta. Persoalan-persoalan tersebut antara lain adalah: kinerja madrasah swasta yang
kurang memuaskan, dibarengi dengan masalah-masalah dalam ketersediaan dan
pemanfaatan sumber daya utama pendidikan, yaitu anggaran dan SDM, serta masalah
sistemik dalam pendataan.
Kinerja madrasah swasta di tingkat satuan pendidikan yang kurang memuaskan a.l.
ditun-jukkan oleh hasil evaluasi eksternal. Untuk MI, hasil evaluasi eksternal yakni
akreditasi, menunjukkan bahwa rata-rata skor MI swasta (81,8) lebih rendah dari MI negeri
(85,2). Untuk MTs. dan MA, hasil evaluasi eksternal yang digunakan adalah akreditasi
dan UN. Hasil akreditasi MTs. dan MA swasta lebih rendah dibanding negeri. Dari sisi
lain, rata-rata hasil UN MA swasta berbeda secara nyata terhadap MA negeri, namun untuk
MTs. perbedaannya tidak sebesar itu.
Anggaran pendidikan madrasah utamanya berasal dari BOS Madrasah yang
penetapan jumlahnya mendasarkan pada jumlah siswa. Madrasah dengan siswa yang jauh
lebih banyak mendapat dana yang jauh lebih besar dibanding dengan madrasah yang
siswanya sedikit, padahal kebutuhan untuk membiayai berbagai jenis kegiatan pendidikan
tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah siswanya. Madrasah dengan jumlah siswa
besar, mendapat dana BOS yang banyak sehingga dapat menyediakan sumber daya
pembelajaran yang lebih berkualitas 2. Hal ini didukung oleh kecederungan bahwa
sebagaian besar madrasah yang jumlah siswanya banyak cenderung memiliki hasil
akreditasi “unggul” (A).
Hubungan ketercukupan dana pendidikan dan pemanfaatannya secara tepat tujuan
dengan kinerja madrasah dapat digambarkan sebagai sebuah spiral yang mengarah ke
atas. Madrasah berkinerja baik diminati lebih banyak iswa dan orangtuanya dan ini
memiliki dua dampak positif. Pertama, madrasah dapat menyaring calon siswa terbaik,
yang menjadi modal utama bagi Pencapaian hasil belajar siswa dan lulusan. Dampak
logisnya: madrasah kebanjiran animo sehingga berpotensi memperbesar daya tampung,
yang menjadikan penerimaan dana BOS lebih besar. Ke dua, calon siswa terbaik sebagian
besar berasal dari keluarga dengan status sosial-ekonomi (SSE) lebih tinggi, yang
berpotensi lebih mampu mendukung pendanaan madrasah mendampingi dana BOS.
Masalahnya adalah bahwa sebagian besar madrasah swasta merupakan madrasah
kecil dengan siswa sedikit 3 dengan nuansa kekurangan dana pendidikan yang kental
mewarnai penyelenggaraannya. Berdasarkan itu terdapat sejumlah opsi peningkatan dana
yang dikelolanya, antara lain adalah sebagai berikut.
• Pertama, memberikan pemihakan (afirmasi) kepada madrasah ini dengan
memberikan dana BOS per siswa yang lebih besar. Kelemahan opsi ini tidak hanya
pada beratnya perjuangan teknis ke Kemenku dan kemudian ke DPR, namun lebih
kepada faktor efisiensi pemanfaatan anggaran pendidikan.
• Kedua, meningkatkan jumlah siswa madrasah kecil melalui berbagai cara, a.l.
penggabungan. Opsi ini setidaknya memiliki masalah kebersediaan pemilik dan
ketersediaan madrasah lain dalam jarak ulang-alik harian dari rumah siswa ke
madrasah yang wajar untuk digabung. Apabila pemilik bersedia untuk digabung
namun tidak ada madrasah lain, maka pilihannya adalah mendirikan asrama bagi
siswa madrasah yang digabungkan. Artinya memerlukan tambahan dana untuk
madrasah kecil, namun sebatas pada biaya tinggal siswa madrasah yang digabungkan,
apabila madrasahnya tidak ingin mengubah madrasahnya menjadi madrasah
berasrama sepenuhnya.
• Ke tiga, khusus untuk madrasah kecil di daerah 3T, adalah pemberian butir khusus
dalam penghitungan dana BOS yang dikelola. Hal ini memerlukan analisis teknis
untuk meyakinkan Kemenkeu.

Persoalan ini diperpelik oleh persoalan ke dua, kekurangefisienan pemanfaatan


anggaran, dalam situasi di mana pelaksanaan pengelolaan anggaran di masing-
masing madrasah swasta yang cenderung tertutup menjadikan Kemenag belum dapat
memberikan jenis bantuan teknis yang tepat. Ketertutupan informasi ini a.l. pada
penggunaan dana BOS. Selain itu perencanaan dan penganggaran di madrasah belum dapat
dipantau secara sistematis.

1.2 Tujuan Diskusi


Menghasilkan berbagai masukan bahan penetapan kebijakan tentang tata kelola
madrasah swasta yang tepat. Secara lebih spesifik tujuannya adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh informasi tentang praktik yang baik dalam penerapan tata kelola Mi,
MTs.,dan MA berbasis bukti (positive deviance). Informasi ini penting sebagai dasar
peningkatan kualitas tata kelola madrasah bagi pengelola dan penyelenggara
madrasah swasta dan pengelolaan madrasah swasta secara nasional.
2. Memperoleh informasi, pandangan, dan pendapat tentang tata kelola madrasah
swasta agar penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan dan dapat menghasilkan
lulusan berkualitas prima. Termasuk di sini adalah upaya yang layak untuk
dilaksanakan dalam menatakelola madrasah swasta kecil, baik di daerah maupun di
luar daerah 3T
2. Sistem Penjaminan Mutu Madrasah

2.1 Kondisi Aktual Kualitas Madrasah Saat Ini


Pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas menjadi tuntutan dan kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan. Sebagai salah satu komponen pemberi
layanan utama, terdeteksi kualitas pendidikan madrasah pada umumnya dan madrasah
swasta khususnya masih memerlukan perhatian serius. Hal ini terjadi karena dua hal,
yakni (i) kondisi internal madrasah dan (ii) gangguan dari luar sistem pendidikan.
• Secara umum, capaian dalam kemampuan berfikir 4 siswa MTs. dan MA negeri dan
swasta, yang berhubungan dengan kemampuan serupa yang dimiliki siswa MI kelas
rendah, belum menggembirakan5. Hal ini senada dengan temuan tentang kemampuan
siswa Kelas IV, yakni siswa setelah menyelesaikan kelas-kelas rendah MI (dan SD).
Kemampuan siswa dalam matematika dan bahasa adalah, (i) siswa tertinggal 1,5
tahun dari tingkat pembelajaran yang diharapkan untuk dikuasai siswa kelas 4, dan
(ii) hanya 28 persen siswa Kelas 4 yang benar-benar mampu membaca saat
menduduki Kelas 46.
• Khusus untuk madrasah swasta, ditengarai adanya kecenderungan umum bahwa
kualitas layanannya masih lebih rendah dibanding madrasah negeri. Hal ini a.l.
ditunjukkan oleh hasil evaluasi eksternal. Untuk MI, hasil evaluasi eksternal yakni
akreditasi, menunjukkan bahwa rata-rata skor MI swasta (81,8) lebih rendah dari MI
negeri (85,2). Untuk MTs. dan MA, hasil evaluasi eksternal yang digunakan adalah
akreditasi dan UN. Hasil akreditasi MTs. dan MA swasta lebih rendah dibanding
negeri. Dari sisi lain, rata-rata hasil UN MA swasta berbeda secara nyata terhadap
MA negeri, namun untuk MTs. perbedaannya tidak sebesar itu.

Gangguan dari luar sistem pendidikan, tidak hanya yang berasal dari pandemi
Covid-19, tetapi juga gangguan-gangguan lainnya yang diprediksi masih akan terjadi7.
Gangguan tersebut berupa penurunan hasil belajar sebagai akibat tidak dilaksanakannya
pembelajaran reguler sebagaimana halnya pada waktu normal, atau hilang pembelajaran
(learning loss). Salah satu analisis terkait itu mengindikasikan adanya hilangnya
pembelajaran sekitar 0,9 tahun apabila pertemuan tatap muka (PTM) dilaksanakan mulai
Juli 2021, dan menjadi 12 bulan apabila PTM dilaksanakan mulai Januari 2022 (Bank
Dunia, 2020). Apabila ketertinggalan kemampuan siswa Kelas IV tersebut digabung
dengan hilang pembe-lajaran yang terjadi ketika PTM dimulai Januari 2022, maka
keseluruhan ketertinggalan belajar siswa Kelas IV menjadi 2,5 tahun. Dengan kata lain,
setelah belajar selama 4 tahun, capaian siswa Kelas 4 hanya setara dengan hasil belajar
Kelas 2 semester 1.
Madrasah pada saat ini memerlukan upaya tambahan dalam mencapai mutu hasil
pembelajaran yan gdiharapkan dan upaya untuk memastikan bahwa madrasah “kebal”
terhadap gangguan dari luar sistem pendidikan. Untuk itu diperlukan sistem penjaminan
mutu pendidikan madrasah yang solid dan terlaksana dengan baik di setiap madrasah.
2.2 Penjaminan Kualitas Madrasah
Penjaminan mutu dilaksanakan melalui sistem penjaminan mutu internal dan
eksternal.
• Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Madrasah merupakan sistem penjaminan
mutu yang dilaksanakan dalam madrasah. Sistem ini merupakan suatu kesatuan unsur
yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan
penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh madrasah untuk menjamin
terwujudnya pendidikan bermutu yang setidaknya memenuhi Standar Nasional
Pendidikan. Sebagai contoh, SPMI Madrasah ini berwujud “Tim Kawal Mutu” pada
MTs.N 1 Jepara8.
• Sebagai salah satu komponen SPMI, madrasah telah menyelenggarakan pemetaan
mutu melalui Evaluasi Diri Madrasah (EDM). Hasil EDM ini memiliki hubungan
positif dengan hasil UN dan capaian SNP dalam kadar hubungan yang masih perlu
ditingkatkan. Ada kemungkinan pelaksanaan dari langkah-langkah penjaminan mutu
setelah peta mutu individu madrasah tersusun masih perlu ditingkatkan 9.
• Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) untuk madrasah merupakan sistem
penjaminan mutu yang direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah, badan yang bidang kerjanya melingkupi
penetapan standar nasional pendidikan, dan BAN SM. Sistem ini juga merupakan
suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait
untuk melakukan fasilitasi dan penilaian melalui akreditasi untuk menentukan
kelayakan dan tingkat pencapaian mutu satuan pendidikan dasar dan menengah.

Sekolah telah memiliki SPME berupa Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan


(LPMP) yang berada di tingkat provinsi, sebagai kepanjangan tangan kementerian melalui
salah satu direktorat jenderal. Sampai dengan saat ini sebagai SPME ini LPMP nampaknya
lebih nyata pada pemetaan kualitas sekolah, belum diketahui hasilnya pada keempat
langkah berikutnya . Bagaimana dengan madrasah?

2.3 Tujuan Diskusi


Diskusi dalam temam ini ditujukan untuk memperoleh informasi bahan penetapan
kebijakan terkait dengan penjaminan kualitas madrasah. Secara lebih terinci hasil yang
diharapkan adalah informasi berikut.

1. Masalah yang dihadapi madrasah swasta dalam mewujudkan capaian masing-masing


langkah penjaminan mutu internal, sehingga mutu hasil pembelajaran yang
diharapkan dapat dicapai, serta upaya yang perlu dilakukan untuk mencapainya.
2. Rancang bangun SPME madrasah dan kelengkapan organisasi dan penyediaan
sumberdayannya
3. Strategi untuk menjadikan SPMI dan SPME yang kelak terwujud tersebut betul-betul
dapat mewujudkan visi dan misinya, termasuk penyediaan insentif dan disinsentifnya.
3. Peningkatan Hasil Belajar Berbasis Asesmen

3.1 Latar Belakang


Pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas menjadi tuntutan dan kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh setiap madrasah. Dalam kerangka itu diperlukan informasi
tentang status kualitas layanan pendidikan madrasah sebagai bahan penetapan kebijakan,
strategi, dan langkah dalam mewujudkan layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk
keperluan itu terdapat dua pola pemerolehan informasi, yaitu dari (i) penelitian, survai,
dan asesmen tematik-sesaat yang dilaksanakan ketika dirasakan kemendesakannya, serta
(ii) asesmen, survai, tes reguler dan bentuk-bentuk serupa lainnya yang tersedia secara
berkelanjutan.
Informasi dari penelitian, survai, dan asesmen tematik dan sesaat nampaknya
cenderung memperoleh perhatian khusus karena hasilnya cenderung disajikan secara
khusus kepada penentu kebijakan serta dipublikasikan dengan acara khusus yang diliput
oleh media massa. Di sisi lain, informasi tematik ini tidak tersedia secara regler dan
berkelanjutan. Informasi yang berhasil menarik perhatian para pembuat keputusan dan
publik secara luas ini dicontohkanoleh hasil pengukuran melalui tes tentang
“keterampilan” yang perlu dikuasai oleh lulusan agar berhasil di Abad ke-21 menunjukkan
capaian dalam kemampuan berfikir 10 siswa MTs. dan MA, yang berhubungan dengan
kemampuan serupa yang dimiliki siswa MI (dan SD) kelas rendah 11. Informasi ini bahkan
digunakan dalam penyusunan Renstra 2020-2024. Selain itu informasi ini berkesesuaian
dengan informasi lain dari sebuah survai tentang kemampuan siswa Kelas IV, yakni siswa
setelah menyelesaikan kelas-kelas rendah MI (dan SD)12.
Informasi yang tersedia secara rutin dan berkelanjutan, ada yang tersedia setiap
tahun dan ada juga yang beberapa tahun sekali. Mungkin karena ketersediannya secara
rutin, informa-si ini kurang termanfaatkan dengan baik, bahkan cenderung kurang
termanfaatkan dalam pembuatan keputusan, kecuali oleh lembaga tertentu, misalnya
Bappenas dan para mitra pembangunan. Setidaknya terdapat dua hal yang nampaknya
berkaitan dengan hal itu. Pertama, adalah strategi penyampaian yang cenderung menarik
perhatian pembuat kepu-tusan dan publik secara luas. Ke dua, adalah kebiasaaan dan
motivasi intrinsik untuk menganalisis data sekunder yang masih perlu dibangkitkan.
Setidaknya dapat dicontohkan 3 sumber informasi yang dapat digunakan sebagai
masukan bagi peningkatan hasil pembelajaran siswa, yakni survai internasional PISA serta
PIRLS dan TIMMS dan sejenisnya, asesmen nasional AKM, serta sensus dan survai reguler
yang dilaksanakan oleh BPS.
• PISA mengukur kemampuan membaca, matematika, dan IPA siswa umur 15 tahun,
setara kelas 2 atau 3 MTs. Kelebihan PISA adalah hasilnya, yakni (i) rerata prestasi
nasional yang dapat dibandingkan antarnegara, dan (ii) merupakan kegiatan
berkelanjutan (setiap tiga tahun) sehingga dapat digunakan sebagai analisis
perkembangan kinerja di mana Indonesia telah mengkutinya sejak tahun 2000.
• AKM merupakan asesmen diagnostik tahunan dengan populasi sekolah dan
madrasah serta sampel siswa di satuan pendidikan tersebut. AKM ini menghasilkan
data yang sangat kaya dan sudah disesuaikan dengan PISA. Kelebihan AKM bagi
madrasah, adalah (i) hasil AKM dapat dimanfaatkan terutama untuk perbaikan
proses pembelajaran di tingkat satuan pendidikan dan kelas dengan memperhatikan
karakteristik siswanya, dan (ii) dapat menganalisis perkembangan selama kurun
waktu tertentu.
• Sensus dan survai reguler yang dilaksanakan oleh BPS terdiri dari Sensus Penduduk
(SP, 10 tahunan), Survai Penduduk Antar-Sensus (Supas, 5 tahunan di antara dua SP),
serta Survai Tenaga Kerja Nasional (Sakernas 2 kali setahun, Februari dan Agustus),
serta Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas, tahunan, dengan Modul Pendidikan
3 tahun sekali). Sebagai contoh pemanfaatan, Susenas, terutama modul
pendidikannya memuat informasi yang sangat kaya terkait karakteristik sosial-
ekonomi siswa. Sakernas memberikan informasi terkait dengan kebekerjaan yang
dapat dimanfaatkan oleh siswa dan lulusan MAK dan MA yang berusaha untuk
bekerja setelah lulus. Susenas memuat karakteristik sosial-ekonomi siswa, termasuk
madrasah.
Informasi dari hasil pengukuran, tes, survai -- baik yang dilaksanakan secara tematis-
sesaat, maupun yang dilaksanakan secara berkelanjutan tersebut -- sangat bermanfaat
untuk menentukan strategi dan langkah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan
madrasah. Hasil dari kegiatan-kegiatan tersebut berupa aspek hasil jangka pendek
(output), yaitu kinerja madrasah dan kinerja siswa beserta karakteristik madrasah dan
siswanya. Perbaikan-perbaikan tesebut dapat dilakukan melalui berbagai aspek masukan
instrumental maupun proses pembelajaran. Pemanfaatan hasil asesmen, termasuk dalam
skala nasional dan internasional, memungkinkan madrasah memiliki tolak-ukur
(benchmark) dalam menilai status kualitasnya, dan mengetahui upaya dan langkah untuk
meningkatkannya secara akurat dengan berbasis data

3.2 Tujuan Diskusi


Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan informasi bagi penyusunan kebijakan dan
strategi peningkatan hasil pembelajaran berdasar temuan dari berbagai bentuk asesmen,
termasuk tes, studi dan kegiatan serupa lainnya. Secara lebih terinci, hasil yang
diharapkan adalah sebagai berikut.
1. Strategi untuk meningkatkan keterpakaian data sekunder yang melimpah tersebut
di tingkat nasional dan daerah, juga individu madrasah yang memerlukan dalam
rangka penetapan kebijakan dan strategi peningkatan mutu berbasis asesmen.
Termasuk (i) kerjasama denganpenyelenggara tes/survai, misalnya OECD (untuk
PISA), serta BPS (untuk berbagai survai dan sensus), dan (ii) upaya pemanfaatan
hasilnya. Kerjasama dengan BPS a.l. diperlukan untuk menambah variabel yang
diperlukan dalam rangka peningkagtan kualitas madrasah.
Kaitan antara hasil analisis data sekunder, melalui berbagai bentuk asesmen
tersebut, ini dengan upaya pemastian kualitas madrasah melalui SPMI dan SPME setelah
terbentuk kelak.
C. Pedoman Penulisan Makalah

Ketentuan Umum
1. Penulis harus menjamin bahwa naskah yang dikirimkan adalah asli dan tidak pernah
dipublikasikan di jurnal lainnya, yang dinyatakan dengan surat pernyataan seperti terlampir.
2. Naskah yang akan dipublikasikan pada Seminar Nasional Pengelolaan Madrasah Swasta
dapat berupa hasil penelitian, penelitian tindakan, analisis kebijakan , dan hasil praktik baik
di Madrasah, gagasan inovatif.
3. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris menggunakan format yang
sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan. Panitia tidak menerima naska tidak
memenuhi persyaratan yang diminta.
4. Penentuan layak tidaknya naskah yang akan dipublikasikan ditentukan oleh Panitia Seminar
Nasional Pengelolaan Madrasah Swasta atas masukan mitra bestari yang kompeten.
5. Dokumen yang dikirimkan ke editor adalah naskah makalah dalam bentuk softcopy
disertai video presentasi berdurasi 5 menit yang berisikan paparan isi makalah, dan
powerpoint presentasi (jika makalah terpilih) melalui link berikut:
https://bit.ly/makalahSemnas2021
6. Naskah ditulis sesuai template yang telah disediakan dapat diakses pada link berikut:
https://bit.ly/Templatemakalahsemnas

Standar Penulisan
1. Naskah diketik dengan jarak 1,5 spasi kecuali Judul, Abstrak, Judul Gambar dan Judul Tabel
diketik 1 spasi. Naskah diketik di atas kertas A4 dalam 1 kolom dengan jumlah kata antara
3000 hingga 8000 kata atau halaman antara 5 sampai dengan 8 halaman termasuk gambar
dan tabel.
2. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word, Gambar menggunakan JPEG,
jika ada grafik, lampirkan juga file masternya/Microsoft Excel. Huruf standar yang digunakan
untuk penulisan adalah Times New Roman 12.
3. Naskah disusun dengan urutan: judul, nama penulis, alamat lengkap instansi setiap penulis,
abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan
terima kasih (kalau ada) dan daftar pustaka. Alamat instansi (jalan, nomor, kota, kode p os)
dan alamat e-mail penulis perlu dituliskan dengan jelas
Tatacara Penulisan Naskah
Judul. Judul harus singkat, spesifik dan informatif yang mencerminkan secara tepat isi naskah,
dengan jumlah kata maksimal 15 kata ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Judul
diikuti dengan nama pengarang, institusi dan alamat, serta catatan kaki yang merujuk penulis
yang bertanggungjawab untuk surat menyurat (corresponding author), lengkap dengan alamat
surat, nomor handphone serta alamat e-mail.

Abstrak. Abstrak ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Abstrak terdiri dari 200-250
kata dan ditulis dalam satu paragraf. Abstrak berisi intisari dari keseluruhan naskah, yakni latar
belakang, tujuan, metode, hasil-hasil penting, pembahasan, dan kesimpulan. Hindari
penggunaan singkatan kecuali yang telah umum digunakan.

Kata kunci (keywords) ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, terdiri atas tiga hingga
lima kata/frase, dan disusun berdasarkan kepentingan dan disajikan pada bagian akhir abstrak.

Pendahuluan. Pada bagian ini disajikan latar belakang yang didukung dengan intisari pustaka,
tujuan dan apabila diperlukan ruang lingkup penelitian, sehingga pembaca dapat mengevaluasi
hasil kajian tanpa harus membaca publikasi sebelumnya. Pustaka yang digunakan harus yang
benar-benar relevan dengan penelitian yang dilakukan. Tinjauan pustaka sebaiknya
diintegrasikan pada bagian pendahulan, metodologi, dan pembahasan.
Hasil dan Pembahasan. Bagian ini menyajikan hasil penelitian, baik dalam bentuk teks, tabel,
atau gambar. Penggunaan foto sangat dibatasi pada hasil yang jelas. Setiap gambar dan tabel
diberi nomor secara berurut dan harus diacu pada naskah. Gambar 1, dan Tabel 1 adalah contoh
penulisan judul gambar dan tabel.

CAPAIAN EDM PADA 5 ASPEK


A
85

E75 90
B

76 66
D C

Gambar 1. Hasil EDM Madrasah Nur Rohma


Tabel 1. 5 Aspek Budaya Mutu

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan ditulis secara ringkas tetapi menggambarkan substansi hasil penelitian yang
diperoleh.
Saran diberikan secara jelas untuk dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang relevan.
Daftar Pustaka diperlukan untuk semua sitasi dan disusun berdasarkan urutan abjad
menggunakan APA style.
KETENTUAN PENULISAN ABSTRAK (dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)

Maksimum 250 kata (kata sambung dihitung 1 kata, kata ulang dihitung 2 kata, kata tidak
boleh disingkat). Mulai bagian atas judul penelitian sampai dengan kata kunci buat maksimum
½ halaman (dengan cara mempersingkat isi abstrak) untuk masing-masing Abstrak dalam
bahasa Indonesia maupun Abstrak dalam Bahasa Inggris.
1. Isi Abstrak :
Latar Belakang: singkat dan
jelas Tujuan Penelitian: singkat
dan jelas
Hasil Penelitian: singkat dan jelas; dan atau
Kesimpulan singkat dan jelas searah dengan tujuan penelitian dan judul penelitian
2. Urutan Sajian Abstrak
JUDUL PENELITIAN dalam Bahasa Indonesia (Judul
Penelitian dalam Bahasa Inggris)
Nama-nama Penulis*)
*) Alamat Instansi Peneliti

ABSTRAK

Kata kunci: Maksimal 5 kata/pasangan kata

Dilanjutkan dengan Abstrak dalam Bahasa Inggris (ketentuan mengikuti ketentuan


Abstrak dalam Bahasa Indonesia)
Isi Abstrak (Maksimum 200 kata ½ halaman)

3. Ukuran kertas A4, margin kiri: 4cm, kanan; 3 cm, atas: 3 cm, bawah: 3 cm
4. Font: Times New Roman
Judul dalam Bahasa Indonesia: Capital (uppercase), 12,
BOLD Judul dalam Bahasa Inggris: Sentence case, 12
Nama-nama Peneliti: 12,
Bold Alamat Instansi
peneliti: 12
Isi Abstrak: 11, tidak memakai paragraph
Kata kunci: 11 (bahasa asing dan daerah: Italic), dan diakhiri dengan titik (.)
5. Spasi tulisan: 1 spasi
6. Jarak antara: judul → Nama Peneliti → Alamat Instansi Peneliti→ Isi Abstrak → Kata Kunci
→ dibuat 1 ½ spasi (1 kali enter), kecuali jarak antara Nama Peneliti dengan Alamat
Instansi Peneliti dibuat1 spasi
SURAT PERNYATAAN

Kepada Yth.
Panitia Seminar Nasional Pengelolaan
Madrasah Swasta

Di Tempat

Bersama ini kami kirimkan naskah


Judul :
.....................................
Penulis : 1. .............................
2. .............................
dst.
Instansi : 1. .............................
2. .............................
dst.
Untuk mengikuti Seminar Makalah Seminar Nasional Pengelolaan Madrasah Swasta. Kami
menyatakan bahwa naskah tersebut belum pernah diterbitkan, dan selama naskah ini
masih dalam proses penelaahan dan penyuntingan tidak akan diajukan untuk diterbitkan di
media manapun, kecuali kami telah mencabut secara resmi naskah tersebut dari .

Mohon agar korespondensi (corresponding author) ditujukan


kepada : Nama : .......................
Alamat : .......................
HP/e-mail : .......................

Demikian surat pernyataan ini, atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terima kasih.

.............., ................................... 2021


Hormat kami,

( ...............................................)

Anda mungkin juga menyukai