Epidemiologi penyakit SIFILIS yaitu mempelajari frekuensi, distribusi penyakit SIFILIS serta
Faktor-faktor (determinan) yang mempengaruhinya. Dalam distribusi penyakit SIFILIS ada 3 ciri
variabel yang dapat dilihat yaitu variabel orang (person), variabel tempat (place), dan
SIFILIS merupakan penyakit SEKSUAL yang bisa menular , Raja singa atau sifilis disebabkan oleh bakteri.
Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.
case series yang dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan uji Chi-square Test.
Dari data yang tercatat, diperoleh hasil proporsi tertinggi berusia 20-24
tahun (30%) dengan umur tertinggi 67 tahun dan terendah 16 tahun, laki-laki
(92,4%), SMA (73,3%), belum kawin (73,3%), dari dalam Kota Medan (88,6%),
kelompok risiko pada LSL (68,6%), stadium klinik pada stadium lanjut (64,3%),
status kunjungan dengan dirujuk oleh LSM (79%), tidak sifilis dengan HIV
Sejak adanya penicillin, epidemiologi sifilis di Amerika Serikat dilaporkan menurun dari 66,4
kasus per 100.000 orang, menjadi 3,9 kasus per 100.000 orang. Namun, secara umum
epidemiologi sifilis dilaporkan fluktuatif.
SIFILIS masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara
berkembang.
Di Indonesia, pada tahun 2011 prevalensi sifilis pada wanita pekerja seks yang terinfeksi HIV
adalah 16,7% dan yang tidak terinfeksi HIV adalah 9,47%. Pada populasi pria yang berhubungan
seksual dengan pria yang terinfeksi HIV adalah 23,8% dan yang tidak terinfeksi HIV sebesar
16,67%.
Pada negara maju dilaporkan prevalensi sifilis meningkat pada kelompok tertentu, seperti pria
homoseksual, wanita transgender, dan pekerja seks. [1, 9] Data CDC tahun 2017, melaporkan
distribusi kasus sifilis primer dan sekunder terjadi 52% pada pria yang berhubungan seksual
dengan pria saja, 6% pada pria yang berhubungan seksual dengan pria dan wanita, dan 15% pada
pria yang berhubungan seksual dengan wanita saja. Berdasarkan data dari WHO tahun 2012,
didapatkan sekitar 900.000 wanita hamil terinfeksi sifilis dengan jumlah kelainan kongenital
yang diakibatkan adalah 350.000 dan jumlah kematian sekitar 200.000.