Anda di halaman 1dari 18

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN RENDAM KAKI AIR HANGAT


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS RASAU JAYA
KABUPATEN KUBU RAYA

YAHYA PRANANDA
NIM I1032131029

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PENGARUH PEMBERIAN RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA
Yahya Prananda *, Rita Hafizah**, Faisal Kholid Fahdi**
*Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura
**Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Latar Belakang: Insiden hipertensi dapat cendrung meningkat. Hipertensi dapat


mengakibatkan pada gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke
untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot
jantung. Rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi komplementer yang
bisa menurunkan tekanan darah.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi pengaruh rendam kaki air hangat terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia.
Metode: Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan pre eksperimen pre and
post test without control group. Jumlah sampel 28 responden menggunakan teknik
total sampling. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil: Hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon tekanan darah sistolik dan diastolik,
diperoleh hasil p sistolik yaitu 0,003 (<0,05) dan hasil p diastolik 0,004 (<0,05)
yang artinya H0 ditolak.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap
penururnan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Terapi rendam kaki air hangat ini
dapat digunakan dalam mengatasi tekanan darah tinggi sebagai bentuk terapi
komplementer yang mudah dan murah dilakukan secara mandiri.

Kata Kunci : Hipertensi, Lansia, Terapi Rendam Kaki Air Hangat


Referensi : 65 (2005-2016)
INFLUENCE OF WARM WATER FOOT SOAKING TO DESCREASE BLOOD
PRESSURE IN ELDERLY WITH HYPERTENSION IN THE WORKING
AREA OF PUSKESMAS RASAU JAYA OF KUBU RAYA REGENCY
Yahya Prananda *, Rita Hafizah**, Faisal Kholid Fahdi**
* Student Of Nursing Study Program Tanjungpura University
**Lecture Of Nursing Study Program Tanjungpura University

ABSTRACT

Background: Hypertension occurrence may tend to increase. Hypertension can


lead to symptoms of a target organ, such as a stroke of the brain, coronary heart
disease of the heart's blood vessels and heart muscle. Foot soaking with warm water
is one of the complementary therapies that can lower blood pressure.
Objective: To identify the influence of warm water foot soaking to descrease
lowering blood pressure in the elderly people.
Method: Quantitative research using pre-experimental approach with a pre and
post test without control group design. The samples were 28 respondents using total
sampling technique. The data were analyzed using the Wilcoxon test.
Results: the statistical test results with Wilcoxon test of systolic and diastolic blood
pressure are as follows: the systolic p = 0.003 (<0,05) and diastolic p = 0.004
(<0,05) which means H0 is rejected.
Conclusion: There is an influence of warm water foot soaking to descrease blood
pressure in elderly people with hypertension in the working area of Puskesmas)
Rasau Jaya of Kubu Raya Regency. Therapy of warm water foot soaking can be
used in treating high blood pressure as a form of complementary therapies which
is easy and cheap to do independently.

Keywords: Hypertension, Elderly, Warm Water Foot Soaking


Reference: 65 (2005-2016)
PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah penderita tersebut tidak mendapatkan


tinggi merupakan suatu keadaan pengobatan secara adekuat
medis dimana ditandai dengan (Rahajeng,Tuminah, 2009). WHO
meningkatnya kontraksi pembuluh juga menyatakan bahwa hipertensi
darah arteri sehingga terjadilah merupakan penyebab nomor satu
resistensi aliran darah yang kematian di dunia.
meningkatkan tekanan darah terhadap Di Indonesia hipertensi masih
dinding pembuluh darah, kemudian merupakan tantangan besar dengan
meningkatkan kerja jantung agar prevalensi yang cukup tinggi, yaitu
bekerja lebih maksimal untuk sebesar 25,8% (Rikesdas, 2013).
memompa darah melalui pembuluh Penyakit hipertensi dapat
darah arteri yang sempit. Jika keadaan mengakibatkan gejala berlanjut pada
seperti ini terus- menerus berlangsung suatu target organ, seperti stroke
akan menyebabkan pembuluh darah untuk otak, penyakit jantung koroner
dan jantung rusak. Hipertensi sering untuk pembuluh darah jantung dan
disebut sebagai slient killer atau otot jantung. Sekitar 80% kasus
pembunuh diam-diam, hal ini hipertensi diperkirakan mengalami
dikarenakan hipertensi sering terjadi peningkatan khususnya di negara
tanpa gejala. Seseorang dinyatakan berkembang tahun 2025 dari
mengidap hipertensi bila tekanan sejumlah 639 juta kasus di tahun
darahnya >140/90 mmHg (Fauci. et 2000, serta menjadi 1,15 milyar kasus
al, 2012). di tahun 2025.
Berdasarkan World Health Berdasarkan studi
Organization (WHO) dan The pendahuluan yang dilakukan peneliti
International Society of Hypertension di beberapa Puskemas yang ada di
(ISH), mengungkapkan kasus Kabupaten Kubu Raya, kasus
hipertensi di seluruh dunia sebanyak hipertensi yang terjadi pada pra lansia
600 juta kasus di dunia dan 3 juta dari 18 Puskesmas yang ada di
diantaranya meninggal setiap Kabupaten Kubu Raya 3 diantaranya
tahunnya, tujuh dari setiap 10 yaitu Puskesmas Rasau Jaya sebesar
364 kasus, Puskesmas Sui Durian Berdasarkan garis besar
sebesar 83 kasus dan Puskesmas Sui pengobatan hipertensi dibagi dua,
Raya sebesar 126 kasus. Dapat yaitu pengobatan farmakologis dan
disimpulkan dari ketiga puskesmas nonfarmakologi. Untuk terapi
diatas Puskesmas Rasau Jaya farmakologis golongan diuretik
memiliki kasus hipertensi tertinggi memiliki efek samping seringnya
pada pra lansia yaitu sebesar 364 urinasi (buang air kecil) dan menurut
kasus dan pada lansia 76 kasus pada beberapa ahli golongan diuretik ini
tahun 2016, sedangkan pada tahun lebih banyak efek sampingnya
2015 jumlah kasus hipertensi pada pra dibandingkan dengan efektivitasnya.
lansia di Puskesmas Rasau Jaya Selain itu diuretik juga dapat
sebanyak 287 kasus dan pada lansia mengakibatkan gejala lemah, muntah,
82 kasus. Jumlah penderita hipertensi dan pusing (Marliani, 2007). Pada
yang ditidak kembali berobat dan penderita hipertensi di Indonesia
tidak mengkonsumsi obat anti menunjukkan 60% tatalaksana terapi
hepertensi berdasarkan data yang menggunakan obat-obatan, 30%
diambil dari Puskesmas Rasau Jaya menggunakan herbal terapy dan 10%
sebanyak 28 orang. fisikal terapi (Kusmana, 2006).
Peningkatan usia pada Selain pengobatan dengan
seseorang dapat menyebabkan farmakologi terdapat juga terapi
beberapa perubahan fisiologis seperti nonfarmakologi yaitu dengan cara
peningkatan aktivitas simpatik dan menurunkan konsumsi alkohol
resistensi perifer yang terjadi berlebih, menghentikan konsumsi
khususnya pada lansia. Setelah usia rokok, menurunkan asupan garam dan
45-55 tahun, terjadi penebalam lemak, meningkatkan konsumsi sayur
dinding arteri oleh zat kolagen pada dan buah penurunan berat badan
lapisan otot akan menyebabkan berlebihan, latihan fisik dan terapi
penyempitan sehingga tekanan darah alternatif komplementer
menjadi meningkat (Setiawan IWA, “Hidroterapi” (Ilkafah, 2016).
Yunani, Kusyati E, 2014). Hidroterapi disinyalir jika
digunakan secara rutin dapat
menurunkan tekanan darah. Jenis Ada beberapa penelitian yang
hidroterapi antara lain adalah mandi membuktikan manfaat terapi air
air hangat, mengompres, hangat untuk kesehatan. Penelitian
menggunakan uap air dan merendam terkait yang pernah dilakukan oleh
kaki dengan air hangat. Secara ilmiah Triyadini (2010) terapi message
air hangat mempunyai dampak dengan terapi mandi air hangat
fisiologis bagi tubuh pertama memberikan pengaruh yang
berdampak pada pembuluh darah signifikan terhadap penurunan skala
dimana hangatnya air membuat insomnia, dari 5 orang responden 3
sirkulasi darah menjadi lancar yang orang yang menderita insomnia
ke dua adalah faktor pembebanan sedang menjadi insomnia ringan, dan
didalam air yang akan menguatkan 2 orang yang menderita insomnia
otot-otot dan ligament yang ringan menjadi tidak insomnia.
mempengaruhi sendi tubuh (Lalage, Penelitian terkait selanjutnya yaitu
2015). Rendam air hangat bermanfaat oleh Ilkafah (2016) hasil penelitian
untuk vasodilatasi aliran darah menunjukan ada perbedaan tekanan
sehingga diharapkan dapat darah sistolik dan diastolik yang
mengurangi tekanan darah. signifikan sebelum dan sesudah
Penggunaan air hangat dilakukan hidroterapi rendam hangat
sebagai terapi bertujuan untuk pada penderita hipertensi dimana
meningkatkan sirkulasi darah, terdapat 4 responden yang mengalami
mengurangi edema, relaksasi otot penurunan tekanan darah sebesar 20
menjadi meningkat, menyehatkan mmHg, 6 responden yang mengalami
jantung, menghilangkan stres, penurunan tekanan darah sebesar 15
meringankan kekakuan otot, nyeri mmHg, 9 responden yang mengalami
otot, meringankan rasa sakit, penurunan tekanan darah 10 mmHg, 4
meningkatkan permeabilitas kapiler, responden mengalami penurunan
memberikan kehangatan pada tubuh sebesar 5 mmHg dan 3 responden
sehingga sangat bermanfaat untuk yang tidak mengalami penurunan
terapi penurunan tekanan darah pada tekanan darah.
hipertensi (Damayanti, 2014).
METODE antihipertensi selama 3 bulan terakhir
Jenis penelitian yang akan di wilayah kerja Puskesmas Rasau
dilakukan adalah penelitian yang jaya Kabupaten Kubu Raya yaitu
bersifat kuantitatif dengan desain berjumlah 28 orang responden.
penelitian Pre Eksperimen. Penelitian Kriteria insklusi : lansia usia
yang digunakan adalah dengan 60-64 tahun, pra lansia usia 45-59
pendekatan pre test-post test without tahun, hipertensi grade I (140-159 /
control group. 90-99 mmHg) dan hipertensi grade II
Terapi ini dilakukan selama 7 (160-179 / 100-109 mmHg),
kali berturut-turut selama 2 minggu. responden yang didiagnosis
Minggu pertama intervensi diberikan hipertensi tetapi tidak kembali ke
kepada 14 orang, kemudian sisanya puskesmas untuk berobat atau
14 orang lagi di minggu kedua dan mengkonsumsi obat anti hipertensi,
tekanan darah diukur dengan responden yang tidak ada luka pada
menggunakan sphygmomanometer kaki, responden yang tidak menderita
air raksa sebelum diberikan terapi DM, mengalami komplikasi lain yang
kemudian tekanan darah diukur mengaharuskan responden dirawat
kembali pada hari terakhir setelah intensif, dapat berkomunikasi dengan
intervensi. baik, tidak konsumsi alkohol,
Populasi pada penelitian ini Bersedia menjadi responden dan mau
ialah semua lansia dan pra lansia menandatangani informed consent
menderita hipertensi serta putus dari dan mengikuti prosedur penelitian
pengobatan antihipertensi di wilayah sampai tahap akhir. sedangkan kriteri
kerja Puskesmas Rasau Jaya ekslusi : tidak bersedia menjadi
Kabupaten Kubu Raya. Sampel responden.
diperoleh menggunakan total Variabel sebab (Independent
sampling. Dengan demikian, peneliti Variable) dalam penelitian ini adalah
mengambil sampel dari seluruh lansia terapi rendam kaki air hangat,
dan pra lansia yang menderita sedangkan variabel akibat (dependent
hipertensi yang tidak kembali berobat variable) dalam penelitian ini adalah
dan tidak mengkonsumsi obat penurunan tekanan darah.
Tempat Penelitian dilakukan raksa dengan rentang pengukuran 0
di wilayah kerja Puskesmas Rasau 300 mmHg, stetoskop, lembar
Jaya Kabupaten Kubu Raya observasi tekanan darah, sedangkan
dilaksanakan pada tanggal 29 Mei – alat untuk pemebrian terapi berupa:
11 Juni 2017. SPO pelaksanaan terapi, termos air
Instrumen pada penelitian ini hangat. air hangat dengan suhu 40 C,
adalah : alat untuk mengukur tekanan termometer air hangat, baskom plastik,
darah berupa: SPO pengukuran stopwatch.

tekanan darah, sphygmomanometer


HASIL
Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Frekuensi Persen
Pralansia (45-59) 19 67,9 %
Ederly Lansia (60-74) 9 32,1 %
Total 28 100 %
Berdasarkan dari tabel 1 19 orang (67,9 %) dan paling sedikit
didapatkan jumlah responden adalah Ederly Lansia yaitu sebanyak
terbanyak adalah Pralansia sebanyak 9 orang (32,1 %).
Tabel 2 Karakterisitik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen


Laki – laki 10 35,7 %
Perempuan 18 64,3 %
Total 28 100 %

Berdasarkan analisis pada tabel 2 Sedangkan responden berjenis kelamin

dapat dilihat bahwa jumlah responden laki- laki berjumlah lebih sedikit yaitu 10

terbanyak adalah berjenis kelamin orang (37, 7%).

perempuan sebanyak 18 orang (64,3 %).

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen
Tidak sekolah 14 50,0 %
SD 13 46,4 %
SMP 1 3,6 %
Total 28 100 %
Berdasarkan tabel 3 dapat berpendidikan SD sebanyak 13 orang
diketahui sebagian besar responden (46,4%) dan jumlah responden yang
tidak bersekolah sebanyak 14 orang paling sedkit adalah SMP sebanyak 1
(50,0%) selanjutnya responden yang orang (36,6%

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi


Riwayat Hipertensi Frekuensi Persen
Ya 15 53,6 %
Tidak 13 46,4 %
Total 28 100 %
Berdasarkan tabel 4 didapatkan tidak yang memiliki riwayat
bahwa sebagian besar responden hipertensi sebanyak 13 orang
memiliki riwayat hipertensi sebanyak (46,4%).
15 orang (53,6%). Sedangkan yang
Tabel 5 Distribusi Tingkat Tekanan Darah pada Pretest

Karakteristik Kategori Frekuensi Persen


Normal 0
Hight normal 0
Tekanan Darah Pretest
Hipertensi garde 1 17 60,7 %
Hipertensi grade 2 11 39,3 %
Total 28 100 %

Berdasarkan tabel 5 didapatkan responden, sebanyak 17 responden (


bahwa tingkat tekanan darah 60,7%) yang mengalami hipertensi
responden sebelum dilakukan terapi grade 1 dan 11 responden (39,3%)
rendam kaki air hangat dari 28 mengalami hipertensi grade 2.
Tabel 6 Distribusi Tingkat Tekanan Darah pada Posttest
Karakteristik Kategori Frekuensi Persen
Normal 1 3,6 %
Hight normal 3 10,7 %
Tekanan Darah Posttest
Hipertensi garde 1 14 50,0 %
Hipertensi grade 2 10 35,7 %
Total 28 100 %

Berdasarkan tabel 6 didapkan sebanyak 1 responden (3.6%) menjadi


bahwa tingkat tekanan darah normal, 3 responden (10,7%) tekanan
responden setelah dilakukan terapi darahnya menjadi hight normal,
rendam kaki air hangat tingkat kemudian 14 responden (50,0%)
tekanan darah responden didapatkan mengalami hipertensi grade 1 dan 10
responden (35,7%) mengalami
hipertensi grade 2.
Tabel 7 Distribusi Tingkat Tekanan Darah pada Prestest dan Posttest

Tekanan darah Mean Median Min Max Standar


Deviation

Pretest sistolik 153,43 150,00 140 174 11,532


Posttest sistolik 149,71 150,00 120 172 13,515
Pretest diastolik 92,04 90,00 80 105 5,554
Posttest diastolik 89,29 90,00 80 100 5,339
Berdasarkan hasil analisis pada mmHg. Rata-rata tekanan darah
tabel 7 diatas didapatkan bahwa rata- diastolik pada saat prestest yaitu
rata tekanan darah sistolik pada saat 92,04 mmHg dengan median 90,00
pretest 153,43 mmHg dengan mmHg dan standar deviasi 5,554.
median150,00 mmHg dan standar Tekanan darah diastolik terendah
deviasi 11,532. Tekanan darah pada saat pretest yaitu 80 mmHg dan
sistolik terendah pada saat pretest tertinggi 105 mmHg. Sedangkan rata-
yaitu 140 mmHg dan tertinggi 174 rata tekana darah diatolik pada saat
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan posttest yaitu 89,29 mmHg dengan
sistolik pada saat posttest yaitu 149 median 90,00 mmHg dan standar
mmHg dengan median 150,00 mmHg deviasi 5,339. Tekanan darah
dan standar deviasi 13,515. Tekanan diastolik terendah pada saat posttest
darah sistolik terendah pada saat yaitu 80 mmHg dan tertinggi 100
posttest 120 mmHg dan tertinggi 172 mmHg

Tabel 8 Hasil Uji Wilcoxon Tekanan Darah Sistolik dan diastolik Sebelum dan
Sesudah Terapi Rendam Kaki Air Hangat
Median
Variabel N P
(Min-Max)
Tekanan Darah Sistolik Pretest 150,00 (140-174)
28 0,003
Tekanan Darah Sistolik Posttes 150,00 (120-172)
Tekanan darah Diastolik Pretest 90,00 (80-105)
28 0,004
Tekanan Darah Diastolik Posttest 90,00 (80-100)
Pada tekanan darah sistolik mmHg (Hipertensi grade 1). Tekanan
sebelum dilakukan terapi rendam kaki darah sistolik terendah sebelum
air hangat didapatkan median 150,00 dilakukan terapi yaitu 140 mmHg
(Hipertensi grade 1) dan tertinggi yaitu 100 mmHg (Hipertensi
tekanan darah sistolik tertinggi grade 2).
sebelum dilakukan terapi yaitu 174 Hasil uji statistik Wilcoxon
mmHg (Hipertensi grade 2). didapatkan bahwa nilai p sistolik
Sementara tekanan darah sistolik yaitu 0,003 (<0,05) dan diastolik
setelah dilakukan terapi rendam kaki 0,004 (<0,05), yang artinya H0 ditolak
air hangat memiliki nilai median dan ada pengaruh terapi rendam kaki
150,00 mmHg (Hipertensi grade 1) air hangat terhadap penurunan
dengan tekanan darah sistolik tekanan darah pada lansia dengan
terendah yaitu 120 mmHg (Normal) hipertensi di wilayah kerja puskesmas
dan tekanan darah sistolik tertinggi Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya
yaitu 172 mmHg (Hipertensi grade 2). yang diberikan intervensi.
Sedangkan pada tekanan PEMBAHASAN
darah diastolik sebelum diberikan Hal yang mempengaruhi
terapi rendam kaki air hangat penurunan yang signifikan pada
didapatkan nilai median 90,00 mmHg tekanan darah adalah makanan seperti
(Hipertensi grade 1). Tekanan darah halnya responden yang tadinya
diastolik terendah sebelum dilakukan makan makanan yang berlemak dan
terapi yaitu 80 mmHg (Normal) dan kadar garam yang dikonsumsi
tekanan darah sistolik tertinggi berlebihan telah dapat mengontrol
sebebelum dilakukan terapi yaitu 105 makanannya, hal ini dibuktikan
mmHg (Hipertensi grade 2). dengan observasi yang dilakukan oleh
Sementara tekanan darah diastolik peneliti ketika posttest, responden
setelah dilakukan terapi rendam kaki mengatakan mengurangi makanan
air hangat memiliki nilai median berlemak dan kadar garam yang
90,00 mmHg (Hipertensi grade 1) berlebihan. Selama proses penelitian,
dengan tekanan darah diastolik peneliti selalu memberikan sedikit
terendah sesudah dilakukan terapi penjelasan mengenai makan yang
rendam kaki air hangat 80 mmHg menyebabkan peningkatan tekanan
(Normal) dan tekanan darah diastolik darah.
Hal ini dibuktikan dengan didapatkan bahwa nilai p = 0,004
hasil penelitian yang dilakukan (<0,050), maka H0 ditolak sehingga
Ramayulis (2010) Kelebihan asupan dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
lemak mengakibatkan kadar lemak tekanan darah yang signifikan
dalam tubuh meningkat, terutama sebelum dan sesudah dilakukan terapi
kolesterol yang menyebabkan rendam kaki air hangat pada penderita
kenaikan berat badan sehingga hipertensi.
volume darah mengalami Hal ini bisa disebabkan karena
peningkatan tekanan yang lebih besar. efek dari rendam kaki menggunakan
sejalan dengan penelitian yang air hangat menghasilkan energi kalor
dilakukan oleh Sangadji & Nurhayati yang bersifat mendilatasi pembuluh
(2014) menunjukkan bahwa proporsi darah dan melancarkan peredaran
kejadian hipertensi lebih tinggi pada darah juga merangsang saraf yang ada
responden yang sering pada kaki untuk mengaktifkan saraf
mengkonsumsi lemak lebih besar parasimpatis, sehingga menyebabkan
dibandingkan responden yang jarang perubahan tekanan darah.
mengkonsumsi lemak. Hal ini didukung oleh Destia,
Penelitian yang dilakukan Umi & Priyanto (2014) efek biologis
oleh Elvivin (2015) menunjukan dari panas atau hangat dapat
bahwa, kejadian hipertensi lebih menyebabkan dilatasi pembuluh
banyak ditemukan pada responden darah yang mengakibatkan
yang kebiasaan mengkonsumsi garam peningktatan sirkulasi darah, secara
lebih tinggi dibandingkan responden fisiologis respon tubuh terhadap
yang kebiasaan mengkonsumsi garam panas yang menyebabkan pembuluh
rendah. darah melebar, menurunkan
Berdasarkan hasi uji Wilcoxon kekentalan darah, menurunkan
pada tekanan darah sistolik sebelum ketegangan otot meningkatkan
dan sesudah didapatkan bahwa nilai p metabolisme jaringan dan
= 0,003 (< 0,050). Untuk hasil uji meningkatkan permeabilitas kapiler.
Wilcoxon pada tekanan darah Respon dari hangat inilah yang
diastolik sebelum dan sesudah dipergunakan untuk keperluan terapi
pada berbagai kondisi dan keadaan sistoliknya 133,7 mmHg dan diastolik
dalam tubuh. menjadi 85,2 mmHg.
Menurut walker (2011), IMPLIKASI KEPERAWATAN
merendam kaki menggunakan air Setelah dilakukan penelitian
hangat dapat melebarkan pembulu diperoleh hasil bahwa terdapat
darah dan meningkatkan sirkulasi pengaruh terapi rendam kaki air
darah. Hal ini juga dapat hangat terhadap tekanan darah pada
merelaksasikan seluruh tubuh dan lansia dengan hipertensi diwilayah
mengurangi kelelahan dari seharian kerja Puskesmas Rasau Jaya. Manfaat
beraktivitas. yang dirasakan oleh peneliti yaitu
Hal ini didukung oleh terdapat penurunan tekanan darah
penelitian Khoiro (2014) didapatkan setelah responden diberikan terapi
hasil rata-rata tekanan darah sebelum rendam kaki air hangat yang bedurasi
dilakukan terapi rendam kaki air 20 menit sebanyak 7 kali.
hangat sistoliknya 160 mmHg dan Selain itu responden merasa
rata-rata tekanan darah diastoliknya dirirnya lebih rileks dan tenang saat
100 mmHg. Setelah dilakukan terapi kaki direndam dengan air hangat.
rendam kaki air hangat rata-rata Berdasarkan observasi tekanan darah
tekanan darahnya mengalami yang dilakukan peneliti, hampir
penururnan sistoliknya 150 mmHg seluruh tekanan darah responden
dan diastolik 90 mmHg. mengalami penurunan yang
Sejalan dengan hasil signifikan, oleh karena itu terapi ini
penelitian Destia, Umi & Priyanto dapat dijadikan sebagai inspirasi
(2014) didapatkan rata-rata hasil intervensi yang dapat dilakukan oleh
penelitian sebelum dilakukan terapi tenaga keperawatan dirumah sakit
rendam kaki air hangat sitoliknya maupun secara mandiri untuk
152,8 mmHg dan diastolik 97,1 menurunkan tekanan darah serta
mmHg. Setalah diberikan terapi dapat dijadikan inspirasi untuk
rendam kaki air hangat tekanan darah penelitian lain agar dapat
responden menururun yaitu mengembangkan penelitian terhadap
penyakit hipertensi dan terapi-terapi
yang sesuai dengan bidang
keperawatan khususnya terapi
komplementer.

Skema 1. Kerangka Teori

Pengerasan arteri

arteri SBP dan tekanan nadi Kecepatan nadi Ukuran akar aorta
Penebalan dinding aorta

Arteri DBP
Gelombang tekanan sebelumnya
menunjukan menambah tekanan
sistolik akhir ; gelombang arus
CBF sebelumnya menunjukan berkurang
dari aliran darah depan

Kontraksi miokard
Iskemia miokard Impedensi aorta dan LV
berkepanjangan
afterload (ketegangan
dinding)

Penebalan dinding LV Disatolik awal mengisis LV

Normalisasi parsial
LA Ukuran dari ketegangan
Pengisian LV yang Lambat Ddinding LV

Mempertahan kan volume Mempertahan kan volume


akhir diastolic LV akhir diastolic LV dan EF

(Sumber : Aronow, 2011)


KESIMPULAN Bagi Institusi Keperawatan
Tekanan darah responden di Hasil dari penelitian ini
dapatkan bahwa rata-rata tekanan diharapkan dapat memperkaya ilmu
darah sistolik pada saat pretest 153,43 pengetahuan dalam bidang
mmHg dan rata-rata tekanan sistolik keperawatan dalam melakukan
pada saat posttest yaitu 149 mmHg. asuhan keperawtan khususnya terapi
Rata-rata tekanan darah diastolik komplementer.
pada saat prestest yaitu 92,04 mmHg Bagi Responden
sedangkan Sedangkan rata-rata Hasil dari penelitian ini
tekanan darah diastolik pada saat diharapkan dapat menjadi salah satu
posttest yaitu 89,29 mmHg. solusi yang dapat digunakan
Berdasarkan hasil penelitian mengatasi tekanan darah tinggi yang
dari hasil uji statsitik Wilcoxon dialami, dan sekaligus bentuk terapi
didapatkan bahwa nilai p sistolik komplementer yang murah dan
yaitu 0,003 (<0,05) dan diastolik mudah untuk dilakukan secara
0,004 (<0,05), yang artinya H0 ditolak mandiri.
dan ada pengaruh terapi rendam kaki
air hangat terhadap penurunan DAFTAR PUSTAKA
tekanan darah pada lansia dengan Aronow W. S, et al. (2011).
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Hypertension in the Elderly.
Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. American_College_of_Cardi
SARAN ology Foundation. Amerika
Bagi Peneliti
Damayanti,Destia .(2014). Perbedaan
Hasil dari pada penelitian ini
Tekanan Darah Sebelum Dan
dapat digunakan sebagai ilmu
Sesudah Dilakukan
pengetahuan yang bermanfaat tentang
Hidroterapi Rendam Hangat
pengaruh rendam kaki air hanagt
Pada Penderita Hipertensi Di
terhadap penurunan tekanan darah
Desa Kebondalem Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang.
Destia D., Umi A., dan Priyanto. Rendam Kaki air hangat
(2014). Perbedaan Tekanan diwilayah Kerja Puskesmas
Darah Sebeblum Dan Sesudah Antara_Tamalanrea_Makasar
Dilakukan Hidroterapi .Vo.5
Rendam Kaki Air Hangat
Khoiroh U, Lina M. R, dan Linda P.C.
Pada Penderita Hipertensi di
(2011). Pengaruh Terapi
Desa Kebondalem Kecamatan
Rendam Kaki Air Hangat
Jambu. Kabupaten Semarang.
Terhadap_Penururnan_Tekan
Jurnal STIKES Ngudi Waluyo
an Darah Pada Hipertensi.
Ungaran 2014. 4-9
Journal of Ners Community,
Elvivin, Lestari H, Ibrahim K. ISSN 2087-0744,3(6) 72-82.
(2015). Risk Factor Analysis
Kusmana, D. (2006). Olahraga Untuk
Consumption Ofsalt ,
Orang Sehat dan Penderita
Consumption Of Alcohol,
Penyakit Jantung Trias Sok &
Drinkingcoffee And Smoking
Senam 10 Menit Edisi 2.
Habits Of Hypertensi
Jakarta: FKUI
Occurrence Of Fishermen
Bajo Interest On The Island Lalage, Z. (2015). Hidup Sehat
Tasipi Muna District West Dengan Terapi
2015. Air.Yogyakarta: Abata Press.

Fauci, et al. (2012). Harrison's Marliani L, S T. (2007). 100 Question


Principles of Internal & Answer Hipertensi. Jakarta:
Medicine Seventeenth PT Elex Media
Edition: Manual of Medicine.
Rahajeng E, Tuminah S. (2009).
Tangerang Selatan: Karisma
Prevalensi Hipertensi dan
Publishing Group.
Determinannya di Indonesia.
Ilkafah. (2016). Perbedaan Penurunan Maj Kedokt Indon.
Tekanan Darah lansia Dengan 59(12):580-597
Obat antihipertensi dan Terapi
Ramayulis, R 2010, Menu dan resep Walker, L. (2011). E-Paper The
untuk penderita hipertensi, Epoch Times Indonesia Edisi
Penebar Plus. Jakarta 212. Diperoleh tanggal 20
Desember 2016.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan
Dasar. Kementrian Kesehatan Word Healt Organization. (2013)
Republik Indonesia. .Silen kiler,A global public
healt crisis
Sangadji, NW & Nurhayati 2014
‘Hipertensi Pada Pramusaji
Bus Transjakarta Di
Pt.Bianglala Metropolitan
Tahun 2013’ BIMKMI, Vol.2
no.2, Januari-Juni 2014,
hlm.1-10

Setiawan IWA, Yunani, Kusyati E.


(2014). Hubungan Frekuensi
Senam Lansia Terhadap
Tekanan Darah dan Nadi pada
Lansia Hipertensi. Pros Konf
Nas II PPNI Jawa Tengah.
:229-236.

Triyadini, Asrin, Upoyo, A. S. (2010).


Efektivitas Terapi Massage
Dengan Terapi Mandi Air
Hangat Terhadap Penurunan
Insomnia Lansia. Jurnal
Keperawatan Soedirman.
5(3), 174-180.

Anda mungkin juga menyukai