Disusun Oleh :
Rangge Loka (2035008)
Pembimbing Akademik :
Ns. Sri Indaryati, M.Kep
Puji serta syukur penulis haturkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny”A” Dengan Gangguan Sistem
Endokrin: Diabetes Melitus”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Ns. Novita Elisabeth Daeli, M.Kep selaku Koordinator mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
2. Ibu Ns. Sri Indaryati, M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademik
3. Berbagai sumber referensi yang membantu penulis dalam penyusunan
laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
B. Ruang Lingkup..............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Konsep Medis...............................................................................................4
1. Pengertian..................................................................................................4
2. Anatomi Fisiologi......................................................................................4
3. Tipe Diabetes Mellitus..............................................................................6
4. Faktor Resiko............................................................................................7
5. Manifestasi Klinis......................................................................................8
6. Komplikasi................................................................................................9
7. Patofisiologi.............................................................................................11
8. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................12
9. Penatalaksanaan Medis............................................................................12
B. Konsep Keperawatan..................................................................................14
1. Pengkajian...............................................................................................14
2. Rencana Asuhan Keperawatan................................................................19
C. PATOFLOW DIABETES MELLITUS......................................................22
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................24
BAB IV PENUTUP..............................................................................................44
A. Kesimpulan.................................................................................................44
B. Saran............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang bersifat kronis
yang biasanya terjadi pada orang dewasa, penyakit ini membutuhkan
monitoring medis secara berkelanjutan dan juga membutuhkan pendidikan
perawatan mandiri pada pasien(LeMone, Burke dan Bauldoff, 2015, p. 649).
World Health Organization mengatakan bahwa diabetes adalah penyakit
kronis serius yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang
cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya (World Health Organization, 2016).
Berdasarkan data hasil laporan Internasional Diabetes Federation
terdapat sebayak 463 juta orang di dunia pada 2019 yang mengalami diabetes
melitus dan di prediksikan bahwa pada tahun 2030 akan terjadi kenaikan
untuk penderita diabetes melitus sebesar 51% sebanyak 578 juta manusia
yang mengalami diabetes melitus. Untuk di Asia tercatat ada sebanyak 88 juta
orang yang mengalami diabetes melitus pada tahun 2019, jumlah penderita
diabetes melitus ini mengalami peningkatan jika di bandingkan dengan tahun
2018 yang dimana tercatat sebanyak 82 juta orang yang terkena diabetes
melitus (IDF, 2019).
Riset kesehatan dasar (2018) menyatakan bahwa untuk di Indonesia
tercatat sebanyak 1. 017. 290 jiwa atau sekitar 1,5% yang mengalami
diabetes melitus. Sedangkan untuk di Sumatera Selatan sendiri berada pada
urutan Ke - sembilan di Indonesia dengan jumlah kasus terbanyak yaitu
sebesar 32. 126 atau sama dengan 0,9 % orang yang terkena diabetes melitus.
Untuk kota Palembang sendiri tercatat sebanyak 13. 593 orang yang
mengalami diabetes melitus. Kasus diabetes melitus di Puskesmas Makrayu
Palembang tercatat sebanyak 561 jiwa yang terkena diabetes mellitus
(Dinkes, 2018).
Penatalaksanaan bagi pasien dengan diabetes mellitus terdapat empat
pilar utama yang dimana hal ini meliputi nutrisi,olahraga, pemberian edukasi
1
2
B. Ruang Lingkup
Laporan asuhan keperawatan pada kasus penyakit paru obstruktif
kronik dilakukan pada 26 April 2021 sampai dengan 29 April 2021 dengan
stase keperawatan medikal bedah pterutama pada Sistem Endokrin.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan medikal bedah
pada kasus Sistem Hema dengan penyakit Diabetes Mellitus
2. Tujuan khusus
a. Untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus
b. Untuk melakukan pemberian diagnosa keperawatan pada pasien
Diabetes Mellitus
c. Untuk melakukan pemberian intervensi keperawatan pada pasien
Diabetes Mellitus
d. Untuk melakukan pemberian implementasi keperawatan pada pasien
Diabetes Mellitus
e. Untuk melakukan pemberian evaluasi keperawatan pada pasien
Diabetes Mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai denagn terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau
bisa disebut hiperglikemia yang diakibatkan adanya kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya (Smeltzer, 2013). Diabetes
melitus merupakan penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak , yang mengarah pada hiperglikemika atau kadar
glukosa darah tinggi (Black dan Hawks, 2014, p. 631). Diabetes mellitus
terjadi karena sel beta yang tidak dapat memproduksi insulin atau
dikarenakan insulin yang di produksi tidak dalam jumlah yang cukup
(DiGiulio, Jackson dan Keogh, 2014, p. 366).
Diabetes melitus merupakan penyakit multisistem kronis yang
memiliki hubungan dengan ketidakseimbangan produksi insulin,
gangguan penggunaan insulin, atau keduanya (Lewis et al., 2014, p.
1153).Berdasarkan beberapa uraian penjelasan diatas, Diabetes melitus
merupakan penyakit serius yang berjangka panjang (kronis) dengan
keadaan meningkatnya kadar glukosa darah diakibatkan oleh
ketidakseimbangan produksi insulin, gangguang penggunaan insulin, atau
keduanya.
2. Anatomi Fisiologi
Pankreas mempunyai dua jenis jaringan utama, yakni asini dan
pulau- pulau langerhans. Asini memiliki fungsi mensekresikan getah
pencernaandalam duodenum dan pulau langerhans mensekresikan insulin
dan glukagon ke dalam darah. Pankreas memiliki 1-2 juta pulau
langerhans yang berdiameter 0.3 mm tiap pulaunya. Pulau langerhans
disusun mengelilingi pembuluh kapiler kecil tempat hormon di keluarkan
4
5
oleh sel-sel tersebut. Pulau langerhans mempunyai tiga jenis sel utama
diantaranya sel alfa, sel beta, dan sel delta. Sel beta memiliki cakupan
60% dari seluruh sel yang berfungsi mensekresikan insulin dan amilin.
Sel alfa memiliki cakupan 25% dari seluruh sel dan berfungsi
mensekresikan glukagon. Sel delta memiliki cakupan 10% dari seluruh
sel yang berfungsi mensekresikan somatostatin (Hall & Guyton, 2014,
p.1015).
alfa tetapi karena insulin juga berikatan dengan sel beta maka sel beta
yang meninjol ke dalam sel mengalami autofosforilasi. Autofosforilasi
subunit beta di reseptor akan membuat tirosin kinase aktif. Hal ini
menyebabkanterjadinya fosforilasi berbagai enzim yang disebut substrat
reseptor insulin (IRS) yang membuat beberapa enzim aktif dan sekaligus
menon-aktifkan enzimlainnya. hasil akhirnya insulin mngatur proses
metabolisme intrasel yang akanmemberikan hasil sesuai yang diinginkan
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Hall and Guyton,
2014, p. 1017)
diabetes yaitu wanita dengan obesitas, memilki usia ibu lanjut, atau
memilki keluarga dengan riwayat diabetes (Lewis et al., 2014).
Diabetes gestasional ditandai dengan setiap derajat intolerasi glukosa
yang muncul selama kehamilan berlangsung yang terjadi pada trimester
kedua atau ketiga (Smeltzer, 2013)
4. Faktor Resiko
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diabetes melitus, antara lain :
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diubah untuk
kejadian diabetes melitus. Pada usia ≥50 tahun beresiko terkena dm
tipe 2 karena penuaan menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan
penurunan metabolisme glukosa (Kurniawaty, Evi; Yanita, 2016, p.
29).
b. Indeks Masa Tubuh (Gizi Lebihdan Obesitas)
Indeks Masa Tubuh pada status (gizi lebih atau obesitas) dapat
menyebabkan resistensi insulin karena jumlah reseptor insulin yang
terdapat di otot rangka, hati dan jaringan adiposa pada orang yang
obesitas lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah reseptor pada orang
kurus(Hall and Guyton, 2014).
c. Riwayat Keluarga Penderita Diabetes Melitus
Seseorang yang memiliki keluarga atau saudara yang menderita
diabetes melitus memiliki resiko dua hingga empat kali mengalami
diabetes melitus tipe 2 dan 30% beresiko mengalami intoleransi
glukosa (Lemone et al., 2015, p. 656).
d. Kurang Aktivitas Fisik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (N. Sari & Purnama,
2019) aktivitas fisik atau olahraga secara langsung memiliki hubungan
yang erat dengan kejadian diabetes melitus. Seseorang yang melakukan
aktivitas fisik atau berolah raga ketika beraktivitas otot mennggunakan
glukosa yang tersimpan dalam otot setelah beraktivitas maka glukosa
8
5. Manifestasi Klinis
a. Diabetes Tipe I
1) Poliuria, keadaan ini terjadi karena terjadinya peningkatan volume
darah yang dapat meningkatkan aliran darah yang menuju ke ginjal
dan keadaan hiperglikemik yang bertindak sebagai diuretik osmotik,
diuretik osmotik yang dihasilkan dapat meningkatkan haluaran urin
2) Polidipsia, Keadaan yang terjadinya peningkatan haluaran urine
serta penurunan pada volume intraseluler dapat menyebabkan
dehidrasi yang membuat mulut menjadi kering sehingga
diaktifkannya sensor haus yang menyebabkan seseorang akan
mengalami gejala haus
3) Polifagia, keadaan ini disebabkan karena glukosa yang tidak dapat
masuk kedalam sel tanpa adanya insulin, sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan pada produksi energi yang diaman dapat
menstimulus keadaan rasa lapar yang berakibat pada asupan
makanan
4) malaise dan keletihan, disebabkan karena peningkatan pada asupan
makanan namun berat badan pada orang tersebut tidak akan
meningkat dikarena tubuh kehilangan air dan protein serta lemak
yang itu merupakan upaya untuk memulihkan sumber energi
9
6. Komplikasi
a. Ketoasidosis Diabeteik
Ketoasidosis diabetik ditandai oleh kekurangan realtif atau
absolut insulin, insulin di perkirakan masih ada namun tidak dalam
jumlah yang cukup untuk peningkatan kebutuhan glukosa yang dapat
berhubungan dengan adanya stresor seperti infeksi (Black dan Hawks,
2014, p. 662).
b. Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Nonketosis
10
yang menyebabkan abses, ganggren dapat terjadi pada satu atau lebih
jari kaki, jika tidak diobati berkemungkinan akan menjalar lagi dan
seluruh kaki akan menjadi ganggren (LeMone, Burke dan Bauldoff,
2015, p. 682).
h. Stroke
Penderita DM khususnya pada lansia dengan DM tipe 2, dua
hingga empat kali lebih sering mengalami stroke, manifestasi kerusakan
sirkulasi serebral sering kali mirip atau sama dengan manifestasi
hipoglikemia atau HHS (LeMone, Burke dan Bauldoff, 2015, p. 679).
7. Patofisiologi
Pada individu yang secara genetik dapat rentan terhadap diabtes
mellitus I, kejiadian pemicu, yakni berkemungkinan untuk mengalami
infeksi virus, akan menimbulkan produksi autoantibodi terhadap sel – sel
beta di pankreas (Kowalak, Wels dan Mayer, 2011, p. 519).distribusi sel –
sel beta yang diakibatkan menyebabkan penurunan sekresi insulin dan
akhirnya kan mengalami kekurangan homon insulin (Kowalak, Wels dan
Mayer, 2011, p. 519). Penanda kerusakan imun sel beta mencakup
autoantibodi sel islet dan autoantibodi insulin, laju kerusakan sel beta
berbeda – beda, biasanya akan lebih cepet pada bayi dan anak –anak dan
akan lebih lambat pada dewasa (LeMone, Burke dan Bauldoff, 2015, p.
653). Defisiensi insulin dapat mengakibatkan keadaan hiperglikemia,
peningkatan lipolisis, dan katobolisme protein yang dimana karakterisktik
ini terjadi ketika sel – sel beta yang mengalami destruksi melebihi 90%
(Kowalak, Wels dan Mayer, 2011, p. 519).
Pada diabtes mellitus tipe II merupakan suatu penyakit yang kronis
yang disebabkan oleh satu atau lebih fktor sebagai berikut : kerusakan
sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak tepat didalam hati, atau
penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer (Kowalak, Wels dan Mayer,
2011, p. 519). Pada diabtes mellitus Tipe II tidak terdapat adanya
kerusakan imun pada sel beta (LeMone, Burke dan Bauldoff, 2015, p.
12
653). Faktor genetik pada DM tipe II menjadi hal yang signifikan, dan
awitan diabetes diabetes di percepat oleh obesitas serta gaya hidup dan
stress juga menjadi faktor penting (Kowalak, Wels dan Mayer, 2011, p.
519).
Pada diabetes gestasional dapat terjadi pada wanita yang sebelumnya
belum pernah terdiagnosis dengan DM namun pada massa kehamilannya
menunjukkan adanya intoleransi glukosa (Kowalak, Wels dan Mayer,
2011, p. 519). Hal ini dapat terjadi jika hormon – hormon plasenta
melawan balik kerja insulin sehingga timbulnya resistensi terhadap insulin
(Kowalak, Wels dan Mayer, 2011, p. 519).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Konsentrasi glukosa plasma (plasma glucose, PG) kasual >200mg/dl
(11,1 mmol/L). Kasual diartikan sebagai sewaktu-waktu tanpa
mempertimbangkan waktu makan terakhir.
b. Glukosa plasma puasa (fasting plasma glucose, FPG) >126 mg/dl (7,0
mmol/L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori selama 8
jam.
c. PG dua jam >200 mg/dl (11,1 mmol/L selama pemeriksaan toleransi
glukosa oral (oral glucose tolerance test, OGTT). Pemeriksaan ini
dilakukan dnegan muatan glukosa yang isinya setara dengan 75 glukosa
anhidrosa yang dilarutkan dalam air (LeMone, Burke and Bauldoff,
2015, pp. 657–658).
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Aini dan Aridiana, 2016, p. 3) ada 4 pilar penunjang utama
dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu:
a. Edukasi
Edukasi yang komprehensif sangat dibutuhkan untuk penderita
diabetes yang dimana dengan adanya edukasi yang komprehensif
diharapkan dapat membuat adanya perubahan pada perilaku. Perubahan
13
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Poliuri (peningkatan pengeluaran urine), terjadi karena diuresis dan
hiperglikemia
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Poliuri menyebabkan hilangnya glukosa, elektrolit (Na, Klorida, dan
kalium) dan air sehingga pasien merasa sering haus
c. Polifagi (peninglatan rasa lapar)
Sel-sel tubuh mengalami kekurangan energi karena glukosa tidak dapat
masuk ke sel, akibatnya pasien merasa sering lapar
d. Rasa lelah dan kelemahan otot
Kekurangan energi sel menyebabkan pasien dapat cepat lelah dan
lemah, selain itu kondisi ini juga terjadi karena katabolisme protein dan
kehilangan kalium lewat urine
e. Kelainan ginekologis (keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama kandida)
Diabetes akan menurunkan sistem kekebalan tubuh secara umum,
sehingga tubuh rentan terhadap infeksi. Selain itu, jamur dan bakteri
mamou berkembang biak pesat di lingkungan yang tinggi gula
(hiperglikemia)
f. Kepala
Rambut tipis dan mudah rontok, telinga sering mendeging (berdesing)
dan jika keadaan ini tidak segera diobati dapat menjadi tuli. Mata dapat
menjadi katarak, glukoma (peningkatan bola mata), produksi air mata
menurun dan retinopati diabetik (penyempitan pembuluh darah kapiler
yang disertai eksudasi dan perdarahan pada retina sehingga mata
penderita menjadi kabur dan tidak dapat sembuh dengan kacamata
bahkan menjadi buta).
g. Rongga mulut
Lidah terasa membesar atau tebal, kadang-kadang timbul gangguan rasa
pengecapan. Ludah penderita diabetes sering kali menjadi lebih kental,
15
4) Kram
5) Keseluruhan tubuh terasa sakit terutama pada malam hari
6) Kerusakan yang terjadi pada banyak serabut saraf yang disebut
polineuropati diabetik. Pada keadaan ini jalan penderita akan
pincang dan otot-otot kakinya mengecil (atrofi).
n. Pembuluh darah
Komplikasi diabetes melitus yang paling berbahaya adlah komplikaso
pada pembuluh darah. Pembuluh darah penderita diabetes melitus
mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Penyempitan
pembuluh darah pada penderita diabetes melitus disebut angiopati
diabetik. Angiopati pada pembuluh darah besar atau sedang disebut
makroangiopati diabetik, sedangkan pada pembuluh darah kapiler
disebut mikroangiopati diabetik.
o. Kulit
Pada umumnya kulit penderita diabetes melitus kurang sehat atau kuat
dalam hal pertahanannya, sehingga mudah terkena infeksi dan penyakit
jamur (Aini and Aridiana, 2016, pp. 28–31).
19
a. Intake nutrisi baik c. Kaji makanan pilihan pasien
b. Intake makanan baik d. Instruksikan pada pasien tentang kebutuhan nutrisinya
c. Asupan cairan cukup (diskusi tentang panduan diet yang tepat bagi diabetes
d. Energi meningkat melitus)
e. Berat badan normal e. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrien untuk
f. Hidrasi adekuat memenuhi kebutuhan nutrisi
f. Sediakan pilihan makanan yang sehat
g. Dukung keluarga untuk memberikan makanan kesukaan
pasien serta memfasilitiasinya selama proses perawatan
di rumah sakit
h. Pantau penurunan dan peningkatan berat badan
Monitoring Nutrisi
a. Timbang berat badan pasien
b. Pantau Pertumbuhan dan perkembangan
c. Ukur indeks massa tubuh
d. Pantau turgor kulit dan tingkat mobilitas pasien
e. Pantau adanya mual dan muntah
f. Pantau eliminasi pasien
3. Risiko infeksi dengan faktor risiko: Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi
penyakit kronis DM; pengetahuan keperawatan, risiko a. Bersihkan lingkungan dan peralatan yang ada setelah
yang tidak cukup untuk terjadinya proses infeksi dipakai pasien lain
menghindari pemajanan patogen terkontrol dengan kriteria b. Ganti peralatan untuk merawat pasien baru
hasil: c. Batasi pengunjung bila perlu
a. Berusaha mencari d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
informasi terbaru saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
tentang cara pasien
mengontrol infeksi e. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan keperawatan
b. Mengindentifikasi f. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
20
faktor risiko terjadinya alat
infeksi g. Tingkatkan intake nutrisi
c. Mempraktikkan cara h. Dorong pasien untuk meningkatkan intake cairan
mencuci tangan i. Dorong pasien untuk beristirahat yang cukup
d. Memantau adanya j. Berikan terapi antibiotik bila perlu
perubahan status k. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan
kesehatannya gejala infeksi dan kapan pasien/keluarga harus
e. Menjaga kebersihan melaporkan pada petugas kesehatan
lingkungan l. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara mencegah
terjadinya infeksi.
Proteksi terhadap Infeksi
a. Pantau tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Pantau hitung granulosit, leukosit
c. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang berisiko
d. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan dan panas
e. Inspeksi kondisi luka.
(Aini and Aridiana, 2016, pp. 55–60)
21
C. PATOFLOW DIABETES MELLITUS
DM TIPE I DM TIPE II
Biokimia
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium diperoleh data sebagai berikut :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan
Hemoglobin 12,8 g/dl 14-16 Rendah
Leukosit 10.390 /mm 4000-11000 Normal
Basofil 0 % 0-1 Normal
Eosinofil 3 % 1-3 Normal
Neutrofil 72 % 50-70 Tinggi
Limfosit 15 % 20-40 Rendah
Monosit 10 % 2-8 Tinggi
Eritrosit 4,5 jt /mm 4,5-5,5 jt Normal
Trombosit 433.000 /mm 150-400 rb Tinggi
MCV 82 FI 82-92 Normal
MCH 28 Pg 28-32 Normal
MCHC 34 % 32-36 Normal
Gula darah 2 jam 169 mg/dl/2jam <140 Tinggi
setelah makan
Penilaian: hasil pemeriksaan awal laboratorium biokimia pasien didapatkan
bahwa gula darah 2 jam setelah makan pasien tinggi yaitu 169 mg/dl, neutrofil
24
25
tinggi yaitu 72%, monosit tinggi yaitu 10% dan trombosit tinggi yaitu
433.000mm.
Perbandingan asupan makan pasien perhari dalam keadaan sehat SMRS dengan
kebutuhan seharusnya.
A. Saran
Dengan adanya laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat
mengaplikasikan tindakan keperawatan yaitu dengan menganjurkan untuk
diet dan olahraga serta rutin dalam penggunaan insulin. Untuk terapi non
farmakologinya untuk melakukan senam kaki diabetik yang berguna untuk
melancarkan peredaran darah bagi penderita diabetes melitus.
44
DAFTAR PUSTAKA
Hall, J. E. and Guyton, A. C. (2014) Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. twelfth. Singapura: Elsevier.
Kowalak, J. P., Welsh, W. and Mayer, B. (2011) Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
45