Anda di halaman 1dari 5

Khutbah I 

‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن آل إِلهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل‬.‫ف اأْل َن َِام‬ ِ ‫ضلَنَا بِ ُرسُوْ لِيَّ ِة َش َر‬ َ ‫از أَيَاتِ ِه َوأَ ْف‬ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ أَ ْخ َر َج نَتَائِ َج أَ ْف َك‬
ِ ‫ارنَا إِل ب ِْر‬
‫صلِّي َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫ث إِلى َج ِمي ِْع ْال َعالَ ِم‬ ُ ْ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ْال َم ْبعُو‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫َش ِر ْي‬
َّ ‫ اِتَّقُوْ ا هللاَ َح‬. َ‫ص ْي ُك ْم بِتَ ْق َوى هللاِ َوقَ ْد فَا َز ْال ُمتَّقُوْ ن‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموْ تُ َّن إِاَّل‬ ِ ْ‫ أُو‬،ِ‫ أ َّما بَ ْع ُد فَيَا ِعبَا َد هللا‬. َ‫َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْين‬
‫ظلُوْ ٌم‬ َ َ‫ إِ َّن ْا ِإل ْن َسانَ ل‬.‫ َوإِ ْن تَ ُع ُّدوْ ا نِ ْع َمةَ هللاِ الَ تُحْ صُوْ هَا‬،ُ‫ َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن هللاَ ُس ْب َحانَهُ هُ َو ْال ُم ْن ِع ُم ْال ُمتَفَضِّ ل‬. َ‫َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
‫ َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم‬:‫ َوقَا َل هللاُ تَ َعالَى‬. َ‫ َوهللاُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُوْ ِن أُ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْيئًا لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬.ٌ‫َكفَّار‬
‫أَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم ولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِ ْي لَ َش ِد ْي ٌد‬

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh

Kenikmatan hidup paling nikmat di dunia ini adalah nikmat sehat, karena apa
pun yang kita miliki di dunia tak akan bisa dinikmati jika kita sakit. Di masa
pandemi sekarang ini nikmat sehat menjadi hal yang mahal harganya.
Karenanya, kita perlu mensyukuri nikmat sehat dengan sebaik-baiknya.

‫ إِ َّن اإْل ِ ْنسانَ لَظَلُو ٌم َكفَّا ٌر‬،‫َوإِ ْن تَ ُع ُّدوا نِ ْع َمتَ هللاِ اَل تُحْ صُوها‬

Artinya, “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh manusia sangat zalim dan banyak
mengingkari nikmat.”  (QS al-Nahl: 18) ADVERTISEMENT Nikmat sehat
bukan suatu kemewahan seperti emas dan perak. Tetapi menjadi mahal ketika
kesehatan telah berubah menjadi sakit. Nikmat sehat merupakan mahkota tubuh,
saat kita terbaring sakit, kita baru sadar bahwa kesehatan sangat berharga.
Orang yang mengabaikan kesehatan dirinya adalah orang yang menabung
masalah untuk masa depannya. Bahkan John Locke seorang Filosof Inggris
mengatakan, "Jika dengan memperoleh pengetahuan malah merusak kesehatan
kita, maka kita bekerja untuk hal yang tidak berguna."

Pantas saja, dalam suatu hadits diriwayatkan:

ُ‫ اَلصِّ َّحة‬،‫اس‬
ِ َّ‫ُون فِي ِه َما َكثِي ٌر ِم ْن الن‬ ِ ‫ نِ ْع َمت‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ٌ ‫َان َم ْغب‬ َ ‫ قَا َل النَّبِ ُّي‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل‬
ِ ‫س َر‬
ٍ ‫ع َِن اب ِْن َعبَّا‬
ُ ‫َو ْالفَ َرا‬
‫غ‬
Artinya, “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: ‘Nabi saw bersabda:
‘Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu (lalai) padanya, yaitu
kesehatan dan waktu luang.” (HR al-Bukhari).

Dalam Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn intisari kitab Ihya` Ulûmiddîn


diriwayatkan, ada orang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan
kesusahannya kepada seorang alim. Lalu Si Alim berkata:

 “Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”  

“Tidak”, jawabnya.

 “Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”


tanya ulang Si Alim.  

“Tidak”, jawabnya.  

“Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan
kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?”, lanjut Si Alim.

“Tidak”, jawabnya.  

“Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu


dirham?” Si Alim terus bertanya.

“Tidak”, jawabnya.  

“Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu sedangkan Dia memiliki


harta 50 ribu dinar padamu?”, pungkas Si Alim.

Dari kisah tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa nikmat sehat atau
kesehatan jauh lebih berharga dibanding uang yang banyak ataupun harta yang
melimpah.  
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh

Betapa pentingnya nikmat kesehatan, hingga Rasulullah saw pun bersabda:  

ْ ‫وت يَوْ ِم ِه فَ َكأَنَّ َما ِحيز‬


‫َت لَهُ ال ُّد ْنيَا‬ ُ ُ‫َم ْن أَصْ بَ َح ِم ْن ُك ْم ُم َعافًى فِي َج َس ِد ِه آ ِمنًا فِي ِسرْ بِ ِه ِع ْن َدهُ ق‬

Artinya, “Siapa saja di antara kalian masuk waktu pagi dalam keadaan sehat
badannya, aman dalam rumahnya, punya makanan pokok pada hari itu, maka
seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR Ibnu Majah).

Dalam Islam menjaga kesehatan menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip


pemeliharaan pokok syariat (maqâsidusy syarî’ah) yang terdiri dari;
pemeliharaan agama (hifdzud dîn), pemeliharaan diri/kesehatan (hifdzun nafs),
pemeliharaan akal (hifdzul ‘aql), pemeliharaan keturunan (hifdzun nasab), dan
pemeliharaan harta (hifdzul mâl). Sebaliknya, Islam melarang berbagai tindakan
yang membahayakan kesehatan atau keselamatan jiwa, sebagaimana tersebut
dalam firman Allah swt yang artinya, "Dan janganlah kalian menjatuhkan diri
kalian dalam kerusakan." (QS Al-Baqarah: 195); dan ayat yang artinya, “Dan
janganlah kalian  membunuh diri kalian. Sungguh Allah Maha Penyayang
kepada kalian." (QS an-Nisa': 29).

Badan kita punya hak yang harus dipenuhi agar terjaga kesehatan maupun
keseimbangannya. Di antara hak badan adalah memberikan makanan pada saat
lapar, memenuhi minuman saat haus, memberikannya istirahat saat lelah,
membersihkannya saat kotor, dan mengobatinya saat sakit. Ajaran Islam sangat
menekankan kesehatan. Agar tetap sehat, ada 10 hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:  (1) dalam hal makan, (2) minum, (3) gerak, (4) diam, (5) tidur, (6)
terjaga, (7) hubungan seksual, (8) keinginan-keinginan nafsu, (9) keadaan
kejiwaan, dan (10) mengatur anggota badan.

Diriwayatkan dari ‘al-Abbas bin Abdul Muthallib ra, ia berkata, “Aku pernah
datang menghadap Rasulullah saw dan bertanya: ‘Ya Rasulullah, ajarkan
kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam doaku.’ Saw Nabi menjawab:
‘Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan.’ Kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan lain dan saya bertanya: ‘Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku
suatu doa yang akan aku baca dalam doaku.’ Nabi menjawab: ‘Wahai Abbas,
wahai paman Rasulullah saw, mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan
akhirat.” (HR at-Tirmidzi).

Hal paling indah di dunia ini adalah anugerah kesehatan dan keluarga bahagia di
saat usia makin bertambah tua. Untuk itu tentu kita ingat sabda Nabi
Muhammad saw:

‫ك‬ َ ‫ َوفَ َرا َغ‬،َ‫ك قَ ْب َل فَ ْق ِرك‬


َ َ‫ َو َحيَات‬،َ‫ك قَ ْب َل ُش ْغلِك‬ َ ‫ َو ِغنَا‬،َ‫ك قَ ْب َل َسقَ ِمك‬ ِ ‫ َو‬،َ‫ك قَ ْب َل َه َر ِمك‬
َ َ‫ص َّحت‬ ٍ ‫اِ ْغتَنِ ْم َخ ْمسًا قَ ْب َل َخ ْم‬
َ َ‫ َشبَا ب‬:‫س‬
)‫ك (رواه الحاكم‬ َ ِ‫قَ ْب َل َموْ ت‬

ِArtinya, “Jagalah lima hal sebelum datang lima hal lainnya, yaitu (1) mudamu
sebelum tuamu, (2) kesehatanmu sebelum sakitmu, (3) kayamu sebelum
fakirmu, (4) luang waktumu sebelum sibukmu, dan (5) hidupmu sebelum
matimu. (HR al-Hakim).

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh

Sejak pandemi Covid-19 terjadi, kesehatan semakin terlihat penting bagi


masyarakat. Wabah Covid-19 menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
menjaga kesehatan. Perilaku hidup sehat seperti mencuci tangan menggunakan
sabun, makan makanan bergizi, dan rajin melakukan aktivitas fisik menjadi
kegiatan yang saat ini lazim kita lakukan. Hal ini disebabkan adanya keyakinan
masyarakat bahwa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan langkah
yang efektif untuk menghindarkan diri dari penularan virus Covid-19. Bahkan
dengan alasan menjaga kesehatan dan menghindarkan diri dari penyakit,
masyarakat rela untuk mengurung diri di rumah selama berhari-hari. Untuk itu,
mari kita ingat dan syukuri nikmat sehat ini sebaik-baiknya, agar dapat
menggunakannya untuk beribadah dan melakukan berbagai aktifitas yang
bermanfaat dalam kehidupan.
‫فَ ْاذ ُكرُونِي أَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َواَل تَ ْكفُر ِ‬
‫ُون‬

‫;‪Artinya, “Maka ingatlah kepada-Ku (Allah), niscaya Aku akan ingat kepadamu‬‬
‫‪dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu  mengingkari-Ku.” (QS al-‬‬
‫‪Baqarah: 152). Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat‬‬
‫‪mengingatkan kita agar selalu menjaga kesehatan dan mensyukurinya dengan‬‬
‫‪sebaik-baiknya.‬‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ ،‬وتَقَبَّ َل ِمنِّي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ إِنَّهُ هُ َو‬
‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم ِمنَ اآْل يَا ِ‬
‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ْالقُرْ ِ‬
‫بَا َر َ‬
‫َّاح ِم ْينَ ‪َ ،‬وا ْستَ ْغفِرُوْ ا إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬ ‫‪*    ‬ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪َ ،‬وقُلْ َربِّ ا ْغفِرْ َوارْ َح ْم َوأَ ْنتَ خَ ْي ُر الر ِ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ك لَهُ‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد أَ َّن‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ ،‬وبِ ِه نَ ْستَ ِعيْنُ َعلَى أُ ُموْ ِر ال ُّد ْنيَا َوال ِّدي ِْن‪ .‬أَ ْشهَ ُد أَ ْن آل إِلهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ‬
‫ان إِلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‪،‬‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬ ‫ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ‪ .‬اَللّهُ َّم َ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَا َز ْال ُمتَّقُوْ نَ ‪َ ،‬وأَحُثُّ ُك ْم َعلَى طَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ ًح ُموْ نَ ‪ .‬قَا َل هللاُ‬ ‫أَ َّما بَ ْع ُد ‪ ‬فَيَا ِعبَا َد هللاِ‪ ،‬أُوْ ِ‬
‫ت َوهُ َو‬ ‫ض َج ِميعًا ثُ َّم ا ْستَ َوى إِلَى ال َّس َما ِء فَ َس َّواه َُّن َس ْب َع َس َما َوا ٍ‬ ‫ق لَ ُك ْم َما فِي اأْل َرْ ِ‬ ‫آن ْال َك ِري ِْم‪ :‬هُ َو الَّ ِذي َخلَ َ‬ ‫تَ َعالَى فِي ْالقُرْ ِ‬
‫ك ِمنَ ال َّشا ِه ِد ْينَ َوال َّشا ِك ِر ْينَ ‪َ ،‬و ْال َح ْم ُد‬ ‫ق َرسُوْ لُهُ النَّبِ ُّي ْال َك ِر ْي ُم َونَحْ نُ َعلَى َذلِ َ‬ ‫ص َد َ‬ ‫ق هللاُ ْال َع ِظ ْي ُم َو َ‬ ‫بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِي ٌم‪َ .‬‬
‫ص َد َ‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‪ .‬اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ‬ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬ ‫ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ إِ َّن هللاَ َو َماَل ئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫اض َي‬ ‫ت‪َ ،‬وقَ ِ‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫ت ْاألَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاألَ ْم َوا ِ‬
‫ت‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬ ‫لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫َاخ ْذنَا إِ ْن ن َِسينَا أَوْ أَ ْخطَأْنَا َربَّنَا َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَا إِصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِنَا‪َ ،‬ربَّنَا َواَل‬ ‫ت‪َ .‬ربَّنَا اَل تُؤ ِ‬ ‫ْال َحا َجا ِ‬
‫تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َواعْفُ َعنَّا َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَا أَ ْنتَ َموْ اَل نَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْال َكافِ ِرينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا‬
‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى ع َِن‬ ‫ْ‬
‫اب النَّار ِعبَا َد هللاِ‪ ،‬إِ َّن هللاَ يَأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس ِ‬ ‫َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُونَ ‪ ،‬فَ ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َواسْأَلُوْ هُ ِم ْن‬
‫ْط ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَ ُر‬
‫فَضْ لِ ِه يُع ِ‬

‫‪Ustadz Rakimin Al-Jawiy, Dosen Psikologi Islam UNUSIA dan UIN Jakarta‬‬

Anda mungkin juga menyukai