Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 1

NAMA : SABARIANI

NIM : 120017

MATA KULIAH : IBADAH, AKHLAK & MUAMALAH

“SEJARAH SUNGAI LAGELLANG DI DESA PALLIME”

Terdapat sebuah kampung bernama kampung pallime, kampung tersebut berada dipinggir
sungai Cenrana dan merupakan sungai yang sangat luas dan panjang. Dikampung tersebut
terdapat sepasang suami – istri yang tinggal didaerah terpencil, sepasang suami – istri tersebut
telah menikah kurang lebih 10 tahun lamanya, namun belum dikaruniai seorang anak. Kemudian
mereka berdo’a kepada Allah Swt. Mengatakan “Yaa Allah… berikanlah kami keturunan
walaupun bentuknya menyerupai buaya, kami akan tetap senang”. Atas kebesaran Allah Swt,
sang istri pun akhirnya hamil kemudian kehamilannya mencapai 11 bulan baru melahirkan. Akan
tetapi, anaknya tidak menyerupai bentuk manusia pada umumnya melainkan seorang anak yang
menyerupai buaya.

Kemudian warga didesa tersebut mengatakan bahwa alangkah baiknya jika anaknya
(buaya) diturunkan kesungai dan orang tua anak tersebut menyetujuinya. Setelah 3 bulan
lamanya, anak buaya tersebut datang kepada ayahnya dengan maksud ingin dibuatkan gelang
emas. Karena rasa kasih sayang seorang ayah kepada anaknya, akhirnya ayahnya meminta
kepada orang agar dibuatkan gelang seharga 1 rupiah untuk anaknya. Setelah gelang anak
tersebut selesai dibuatkan, ia pun memakai gelang itu dan kembali kesungai. Beberapa hari
kemudian anak tersebut meminta kepada kedua orang tuanya agar setiap hari jum’at diberikan
sebutir telur disungai tersebut, serta anak tersebut juga meminta kepada masyarakat di desa
pallime agar setiap melewati sungai cenrana’e dan menghampiri sungai lagellang dengan
menggunakan perahu, agar sekiranya mereka sama sekali tidak mengucapkan hal-hal yang tidak
baik maupun takabur. Dan setiap melewati sungai tersebut masyarakat harus memberikan
makanan berupa nasi, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

Dari beberapa permintaan buaya tersebut ada beberapa yang dipenuhi oleh masyarakat
dan ada pula yang tidak, pernah suatu ketika bertepatan dengan hari Jum’at seorang warga akan
melewati sungai tersebut, akan tetapi warga tersebut tidak ingin memberikan makanan pada saat
ingin melewati sungai lagellang tersebut,.ia berkata, “Sungguh bodoh jika saya membuang
makanan yang saya miliki, alangkah baiknya saya sendiri yang memakannya”. Setelah itu, dia
melanjutkan perjalannya dan hampir meninggalkan sungai tersebut, kemudian tiba-tiba
muncullah pusaran air yang sangat kencang disungai tersebut yang menyebabkan perahu yang
ditumpangi warga tersebut tenggelam mengikuti arus pusaran air, sehingga ia menghilang dan
akhirnya meninggal. Tidak lama kemudian, mayat orang tersebut ditemukan oleh warga di ujung
sungai cenrana lebih tepatnya berada disungai pallime. Dimana di sungai tersebut merupkan
pelabuhan tempat penyeberangan orang-orang dari luar kota.

Singkat cerita, semua masyarakat mengetahui bahwa salah satu warga meninggal karena
terbawa arus dan tenggelam di sungai tersebut. Dihari Jum’at berikutnya, buaya tersebut kembali
menghampiri salah satu warga yang sudah tua dan mengatakan kepada warga tersebut bahwa
kematian salah satu warga yang ada di desa tersebut disebabkan kemarahan dari dirinya (buaya
magellang), karena warga tersebut berbicara kasar dan tidak percaya adanya buaya magellang.
Setelah pertemuan antara orang tua dengan buaya mageellang, ia pun mengumumkan kepada
masyarakat dikampung tersebut agar tidak sekali-kali mengatakan perkataan yang kasar dan
takabur apabila melewati sungai tersebut.

Setelah kejadian itu, semua warga yang berada didesa tersebut apabila melewati sungai
magellang sudah tidak mengatakan perkataan kasar dan selalu memberikan telur ketika
melewatinya, bahkan hingga sekarang mereka memberikan nasi maupun bahan makanan lainnya.
Karena apabila tidak dipercaya dapat mendatangkan musibah bagi warga di desa pallime.

Anda mungkin juga menyukai