Anda di halaman 1dari 32

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan atau disetujui oleh
Pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :

Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing lahan

( ) ( )

NIP. NIP.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep dasar
1. Pertumbuhan
a. Pengertian pertumbuhan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang
sejak saat kontrasepsi sampai berakhirnya masa remaja.Hal ini adalah yang
membedakan anak dari orang dewasa.Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan
dewasa dalam bentuk kecil. Ilmu pertumbuhan (growth) dan perkembangan
(development) merupakan dasar ilmu kesehatan anak dan kedua istilah itu
disatukan menjadi ilmu tumbuh-kembang, meskipun merupakan proses yang
berbeda keduanya tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan satu sama lain
(IDAI, 2002 ).
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi dan pertambahan
ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantatif dan hal tersebut terjadi sejak
terjadinya konsepsi (IDAI, 2002).Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada
pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang
bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar
kepala (Nursalam, 2005).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu peristiwa yang
dialaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa tersebut akan berlainan
dalam satu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan tersebut merupakan suatu
kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh akan tetapi masih saling
berhubungan satu dengan yang lain. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat
terjadi perubahan tentang besarnya, jumlah, ukuran, di dalam tingkat sel, organ
maupun individu, sedangkan peritiwa perkembangan pada anak dapat terjadi
perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial,
emosional, dan intelektual (Hidayat, 2012).
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar di
kelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu :
1) Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
2) Kebutuhan akan kasih sayang (asih)
3) Kebutuhan latihan/rangsangan/bermain (asah)
Kebutuhan akan asuh, yaitu kebutuhan akan nutrisi yang adekuat dan
seimbang. Nutrisi termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama
kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
terutama pertumbuhan otak (IDAI, 2002 ).

b. Pemantauan Pertumbuhan

Komsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi


baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin (Almatsier, 2001)
Kita mengenal beberapa cara pengukuran status gizi anak seperti dengan
metode anthropometric, pemeriksaan klinik dan pemeriksaan laboratorik.
Diantara ketiganya, pengukuran anthropometri relatif paling sederhana,
mudah, murah, dan banyak dilakukan.

Penilaian tumbuh kembang anak perlu dilakukan untuk menentukan


apakah pertumbuhan anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi
medis atau statistik. Anak yang sehat akan menunjukkan pertumbuhan yang
optimal. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan
fisiknya digunakan parameter-parameter tertentu. Parameter penilaian
pertumbuhan fisik tersebut yaitu :

1) Ukuran antropometrik
Untuk menilai pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran-ukuran
antropometrik yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu meliputi :

a) Tergantung umur (age dependence)


 Berat badan (BB) terhadap umur
 Tinggi/panjang badan (TB) terhadap umur
 Lingkaran kepala (LK) terhadap umur
 Lingkar lengan atas (LLA) terhadap umur

Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan umur anak yang


tepat, karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal
lahirnya.

b) Tidak tergantung umur

 BB terhadap TB

 LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference


measuring stick).

 Lain-lain: LLA dibandingkan dengan standar baku, lipatan kulit pada


trisep, subskapular, abdominal dibandingkan dengan baku.
Kemudian hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan
suatu baku tertentu, misalnya baku Harvard, NCHS, atau baku nasional.

2) Ukuran antropometrik yang lain :


Ukuran antropometrik yang lain dimanfaatkan untuk menilai perawakan
(somatotype).
a) Menurut Hippocrates
 Habitus phthisicus/perawakan tinggi kurus
 Habitus apoplekticus/perawakan gemuk pendek.
b) Menurut Kretschmer terdapat tiga jenis perawakan, yaitu :
 Piknikus.
 Atletikus.
 Astenikus.
c) Menurut Sheldon
 Endomorfi
 Mesomorfi
 Ektomorfi, untuk perawakan yang sesuai dengan klasifikasi dari
Kretschmer.
Interpretasi hasil pemeriksaan keadaan pertumbuhan anak dapat dilihat dari
empat aspek, yaitu corak/pola pertumbuhan, proses pertumbuhan, hasil
pertumbuhan pada suatu waktu dan keadaan/status gizi. Keadaan gizi merupakan
bagian dari pertumbuhan anak. Pada pemeriksaan di lapangan dipakai cara penilaian
yang disepakati bersama untuk keseragaman, baik dalam caranya maupun baku
patokan yang menjadi bahan pembandingnya. Batasan-batasan penilaian status gizi
dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.1 Baku Antropometri Menurut Standar WHO-NCHS


Indikator Status Gizi Keterangan
Berat Badan menurut Gizi lebih 2 SD
Umur (BB/U) Gizi baik ≥ -2 SD sampai 2 SD
Gizi < -2 SD sampa≥i -3
kurang SD
Gizi buruk < -3 SD
Tinggi Badan Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD
menurut Umur Pendek < -2 SD
(TB/U) Sangat < -3 SD
pendek
Berat Badan menurut Gemu ˃ 2 SD
Tinggi Badan k ≥ -2 SD sampai 2 SD
(BB/TB) Norm < -2 SD sampa≥i -3
al SD
Kurus < -3 SD

Kurus sekali
Sumber : Depkes RI 2004

Tabel 2.2 Berat Badan dan Tinggi Badan Ideal Anak menurut Umur
Anak perempuan Anak laki-laki
Usia/
Berat (kg) Tinggi (cm) Berat (kg) Tinggi (cm)
Minggu
3 50 97 3 50 97 3 50 97 3 50 97
3 bulan 4,4 5,5 6,8 55,0 59,5 63,0 4,5 5,7 7,2 55,0 60,0 64,5
6 bulan 5,9 7,4 9,2 61,0 66,0 71,0 6,3 7,8 9,7 63,0 68,0 73,0
9 bulan 7,0 8,6 10,7 66,0 70,0 76,0 7,4 9,2 11,3 67,5 73,0 77,5
12 bulan 7,7 9,8 11,9 69,0 75,0 80,0 8,2 10,2 12,5 71,0 76,5
18 bulan 8,8 11,5 13,6 75,0 83,0 86,5 9,4 11,7 14,2 77,5 82,0 88,0
2 tahun 9,6 12,2 15,0 80,0 85,5 92,0 10,2 12,7 15,5 81,0 87,0 92,5
3 tahun 11,5 14,5 18,0 85,0 92,5 100 11,5 14,5 18,0 86,0 94,5 101
4 tahun 13,0 16,4 20,0 92,0 100,5 108 13,0 16,5 20,5 93,0 102 110
5 tahun 15,0 18,3 23,0 98,0 100,0 116 14,0 18,5 23,0 99,0 108,5 117
6 tahun 16,0 20,5 27,0 104 113,5 126 16,0 20,5 26,5 105 115,0 124
7 tahun 18,0 22,5 30,0 109 119,5 129 17,0 22,6 30,0 110 121,0 131
8 tahun 19,5 25,0 35,0 114 125,0 139 19,0 24,9 34,0 115 126,0 137
9 tahun 21,0 27,5 40,0 119 130,5 142 21,0 27,5 38,5 120 131,5 143
10 tahun 24,0 30,7 45,0 124 136,0 147 23,0 30,5 43,0 125 137,0 148
11 tahun 25,0 34,2 51,0 130 141,5 153 25,0 33,2 48,0 130 142,0 154
12 tahun 29,0 40,0 57,0 138 149,5 161 27,0 36,5 53,0 135 147,0 159
13 tahun 37,0 47,5 66,0 145 157,5 168 30,0 40,5 58,0 140 152,5 164
14 tahun 42,0 52,8 72,0 148 160,0 172 36,0 48,0 66,0 149 161,0 172

Sumber : Graidne, D., dan Pearson, J. (1971), Tanner, J.M., Whitehous, R. H.


(1976) dalam Retnowulan, A (1997)

Selain dengan perkiraan tersebut, BB juga dapat diperkirakan dengan


menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu :

a) Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg


b) Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus :
𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 (𝑏𝑏𝑢𝑢𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 ) +
9 𝑏𝑏 + 9
= 2
2
c) Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus :
𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢(𝑡𝑡𝑏𝑏ℎ𝑢𝑢𝑏𝑏) × 2) + 8 = 2𝑏𝑏 + 8
Keterangan : n adalah usia anak

Berat badan merupakan indikator sederhana yang digunakan di laporan atau


Puskesmas untuk menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS).KMS merupakansuatu kartu/alat penting yang
digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak (Soetjiningsih,
1996). KMS yang ada saat ini adalah untuk Balita, yaitu kartu yang membuat
grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk
mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulannya, dari sejak lahir
sampai berusia lima tahun(Depkes RI, 1996).

Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan terhadap umur untuk
anak berusia 0-5 tahun, atribut penyuluhan, dan catatan yang penting untuk
diperlihatkan oleh petugas dan orang tua, seperti riwayat kelahiran anak,
pemberian ASI dan makanan tambahan, pemberian imunisasi dan vitamin A,
penatalaksanaan diare di rumah, serta patokan sederhana tentang perkembangan
psikomotorik anak (Nursalam, 2005).

Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal


apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada kelender
balita (KMS) atau sedikit diatasnya. Arah grafik harus sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau.Sementara pertumbuhan anak dikatakan
ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah
BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.

Lingkar lengan atas atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan


lemak, dan otak yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh,
dibandingkan dengan berat badan. Lla dapat dipakai untun menilai keadaan
gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah. Berikut batasan-batasan
LLA menurut kelompok umur anak pada tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3 Persentil Lingkar Lengan Atas

Kelompok 5 10 25 50 75 90 95
Umur
Laki laki
1-1,9 142 146 150 159 170 176 183
2-2,9 141 145 153 162 170 178 185
3-3,9 150 153 160 167 175 184 190
4-4,9 149 154 162 171 180 186 192
5-5,9 153 160 167 175 185 195 204
6-6,9 155 159 167 179 188 209 228
7-7,9 162 167 177 187 201 223 230
8-8,9 162 170 177 190 202 220 245
9-9,9 175 178 187 200 217 249 257
10-10,9 181 184 196 210 231 262 274
11-11,9 186 190 202 223 244 261 280
12-12,9 193 200 214 232 254 282 303
13-13,9 194 211 228 247 263 286 301
14-14,9 220 226 237 253 283 303 322
15-15,9 222 229 244 264 284 311 320
16-16,9 244 248 262 278 303 324 343
17-17,9 246 253 267 285 308 336 347
18-18,9 245 260 276 297 321 353 379
19-24,9 262 272 288 308 331 355 372
25-34,9 271 282 300 319 342 362 375
35-44,9 278 287 305 326 345 363 374
45-54,9 267 281 301 322 342 362 376
55-64,9 258 273 296 317 336 355 369
65-74,9 248 263 285 307 325 344 355
Perempuan
1-1,9 138 142 148 156 164 172 177
2-2,9 142 145 152 160 167 176 184
3-3,9 143 150 158 167 175 183 189
4-4,9 149 154 160 169 177 184 191
5-5,9 153 157 165 175 185 203 211
6-6,9 156 162 170 176 187 204 211
7-7,9 164 167 174 183 199 216 231
8-8,9 168 172 183 195 214 247 261
9-9,9 178 182 194 211 224 251 260
10-10,9 174 182 193 210 228 251 265
11-11,9 185 194 208 224 248 276 303
12-12,9 194 203 216 237 256 282 294
13-13,9 202 211 223 243 271 301 338
14-14,9 214 223 237 252 272 304 322
15-15,9 208 221 239 254 279 300 322
16-16,9 218 224 241 258 283 318 334
17-17,9 220 227 241 264 295 324 350
18-18,9 222 227 241 258 281 312 325
19-24,9 221 230 247 265 290 319 345
25-34,9 233 240 256 277 304 342 368
35-44,9 241 251 267 290 317 356 378
45-54,9 242 256 274 299 328 362 384
55-64,9 243 257 280 303 335 367 385
65-74,9 240 252 274 299 326 356 373
Sumber : Frisancho A.R, dikutip dari Corry S. Matondang dkk, 2000 dalam
Hidayat, A. Aziz, 2008

2. Perkembangan
a. Pengertian perkembangan

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh


bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000 dalam Hidayat, 2005).

Menurut soetjiningasih (1995), perkembangan (development) adalah


bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.Perkembangan merupakan hasil interaksi penting antara
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga
perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia.

b. Pemantauan Perkembangan

Anak usia balita merupakan usia dimana si anak memiliki perkembangan


intelektual dan ketrampilan motorik yang cukup pesat. Perkembangan
kemampuan motorik dan intelektual anak balita paling pesat adalah pada umur 3-
5 tahun (Triton, 2006).Ada beberapa tahapan perkembangan menurut para ahli
yang dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini.
Tabel 2.4 tahap perkembangan kognitif anak
Ahli Tahap Aktivitas
Erikson Inisiatif versus Suka menyenangkan orang tua
bersalah (usia 3-6 Mulai merencanakan aktivitas, membuat
tahun) permainan
Memulai aktivitas dengan orang lain
Memerankan peran orang lain (nyata atau
khayalan)
Mengembangkan identitas seksual
Mengembangkan kesadaran
Dapat meluapkan frustasi pada saudara
kandung
Suka mengeksplorasi hal-hal baru
Menyukai berolahraga, berbelanja,
memasak, bekerja
Merasa sangat menyesal ketika membuat
pilihan salah atau berprilaku dengan
buruk
Bekerja sama dengan anak lain
Menegoisasikan solusi terhadap konflik
Piaget subtahap Memperlihatkan pemikiran egosentrik,
praoperasional : yang berkurang saat anak berusia 4 tahun
fase prakonseptual Memiliki rentang perhatian yang pendek
usia : 2-4 tahun Belajar melalui observasi dan imitasi
(meniru)
Menunjukkan animisme
Membentuk konsep yang tidak sekomplet
atau selogis orang dewasa
Mampu membuat klasifikasi sederhana
Pada usia 4 tahun memahami konsep
tentang lawan kata (panas/dingin,
lunak/keras, penalaran/pemikiran dari
Subtahap khusus ke khusus (transduktif)
Praoperasional Memiliki imajinasi aktif
Fase intutitif Mampu mengklasifikasi dan
Usia 4-7 tahun menghubungkan objek
Memiliki proses pemikiran intuitif ; tahu
jika sesuatu benar atau salah, meskipiun
tidak dapat menyatakan alasannya
Menoleransi perbedaan orang lain tetapi
tidak memahaminya
Sangat penasaran tentang fakta
Mengetahui aturan budaya yang dapat
diterima
Menggunakan kata-kata dengan tepat
tetapi sering kali tanpa pemahaman nyata
tentang meknanya
Memiliki sensasi sebab akibat yang lebih
realistis
Dapat mulai mempertanyakan nilai orang
Tua
Kohlberg Orientasi hukuma- Menemukan baik versus buruk
kepatuhan bergantung pada hukuman yang terkait
Usia 2-7 tahun Anak dapat mempelajari perilaku yang
(moralitas tidak tepat pada tahap ini jika intervensi
prakonvesional) orang tua tidak terjadi (jika anak
memukul, mengigit, atau tidak
menghargai orang lain secara verbal,
tetapi tidak di hukum karena aktivitas
ini,anak akan melihat perilaku ini sebagai
sesuatu yang baik dan gterus
melakukannya)
Freud Tahap falik Kesenangan akan berpusat pada genitalia
Usia 3-7 tahun dan masturbasi. Superego berkembang
dan kesadaran muncul.
Tahap oedipus terjadi : cemburu dan
bersaing terhadaporang tua berjenis
kelamin sama, dengan cinta dari orang tua
yang berjenis kelamin berbeda. Ini
biasanya reda pada akhir masa pra
sekolah, ketika anak mengembangkan
identifikasi kuat dengan orang tua
berjenis kelamin sama

Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan


kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku.Berdasarkan
pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan
harus berjumlah 9-10.Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka
kemampuan anak sesuai usiayang terdapat pada gambar. Ada 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak, antara lain (Kyle
& Carman, 2015) :

1) perkembangan kemampuan gerak kasar

berakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh


seluruh tubuh, sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian
gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan
pusat di otak. Disebut gerak kasar karena gerakan yang dilakukan melibatkan
sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan
oleh otot-otot yang lebih besar. Contoh: gerakan membalik dari terlungkup
menjadi terlentang atau sebaliknya, gerakan berjalan, berlari dan sebagainya.

2) Perkembangan kemampuan gerak halus

Dikatan gerak halus karena hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu


sada dan dilakukan oleh otot-otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan
tenaga.Contoh : gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan
ibu jari dan telunjuk tangan, memasukkan benda kedalam lubang, menari,
menggambar, dan gerakan lainnya

3) Perkembangan kemampuan bicara, bahasa, dan kecerdasan

Kemampuan anak terhadap respon terhadap suara, mengikuti perintah dan


berbicara sopan.Pada balita kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui
kelima inderanya, misalnya melihat warna-warna, mengenal rasa, dan lain-lain.
Melalui kata-kata yang didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu
itu ada namanya. Daya fikir dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang
nyata (konkrit), yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan.

4) Perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan


berinteraksidengan lingkungannya. Dengan semakin mampunya anak melakukan
gerakan motorik (berdiri, berjalan, dan berbicara) anak terdorong untuk
melakukan sendiri berbagai hal dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain
selain anggota keluarganya sendiri.
Menurut Adriani, M (2012) adapun perumbuhan dan perkembangan yang
terjadi saat usia balita adalah :

a) Usia 12-18 bulan , perkembangan fisik dan mental :

 Berjalan sendiri tanpa jatuh.

 Berjalan dan mengeksplorasi sekeliling rumah.

 Menyusun 2-3 kotak.

 Memungut benda kecil seperti kacang dengan ibu jari dan telunjuk.

 Minum sendiri dari gelas tampa tumpah.

 Dapat mengatakan 5-10 kata.

 Mengungkapkan keinginan secara sederhana.

 Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing.


b) Usia 18-24 bulan, perkembangan fisik dan mental :
 Naik turun tangga.
 Berjalan mundur sedikitnya lima langkah.
 Menyusun enam kotak.
 Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya.
 Mencoret-coret dengan alat tulis.
 Menyusun dua kata.
 Belajar makan sendiri.
 Meniru melakukan pekerjangan rumah tangga, misalnya membantu
menyiapkan meja makan.
 Menggambar garis di kertas atau pasir.
 Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.
 Menaruh minat terhadap apa yang dikerjakan orang yang lebih dewasa.
 Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka.
c) Usia 2-3 tahun, perkembangan fisik dan mental :
 Belajar meloncat ,memanjat ,melompat dengan satu kaki tanpa berpegangan
sedikitnya dua hitungan.
 Membuat jembatan dengan tiga kotak.
 Mampu menyusun kalimat.
 Menggunakan kata saya, bertanya, mengerti kata yang ditujukan untuknya.
 Menggambar lingkaran.
 Meniru membuat garis lurus.
 Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di
luar keluarganya.
d) Usia 3-4 tahun, perkembangan fisik dan mental :
 Berjalan sendiri mengunjungi tetangga.
 Berjalan pada jari kaki.
 Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri.
 Menggambar garis silang.
 Menggambar orang hanya kepala dan badan.
 Mengenal 2-3 warna
 Menyebut namanya, jenis kelamin, dan umur.
 Banyak bertanya, bertanya bagaimana anak dilahirkan.
 Mengenal sisi atas, bawah, muka, dan belakang.
 Mendengarkan cerita.
 Bermain dengan anak lain.
 Mematuhi peraturan permainan sederhana.
 Menunjukkan rasa sayang kepada saudaranya.
 Dapat melakukan tugas-tugas sderhana.
e) Usia 4-5 tahun, perkembangan fisik dan mental :
 Melompat dan menari menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, dan
badan.
 Menggambar segitiga dan segi empat.
 Pandai bicara.
 Dapat menghitung jari-jarinya.
 Dapat menyebut hari dalam satu minggu.
 Mendengar dan mengulang hal penting dan bercerita.
 Minat kepada kata baru dan artinya.
 Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya.
 Mengenal empat warna.
 Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil.
 Minat kepada aktivitas orang dewasa.

c. Faktor-fator yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


balita
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhinya.Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak itu. Faktor-faktor itu dibagi dalam dua golongan, yaitu:

a. Faktor dalam (internal)

Faktor internal meliputi:

1) Perbedaan ras atau bangsa


Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa, maka tidak mungkin ia
memiliki faktor herediter ras orang Indonesa atau sebaliknya. Tinggi badan setiap
bangsa berlainan, pada umumnya ras oarang kulit putih mempunyai ukuran
tungkai yang lebih panjang daripada orang mongol.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang
gemuk-gemuk.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan, dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Pada umumnya, wanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-laki. Pada
masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan
kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.
5) Kelainan genetika
Sebagai salah satu contoh, achondroplasia (kelainan herediterkongenital)
yang menyebabkan darfisme (kerdil), sedangkan sindroma marfan yang
menyebabkan pertumbuhan tinggi badan yag berlebihan.
6) Kelainan koromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner.

b. Faktor luar (eksternal/lingkungan)

Faktor eksternal dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Faktor prenatal
a) Gizi
Tumbuh kembang anak tidaklah dimulai sejak anak lahir tetapi dimulai sejak
ibu hamil. Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanik
Posisi fetus yang tidak abnormal dapat menyebabkan kelainan kongenital.
c) Toksin/zat kimia
Minopetrin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Seperti pada diabetes militus dapat menyebabkan makrosomia kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar roentgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongenital mata, dan kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua adalah oleh TORCH (toksoplasma,
rubella, sitomegalo virus, herpes simpleks), PMS (penyakit menular seksual),
serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperi
katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung
kongenital.Karena itu, pemeliharaan gizi anak harus juga mencakup upaya
pencegahan penyakit infeksi.Pemberian imunisasi terhadap beberapa penyakit
harus dilakukan sesuai waktunya, disamping pemeliharaan kebersihan dan
sanitasi lingkungan.
g) Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetalisi timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk kedalam peredaran darah janin dan
akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia kemicterus yang akan menyebabkan kerusakan janin otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio (kekurangan penyediaan O2) yang disebabkan oleh gangguan
fungsi plasenta sehingga menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
hamil, dan lain-lain.

j) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
2) Pasca-natal
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang anak, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan dapat mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisik dan kimia
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, dan rokok) mempunyai
dampak negatif terhadap pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Psikologis dari anak adalah adanya hubungan anak dengan orang tua
sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak
yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan didalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon misalnya, pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan
akan menyebabkan anak menjadi kerdil.
f) Sosioekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan
anak.
g) Lingkungan pengasuhan.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulan khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan,sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan
anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku
anak.

i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap
susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatmya produksi hormon
pertumbuhan (Adriani M, 2012).

3. Masalah tumbuh kembang

Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek.Stunting


terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu lama pada masa
janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak (Black et al, 2008).

Gizi kronis atau pengerdilan adalah bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan.
Gizi kronis terjadi dari waktu ke waktu tidak seperti kekurangan gizi akut.Seorang
anak yang terhambat atau kronis kekurangan gizi sering muncul secara normal
porposional tapi sebenarnya lebih pendek dari normal untuk usianya (UNICEF,
2014).

Untuk mengetahui gangguan perkembangan fisik perlu pemantauan yang


kontinu.Dengan pemantauan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, umur
tulang dan pertumbuhan gigi, maka dapat diketahuiadanya suatu kelainan tumbuh-
kembang fisik seorang anak.Pemantauan barat badan anak dengan menggunakan
KMS, maka kita dapat mengetahui pola pertumbuhan anak.Bila grafik berat badan
anak lebih dari 120% kemungkinan akibat dari obesitas atau kelainan
hormonal.Sedangkan di bawah garis normal, kemungkinan anak kurang gizi,
deprivasi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Berat badan
terhadap tinggi badan dibawah persentil ke lima, menunjukkan indikator adanya
kurang gizi yang akut. Setelah beberapa bulan kekurangan kalori, tinggi badan
terhadap umur akan menurun (stunting), sehingga proporsi berat badan terhadap
tinggi badan akan kembali normal.proporsi tubuh mengikuti sekuen perubahan
yang teratur dalam perkembangan anak (IDAI, 2002)

Umur tulang mempunyai kolerasi dengan stadium pubertas dan berguna


untuk memprediksi tinggi badan dewasa pada remaja yang mengalami maturitas
dini atau lambat.Pada perawakan pendek karena keturunan (familial short stature)
umur tulang adalah normal sesuai sesuai dengan umur kronologis.Sedangkan pada
pertumbuhan yang terlambat, perawakan pendek akibat kelainan endokrin dan
kurang gizi maka umur tulang adalah lebih rendah (IDAI, 2002).
Stunting disebabkan oleh banyak faktor baik secara faktor langsung atau tidak
langsung.Faktor langsung ditentukan oleh asupan makanan, berat badan lahir, dan
penyakit.Sedangkan faktor tak langsung seperti faktor ekonomi, budaya,
pendidikan, dan pekerjaan, fasilitas pelayanan kesehatan.Faktor sosial ekonomi
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya seperti masukan zat gizi, berat badan
lahir, dan penyakit infeksi pada anak (Frongillo et al, 1997).
Data dari WHO 2014, indonesia menempati urutan ke 17 dari 117 negara
dengan prevalensi wasting (perawakan kurus) dan stunting (perawakan pendek)
yang tinggi pada balita (Tribun Medan, 2016). Ada sekitar 14 % balita wasting
dan balita stunting mencapai proporsi tertinggi yaitu 35%.

Menurut NANDA (2012) resiko pertumbuhan tidak proporsional adalah


pasien/klien beresiko mengalami pertumbuhan di atas persentil ke-97 atau di
bawah persentil ke-3 untuk usia, yang melewati dua jalur persentil. Ada beberapa
Faktor resiko penyebab resiko pertumbuhan tidak prooporsional, yaitu :

Pengasuh :

 Penganiyaan

 Kesulitan belajar (cacat mental)

 Penyakit mental

 Ketunadayaan belajar berat


Lingkungan :

 Deprivasi

 Kemiskinan

 Keracunan timbal
 Bencana alam

 Teratogen

 Perilaku kekerasan
Individu :
 Anoreksia
 Perilaku pemberian makan yang maladaptif oleh pengasuh
 Penyakit kronis
 Perilaku makan individu yang maladaptaif
 Infeksi
 Selera makan yang selalu meningkat
 Malnutrisi
 Prematuritas
 Penyalahgunaan zat
Pre natal :
 Gangguan kongenital
 Gangguan genetik
 Infeksi maternal
 Nutrisi maternal
 Kehamilan kembar
 Penyalahgunaan zat
 Pemajanan teratogen
4. Pathway

5. Gizi pada balita


a. Kebutuhan Nutrisi Ibu hamil
Pada masa usia kehamilan muda, tambahan gizi dalam bentuk vitamin dan
mineral sangat diperlukan, sedangkan kebutuhan akan kalori sangat diperlukan
pada minggu kedelapan sampai kelahiran. Selain dalam masa kehamilan yang
memerlukan tambahan gizi yang sangat banyak, ibu juga memerlukan tambahan
yang lebih besar lagi menjelang kelahiran dan menyusui. Seorang ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi, maka bayi yang dilahirkan akan memiliki berat
badan yang rendah, mudah sakit-sakitan, dan mempengaruhi kecerdasannya
(Proverawati, 2010).
Tabel 2.5 Perbedaan Kebutuhan Gizi antara Ibu Hamil dan Tidak Hamil
Kebutuhan Kebutuhan Sumber
Zat Gizi
Wanita Dewasa Wanita Hamil Makanan
Energi (kalori) 2500 + 300 Padi-padian,
jagung, umbi-
umbian, mie, roti
Protein (gram) 40 + 10 Daging, ikan,
telur, kacang-
kacangan, tahu,
Tempe
Kalsium (mg) 0,5 + 0,6 Susu, ikan teri,
kacang-
kacangan,
sayuran hijau
Zat besi (mg) 28 +2 Daging, hati,
sayuran hijau.
Vit. A (SI) 3500 + 500 Hati, kuning
telur, sayur dan
buah berwarna
hijau dan kuning
Kemerahan
Vit. B1 (mg) 0,8 + 0,2 Biji-bijian, padi-
padian, kacang-
kacangan, daging
Vit. B2 (mg) 1,3 + 0,2 Hati, telur, sayur,
kacang-kacangan
Vit. B6 (mg) 12,4 +2 Hati, daging,
ikan, biji-bijian,
kacang-kacangan
Vit. C (mg) 20 +20 Buah dan sayur
Sumber: Proverawati, 2010
b. Kebutuhan Nutrisi bayi
ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan
pertama, sebab memenuhi syarat-syarat kesehatan.ASI mengandung semua
nutrien untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang
diperlukan. Sejak masa lampau sampai sekarang ada dua cara pemberian ASI,
yaitu :

1) Frekuensi menyusui dengan dengan pembatasan


Pembatasan dilakukan tentang frekuensi, jarak menyusui, jadwalwaktu
yang ketat, dan lama waktu menyusui kira-kira 10-15 menit.
2) Frekuensi menyusui gaya bebas, tanpa pembatasan
Bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau haus.Bagi ibu yang
cerdas, kiranya tidak begitu sulit untuk membedakan untuk apakah bayi itu
menangis bukan karena sebab lain, misalnya karena perasaan sakit, gatal,
kaget, kepanasan, dan sebagainya.Sekarang menyusui tanpa pembatasan
ini dianjurkan dan disebut menyusui menurut kehendak bayi.
c. Kebutuhan Nutrisi Balita

Balita dan dewasa memiliki perbedaan dalam pemenuhan kebutuhan akan


kalori maupun nutrisinya. Kebutuhan balita akan nutrisi dan kalori jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini terutama terkait dengan
perkembangan tubuhnya yang masih dalam usia pertumbuhan. Ketika balita mulai
dapat berjalan, maka akan semakin besar lagi kebutuhan nutrisinya maupun
kalorinya (triton, 2006).

Untuk menjamin kesehatan balita yang bagus, pemenuhan nutrisi bagi balita
tidak cukup.Pemenuhan nutrisi bagi balita harus diselaraskan dengan pemenuhan
kebiasaan makan yang sehat.Kebiasaan makan yang sehat ini harus dibentuk
sedini mungkin (Triton, 2006).

Pemenuhan nutrisi bagi balita harus diwujudkan dalam pengaturan menu


yang seimbang. Pengaturan menu seimbang akan mampu memenuhi kecukupan
nutrisi dan kalori yang dibutuhkan si kecil (Triton, 2006).
Ada lima kelompok makanan penting bagi balita yang sering juga dkenal
dengan empat sehat lima sempurna. Thompson (2003) menggolongkan makanan
utama balita dalam komposisi sebagai berikut :

Tabel 2.6 kelompok makanan utama pada balita dan pengaturannya


No Kelompok makanan utama Pengaturan
Makanan yang seimbang harus
mengandung lemak dan gula. Hindari
1 Lemak dan gula
pemanis buatan. Berikan makanan
olahan susu berlemak tinggi
Setiap hari diberikan satu porsi
daging, ikan, atau telur, atau 2 porsi
2 Daging dan alternatifnya
tumbuh-tumbuhan seperti kacang-
kacangan.
Balita setiap hari harus diberikan
sedikitnya 350 ml susu dengan kadar
3 Makanan olahan susu
lemak yang tinggi atau 2 porsi keju
maupun yougurt.
Setiap hari balita harus diberikan
minimal 4 porsi buah-buahan atau
sayuran segar, kalengan, maupun
4 Buah dan sayuran
beku. Jus buah dihitung sebagai satu
porsi walaupun diberikan lebih dari
satu kali sehari.
Pada saat makan setiap harinya
balita perlu diberikan sedikitnya satu
porsi nasi, roti, jagung, sereal,
5 Produk biji-bijian dan zat tepung
ataupun tumbuhan yang mengandung
zat tepung. Hindari pemberian makan
dari biji-bijian yang sangat kasar.
Sumber : Thompson, 2003
Pada prinsipnya kelengkapan nutrisi makanan yang dibutuhkan balita terdiri
atas semua komponen gizi meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral.Kesemua komponen gizi tersebut sangat diperlukan untuk kesehatan
balita (Triton, 2006).

Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang dikeluarkan dalam widya


karya nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, uur dikelompokkan
menjadi 0-6 bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-12 tahun, dengan
catatan pengelompokan di atas tidak membedakan jenis kelamin. Takaran
konsumsi makanan sehari dapat di lihat ada tabel 2.5.

Tabel 2.7 Takaran Komsumsi Makanan Sehari


Kelompok umur Bentuk makanan Frekuensi makan
0-4 bulan ASI ekslusif Sesering mungkin
2 x sehari
4-6 bulan Makanan lumat 2 sendok makan setiap
kali
3 x sehari
6-12 bulan Makanan lembek Plus 2 x makanan
selingan
Makanan keluarga
1-11/2 piring nasi/pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-3 tahun 1-2 potong lauk nabati 3 x sehari
1
/2 mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1 gelas susu
1-3 piring nasi/penggati
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati
4-6 tahun 3 x sehari
1-11/2 mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1-2 gelas susu
selain makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, ada juga beberapa makanan
yang justru harus dihindari agar tidak dikomsumsi si kecil. Kelompok makanan
itu adalah (Thompson,2003) :

a) Makanan berbahaya bagi alat pencernaan luar si kecil. Kelompok makanan


ini dapat membuat si kecil tersedak, antara lain pop corn, buah-buahan berbiji
kecil, klengkeng, dan segala jenis kacang-kacang terutama kacangan.
b) Makanan dan minuman yang mengandung kafein. Makanan yang
mengandung kafein ini dapat membuat balita menjadi gelisah.
c) Makanan yang mengandung rempah, kecuali si kecil sudah terbiasa, dan
sikecil memintanya sendiri.
d) Makanan yang terlalu asin. Makanan asin dapat membuat si kecil menjadi
cepat merasakan haus.

Meskipun kebutuhan kalori dan nutrisi balita amat besar, ternyata kapasitas
perut balita jauh lebih kecil daripada orang dewasa. Otomatis porsi makan yang
dapat diberikan bagi balita jauh lebih sedikit, yaitu antara 25% hingga 40% dari
porsimakan orang dewasa. Untuk menyiasati hal ini, maka dilakukan pemberian
makanan selingan tiga kali sehari disela-sela pemberian tiga kali makanan utama
(Triton, 2006) .

Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor
dalam maupun faktor luar.Faktor dalam dipengaruhi oleh jumlah dan mutu
makanan, kesehatan balita (ada atau tidaknya penyakit). Faktor luar dipengaruhi
tingkat ekonomi, pendidikan, perilaku (orang tua/pengasuh), sosial budaya atau
kebiasaan, ketersediaan bahan makanan di rumah tangga (Depkes RI, 2000 dalam
Adriani,.M, 2012).
B. Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2005), Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak
dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh-
kembang anak sehingga dengan data yang ada dapat diketahui mengenai keadaan
anak. Hal-hal yang perlu dikaji pada pengkajian anak adalah :
a. Riwayat pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti
terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain serta
apakah kehamilannya di pantau secara berkala.Kehamilan resiko tinggi yang tidak
ditangani yang tidak benar dapat menggagu tumbuh-kembang anak.Dengan
mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal
dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan
terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti porceps, partus lama, atau kasep) maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi tumbuh-kembang anak.
c. Pertumbuhan fisik
Untuk menentukan pertumbuhan fisik anak, perlu dilakukan pengukuran antropometri dn
pemeriksaan fisik. Pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk
memantau tumbuh-kembang anak adalah BB, TB, dan Lingkar kepala.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia,
ekstermitas.Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan
fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik
pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada
bagian ini.
e. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku pedoman Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Balita.Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau
memerlukan, rujukan.
f. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang lainnya,
seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak
berada diklinik.
Pengkajian keperawatan meliputi dua tahap sebagai berikut :
1) Mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan, rekam medis).
2) Analisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis
keperawatan, mengidentifikasi berbagai masalah yang saling berhubungan,
dan mengembangkan rencana keperawatan yang sifatnya individual.
2. Analisa data

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya


berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data,
diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.

Analisa data memerlukan pengenalan pola atau kecenderungan yang ada pada
kelompok data, membandingkannya dengan nilai normal, dan kemudian dibuat
kesimpulan mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan. Tahap analisa
data : kenali pola atau kecenderungan tanda, bandingkan dengan nilai normal,
buat kesimpulan yang beralasan (potter & perry, 2010).

3. Rumusn masalah

Diagnosa keperawatan merupakan keperawatan klinis tentang respon individu,


keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial atau
proses kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana asuhan keperawatan
untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap penyakit dan
menghilangkan masalah keperawatan kesehatan (Dermawan, 2012). Diagnosa
keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk
mencapai hasilbagi anda, sebagai perawat, yang dapat diandalkan (NANDA
International , 2007).

4. Perencanaan/Intervensi

Rencana keperawatan adalah terapi atau tindakan berdasarkan pertimbangan


dan pengetahuan klinis yang dilakukan oleh perawat untuk mencapai hasil pada
klien.Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih
dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diharapkan (potter & perry,
2010).

5. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan,


kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan (potter & perry, 2010)

6. Evaluasi
Menurut Dermawan, D (2012), Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon perilaku klien yang tampil. Evaluasi yang akan dilakukan oleh
penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada sehingga rencana
tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP (subjective, objective, analisa,
planning).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARA


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., Wirjatmadi, B. 2012.Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:


Kharisma Putra Utama.
Dede, D. 2012. Proses keperawatan: penerapan konsep dan kerangka kerja.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Depkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Dinkes.2015. Faktor Dan Dampak Stunting Pada Kehidupan Balita (Balita
Pendek).Bengkulu.
IDAI. 2002. Buku Ajar 1: Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagung
Seto.
Kyle, T & Carman, S. 2015. Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Ed.2, Vol.1.
Jakarta:EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Nursalam, dkk.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2010. Fundamental keperawatan, edisi 7 buku 1 . Singapure:
ELSEVIER.
Proverawati, A. 2010.Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.
Triton. 2006. Mengasuh Dan Perkembangan Balita. Yogyakarta: ORYZA.
UNICEF. 2014. Malnutrisi Kronis: stunting. Diambil
dari http://www.unicef.org/nutrition/training/2.3/1.html.(10 Juni 2016)

Anda mungkin juga menyukai