Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun guna memenuhi tugas Praktikum Ujian Akhir Semester mata kuliah Etika dan
Hukum Profesi dalam Keperawatan Gigi
Dosen Pengampu : Prasko, S.Si.T, M.H
Disusun Oleh :
NITA SYARIFAH
NIM : P1337425214029
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ada satu hal pokok yang belum dimiliki oleh perawat gigi dan belum dikeluarkan
oleh pemerintah yaitu Izin Praktik Mandiri sebagaimana profesi kesehatan lainnya. Tidak
seperti profesi lainnya yang diberi hak untuk melaksanakan praktik secara mandiri,
misalkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Registrasi dan Praktik Bidan, dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat, maka perawat gigi
hanya diatur bagaimana bisa bekerja secara legal. Terlepas dari segala kelebihan dan
kekurangan SK Menteri Kesehatan RI tersebut, profesi perawat gigi jelas tertinggal
beberapa langkah dari profesi keperawatan lainnya.
Dalam tataran hukum diIndonesia, jika ada perawat gigi yang membuka praktik
perawat gigi mandiri tidak bisa dituntut secara pidana ataupun perdata, kecuali jika ada
hal khusus akibat dari perbuatannya yang bisa dituntut. Tetapi dilain pihak, demi jaminan
dan kepastian hukum bagi perawat gigi serta masyarakat yang menerima pelayanan,
sangat diperlukan adanya aturan perundangan yang mengatur bagaimana seorang
perawat gigi melakukan praktik mandirinya. Karena tiada pastian hukum jelas
merupakan hal yang tidak bisa dibiarkan berlaku lama.
B. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
Profesi perawat gigi merupakan salah satu komponen utama dan mempunyai
peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan
kepada masyarakat berupa tindakan keperawatan gigi. Permasalahan yang dihadapi oleh
perawat gigi di Indonesia adalah kurangnya perhatian yang diberikan pemerintah
terhadap perkembangan profesi. Semenjak tahun 1950-an kehadiran perawat gigi di
Indonesia, baru tahun 1998 melalui SK.Menkes.RI nomor 1035 pemerintah menyatakan
bahwa perawat gigi adalah tenaga kesehatan yang berada dikelompok keperawatan
bersama dengan profesi perawat dan bidan.
Jika ditilik secara seksama pada prinsipnya profesi perawat gigi sudah memenuhi
persyaratan untuk dianggap sebagai profesi yang professional, seperti 1) memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis; 2) melalui jenjang
pendidikan yang menyiapkan tenaga professional; 3) keberadaannya diakui dan
diperlukan oleh masyarakat; 4) mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan
oleh pemerintah; 5) mempunyai peran dan fungsi yang jelas; 6) mempunyai kompetensi
yang jelas dan terukur; 7) memiliki organisasi profesi sebagai wadah; 8) memiliki etika
profesi; 9) memiliki standar pelayanan; 10) memiliki standar pendidikan yang mendasari
dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan; 11) memiliki standar
pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
Untuk diketahui, saat ini perawat gigi dalam menjalankan profesinya diatur oleh
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1392/Menkes/SK/XII/2001
tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 284/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan Asuhan
Kesehatan Gigi yang menetapkan pedoman yang harus diikuti oleh perawat gigi dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 378/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Perawat Gigi yang wajib digunakan oleh perawat gigi dalam menjalankan profesinya.
B. Hak dan Kewajiban Perawat Gigi
4. Dipelakukan adil dan jujur oleh rumah sakit, klien/pasien, dan atau keluarganya;
1. Mematuhi semua peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan antara pegawai
dengan rumah sakit;
Hak perawat gigi sebagai tenaga kesehatan dapat dilihat dalam UU No 36 tahun
2009, dalam Pasal 27 :
Pasal 32 berbunyi :
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Pasal 190 berbunyi :
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
2. Menurut Kepmenkes Nomor 378/Menkes/K/III/2007 Tentang Standar Profesi
Perawat Gigi
Standar profesi perawat gigi mengikat perawat gigi dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. Di dalamnya terkandung standar kompetensi dan
unjuk kerja perawat gigi dalam melakukan tugas pelayanannya serta kode etik yang
merupakan landasan dalam bekerja secara profesional.
Bekerja sesuai dengan standar profesi merupakan suatu syarat yang mutlak
untuk mendapatkan perlindungan hukum. Standar profesi merupakan suatu kaidah
yang mutlak dilaksanakan oleh perawat gigi, karena di dalamnya terkandung cara
untuk melakukan kebenaran yang merupakan suatu nilai dari asas keadilan. Di
samping itu, standar profesi memberikan kepastian hukum bagi perawat gigi dalam
melakukan perbuatan hukumnya dengan benar dan kemanfaatan bagi perawat gigi,
yaitu berupa imbalan perlindungan hukum.
Pasal 7 berbunyi :
(1) Perawat gigi dapat melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta.
(2) Perawat gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat menjalankan
pekerjaan sebagai perawat gigi maksimal pada 2 (dua) sarana pelayanan
kesehatan dalam satu wilayah Kabupaten/Kota.
(3) Perawat gigi yang menjalankan pekerjaan sebagai perawat gigi pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki Surat Izin Kerja (SIK).
Sedangkan bentuk kewenangan pekerjaan yang bisa dilakukan perawat gigi yang
bekerja di sarana pelayanan kesehatan adalah :
Pasal 12 berbunyi :
(1) Perawat gigi dalam menjalankan pekerjaan sebagai perawat gigi harus
sesuai dengan:
a. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut;
(2) Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) butir a dan b dilaksanakan sesuai standar profesi.
(3) Pelayanan asuhan kesehatan gigi yang dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan gigi dalam upaya promotif
dan preventif.
SIK adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat gigi untuk
melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sarana kesehatan
SIPG adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
keperawatan gigi di seluruh wilayah Indonesia. (Kep.Men.Kes RI Nomor
1019/Menkes/Sk/Vii/2000 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi Surat
Izin Perawat Gigi)
Pasal 7 berbunyi :
(1) Perawat gigi dapat melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta.
(2) Perawat gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
menjalankan pekerjaan sebagai perawat gigi maksimal pada 2 (dua)
sarana pelayanan kesehatan dalam satu wilayah Kabupaten/Kota.
(3) Perawat gigi yang menjalankan pekerjaan sebagai perawat gigi pada
sarana pelayanan kesehatan harus memiliki Surat Izin Kerja (SIK).
Sebagai bentuk perlindungan yang bisa dilakukan selama ini adalah : Praktik di
sarana kesehatan milik pemerintah/swasta, seperti halnya di klinik Per Menkes
Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik :
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis.
Pasal 16 berbunyi :
Ketenagaan klinik terdiri atas tenaga medis, tenaga kesehatan lain dan tenaga
non kesehatan.
Pasal 18 berbunyi :
(1) Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat
Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai
Surat Izin sebagai tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin
Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. tenaga kesehatan dan dipimpin ole
seorang tenaga medis.
5) Kegiatan managerial
7) Melakukan penelitian
1. PREVENTIF
2. REPRESIF
Dianggap benar bila bekerja sesuai standar dan dengan itikad baik
Proses yang adil ( UU yang tepat, nirma profesi yang tepat, dan kesempatan
pembelaan)
PENUTUP
KESIMPULAN
Profesi perawat gigi merupakan salah satu komponen utama dan mempunyai peranan
yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat
berupa tindakan keperawatan gigi.
Sebagai seorang perawat gigi, ia harus bekerja sesuai dengan standar profesi yang
merupakan suatu syarat yang mutlak untuk mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan
hukum merupakan suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan
mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang bersangkutan
merasa aman.
Di samping itu, standar profesi memberikan kepastian hukum bagi perawat gigi dalam
melakukan perbuatan hukumnya dengan benar dan kemanfaatan bagi perawat gigi, yaitu
berupa imbalan perlindungan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
http://yannurdin.blogspot.co.id/
http://bppsdmk.depkes.go.id/ckfinder/userfiles/files/PERLINDUNGAN%20HUKUM
%20PERAWAT%20GIGI%20lombok.pdf
http://drampera.blogspot.co.id/2011/06/hukum-kesehatan.html