11 49 1 PB
11 49 1 PB
Abstrak
Tulisan ini berasal dari hasil penelitian kami. Secara teknis, penelitian ini
dilakukan dengan metode simak dan metode cakap dalam penyediaan data.
Metode cakap dapat disejajarkan dengan metode wawancara. Dalam analisis data
digunakan metode, editing (pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kelayakan
data), koding (klasifikasi data). Setelah itu, menafsirkan keabsahan teori dengan
data yang telah dikoding. Di samping itu, dalam analisis data juga digunakan
metode padan dan metode distribusional.
1
Tulisan ini berasal dari hasil penelitian Hibah Bersaing
13
Vol. 2, April 2015
14
Jurnal Arbitrer
Begitu pula dalam sosial budaya Alasan lain mengapa ujaran seruan
Minangkabau, untuk menjaga dalam bahasa Minangkabau yang
keharmonisan antara kelompok, dijadikan topik tulisan ini. Pertama,
masyarakat memakai ukuran yang perkembangan penggunaan karena
mereka sebut raso jo pareso ‘rasa kemajuan teknologi dan
dengan periksa’. Ajaran raso jo penyederhanaan bentuk serta
pereso terdapat dalam pantun pengabaian praktik-praktik budaya
berikut: dalam masyarakat Minangkabau
menyebabkan kurang tepatnya
Kaluak paku kacang balimbiang penggunaan seruan tersebut.
Tampuruang lenggang-lenggangkan
Bao manurun ka saruaso Kedua, perkembangan teknologi
Anak di pangku kamanakan sudah mempengaruhi generasi
dibimbiang muda. Pengaruh itu sangat jelas
Urang kampuang dipatenggangkan terlihat dalam penggunaan bahasa
Tenggang jo raso jo pareso (Navis, mereka. Mereka senang
1982:73) menggunakan bahasa gaul, prokem,
dan alay. Dalam penggunaan bahasa
15
Vol. 2, April 2015
16
Jurnal Arbitrer
17
Vol. 2, April 2015
18
Jurnal Arbitrer
19
Vol. 2, April 2015
Semua contoh bentuk tidak lengkap ujaran yang bersifat mencari kawan
ujaran serua bahasa Minangkabau pada yang mengacu ke sikap positif. Sifat
tabel itu akan dapat dipahami ujaran mencari kawan artinya, antara
bergantung pada konteks penutur dengan mitra tutur dalam
penggunaannya. Artinya, bentuk itu peristiwa tutur berusaha
kadangkala dapat berpindah kelompok mengungkapkan kata-kata/ujaran yang
bergantung pada konteksnya. menimbulkan rasa simpati/rasa senang
bagi pendengarnya.
2.2 Watak Kato dalam Ujaran seruan
Bahasa Minangkabau Ujaran seruan yang mengacu ke sikap
positif ini biasanya diucapkan oleh
Bentuk lengkap dan tak lengkap ujaran manusia sebagai ekspresi senang,
seruan bahasa Minangkabau dapat kagum, gembira, dan bahagia. Ujaran
digunakan dalam berbagai keadaan. yang bersifat positif berarti memiliki
Artinya, ujaran itu dapat digunakan watak kato mancari kawan. Dari
dalam keadaan senang, sedih, marah, bentuk- bentuk lengkap yang telah
dan kecewa bergantung pada konteks. contohkan di atas, dapat kita lihat
Di samping itu, dalam bahasa contoh (1—2) dima ‘dimana’ dan anto
Minangkabau kata-kata yang ‘mengapa’ berwatak mencari teman
digunakan dalam ujaran juga memiliki yang mengacu ke sikap positif
watak tertentu. Dari bentuk lengkap mengungkapkan kekhawatiran dan
dan tidak lengkap ujaran seruan ini, kekecewaan si pembicara.
dapat dikelompokan atas 4 watak kato,
yaitu,: Di samping itu, sama dengan bentuk
lengkap, bentuk tak lengkap juga
1. Kato mancari kawan ‘ kata memiliki watak. Dari bentuk tak
mencari teman’ lengkap, kato yang berwatak
Berdasarkan analisis data, dapat dilihat mancari kawan, yaitu kato pujian
bahwa dalam kehidupan sehari-hari dan kato teriakan minta perhatian,
masih banyak manusia menggunakan serta teriakan. Contoh kato mencari
20
Jurnal Arbitrer
21
Vol. 2, April 2015
22
Jurnal Arbitrer
23
Vol. 2, April 2015
marah dapat dilihat pada contoh digunakan kepada anak yang sulit
berikut ini, untuk dimintai tolong.
23. Eee! Pakak mah! 2. Bentuk Kutukan
‘Eee! Tuli! Variasi leksikal pada bentuk
24. Hoi kalera ang yo! kutukan terjadi karena perbedaan
‘hai KCr kamu ya! daerah penggunaan. Contohnya, di
Bukittinggi, mati ka ditembak
Namun, bentuk teriakan ini juga
patuih!, di Padang, ka mati
dapat digunakan untuk menyapa
anyuiklah!, di Damasraya, ka mati
orang sebagai basa-basi dalam
tumbuak ikuk puso dang an!. Pada
kehidupan bermasyarakat. Berikut
daerah yang sama juga dapat terjadi
contoh penggunaannya:
variasi leksikal, contohnya, di
25. kama juo tu! Payakumbuah dilulua boncah! dan
‘Mau kemana tu!’ Matilah copek!
26. Oi marilah!
Dalam penggunaannya, pada dasarnya
‘Hai kemarilah!’ bentuk kutukan tidak bervariasi.
Di samping bentuk teriakan, adalagi Bentuk kutukan digunakan masyarakat
teriakan berbentuk perintah. Bentuk untuk mengekspresikan rasa marah
kepada orang lain. Akan tetapi, dalam
yang dimaksud ialah bentuk
konteks tertentu bagi sekelompok orang
perintah keras atau memaksa orang kadangkala bentuk kutukan digunakan
melakukan sesuatu. Perintah keras sebagai tanda keakraban antara penutur
ini mempunyai variasi leksikal baik dengan mitra tutur.
di daerah yang sama maupun di
3.
daerah yang berbeda. Contoh variasi Bentuk Umpatan
leksikal di daerah yang sama, yaitu Bentuk umpatan mempunyai variasi
daerah Pasaman, oi tolong tua!, leksikal. Variasi leksikal terjadi
hindanglah!, dan tobang karena perbedaan daerah
ambualah!. Contoh variasi leksikal penggunaan. Contoh, di Padang,
yang terjadi di daerah yang berbeda, anak haram!, di Bukittinggi, anak
yaitu: di Padang, barangkeklah jadah!, dan di Solok anak galadak!.
baruak!, di Pariaman pailah Sama halnya dengan bentuk kutukan,
anjiang!, dan di Bukittinggi, pada dasarnya penggunaan umpatan
tabanglah ang kambiang!. tidak bervariasi. Bentuk umpatan ini
Dari sisi penggunaannya, bentuk hanya digunakan untuk
mengungkapkan rasa kesal dan marah
perintah keras ini tidak bervariasi.
kepada orang lain. Akan tetapi, dalam
Bentuk ini hanya digunakan untuk konteks tertentu bagi sekelompok orang
mengekspresikan rasa marah dan kadangkala bentuk kutukan digunakan
kesal kepada orang. Biasanya sebagai tanda keakraban antara penutur
dengan mitra tutur.
24
Jurnal Arbitrer
25
Vol. 2, April 2015
REFERENSI
26
Jurnal Arbitrer
27