Anda di halaman 1dari 6

Nama: Eka Syafitri

Kelas: PGMI C 20

Matkul: Pemerintahan & Globalisasi SD/MI

Dosen Pembimbing: Ahmad Fauzi, MA

PEMERINTAHAN DAN GLOBALISASI

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk mengatur komunitas di wilayah
tertentu, yang umumnya adalah negara. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama
halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia.

Dalam definisi asosiatifnya yang luas, pemerintah umumnya terdiri atas lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Pemerintah merupakan sarana untuk menegakkan kebijakan organisasi, sekaligus sebagai
mekanisme untuk menentukan kebijakan. Setiap pemerintahan memiliki semacam konstitusi, yaitu
pernyataan tentang prinsip dan filosofi pemerintahannya.

Meskipun semua jenis organisasi memiliki tata kelola, istilah pemerintah sering kali digunakan secara
lebih spesifik untuk merujuk pada sekitar 200 pemerintah nasional independen dan organisasi-organisasi
di bawahnya.

Sepanjang sejarah, bentuk pemerintahan yang lazim ditemui meliputi monarki, aristokrasi, timokrasi,
oligarki, demokrasi, teokrasi, dan tirani. Aspek utama dari filosofi setiap pemerintahan adalah
bagaimana kekuasaan politik diperoleh - dua bentuk utamanya adalah pemilihan umum dan suksesi
turun-temurun.

Sejarah:

Awal mula dan perkembangan fenomena pemerintahan manusia tidak diketahui dengan pasti; namun,
sejarah mencatat terbentuknya pemerintahan awal. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, beberapa negara-
kota kecil muncul. Pada milenium ketiga hingga kedua SM, beberapa negara-kota ini berkembang
menjadi wilayah pemerintahan yang lebih besar: Sumeria, Mesir Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus,
dan Peradaban Sungai Kuning.

Pembangunan proyek pertanian dan pengendalian air merupakan katalisator bagi perkembangan
pemerintah. Kadang kala, seorang kepala suku dipilih dengan berbagai ritual atau uji kekuatan untuk
mengatur sukunya, terkadang melibatkan sekelompok orang yang lebih tua sebagai dewan. Kemampuan
manusia untuk secara tepat mempelajari dan mengomunikasikan informasi abstrak memungkinkan
manusia bertindak lebih efektif dalam bertani, yang kemudian terus meningkatkan kepadatan populasi.
Sejarawan David Christian menjelaskan bagaimana hal ini menghasilkan negara-negara bagian dengan
hukum dan pemerintahan.

Mulai akhir abad ke-17, bentuk pemerintahan republik bertumbuh. Revolusi Agung di Inggris, Revolusi
Amerika Serikat, dan Revolusi Prancis berkontribusi pada pertumbuhan pemerintahan yang berbentuk
perwakilan. Uni Soviet adalah negara besar pertama yang memiliki pemerintahan komunis. Sejak
runtuhnya Tembok Berlin, semakin banyak negara yang menggunakan demokrasi liberal sebagai bentuk
pemerintahan mereka.

Pada abad kesembilan belas dan kedua puluh, terjadi peningkatan yang signifikan dalam ukuran dan
skala pemerintahan di tingkat nasional, termasuk pengaturan korporasi dan pembangunan negara
kesejahteraan.

Bentuk:

Salah satu metode untuk mengelompokkan pemerintah adalah melalui cara orang memiliki kewenangan
untuk memerintah. Kewenangan ini bisa berupa satu orang (otokrasi, seperti monarki), sekelompok
orang terpilih (aristokrasi), atau orang-orang secara keseluruhan (demokrasi, seperti republik).

 Autokrasi adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertingginya terkonsentrasi di tangan


satu orang, yang keputusannya tidak tunduk pada batasan hukum eksternal atau mekanisme
kontrol kerakyatan yang diatur (kecuali mungkin terhadap ancaman implisit dari kudeta atau
pemberontakan massa).
 Aristokrasi (dari bahasa Yunani ἀριστοκρατία aristokratía, dari ἄριστος aristos "unggul atau
istimewa", dan κράτος kratos "kekuasaan") adalah suatu bentuk pemerintahan yang
menempatkan kekuasaan di tangan kelas penguasa yang sedikit dan memiliki privilese atau hak
istimewa.
Banyak monarki merupakan aristokrasi, meskipun dalam monarki konstitusional modern, raja
hanya memiliki sedikit kekuasaan. Istilah aristokrasi juga bisa merujuk pada kelas non-tani, non-
pelayan, dan non-kota dalam sistem feodal.
 Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang warga negaranya menjalankan kekuasaan dengan
memberikan suara. Dalam demokrasi langsung, warga negara secara keseluruhan membentuk
badan pemerintahan dan memberikan suara langsung pada setiap masalah. Dalam demokrasi
perwakilan, warga memilih perwakilan dari antara mereka sendiri. Perwakilan-perwakilan ini
bertemu untuk membentuk badan pemerintahan, seperti badan legislatif. Dalam demokrasi
konstitusional, kekuasaan mayoritas dijalankan dalam kerangka demokrasi perwakilan, tetapi
konstitusi membatasi mayoritas dan melindungi minoritas, biasanya melalui penjaminan hak
tertentu bagi semua individu, misalnya kebebasan berbicara atau kebebasan berserikat.

Republik adalah suatu bentuk pemerintahan dengan negara dianggap sebagai "urusan publik" (bahasa
Latin: res publica), bukan urusan pribadi atau milik para penguasa, yang pemerintah negaranya dipilih
atau ditunjuk secara langsung atau tidak langsung alih-alih diwariskan. Rakyat, atau sebagian besar dari
mereka, memiliki kendali tertinggi atas pemerintah dan jabatan negara dipilih atau ditunjuk oleh orang-
orang terpilih. Definisi umum yang disederhanakan dari republik adalah pemerintahan yang kepala
negaranya bukan seorang raja. Montesquieu menyatakan bahwa baik demokrasi (semua orang memiliki
bagian dalam pemerintahan) maupun aristokrasi atau oligarki (hanya beberapa orang yang memerintah)
sebagai bentuk pemerintahan republik.

Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan republik di antaranya republik demokratis, republik
parlementer, republik semipresidensial, republik presidensial, republik federal, dan republik Islam.

Federalisme adalah konsep politik ketika sekelompok anggota diikat bersama oleh kovenan dengan
kepala perwakilan sebagai pengatur. Istilah "federalisme" juga digunakan untuk menggambarkan sistem
pemerintahan yang kedaulatannya secara konstitusional dibagi antara otoritas pemerintahan pusat dan
unit politik konstituen, yang bisa disebut negara bagian, provinsi, atau lainnya. Federalisme adalah
sistem yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan institusi demokrasi yang kekuasaannya untuk
memerintah dibagi antara pemerintah nasional dan pemerintah provinsi/negara bagian, sehingga
menciptakan apa yang sering disebut federasi. Para pendukungnya sering disebut federalis.
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan
telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi
yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal di era modern, beberapa pakar lainnya
melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran ke Dunia Baru. Ada
pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi pada milenium ketiga sebelum Masehi. Pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia berlangsung sangat cepat.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering lagi sejak
pertengahan 1990-an. Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi empat
aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan
perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan
seperti perubahan iklim, polusi air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan
juga ada hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis
dan tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.

Etimologi
Istilah 'globalisasi' diambil dari kata globalize yang merujuk pada kemunculan jaringan sistem sosial dan
ekonomi berskala internasional. Istilah ini pertama kali digunakan sebagai kata benda dalam sebuah
tulisan berjudul Towards New Education; kata 'globalisasi' di sini menunjukkan pandangan pengalaman
manusia secara menyeluruh di bidang pendidikan. Istilah serupa, corporate giants (raksasa perusahaan),
dicetuskan oleh Charles Taze Russell pada tahun 1897 untuk menyebut perusahaan-perusahaan besar
nasional pada waktu itu. Tahun 1960-an, kedua istilah tadi mulai dijadikan sinonim oleh para ekonom
dan ilmuwan sosial lainnya. Ekonom Theodore Levitt diakui secara luas sebagai pencipta istilah kata
'globalisasi' melalui artikelnya yang berjudul "Globalization of Markets". Artikel ini terbit di Harvard
Business Review edisi Mei–Juni 1983.

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum
memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat
satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

 Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam


hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain.
 Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara,
misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
 Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun
imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
 Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
 Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat
definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status
ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan
sekadar gabungan negara-negara.

Karakteristik Globalisasi:

1. Perubahan konsep ruang serta waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam,
televisi satelit, dan internet membuat komunikasi global terjadi dengan cepat. Pergerakan
massa, seperti pariwisata , membuat kita dapat merasakan banyak hal dari bermacam-macam
budaya di dunia.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadikan masing-masing saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perekonomian, pembagian pekerjaan yang baru
secara internasional, meningkatnya pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi
organisasi dunia seperti World Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural lewat perkembangan media massa (contohnya televisi, film ,
musik, serta transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalamai gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang beraneka ragam dari
berbagai budaya, misalnya fashion, literatur, dan makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya dalam aspek lingkungan, ekonomi, perdagangan obat
terlarang internasional, kesehatan, dan terorisme

Teori:

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi
teoretis yang dapat dilihat, yaitu:

 Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi


nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa
negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang
homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai
konsekuensi terhadap proses tersebut.

-Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan
menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab.
-Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena
hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat  (terutama Amerika Serikat) yang
memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu
yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk
menentang globalisasi (antiglobalisasi).

 Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa


fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan.
Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama
ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan,
atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
 Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa
pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga
berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoretis ini
berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang
saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi
secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal
tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

Anda mungkin juga menyukai