Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 0303193181
Prodi : BKPI 5/ sem 5
Matkul: POKUS (Populasi Khusus)
Dosen : Ahmad Ismail Siregar, M.Pd
Tugas : Individu Rutin
Pengertian NAPZA
Narkoba atau napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Narkoba sebenarnya adalah senyawa-
senyawa psikotropika yang biasa dipakai dalam dunia kesehatan untuk membius pasien saat
hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu
disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya. Narkoba
merupakan obat-obatan yang bisa memengaruhi cara kerja otak, mengacaukan kondisi fisik dan
mental seseorang, serta memiliki risiko kecanduan yang kuat. Efek sampingnya yang dapat
berbahaya untuk fisik maupun jiwa sudah tidak diragukan lagi.
Definisi narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan yang
dimaksud psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat , baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Menurut para ahli pengertian zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila
dikonsumsi oleh organisme hidup, maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan
ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara
terus-menerus. Jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
Contoh zat adiktif lainnya adalah alkohol, inhalansia (lem, bensin, tiner), kafein, nikotin.
Istilah psikoaktif dipakai dalam buku International Classification of Diseases edisi 10 (ICD
10) dan dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III (PPDGJ
III). Zat psikoaktif adalah zat yang bekerja pada susunan saraf pusat secara selektif sehingga
dapat menimbulkan perubahan pada pikiran, perasaan, perilaku, persepsi maupun kesadaran. 1
Jenis-Jenis NAPZA
1. Kokain
Kokain atau coke termasuk dalam jenis narkoba yang sangat adiktif dan bisa
memengaruhi sistem saraf pusat. Obat yang terbuat dari ekstrak daun tanaman koka ini
berbentuk bubuk atau kristal putih halus dan bisa digunakan dengan cara disuntik, dihisap,
atau dihirup.Walaupun bisa dimanfaatkan dalam beberapa prosedur medis, kokain bisa
disalahgunakan untuk tujuan rekreasional dapat memicu otak melepaskan dopamin dan
menciptakan rasa gembira untuk sesaat.Karena efek yang dirasakan bersifat sementara,
seseorang jadi harus menggunakan kokain berulang kali untuk mempertahankan sensasi
gembira yang didapatkan. Hal ini tentunya dapat meningkatkan risiko terjadinya beberapa
masalah kesehatan, seperti
2. Ganja
Ganja mengacu pada daun, bunga, batang, dan biji dari tanaman Cannabis sativa yang
dikeringkan. Jenis narkoba yang terkenal dengan sebutan “cimeng” ini biasanya
digunakan dengan cara dihisap seperti rokok, dimasukkan ke makanan, atau diseduh
sebagai teh.Di beberapa negara, ganja dengan dosis dan kandungan tertentu dapat
digunakan sebagai terapi tambahan untuk beberapa penyakit, seperti multiple sclerosis
1
https://rsjmenur.jatimprov.go.id/post/2020-07-29/pengetahuan-tentang-napza
(MS), penyakit Alzheimer, dan penyakit Crohn. Namun di Indonesia, ganja temasuk
ilegal karena risiko masalah kesehatannya jauh lebih besar dari manfaatnya.Ganja
mengandung bahan kimia psikoaktif yang bekerja pada otak dan menyebabkan
perubahan pada sensasi tubuh, perasaan, gerakan, pemikiran, dan ingatan. Perubahan
ini membuat penggunanya merasa senang sesaat dan sensasinya sering disebut dengan
“high”.Bahan psikoaktif ini juga bisa membuat efek ketagihan dan berbahaya bagi
kesehatan secara keseluruhan karena dapat menimbulkan:
3. Ekstasi
Ekstasi adalah obat sintesis turunan obat amfetamin yang dikenal karena efek
halusinasi dan stimulannya (membuat bersemangat). Jenis narkoba ini berisiko tinggi
disalahgunakan dan bisa menyebabkan ketergantungan.Ekstasi diketahui dapat
meningkatkan suasana hati, energi, nafsu makan, dan gairah seksual. Namun, ketika efek
tersebut berakhir, ekstasi dapat memberikan efek samping seperti kebingungan, depresi,
kecemasan, dan gangguan tidur, sehingga membuat penggunanya membutuhkan dosis
tambahan.
4. Heroin
Heroin atau putaw adalah jenis narkoba adiktif yang berasal dari bunga opium poppy.
Beberapa obat yang segolongan dengan heroin dapat dimanfaatkan sebagai pereda nyeri di
beberapa kasus medis.Namun, heroin termasuk dalam narkoba ilegal karena memiliki efek
samping yang berbahaya, cepat diserap ke dalam otak, dan bisa membuat orang sangat
ketagihan hingga sulit berhenti.Jenis narkoba ini hadir dalam bentuk bubuk putih atau
cokelat yang bisa digunakan dengan cara disuntik, dihirup, atau dihisap. Efek langsung
yang didapatkan dari penyalahgunaan heroin adalah perasaan senang dan tenang.
5. Methapethamine
Methamphetamine atau sabu-sabu adalah jenis narkoba stimulan yang bekerja pada
sistem saraf pusat dan sangat adiktif. Jenis narkoba ini termasuk dalam daftar narkoba
yang paling sering disalahgunakan di Indonesia. Sabu-sabu berbentuk bubuk kristal putih,
tidak berbau, dan terasa pahit.
Penyalahgunaan narkoba atau NAPZA umumnya terjadi karena adanya rasa ingin tahu yang
tinggi. Di sisi lain, kondisi ini juga dapat dialami oleh penderita gangguan mental, misalnya
gangguan bipolar atau skizofrenia. Seseorang yang menderita gangguan mental dapat lebih
mudah menyalahgunakan NAPZA yang awalnya bertujuan untuk meredakan gejala yang dirasa.
Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan menderita gangguan mental, terdapat pula beberapa faktor
lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan penyalahgunaan NAPZA, antara lain:
Pencegahan NAPZA
1. Menanyakan pandangannya tentang narkoba. Ada baiknya kalian mampu membuat para
remaja menyampaikan pandangannya dengan jujur. Kalian juga harus selalu siap
mendengarkan perasaan serta pandangan mereka.
2. Sampaikan alasan yang jelas untuk tidak menggunakan narkoba. Pada tahap ini, hindari
menakut-takuti mereka. Kalian bisa menegaskannya melalui dampak dari penggunaan
narkoba seperti kesehatan, penampilan serta kemampuan mengemudi.
3. Meninjau pesan di akun media sosial. Jangan pernah anggap sepele akun media sosial.
Sebab, media sosial, program televisi, lagu hingga film terkadang bisa meremehkan
2
https://www.alodokter.com/penyalahgunaan-napza
dampak penggunaan narkoba. Untuk itu, kalian harus siap serta meninjau perasaan
mereka.
4. Diskusikan cara menolak tekanan dari teman sebaya. Diskusi ini menjadi salah satu hal
penting. Sebab, dengan cara ini kalian bisa mengajak para remaja untuk menolak
menggunakan narkoba. Sehingga pencegahan narkoba pada remaja bisa membuahkan
hasil bagus.
5. Beri dukungan kuat dari keluarga. Terutama dukungan pada setiap kegiatan positif yang
dilakukannya. Agar para remaja bisa terhindar dari bahaya narkoba.
6. Berikan contoh yang baik. Sebagai orang terdekat mereka, sudah sepantasnya kalian
memberikan contoh yang baik. Tujuannya agar diharapkan mereka akan meniru sikap
baik yang kalian lakukan tersebut.3
dr. Abu Haris Assiediqie, Sp.KJ – Pengaruh Napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya) berbeda pada setiap orang, bergantung pada beberapa faktor : jenis yang
digunakan, jumlah atau dosis yang dipakai, frekuensi pemakaian, cara pemakaian (diminum,
dihisap, disuntik, ditempel, dan lain-lain), beberapa Napza yang digunakan bersamaan,
pengalaman pemakaian sebelumnya, kondisi fisik pemakai, kepribadian pemakai, harapan
pemakai tehadap efek Napza dan suasana lingkungan dimana Napza digunakan.
Napza berpengaruh buruk pada manusia seperti gangguan daya ingat (mudah lupa), gangguan
perasaan dan kemampuan otak untuk menerima, memilah dan mengolah informasi, (tidak dapat
bertindak rasional), gangguan persepsi (menimbulkan ilusi dan halusinasi), gangguan motivasi
(malas belajar dan bekerja dengan akibat prestasi sekolah menurun, berubahnya nilai-nilai yang
dianut semula) gangguan kendali diri (tidak mampu membedakan mana yang baik dan tidak).
Keadaan di atas dapat terjadi karena adanya gejala : Intoksikasi (keracunan), pasien
menunjukkan tingkah laku menyimpang (mal adaptif) yang terjadi segera sesudah menggunakan
Napza. Umumnya dengan pemeriksaan urinalis (air seni) dapat menunjukkan hasil positif,
artinya terbukti bahwa Napza terdapat di dalam tubuh pasien. Keracunan yang diderita pasien
menimbulkan gejala klinis yang berbeda-beda, misalnya :
3
https://www.merdeka.com/trending/kenali-pencegahan-narkoba-pada-remaja-satu-cara-mencegah-kerusakan-
generasi-bangsa-kln.html?page=4
1. Intoksikasi Kanabis (ganja) dapat menimbulkan perasaan melambung, perubahan proses
berpikir, Inkoheren dan asosiasi longgar, bicara cepat atau malah sulit bicara. Dan bisa
juga terjadi rasa percaya diri meningkat, disorientasi, halusinasi visual dan pendengaran,
menurunnya perhatian dan konsentrasi, mengantuk. Serta yang lainnya dapat terjadi
mual, diare, haus, nafsu makan, meningkat, parestesi, perasaan berat di kepala, pusing.
2. Intoksikasi Obat Tidur (sedatif hipnotika) dan alkohol dapat menyebabkan berkurangnya
pengendalian diri atau hilang, sehingga lepas kendali diri, agresif, mudah tersinggung,
terlibat dalam pertengkaran dan perkelahian dengan resiko terluka atau melukai orang
lain.
3. Intoksikasi Stimulansia (amfetamin, ekstasi, shabu, dan kokain) bisa menyebabkan
denyut nadi bertambah cepat, tekanan darah, meningkat, mual, muntah, cenderung
berkelahi, kewaspadaan meningkatkan . Pada Instoksikasi ekstasi ini ada juga gejala
mulut kering, tak bisa diam, selalu ingin bergerak, rahang berkerut, gemetar, bola mata
bergerak.
4. Intoksikasi Opioida (Heroin, Putaw, Morfin) dapat menyebabkan bicara cadel, jalan
sempoyongan, gerak lamban, euforia bila sudah biasa atau disforia bila baru pertama
kali, apatis, mengantuk, perhatian dan daya ingat terganggu kelebihan dosis (over dosis)
juga dapat menimbulkan gejala berbeda-beda, di antaranya :
5. Kelebihan Heroin dan Putaw dapat menyebabkan penekanan sistem pernafasan, sehingga
dapat berakibat kematian.
6. Kelebihan dosis amfetamin (ekstasi danshsbu) dapat menyebabkan kematian akibat
pecahnya pembuluh darah otak.
Sindrom ini dapat menyebabkan ketergantungan baik fisik maupun psikologik bila pemakainya
terus menerus dan dalam jumlah banyak. Ketergantungan fisik dapat diketahui dari adanya
toleransi dan atau gejala putus zat (withdrawal symptom) maksudnya dari Tolenransi :
menurunnya pengaruh Napza setelah pemakaian berulang sehingga tubuh. Membutuhkan jumlah
/ takaran yang lebih besar lagi, agar timbul pengaruh atau efek yang sama. Gejala putus zat,
gejala ini timbul karena seseorang menghentikan sama sekali penggunaan Napza dan penurunan
dosis setelah penggunaan dalam jangka lama juga berakibat menimbulkan gejala putus zat.
Sedangkan ketergantungan psikologis adalah keadaan karena adanya keinginan atau dorongan
yang tak bertahankan (kompulsif) untuk menggunakan Napza (adanya perasaan rindu, kangen,
sugesti).4
1. Konseling Individual
Konseling individual ini konselor membantu klien secara individual dengan
mengutamakan hubungan emosional, sehingga besar kepercayaan klien terhadap konselor.
2. Bimbingan Kelompok
Pada layanan ini konselor memberi kesempatan kepada klien untuk berpartisipasi dalam
memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai masyarakat. Klien diharapkan mengalami
peningkatan dalam hal kepercayaan diri untuk hidup normal sehingga menjadi orang yang
berguna.
3. Konseling Keluarga
Dukungan dari keluarga terdekat sangat penting bagi pemulihan klien narkoba. Fasilitator
konseling keluarga adalah konselor, sedangkan pesertanya adalah klien, orang tua,
saudara, suami/istri, dan sebagainya. Dengan nuansa emosional yang akrab dan rasa
keterbukaan akan memberikan dampak yang baik terhadap pemulihan klien seperti tumbuh
rasa aman, peraya diri dan rasa tanggung jawab. etiga layanan diatasadalah layanan yang
perlu diterapkan kepada anak yang memiliki resiko terutamapecandu narkoba kategori
kasus berat. Selain itu, kolaborasi dan kontribusi antaraguru, keluarga dan masyarakat
sangat diperlukan untuk membantu menangani siswayang memiliki kasus berat seperti
narkoba. Dengan begitu, akan mengurangijumlah kegagalan anak beresiko di Negara ini
4
https://rsupsoeradji.id/pengaruh-dampak-dan-komplikasi-penyalahgunaan-napza/
yang merreka harapkan dan memastikan anak untuk mengikuti pedoman ini. Pola asuh otoriter
merupakan pola yang sangat mengikat di mana orang tua member banyak aturan bagi anak-
anaknya, mengharapkan kepatuhan yang berdasarkan kekuatan daripada pengertian. Pola asuh
yang permisif merupakan pola di mana orang tua hanya sedikit memberikan batasan apada anak
atau orang tua jarang mengontrol perilaku anak. Pola asuh yang tidak peduli adalah cara
pengasuh yang keras (sering kali bermusuhan) dan sangat permisif, seperti orang tua tidak
memperhatikan anaknya dan masa depan anaknya.
Lebih lanjut menurut Poerwandari (2006) keluarga adalah agen sosialisasi sangat
penting dalam dalam kehidupan individu. Melalui keluarga individu belajar tentang konsep
perempuan, laki-laki, istri, suami, ayah, ibu, juga belajar tentang diri sendiri. Individu belajar
bagaimana orang lain memperlakukan dan menghargai dirinya, dan melalui sikapsikap orang
lain tersebut, individu juga belajar memperlakukan diri sendiri. Anak yang terus menerus dicela
dan dihukum orang tua misalnya, akan menanamkan oemahaman dalam diri bahwa dirinya
kurang sesuai dengan harapan orang tua, tidak dicintai, ditolak, atau hanya dihargai bila
memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam keluarga anak juga belajar bagaimana harus berelasi
saling mneghargai, atau justru harus mengancam untuk dapat memperoleh yang diinginkan.
Lanjut Hasan (2008) Orang tua yang mengasuh dengan pola otoritatif cenderung
menghasilkan anak yang memiliki kompetensi yang tinggi dan pandai menyesuaikan diri. Orang
tua yang otoriter dan permisif menghasilkan anak yang mengalami perkembangan yang sedikit
kurang diinginkan. Sedangkan orang tua yang tidak peduli menghasilkan anak yang mengalami
kekurangan hampir pada segala aspek fungsi psikologis. Dalam konteks agama Islam, pola asuh
yang dianjurkan cenderung mengajarkan orang tua untuk emberikan pola asuh otoritatif.
Sebagaimana terdapat dalam hadis Rasulullullah, dari Ibnu Abbas r.a., ”Sesungguhnya
Rasulullah Saw bersabda, ”Akrabilah anak-anak,u dan didiklah mereka dengan adab yang baik”.
Selanjutnya hadis Rasulullah, ”Muliakanlah (hormatilah) anak-anakmu dan didiklah mereka
dengan adab yang baik” (dalam Aliah B. Purwakania Hasan, 2008). Berdasarkan ulasan sub bab
penerapan pendidikan dan pola asuh orang tua, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa,
orang tua mempunyai peran besar dalam pembentukan karakter anak. Pola asuh dan pendidikan
yang diberikan orang tua memberikan dampak dalam pembentukan dan perkembangan anak
menuju masa remaja.5
5
Iredo Fani Reza, Peran orang Tua dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Pada Generasi Muda Psikis,
Vol 2 No 1 Juni 2016
Peran Guru BK Terhadap NAZA
Pada sekarang ini hampir seluruh lembaga pendidikan sudah memiliki guru pembimbing
dan konseling di sekolah. Usaha ini dilakukan karena guru pembimbing dipandang sebagai
salah satu unsur yang dapat membantu proses pendidikan. Disamping itu telah banyak contoh
yang menunjukkan bahwa keberadaan guru pembimbing dapat lebih intensif untuk menangani
siswa-siswa yang bermasalah. Guru BK berperan dalam berbagai upaya untuk mengungkapkan
masalah yang dihadapi siswa apalagi bagi siswa yang memiliki masalah dalam belajar terkait
dengan penggunaan obat terlarang (narkoba). Salah satu keberhasilan guru BK terlihat dari
bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling yang telah dilakukannya.
Guru pembimbing melaksanakan layanan-layanan yang ada pada bimbingan dan konseling
guna untuk mencegah agar tidak terjadi pemakaian narkoba untuk anak usia remaja. Dengan
melakukan Pelayanan bimbingan konseling dimaksudkan akan lebih membuka peluang agar
siswa tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan memilih teman yang baik dan menolak
tawaran teman untuk mencoba-coba. 6
6
M.Yusuf Said & NurAini Batubara, Peran Guru BK dalam Mengatasao Kecanduan Obat Terlarang (narkoba) pada
Siswa SMP Negeri 1 Pantai Labu (Medan: Al-Irsyad, Vol.7, No.2 Desember 2017)