Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
ASHAR HARIADI
(105821108818)
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
2020/2021
BAB I SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
A. Pendahuluan
Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama yaitu:
pembangkit, saluran transmisi dan saluran distribusi. Pembangkit tenaga listrik
dibangkitkan di pusat-pusat tenaga listrik seperti: tenaga air (PLTA), tenaga panas bumi
(PLTP), tenaga gas (PLTG), tenaga uap (PLTU), dan tenaga gas uap (PLTGU). Saluran
transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk pusat pembangkit
ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh, Saluran distribusi berfungsi untuk
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke konsumen.
Penurunan tegangan menegah 20 kV ke tegangan rendah 220/380 V dilakukan melalui
trafo distribusi.
B. Sistem Distribusi
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua jaringan tegangan menengah 20 kV
dan semua jaringan tegangan rendah 380/220 Volt hingga ke meter-meter pelanggan.
Jaringan tegangan menengah (JTM) sering disebut dengan jaringan distribusi primer
sedangkan jaringan tegangan rendah (JTR) sering disebut dengan jaringan distribusi
sekunder. Pendistribusian daya listrik dilakukan melalui saluran udara atau bawah
tanah.
C. Jaringan Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah
(20 kV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan
distribusi primer berawal dari sisi sekunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk
hingga ke sisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran. Pola
konfigurasi jaringan pada distribusi primer terdiri dari 5 tipe yaitu sistem radial, sistem
lup, sistem spindel, sistem spot network dan sistem interkoneksi.
1. Sistem Radial Terbuka
Sistem radial terbuka ini paling tidak dapat diandalkan, karena penyaluran
tenaga listrik hanya dilakukan dengan menggunakan satu saluran saja. Jaringan
model ini sewaktu mendapat gangguan akan menghentikan penyaluran tenaga listrik
cukup lama sebelum gangguan tersebut diperbaiki kembali. Oleh sebab itu
kontinuitas pelayanan pada sistem radial terbuka ini kurang bisa diandalkan.
2. Konfigurasi Sistem Loop
Sistem jaringan loop merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan
ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring yang memungkinkan titik beban
terlayani dari dua arah saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta
kualitas dayanya menjadi lebih baik
3. Konfigurasi Sistem Spindel
Jaringan distribusi spindel merupakan saluran kabel bawah tanah tegangan
menengah (SKTM) yang penerapannya cocok di kota-kota besar. Sistem jaringan
spindel biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan
satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran penyulang yang
beroperasi dalam keadaan berbeban dinamakan "working feeder" atau saluran
kerja, sedangkan saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan "express
feeder".
4. Konfigurasi Sistem Spot Network
Untuk pelanggan yang tidak boleh padam (pelanggan VVIP) misalkan: Istana
Presiden, Gedung MPR, bandar udara dan rumah sakit maka tenaga listrik disuplai
dengan pola jaringan spot network dengan minimal 2 penyulang sekaligus plus
Automatic Change Over. Sistem Spot network merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik yang dilakukan secara terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada
gardugardu induk dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara
paralel.
5. Konfigurasi Sistem Interkoneksi
Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network.
Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik
yang dikehendaki bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga listrik dapat
berlangsung terus menerus (tak terputus), walaupun daerah kepadatan beban cukup
tinggi dan luas. Hanya saja sistem ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan
perencanaan yang cukup matang. Untuk perkembangan dikemudian hari, sistem
interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan merupakan sistem yang
mempunyai kualitas yang cukup tinggi.
D. Jaringan Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori
tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan
peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder trafo
distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan
distribusi sekunder disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi. sistem
distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan konsumen, jadi
sistem ini selain berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga
akan mengirimkan serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. Mengingat
bagian ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya
harus diperhatikan.
E. Relasi Arus, Tegangan dan Daya pada Jaringan Distribusi
1. Tegangan
Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tegangan
menengah (TM) dan tegangan rendah (TR). Tegangan menengah adalah tegangan
dengan rentang 1 kV sampai dengan 30 kV. Untuk negara Indonesia, tegangan
menengah yang digunakan adalah 20 kV yaitu tegangan antar phasa-phasa.
Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari gardu induk (GI)
menuju gardugardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah.
2. Daya
Daya semu (kVA) yang dikirimkan dalam jaringan distribusi terdiri dari daya aktif
(kW) dan daya reaktif (kVar).
Hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu dapat digambarkan dalam
segitiga daya seperti terlihat pada Gambar dibawah :
Jenis-jenis tiang penyangga jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari tiang kayu,
tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang beton pratekan.
1. Tiang Kayu
Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan karena konstruksinya
yang sederhana dan biaya investasi lebih murah bila dibandingkan dengan tiang
jenis yang lain. Tiang kayu merupakan penyekat (isolator) yang paling baik
sebagai penompang saluran udara terhadap gangguan hubung singkat.
2. Tiang Baja (Steel Pole)
Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang disambung dengan
diameter yang berbeda dari pangkal hingga ujungnya. Pada umumnya ukuran
penampang bagian pangkal lebih besar dari ukuran penampang bagian atasnya
(ujung). Tiang baja bulat sangat banyak digunakan untuk penopang jaringan
listrik SUTM dan SUTR.
3. Tiang Beton Bertulang
Tiang beton bertulang lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari
pada tiang baja bulat. Tiang ini banyak digunakan untuk mendistribusikan tenaga
listrik di daerah pedesaan dan daerah terpencil atau di tempat-tempat yang sulit
dicapai. Karena tiang beton bertulang dapat dibuat di tempat tiang tersebut akan
didirikan. Tiang beton bertulang juga dipilih jika dikehendaki adanya sisi
dekoratif.
4. Tiang Beton Pratekan
Tiang beton pratekan lebih mahal dari tiang beton bertulang. Pemasangannya
lebih sulit dibandingkan dengan tiang kayu karena sangat berat. Tiang beton
bertulang memiliki umur yang sangat panjang dengan perawatan yang sangat
sederhana. Tiang jenis ini tidak perlu di cat untuk pengawetannya, karena tidak
akan berkarat. Kelemahan jenis tiang ini cendrung hancur jika terlanggar oleh
kendaraan.
Kawat penghantar untuk jaringan distribusi tenaga listrik biasanya dipilih dari
logam yang mempunyai konduktivitas yang besar, keras dan mempunyai kekuatan
tarik (tensile strenght) yang besar, serta memiliki berat jenis yang rendah, logam
yang tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan suhu serta mempunyai titik
cair yang lebih tinggi. logam yang tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan
suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. Untuk memenuhi syarat tersebut,
kawat penghantar hendaknya dipilih suatu logam campuran (alloy), yang merupakan
percampuran dari beberapa logam yang dipadukan menjadi satu logam. Logam
campuran yang banyak digunakan untuk jaringan distribusi adalah kawat tembaga
campuran (copper alloy) atau kawat alumunium campuran (alumunium alloy).
Kemampuan suatu bahan untuk dapat mengisolir atau menahan tegangan yang
mengenainya tanpa menjadikan cacat atau rusak tergantung pada kekuatan
dielektriknya dan bahan isolator tersebut.
c. Metode Dynamometer
Metode ini menggunakan alat dynamometer dan tabel andongan. Pengukuran
andongan dengan metode dynamometer dapat dilihat pada gambar dibawah
Sistem Ketenagalistrikan
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, masalah listrik menjadi polemik yang
berkepanjangan dan telah memunculkan multi implikasi yang sangat kompleks di
berbagai aspek kehidupan, antara lain : keuangan, ekonomi, sosial, budaya, politik, dan
lain-lain. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa listrik telah menjadi bagian yang
sangat penting bagi umat manusia. Oleh karenanya tak berlebihan bahwa listrik bisa
dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan
kebutuhan hidup umat manusia.
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: