Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FINAL

DISUSUN OLEH :

ASHAR HARIADI

(105821108818)

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020/2021
BAB I SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

A. Konsep Dasar Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Tenaga listrik merupakan bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,
ditransmisikan dan didistribusikan kepada pelanggan/konsumen dan dimanfaatkan
untuk segala macam keperluan. Sistem tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi
tenaga listrik yang terdiri dari sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem
distribusi yang saling terintegrasi dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi
listrik bagi semua orang. Sistem transmisi tenaga listrik merupakan penyaluran energi
listrik dari suatu tempat ke tempat lainnya atau dari pembangkit listrik ke gardu induk.
Sebelum energi listrik ditransmisikan, hal pertama yang harus dilakukan adalah
menaikkan tegangan yang disuplai dari generator menjadi 70 kV, 150 kV atau 500 kV,
sebab tegangan yang dikeluarkan dari generator hanya berkisar antara 6,6 kV sampai 24
kV. Menaikkan tegangan berfungsi untuk mengurangi rugi daya pada saluran trasnmisi
dan untuk mengimbangi jauhnya jarak saluran transmisi. Energi listrik ditransmisikan
melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) atau melalui saluran udara tegangan ekstra
tinggi (SUTET).
B. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Pada Sistem Tenaga Listrik, terdapat 3 (tiga) bagian utama yaitu :
1. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Merupakan tempat menghasilkan energi listrik yang terdapat mesin membangkitkan
tenaga listrik berupa generator, dilengkapi dengan gardu induk penaik tegangan,
dari tegangan rendah yang dihasilkan generator dinaikan menjadi tegangan tertentu
dengan transformator step up sebagai penaik tegangan.
2. Saluran Transmisi
Merupakan saluran penyalur energi listrik, berupa : Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) berfungsi menyalurkan
tenaga listrik dari gardu induk pusat pembangkit ke gardu induk yang lain dengan
jarak yang jauh.
3. Saluran Distribusi
Saluran distribusi berfungsi menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari
gardu induk ke kelompok beban berupa gardu distribusi dan konsumen dengan
mutu yang handal dan memadai.
C. Perbedaan Jaringan Transmisi dan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Sistem transmisi tenaga listrik merupakan penyaluran energi listrik dari
pembangkit listrik ke gardu induk. Energi listrik ditransmisikan melalui saluran udara
tegangan Tinggi (SUTT) atau melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET).
Sistem distribusi tenaga listrik merupakan penyaluran energi listrik dari gardu induk ke
konsumen.
D. Pembagian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan berdasarkan tegangan,
arus dan sistem penyaluran.
1. Tegangan
Berdasarkan besarnya tegangan listrik, jaringan distribusi tenaga listrik dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) sistem, yaitu : sistem jaringan distribusi primer dan
sistem jaringan distribusi sekunder. Berdasarkan tegangan pengenalnya, saluran
distribusi tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : distribusi
tegangan menengah dan distribusi tegangan rendah. Berdasarkan letak jaringan
distribusi tenaga listrik terhadap posisi gardu distribusi, dapat dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu Jaringan Distribusi Primer (Jaringan Tegangan Menengah) dan Jaringan
Distribusi Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)
2. Arus
Berdasarkan sumber arus listrik maka sistem jaringan distribusi dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Jaringan Distribusi AC dan Jaringan Distribusi DC
3. Sistem Penyaluran
Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua
macam , yaitu Saluran Udara (Overhead Line) dan Saluran Bawah Tanah
(Underground Cable)

BAB II ANALISA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

A. Pendahuluan
Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama yaitu:
pembangkit, saluran transmisi dan saluran distribusi. Pembangkit tenaga listrik
dibangkitkan di pusat-pusat tenaga listrik seperti: tenaga air (PLTA), tenaga panas bumi
(PLTP), tenaga gas (PLTG), tenaga uap (PLTU), dan tenaga gas uap (PLTGU). Saluran
transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk pusat pembangkit
ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh, Saluran distribusi berfungsi untuk
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke konsumen.
Penurunan tegangan menegah 20 kV ke tegangan rendah 220/380 V dilakukan melalui
trafo distribusi.
B. Sistem Distribusi
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua jaringan tegangan menengah 20 kV
dan semua jaringan tegangan rendah 380/220 Volt hingga ke meter-meter pelanggan.
Jaringan tegangan menengah (JTM) sering disebut dengan jaringan distribusi primer
sedangkan jaringan tegangan rendah (JTR) sering disebut dengan jaringan distribusi
sekunder. Pendistribusian daya listrik dilakukan melalui saluran udara atau bawah
tanah.
C. Jaringan Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah
(20 kV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan
distribusi primer berawal dari sisi sekunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk
hingga ke sisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran. Pola
konfigurasi jaringan pada distribusi primer terdiri dari 5 tipe yaitu sistem radial, sistem
lup, sistem spindel, sistem spot network dan sistem interkoneksi.
1. Sistem Radial Terbuka
Sistem radial terbuka ini paling tidak dapat diandalkan, karena penyaluran
tenaga listrik hanya dilakukan dengan menggunakan satu saluran saja. Jaringan
model ini sewaktu mendapat gangguan akan menghentikan penyaluran tenaga listrik
cukup lama sebelum gangguan tersebut diperbaiki kembali. Oleh sebab itu
kontinuitas pelayanan pada sistem radial terbuka ini kurang bisa diandalkan.
2. Konfigurasi Sistem Loop
Sistem jaringan loop merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan
ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring yang memungkinkan titik beban
terlayani dari dua arah saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta
kualitas dayanya menjadi lebih baik
3. Konfigurasi Sistem Spindel
Jaringan distribusi spindel merupakan saluran kabel bawah tanah tegangan
menengah (SKTM) yang penerapannya cocok di kota-kota besar. Sistem jaringan
spindel biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan
satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran penyulang yang
beroperasi dalam keadaan berbeban dinamakan "working feeder" atau saluran
kerja, sedangkan saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan "express
feeder".
4. Konfigurasi Sistem Spot Network
Untuk pelanggan yang tidak boleh padam (pelanggan VVIP) misalkan: Istana
Presiden, Gedung MPR, bandar udara dan rumah sakit maka tenaga listrik disuplai
dengan pola jaringan spot network dengan minimal 2 penyulang sekaligus plus
Automatic Change Over. Sistem Spot network merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik yang dilakukan secara terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada
gardugardu induk dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara
paralel.
5. Konfigurasi Sistem Interkoneksi
Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network.
Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik
yang dikehendaki bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga listrik dapat
berlangsung terus menerus (tak terputus), walaupun daerah kepadatan beban cukup
tinggi dan luas. Hanya saja sistem ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan
perencanaan yang cukup matang. Untuk perkembangan dikemudian hari, sistem
interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan merupakan sistem yang
mempunyai kualitas yang cukup tinggi.
D. Jaringan Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori
tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan
peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder trafo
distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan
distribusi sekunder disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi. sistem
distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan konsumen, jadi
sistem ini selain berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga
akan mengirimkan serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. Mengingat
bagian ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya
harus diperhatikan.
E. Relasi Arus, Tegangan dan Daya pada Jaringan Distribusi
1. Tegangan
Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tegangan
menengah (TM) dan tegangan rendah (TR). Tegangan menengah adalah tegangan
dengan rentang 1 kV sampai dengan 30 kV. Untuk negara Indonesia, tegangan
menengah yang digunakan adalah 20 kV yaitu tegangan antar phasa-phasa.
Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari gardu induk (GI)
menuju gardugardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah.
2. Daya
Daya semu (kVA) yang dikirimkan dalam jaringan distribusi terdiri dari daya aktif
(kW) dan daya reaktif (kVar).
Hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu dapat digambarkan dalam
segitiga daya seperti terlihat pada Gambar dibawah :

Dari gambar tersebut dapat kita peroleh :


S 2 = P2 + Q2
P = S cos θ
Q = S sin θ
3. Effisiensi
Effisiensi pada saluran distribusi adalah perbandingan antara besarnya daya
listrik keluaran dengan daya listrik yang masuk pada saluran distribusi.
F. Penyusutan Energi pada Jaringan Distribusi
Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang
letaknya berjauhan seringkali mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang
diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan.
Rugi-rugi pada saluran distribusi meliputi rugi-rugi daya listrik dan rugi-rugi tegangan
saluran. Rugi-rugi tegangan biasanya dikenal dengan istilah jatuh tegangan (drop
voltage). Rugi-rugi saluran dan rugi-rugi trafo tersebut memberi pengaruh yang besar
terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai tegangan
yang melebihi batas toleransi akan menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan
listrik pada sisi konsumen.

G. Analisa Jaringan Distribusi


Dalam membuat analisa jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV dilakukan
dengan menggunakan rangkaian listrik dengan parameter utama berupa jaringan
distribusi tegangan menengah, beban trafo distribusi dan tegangan sisi sekunder trafo
tenaga di gardu induk atau sumber lainnya sebagai tegangan standar. Parameter
jaringan distribusi meliputi impedansi, resistansi dan reaktansi dari pada penghantar
dan transformator yang terpasang. Untuk komponen lain yang berpotensi
mempengaruhi kinerja sistem distribusi, namun sulit dinyatakan secara kuantitatif,
dianggap tidak memiliki parameter yang mempengaruhi analisa jaringan, termasuk
dalam hal ini adalah konektor jaringan (sambungan/percabangan) maupun
ketidakseimbangan beban. Untuk kedua hal tersebut analisa dan rekomendasi
perbaikannya dilakukan secara kualitatif. Analisa jaringan distribusi dapat dilakukan
dengan menggunakan software Aplikasi ETAP. ETAP Power Station merupakan salah
satu software aplikasi yang banyak digunakan untuk mensimulasikan sistem tenaga
listrik. Secara umum ETAP dapat digunakan untuk simulasi hasil perancangan dan
analisis suatu sistem tenaga listrik yang meliputi:
1. Menggambarkan denah beban-beban
2. Men-setting data-data beban dan jaringan
3. Merancang diagram satu garis (One Line Diagram)
4. Menganalisis aliran daya (Load Flow)
5. Menghitung gangguan hubung singkat (Short Circuit)
6. Menganalisis motor starting atau keadaan transien.

BAB III SISTEM OPERASI JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK


Sistem jaringan distribusi tenaga listrik yang baik adalah yang dapat menjamin
kelangsungan penyaluran dan memberikan kepuasan bagi konsumen pengguna energi
listrik karena kualitasnya. Operasi jaringan distribusi tenaga listrik ditujukan dengan
maksud untuk menjaga dan menjamin kualitas kelangsungan penyaluran energi listrik
bagi konsumen pengguna energi listrik, baik dalam kondisi operasi normal maupun pada
saat terjadi gangguan. Operasi jaringan distribusi tenaga listrik bertujuan untuk sedapat
mungkin menjamin tidak adanya pemutusan pelayanan dan selain itu memberikan
stabilitas tegangan maupun frekuensi.

A. Komponen Utama Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Sistem jaringan distribusi tenaga listrik adalah bagian dari sistem tenaga listrik
yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Sistem tenaga listrik merupakan
rangkaian instalasi tenaga listrik yang terdiri dari sistem pembangkitan, sistem
transmisi dan sistem distribusi yang saling terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan
energi listrik bagi semua orang. Sistem jaringan distribusi tenaga listrik memiliki
jaringan tegangan rendah dan jaringan tegangan menengah dengna topologi
jaringan berbentuk radial serta memiliki saluran sistem 3 phasa dan 1 phasa. Secara
umum, komponen utama sistem jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari
1. Gardu Induk (Sub-Station) yang terdiri dari Transformator, Pengatur tegangan,
Kapasitor paralel (Shunt Capacitor)
2. Penyulang (Feeder) Merupakan konduktor untuk menghubungkan gardu Induk
dengan pelanggan. Pada feeder juga dimungkinkan untuk dipasang
transformator, pengatur tegangan atau kapasitor.
3. Beban (Load) , terdapat beberapa model beban, yaitu : a. Beban dengan daya (P)
konstan b. Beban dengan arus (I) konstan c. Beban dengan impedansi (Z) konstan
d. Beban campuran.
4. Pembangkit Listrik Berdaya Kecil (Distributed Generation)
5. Alat Pengendali Berbasis Elektronika, seperti: a. Distribution Static Compensator
b. Unified Power Flow Controller c. Active shunt filter d. SCADA

B. Tiang Penyangga Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Tiang Penyangga (Tiang listrik) pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran
udara (overhead line) sebagai penyangga kawat penghantar agar penyaluran tenaga
listrik ke konsumen atau pusat pusat beban dapat disalurkan dengan baik.
Persyaratan suatu tiang penyangga yang digunakan untuk penompang jaringan
distribusi tenaga listrik adalah :
1. Mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi
2. Mempunyai umur yang panjang
3. Mudah pemasangan dan murah pemeliharaannya
4. Tidak terlampau berat
5. Harganya murah
6. Berpenampilan menarik
7. Mudah dicabut dan dipasang kembali

Jenis-jenis tiang penyangga jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari tiang kayu,
tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang beton pratekan.

1. Tiang Kayu
Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan karena konstruksinya
yang sederhana dan biaya investasi lebih murah bila dibandingkan dengan tiang
jenis yang lain. Tiang kayu merupakan penyekat (isolator) yang paling baik
sebagai penompang saluran udara terhadap gangguan hubung singkat.
2. Tiang Baja (Steel Pole)
Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang disambung dengan
diameter yang berbeda dari pangkal hingga ujungnya. Pada umumnya ukuran
penampang bagian pangkal lebih besar dari ukuran penampang bagian atasnya
(ujung). Tiang baja bulat sangat banyak digunakan untuk penopang jaringan
listrik SUTM dan SUTR.
3. Tiang Beton Bertulang
Tiang beton bertulang lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari
pada tiang baja bulat. Tiang ini banyak digunakan untuk mendistribusikan tenaga
listrik di daerah pedesaan dan daerah terpencil atau di tempat-tempat yang sulit
dicapai. Karena tiang beton bertulang dapat dibuat di tempat tiang tersebut akan
didirikan. Tiang beton bertulang juga dipilih jika dikehendaki adanya sisi
dekoratif.
4. Tiang Beton Pratekan
Tiang beton pratekan lebih mahal dari tiang beton bertulang. Pemasangannya
lebih sulit dibandingkan dengan tiang kayu karena sangat berat. Tiang beton
bertulang memiliki umur yang sangat panjang dengan perawatan yang sangat
sederhana. Tiang jenis ini tidak perlu di cat untuk pengawetannya, karena tidak
akan berkarat. Kelemahan jenis tiang ini cendrung hancur jika terlanggar oleh
kendaraan.

C. Kawat Penghantar Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Kawat penghantar penggunaannya dalam jaringan distribusi tenaga listrik
berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu bagian ke instalasi listrik
lainnya atau bagian yang lain. Dalam pemilihan kawat penghantar harus
memperhatikan beberapa sifat sebagai berikut :
1. Memiliki daya hantar yang tinggi
2. Memiliki kekuatan tarik yang tinngi
3. Memiliki berat jenis yang rendah
4. Memiliki fleksibilitas yang tinggi
5. Tidak cepat rapuh
6. Memiliki harga yang murah

Kawat penghantar untuk jaringan distribusi tenaga listrik biasanya dipilih dari
logam yang mempunyai konduktivitas yang besar, keras dan mempunyai kekuatan
tarik (tensile strenght) yang besar, serta memiliki berat jenis yang rendah, logam
yang tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan suhu serta mempunyai titik
cair yang lebih tinggi. logam yang tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan
suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. Untuk memenuhi syarat tersebut,
kawat penghantar hendaknya dipilih suatu logam campuran (alloy), yang merupakan
percampuran dari beberapa logam yang dipadukan menjadi satu logam. Logam
campuran yang banyak digunakan untuk jaringan distribusi adalah kawat tembaga
campuran (copper alloy) atau kawat alumunium campuran (alumunium alloy).

D. Isolator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor
atau penghantar. Menurut fungsinya isolator dapat menahan berat dari
konduktor/kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor serta
menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.
Isolator jaringan distribusi tenaga listrik merupakan alat tempat menompang kawat
penghantar jaringan pada tiang listrik yang digunakan untuk memisahkan secara
elektris dua buah kawat atau lebih agar tidak terjadi kebocoran arus (leakage
current) atau loncatan bunga api (flash over) sehingga mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada sistem jaringan tenaga listrik. Penentuan pemakaian isolator
berdasarkan pada kekuatan daya isolasi (dielectric strenght) dan kekuatan mekanis
(mechanis strenght) bahan isolator yang akan dipakai. Karena sifat suatu isolator di
tentukan oleh bahan yang digunakan.
Fungsi utama isolator pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, adalah :
1. Untuk penyekat / mengisolasi penghantar dengan tanah dan antara penghantar
dengan penghantar.
2. Untuk memikul beban mekanis yang disebabkan oleh berat penghantar dan /
atau gaya tarik penghantar.
3. Untuk menjaga agar jarak antar penghantar tetap (tidak berubah).

Kemampuan suatu bahan untuk dapat mengisolir atau menahan tegangan yang
mengenainya tanpa menjadikan cacat atau rusak tergantung pada kekuatan
dielektriknya dan bahan isolator tersebut.

1. Kriteria Bahan Isolator


Bahan yang baik untuk isolator adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Bahan isolasi yang baik dipakai untuk isolator
Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, pada umumnya terbuat dari bahan padat,
seperti bahan : porselin, gelas, mika, ebonit, keramik, parafin, kuarts, dan veld
spaat
2. Isolator Porselin
Isolator porselin terbuat dari dari bahan campuran tanah porselin,
kwarts, dan veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar
bahan isolator tidak berpori. Lapisan glazuur pada permukaan isolator
menjadikan bahan isolator tersebut licin dan berkilat, sehingga tidak dapat
mengisap air. Oleh sebab itu isolator porselin ini dapat dipakai dalam ruangan
yang lembab maupun di udara terbuka.
Isolator porselin memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik
yang tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis yang besar. Isolator porselin dapat
menahan beban yang menekan dan tahan akan perubahan suhu. Tetapi isolator
porselin ini tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul.
Kualitas isolator porselin lebih tinggi dan tegangan tembusnya (Voltage
Gradient) lebih besar, maka banyak dipakai untuk jaringan distribusi primer.
Harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
PLN. Isolator porselin dipergunakan juga pada jaringan distribusi sekunder, tetapi
ukurannya lebih kecil.
3. Isolator Gelas
Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara Pasir
Silikat, Dolomit, dan Phospat. Komposisi dari bahan tersebut dan cara
pengolahannya dapat menentukan sifat dari isolator gelas.
Isolator gelas memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban
udara, sehingga lebih mudah debu melekat pada permukaan isolator. Makin
tinggi tegangan sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik
(leakage current) lewat isolator tersebut, yang berarti mengurangi fungsi isolasi.
Oleh karena itu isolator gelas ini lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada
jaringan distribusi sekunder.
Isolator gelas memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan
kekuatannya berubah sangat cepat sesuai dengan perubahan temperatur. Oleh
sebab itu bila terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka
isolator gelas ini akan mudah retak pada permukaannya. Isolator gelas bersifat
mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu disekelilingnya.
Tetapi apabila isolator gelas mengandung campuran dari bahan lain,
maka suhunya akan turun. Selain daripada itu, isolator gelas harganya lebih
murah bila dibandingkan dengan isolator porselin.

E. Andongan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Andongan (Sag) merupakan jarak lenturan dari suatu bentangan kawat penghantar
antara dua tiang penyangga jaringan atau lebih, yang diperhitungkan berdasarkan
garis lurus (horizontal) kedua tiang tersebut. Besarnya lenturan kawat penghantar
( Andongan) tergantung pada berat dan panjang kawat penghantar atau Panjang
Gawang (Span). Berat kawat akan menimbulkan tegangan tarik pada kawat
penghantar, yang akan mempengaruhi besarnya andongan tersebut.

1. Pengukuran Andongan pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Pengukuran andongan pada jaringan distribusi tenaga listrik merupakan pekerjaan
akhir setelah pemasangan kawat penghantar dan peralatannya. Pengukuran
andongan kawat penghantar dilakukan agar kekuatan lentur kawat penghantar pada
tiang penyangga (tiang listrik) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PLN.
Metode untuk mengukur lebar andongan dari jaringan distribusi tenaga listrik,
adalah:
a. Metode Penglihatan (Sigth).
Metode penglihatan dapat dilakukan dengan cara menaiki tiang akhir (Deadend
Pole) untuk wilayah jaringan lurus (tangent). Dari tiang akhir kita dapat melihat
bentangan jaringan, dengan berpedoman pada ujung atas tiang satu dengan
yang lain sebagai 1 (satu) garis lurus. Bila bentangan jaringan panjangnya lebih
500 m, kita dapat melakukannya dengan menggunakan teropong.
b. Metode Papan Bidik
Metode ini menggunakan papan bidik berbentuk T dan papan target bidikan.
Papan bidik berbentuk T disangkutkan pada ujung tiang sesuai dengan ukuran
andongan sesuai standar yang telah ditetapkan. Sedangkan papan target
disangkutkan pada ujung tiang berikutnya, dengan ukuran andongan sesuai
standar yang telah ditetapkan.
Selanjutnya petugas memanjat tiang pertama yang terdapat papan bidik bentuk
T untuk membidik atau mengincar papan target yang ada pada tiang kedua.
Apabila kawat penghantar melebihi target yang dibidik berarti kawat penghantar
masih kendor dan perlu ditarik lagi sehingga tepat pada sasaran (bidikan). Begitu
sebaliknya jika kawat penghantar kurang dari target bidikan, berarti tarikan
kawat penghantar terlalu kencang dan perlu dikendorkan sehingga tepat pada
sasaran (bidikan).

c. Metode Dynamometer
Metode ini menggunakan alat dynamometer dan tabel andongan. Pengukuran
andongan dengan metode dynamometer dapat dilihat pada gambar dibawah

d. Metode Panjang Gawang (Span)


Metode ini mempergunakan panjang gawang (span) sebagai ukuran andongan.
Standar yang ditetapkan andongan maksimum untuk gawang selebar 40 meter
adalah lebih kurang besarnya andongan 30 cm.
e. Metode Gelombang Balik atau Metode Pulsa
Metode gelombang balik dilakukan dengan jalan mengayunkan kawat
penghantar dengan tangan, sehingga akan timbul gelombang yang merambat
sepanjang bentangan kawat jaringan. Gerakan gelombang ini akan berlanjut
sampai gelombang teredam sendiri. Waktu yang dibutuhkan bagi gelombang
yang merambat ke tiang lainnya dan kembali lagi merupakan suatu fungsi
lenturan kawat penghantar pada bentangannya.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengukur gelombang balik biasanya 3
atau 4 gelombang balik, yang diukur menggunakan stop-watch. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat, pengukuran hendaknya diulang sebanyak 3 kali
pengecekan sehingga didapatkan hasil yang sama.
Untuk meredam gelombang balik pada saat akan melakukan pengecekan
berikutnya, kawat penghantar jaringan ditahan dengan tangan sehingga
gelombang balik akan hilang (diam).
Pemanfaatan Tenaga Listrik
Selain memberikan manfaat, tenaga listrik mempunyai potensi membahayakan
bagi manusia dan berpotensi merusak lingkungan. Beberapa permasalahan di bidang
ketenagalistrikan bila dilihat dari sisi pemanfaatan tenaga listrik banyak ditemukan
instalasi tenaga listrik yang digunakan masih banyak yang belum memenuhi standar dan
peralatan listrik yang beredar di masyarakat banyak yang belum memenuhi standar. Di
samping itu, untuk menjamin keselamatan manusia di sekitar instalasi, keselamatan
pekerja, keamanan instalansi dan kelestarian fungsi lingkungan, usaha penyediaan
tenaga listrik dan pemanfaatan tenaga listrik harus memenuhi ketentuan mengenai
keselamatan ketenaga-listrikan. Tenaga listrik sebagai bagian dari bentuk energi dan
cabang produksi yang penting bagi negara sangat menunjang upaya dalam memajukan
dan mencerdaskan bangsa. Sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang
menguasai hajat hidup orang banyak, tenaga listrik perlu dipergunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat
listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh
jaringan transmisi dan distribusi sehingga merupakan satu kesatuan yang
terinterkoneksi. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: pusat
pembangkit listrik, saluran transmisi, dan sistem distribusi.

Kualitas Daya Listrik


Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik
terutama adalah ditinjau dari kualitas daya yang diterima oleh konsumen. Kualitas Daya
yang baik, antara lain meliputi: kapasitas daya yang memenuhi dan tegangan yang selalu
konstan dan nominal. Tegangan harus selalu di jaga konstan, terutama rugi tegangan
yang terjadi di ujung saluran. Tegangan yang tidak stabil dapat berakibat merusak alat-
alat yang peka terhadap perubahan tegangan (khususnya alat-alat elektronik). Demikian
juga tegangan yang terlalu rendah akan mengakibatkan alat-alat listrik tidak dapat
beroperasi sebagaimana mestinya. Salah satu syarat penyambungan alat-alat listrik,
yaitu tegangan sumber harus sama dengan tegangan yang dibutuhkan oleh peralatan
listrik tersebut. Tegangan terlalu tinggi akan dapat merusak alat-alat listrik.

Keselamatan Pemanfaat Tenaga Listrik


Keselamatan yang berhubungan dengan ketenagalistrikan (electrical safety) pada
dasarnya adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan terhadap instalasi
tenaga listrik, peralatan serta pemanfaat listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan
aman, baik bagi pekerja maupun masyarakat umum. Kita menyadari benar bahwa
belum seluruh anggota masyarakat mengerti atau menyadari adanya potensi bahaya
dari penggunaan listrik. Sebagian sudah menyadari, tetapi belum mengetahui
bagaimana prosedur untuk menangani pemanfaat listrik dengan benar. Untuk itu, perlu
sosialisasi yang intensif untuk mencegah terjadinya bahaya dari listrik, baik terhadap
jiwa manusia maupun harta benda.

Sistem Ketenagalistrikan
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, masalah listrik menjadi polemik yang
berkepanjangan dan telah memunculkan multi implikasi yang sangat kompleks di
berbagai aspek kehidupan, antara lain : keuangan, ekonomi, sosial, budaya, politik, dan
lain-lain. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa listrik telah menjadi bagian yang
sangat penting bagi umat manusia. Oleh karenanya tak berlebihan bahwa listrik bisa
dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan
kebutuhan hidup umat manusia.

Klasifikasi Sistem Tenaga Listrik


Tegangan pada generator besar biasanya berkisar di antara 13,8 kV dan 24 kV.
Tetapi generator besar yang modern dibuat dengan tegangan bervariasi antara 18kV
dan 24 kV. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat yang dipakai untuk transmisi, yaitu
115 kV dan 765 kV. Tegangan tinggi standar (high voltage, HV standard) di luar negeri
adalah 70 kV, 150 kV, dan 220 kV. Tegangan tinggi-ekstra standar (extra high voltage, HV
standard) adalah 500 kV dan 700 kV. Keuntungan transmisi (transmission capability)
dengan tegangan lebih tinggi akan menjadi jelas jika kita melihat pada kemampuan
transmisi (transmission capability) suatu saluran transmisi. Kemampuan ini biasanya
dinyatakan dalam Mega-Volt-Ampere (MVA). Tetapi kemampuan transmisi dari suatu
saluran dengan tegangan tertentu tidak dapat diterapkan dengan pasti, karena
kemampuan ini masih tergantung lagi pada batasan-batasan termal dari penghantar,
jatuh tegangan (drop voltage) yang diperbolehkan, keandalan, dan persyaratan
kestabilan sistem.
Penurunan tegangan dari tingkat transmisi pertama-tama terjadi pada gardu
induk bertenaga besar, di mana tegangan diturunkan ke daerah antara 70 kV dan 150
kV, sesuai dengan tegangan saluran transmisinya. Beberapa pelanggan yang memakai
tenaga untuk keperluan industri sudah dapat dicatu dengan tegangan ini. Penurunan
tegangan berikutnya terjadi pada gardu distribusi primer, di mana tegangan diturunkan
lagi menjadi 1 sampai 30 kV. Tegangan yang lazim digunakan pada gardu-distribusi
adalah 20.000 V antar-fasa atau 11.500 V antara fasa ke tanah. Tegangan ini biasanya
dinyatakan sebagai 20.000 V/11.500 V. Sebagian besar beban untuk industri dicatu
dengan sistem distribusi primer, yang mencatu transformator distribusi. Transformator-
transformator ini menyediakan tegangan sekunder pada jaringan tegangan rendah tiga-
fasa empat-kawat untuk pemakaian di rumah-rumah tempat tinggal. Standar tegangan
rendah yang digunakan adalah 380 V antara antar fasa dan 220V di antara
masingmasing fasa dengan tanah, yang dinyatakan dengan 220/380 V.

Standarisasi dan Sertifikasi


Liberalisasi perdagangan telah mengubah tatanan dunia kerja menjadi baru.
Dunia kerja yang baru tidak lagi dibatasi oleh pagar-pagar geografis atau ideologi bahkan
telah tercipta suatu keadaan di mana barang dan jasa sejenis akan mengacu pada suatu
standar yang secara umum sama tetapi mempunyai kekhususan tertentu dari setiap
produsen. Daya saing suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya
dan sangat erat kaitannya dengan kompetensi kerja. Sertifikasi kompetensi membuka
peluang lebih besar bagi pekerja untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
kompetensinya dan menjadi kompetitif baik di pasar tenaga kerja dalam maupun luar
negeri. Tujuan sertifikasi kompetensi adalah untuk memberi kerangka pembangunan
kompetensi tenaga kerja Indonesia yang harmonis dan digunakan sebagai acuan bagi
seluruh sektor, untuk menghasilkan tenaga kerja Indonesia yang kompeten, profesional
dan kompetitif

Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi
Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan
menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa kelasifikasi itu dibuat. Dengan
demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
A. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
B. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata, pasir
dan lain-lain.
C. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo,
LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan
grounding, dan lain-lain.
D. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan
SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

1. Menurut nilai tegangannya:


A. Saluran distribusi Primer. Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara
titik Sekunder trafo substation (G.I.) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran
ini bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung
melayani pelanggan , bisa disebut jaringan distribusi.
B. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban
C. Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan
bolak-balik.

D. Menurut jenis/tipe konduktornya:


a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support (tiang)
dan perlengkapannya, dibedakan atas: - Saluran kawat udara, bila
konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus. - Saluran kabel udara,
bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel
tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)
E. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horisontal:

c. Saluran konfigurasi Delta:


Bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta).
F. Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi
dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.

Anda mungkin juga menyukai