Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

ANALIS FARMASI
“ANALISIS SPEKTORFOTOMETRI”

OLEH:
STIFA D 2019
KELOMPOK 7

ASISTEN : OKTAVIA PRAJAWATIA

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube
atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer,
yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun
absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi
spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang
panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya,
sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih
besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi
atomic (Harjadi, 1990).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang
mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang
30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai
cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontiniu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk
larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbs antara sampel dan blanko ataupun pembanding
(Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-
senyawa dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap
tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau
panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa
dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini ndiperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari berbagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu
trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel
atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi
antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Pengertian
spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang
dilihat maupun tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih
luas misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang
elektromagnetik (Eka, 2007). Spektrometri molekular (baik kualitatif dan
kuantitatif) bisa dilaksanakan di daerah sinar tampak, sama halnya
seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan daerah sinar inframerah.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi
energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai
panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda ( Mathias, 2005 ).
Dalam farmasi, metode spektrofotometri dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif zat dalam campuran yang spektrumnya mungkin
tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang
tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat yang bertingkat-tingkat
(Munson, 1991)
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami konsep pengukuran absorbansi suatu senyawa dengan
spektrofotometer UV-VIS.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara menentukan
konsentras suatu zat dalam larutan berdasarkan nilai absorbansi yang
diukur dengan menggunakan spektrofotometer
I.2.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini yaitu Interaksi yang terjadi antara energi
yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang
berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan
elektron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi yang memiliki
energi lebih tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan kelompok senyawa obat yang banyak
dipergunakan karena memiliki effek sebagai analgesik,antipiretik dan anti
inflamasi (fadeyi,2004). Asam salisilat merupakan obat yang sering
digunakan untuk meredahkan nyeri ringan sampai sedang, tetapi tidak
efektif untuk menghilangkan nyeri organ dalam (viscrul pain) seperti
infaktor miokardinal atau batu ginjal atau empedu (Darsona,2002). Asam
salisilat bekerja sebagai analgesik antipiretik dengan menghambat
prostaglandin yang dibeentuk dari metabolisme asam arakidonat dengan
katalisator enzim siklooksigenase (fast dari munster,2008).
Asam salisilat memiliki efek samping diantranya terhadap berat dan
saluran cerna yang dapat menyebabkan pendarahan lambung berat
(Gunawan,2009) modifikasi struktur dari senyawa turunan asam salisilat
dilakukan dengan mengubah gugus karboksil melalui pembentukan
garam, eter dan amina. Modifikasi pada gugus karbosil dan dan hidroksil
atau gugus yang lain pada cincin aromatik atau dengan mengubah gugus
fungsional (purwanto dan susiawanti,2000).
II.1.2 Aspirin
Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah sejenis obat
turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik
(penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan
anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan
dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai
pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates
yang menggunakan ekstrak tumbuhan willowuntuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Senyawa ini kemudian dikembangkan oleh perusahaan
Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Aspirin
adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya,
obat ini diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Selain berfungsi
sebagai analgetik, aspirin juga digunakan sebagai antiplatelet untuk terapi
stroke. Aspirin bekerja dengan menghambat pembentukan tromboksan
yang merupakan senyawa yang berperan dalam pembekuan darah.
Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan pembekuan
darah. Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat
melancarkan aliran darah menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi
stroke, aspirin diberikan dalam dosis rendah. Hal ini dikarenakan pada
pemberian dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabkan terjadinya
perdarahan yang tentunya akan memperparah kondisi pasien.Aspirin
merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain menghambat
pembekuan darah, aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai
salah satu faktor pelindung dinding saluran cerna. Oleh karenanya, aspirin
harus diminum sesudah makan agar tidak mengiritasi lambung dan
dihindari penggunaannya pada pasien dengan tukak lambung berat.
Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan penyakitasma
karena aspirin mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan
pada saluran pernafasan) yang dapat memperparah asma yang diderita
pasien. Jadi, pasien asma yang mengalami stroke dapat menggunakan
antiplatelet lain, misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin, atau silostazol
dengan tetap memperhatikan peringatan, kontraindikasi dan efek samping
dari masing-masing obat.Aspirin mempunyai rumus molekul C9H8O4; Mr
180.157 g/mol; kerapatan 1,40 g/cm³; titik lebur 135 °C (275 °F); titik didih
140 °C (284 °F) serta kelarutan dalam air sebesar 3 mg/mL (20 °C)
(Rahmadanita,2009).
II.1.3 Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometer adalah alat untuk mengkur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap
media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk (Cairns, 2009).
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian
dari cahaya tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi
larutan di dalam kuvet (Sastrohamidjojo, 2007).
Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di
daerah ultraviolet (200-350nm) dan sinar tampak (350-800nm) oleh suatu
senyawa. Serapan cahaya UV atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan
transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadan
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
rendah (Rohman, 2007).
II.1.3.1 Bagian-bagian spektrofotometer
Spektrofotomer memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
• Sumber cahaya
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu
(Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang
antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan
alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna
untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hokum Lambert-Beer
(Rohman, 2007).
• Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi). (Rohman, 2007).
• Detektor
Peranan detektor penerma adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya
menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil
data dalam bentuk jarum atau angka digital. Mengukur trasmitans larutan
sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur
intesitas cahaya melewati sampel, dan membandingkan ke intesitas
cahaya sebelum melewati sampel . Rasio disebut transmitans dan
biasanya digunakan dalam presentase (Rohman, 2007).
• Mikroprosesor
Mikroprosesor dan output software dari kalibrator dapat disimpan dan
konsentrasi sampel yang tidak diketahui secara otomatis dapat dihitung
(Kemenkes, 2010).
• Piranti Pembaca
Peiranti pembaca memiliki fungsi untuk membaca sinyal listrtik dari
detector dimana data digambarkan dalam bentuk yang bisa
diinterprestasikan atau disajikan pada display yang dapat dibaca oleh
pemeriksa (Kemenkes, 2010).
II.2 Uraian Bahan
1. Asam Salisilat (Dirjen POM,1979:56)
Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama Lain : Asam salisilat
RM/BM : C7H6O3/ 138,12
:
Rumus struktur
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna putih, hampir tidak berbau; rasa agak
manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Keratolitikum, antifungi

2. Asam Asetat Glasial (Dirjen POM,1979:42)


Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM GLACIALE
Nama Lain : Asam asetat glasial
RM/BM : C2H4O2 /60,05
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau


khas tajam; jika diencerkan dengan air
rasa asam
Kelarutan : Dapat tercampur dengan air, dengan
etanol (95%) P dengan gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
3. Aquadest (Dirjen POM,1979: 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
RM/BM : H2O/ 18,02
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Etanol (Dirjen POM,1995: 63)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
RM/BM : C2H2O/ 46,07
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan mudah menguap jernih, tidak


berwarna, bau khas menyebabkan rasa
terbakar pada lidah
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis
bercampur dengan semua pelarut organic
BAB III
METODE PRAKTIKUM

III.I Bahan dan Alat


III.1.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu aquadest,
asam asetat anhidrat, asam asetat glasial, aspirin, es batu, H2O, dan
H2SO4 Pekat.
III.1.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu bunsen,
corong buncher, gelas piala, labu alas bulat, spektrofotometri UV-Vis,
wadah es batu
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penyiapan Sampel Uji
1. Dimasukkan 3gram Asam Salisilat dimasukkan ke dalam labu alas bulat
2. Ditambahkan 6 mL Asetat Anhidrat
3. Ditambahkn 5 tetes H2SO4 pekat
4. Diletakkan dalam wadah es batu
5. Disaring Kristal Aspirin dengan corong Buncher
6. Dicuci dengan aquadest
7. Dikumpulkan kristalnya dan dilakukan rekristalisasi
III.2.2 Rekristalisasi
1. Dipindahkan Aspirin ke dalam gelas piala
2. Ditambahakn aquadest 20 mL
3. Dipanaskan sampai mendidih
4. Ditambahkan etanol tetes demi tetes hingga Aspirin larut
5. Disaring panas-panas
6. Didinginkan filtrat dalam wadah es batu
7. Dikumpulkan Kristal dan ditentukan titik lebur
III.2.3 Rekristalisasi
1. Dipindahkan Aspirin ke dalam gelas piala
2. Ditambahakn 25 ml campuran asam asetat glasial : H2O (1:1)
3. Dipanaskan sampai mendidih
4. Disaring panas-panas
5. Didinginkan filtrat dalam wadah es batu
6. Dikumpulkan Kristal
III.2.4 Pengukuran Absorbansi Sampel pada Spektrofotometer
1. Kristal Aspirin (Kurva baku dan hasil sintesis)
2. Dilarutkan dengan Aquadest steril
3. Diukur absorbansi pada Spektrofotometer
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Kurva Baku

(Hadisoebroto,dkk.,2019)

IV.2.Tabel Pengamatan

Panjang Adsorbansi Kurva Baku % Kadar


Gelombang
273,20 2,7785 Y = 0,0475x + 58,406%
0,0418
IV.3 Perhitungan

Y = ax + b

Y = 0,0475X + 0,0418

2,7785 = 0,0475X + 0,0418

0,0475X= 2,7785 – 0,0418


X=

X = 57,614 %
IV.3 Pembahasan
Penggunaan metode spektometri UV-VIS merupakan suatu metode
penetapan kadar yang memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat
memberikan hasil yang akurat. Prinsip kerja dari instrument
spektrofotometri UV-VIS ini adalah pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu laju larutan yang memiliki gugus kromofor pada
panjang gelombang spesifik dengan monokromator oleh suatu laju larutan
yang memiliki gugus kromofor pada panjang gelombang spesifik dengan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector futube
(Feladita,dkk,2019).
Metode spektrofotometri UV-VIS termasuk metode instrument
kelebihan dari metode ini adalah memiliki sensitivitas tinggi dan
memberikan hasil yang akurat, proses pengerjaannya lebih cepat dan bisa
untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Senyawa yang dapat
dianalisis yaitu senyawa yang memiliki gugus kromofor
(Feladita,dkk,2019).
Aspirin termasuk dalam kelompok obat AINS dan digunakan juga
sebagai obat pencegah serangan jantung, stroke, pembekuan darah.
Aspirin (asam asetil salsilat) adalah obat analgetik antipiretik yang
termasuk dalam kelompok Biopharmaceutid Classification System (BCS)
kelas dua (kelarutan rendah, permeabilitas tinggi) (Indra,2019).
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar asam salsilat dengan
menggunakan metode spekrofotometri UV-VIS, karena asam salsilat
memiliki gugus kromofor dan ikatan rangkap sehingga bisa ditentukan
kadarnya dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS.
Spektrofotometri UV-VIS digunakan karena dapat mengukur kadar
dengan skala yang lebih kecil, pengukurannya langsung terhadap contoh,
kesalahan dalam pembacaan kecil. Kinerjanya cepat dan pembacaan
kecil dan pembacaannya otomatis (Feladita, dkk,2019).
Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan dengan menggunakan
aspirin menggunakan alat spektofotometri UV-VIS 1800 dimana dilakukan
pengukuran panjang gelombang maksimum pada rentang panjang
gelombang 200-300 nm, dari percobaan yang telah dilakukan sehingga
didapatkan panjang gelombang aspirin yaitu 273,20 nm, dengan
menggunakan spektometer dimana spektometer sendiri itu digunakan
untuk menentukan panjang gelombang suatu sampel yang diteliti. Setelah
penentuan panjang gelombang selanjutnya dilakukan penentuan
absorbansi aspirin pada penentuan absorbansi dilakukan dengan
menggunakan fotometer dan panjang gelombang yang telah diperoleh.
Dari hasil pengamatan dapat diperoleh absorbansi aspirin yaitu 2,7785,
berdasarkn hasi penetuan panjang gelombang (λ) = 273,20 nm
absorbansi (γ) = 2,7785 dapat diperoleh konsentrasi (χ) aspirin yaitu
58,406.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh
kesimpulan yaitu penetapan kadar asam salisilat dilakukan dengan
mengguakan spektrofotometri UV-Vis 1800, sehingga diperoleh data
kurva baku yaitu nilai absorbansi diperoleh y=2,7785 dengan panjang
gelombang λ= 273,20. Dan persamaan kurva baku diperoleh konsentrasi
(x)= 58,406.
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapakan untuk dosen untuk tetap terus memantau keaktifan para
praktikan saat praktikum.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan untuk asisten terus mempertahankan kerjasama yang
sudah baik anatara asisten dan praktikan dalam praktikum.
V.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan agar tetap menjaga dan memperhatikan kelengkapan
praktikum di dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas Haluoleo.


Kendari.
Cairns astutin george. 2009. Shereveis chemical process industries 5th
ed. MeGra-Hill book co: singapura
Day geoggin P.H.2002. unit pricess in organic synthesis. Mac Graw Hill
Book Compang inc: New york
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI
Darsona. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasetamol, Bandung: Universitas Maranatha
Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia: Jakarta.
Fadeyi, dkk. 2004. Efek antipiretik, analgetik, antiinflamasi dan sititoksik
empat turunan asam salisilat dan asam antranilik pada
mencit dan tikus nyeria: Jurnal Bioteknologi Afrika vol.3(8)
Fast dari muster.2008. Obat-obat antiinflamasi Nonsteroid dan obat-obat
untuk pirai in: katzung B,G (ed) Farmakologi dasar dan
klinik: Basic dan clinical farmakologi. Jakarta: selembar
medika
Gandjar, Ibnu Gholib.2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : pustaka
metode modern. Parwa B. Diterjemahkan oleh Harjana.
Surabaya:Airlangga University Press (1991): 334-89
Gandjar, Ibnu Gholib.2007. Kimia FarmasiAnalisis. Yogyakarta :pustaka
Gunawan,s.g.2009. farmakologi dan terapi edisi 5, jakarta: bagian fakultas
kedokteran universitas indonesia, pp.231-233
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Hadisoebroto, Ginayati & Budiman, Senadi. 2019. Penetapan kadar asam
salisilat pada Krim anti jerawat yang beredar di kota
Bandung dengan metode spektrotometri ultra violet. Jurnal
Kartika kimia vol 2(1):hal 51-56
Harjono sastrohamidjojo.2007, spektrodkopi edisi III. Yogyakarta: Liberty
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Khopkar,S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia. Munson JW. Analisis farmasi
Kementrian kesehatan indonesia. 2010. Profil kesehatan indoinesia tahun
2009, jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Khopkar,S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta :Universitas
Indonesia
Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Exacta: Solo.
Purwanto dan susilawati, R. 2000. Hubungan struktur-struktur aktivitas
obat analgetika, in: siswandoro dan soekardjo B (edisi)
kimia medical 2 airlangga university tross, surabaya.
Rahmadanita, fathia fozza dan sumarno. 2019. Kajian pustaka efek
samping aspirin: aspirin exacerbated respiratory disease
(AERD). Farmaceutical journal of indonesia 5(1)
Rohman Rosenfield, Isadore, 2007. Hospital Architecture and Beyond,
New York: Reinhold Book Company
LAMPIRAN

GAMBAR LAMPIRAN

Asam salisilat + asetat anhidtrat+


H2SO4 pekat diletakkan dalam wadah
es batu

Terbentuk kristal

Kristal disaring + dicuci dengan


aquades

+ Aquadets. Panaskan

+ Etanol tetes demi tetes. Kemudian di


dinginkan
Skema Kerja

1. Penyiapan Sampel Uji

33 gram Asam Salisilat

Labu Alas Bulat

++ 6ml Asetat Anhidrat

3+ 5 tts H2SO4 Pekat

Letakkan dibawah es batu

kristal aspirin

saring kristal dengan corong buchner

Cuci dengan aquades`

3kumpulkan kristal dan rekristalisasi


2.Rekristalisasi

Pindahkan Aspirin kedalam gelas ukur

+ 20 mL Aquadest

Panaskan sampai mendidih

+ etanol tetes demi tetes hingga aspirin larut

Saring panas-panas

Dinginkan filtrat dalam wadah es

Kumpulkan krista
Tentukan titik lebur

3.Pengukuran Absorbansi sampel pada spektrofotometer

Kristal Aspirin( kurva Baku Hasil Sintesis)

Pindahkan aspirin kedalma gelas piala

+ 25 mL campuran Asam asetatglacial


: H20 (1:1)
Saring panas-panas

Didinginkan filtrat dalam wadah es

Kumpulkan kristal

Larutkan dengan aquadest steril

Ukur Absorbansi pada spektrofotometer

Anda mungkin juga menyukai