Disusun Oleh:
Kemajuan peradaban pada masa bani Abbasiyah terjadi melalui beberapa cara dan
metode yang diterapkan oleh para cendekiawan serta para khalifah. Berbagai proses yang
tejadi seperti penerjemahan, pengkajian teks yang disertai komentar, memodifikasi dan
mengasimilasiknnya dengan ajaran Islam. Menurut Thomas Brown, proses asimilasi terjadii
saat peradaban Islam sudah kuat dan mengakar, sains, filsafat dan kedokteran Yunani
diadopsi, dan melebur menjadi satu dengan lingkungan pandangan hidup Islam (Islamic
Worldview) 5 . Proses ini menunjukkan bahwa kreativitas ilmuwan muslim pada masa itu
sangatlah tinggi, dan akhirnya dapat melahirkan pemikiran yang berbeda dengan pemikiran
Yunani.
Di antara khalifah-khalifah itu tercatat beberapa nama yang berhasil membawa
Dinasti Abbasiyah mengalami kejayaannya.
1. Abu al-Abbas Abdullah bin Muhammad as-Saffah
Abu al-Abbas adalah pendiri Dinasti Abbasiyah. Ia merupakan sosok pemimpin yang
tegas. Ia pula yang mematahkan kekuasaan Dinasti Umayyah yang didirikan Muawiyah. Pada
masanya (721-750), ia mengonsolidasikan berbagai kekuatan untuk kejayaan Dinasti
Abbasiyah.
3. Harun ar-Rasyid
Kekhalifahan Abbasiyah mencapai puncaknya (the golden age of Islam) pada masa
Khalifah Harun Ar-Rasyid. Ia adalah khalifah kelima yang memerintah dari tahun 786
sampai 809. Ia mendirikan Bayt al-Hikmah, sebuah perpustakaan terbesar pada zamannya.
Banyak sarjana Muslim dan Barat yang belajar di Kota Baghdad.
Beberapa proyek besar yang dihasilkan selama pemerintahannya adalah keamanan
dan kesejahteraan seluruh rakyat, pembangunan Kota Baghdad, pembangunan sejumlah
tempat ibadah, sarana pendidikan, hingga pendirian Bayt al-Hikmah. Bayt al-Hikmah ini
berfungsi sebagai perpustakaan dan tempat penerjemahan karya-karya intelektual Persia dan
Yunani.
4. Al-Ma'mun ar-Rasyid
Khalifah Al-Ma'mun adalah anak dari Harun ar-Rasyid. Ia memerintah Dinasti
Abbasiyah setelah saudaranya Al-Amin, dari tahun 813-833. Al-Ma'mun merupakan khalifah
yang ketujuh.
5. Al-Mu'tasim
Ia memerintah Bani Abbasiyah setelah Khalifah Al-Ma'mun. Selama
pemerintahannya, yakni 833-842, ia berhasil menumbuhkan minat para pelajar Muslim dan
Barat untuk mendalami ilmu pengetahuan di Kota Baghdad. Pada masa inilah, lahir seorang
ahli matematika Muslim terkenal, yakni Al-Kindi. Sepeninggal al-Mu'tasim, secara perlahan-
lahan, kejayaan Bani Abbasiyah mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh pergolakan politik.
Tak heran bila kemudian lahir Dinasti Buwaihi, Mamluk, dan Seljuk.
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa
pemerintahan Bani Abbas banyak bangsa non arab yang masuk Islam. Maka
asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna, bangsa-bangsa tersebut
kemudian memberikan saham tertentu untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Persia memberikan pengaruh yang kuat dibidang pemerintahan juga
banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Sedangkan india
member pengaruh terhadap ilmu medis, matematika, dan astronomi, sedangkan
yunani masuk untuk memberikan pengaruh terhadap terjemahan dalam bidang
ilmu yaitu filsafat.
2. Gerakan terjemahan terjadi dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-
manshur hingga Harun al-Raysid. Fase kedua, mulai masa khalifah al-Ma’mun
hingga tahun 300 H. Fase ketiga, setelah tahun 300 H. Pengaruh dari kebuddayaan
bangsa yang sudah maju tersebut, melalui gerakan terjemahan, bukan saja
membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu
pengetahuan agama.
Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah kenal dua metode yaitu :
1. Penafsiran pertama tafsir bi al-ma’tsur, yaitu interprestasi dari nabi dan para
sahabat.
2. Tafsir bi al ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu pada
pendapat dan pikiran daripada hadis dan pendapat sahabat.
Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas
akan tetapi, jelas sekali bahwa tafsir bi al ra’yi atau tafsir rasional sangat
dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal
yang sama dapat dilihat dalam ilmu fiqh dan ilmu teologi.
Aliran-aliran teologi sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij,
Murjiah dan Mu’tazilah. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas.
Teologi rasional Mu’tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah.
Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru
dirumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi
kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.
Kesimpulan
Pada masa bani Abbasiyah, umat Islam telah memiliki sebuah peradaban yang
maju pesat jika dibanding peradaban yang lain. Kemajuan peradaban Islam ini
jauh meninggalkan peradaban Eropa. Selama lima abad pemerintahan
Islam Dinasti Abbasiyah ini, tercatat sejumlah nama khalifah yang berhasil
menegakkan sistem pemerintahan Islam dengan adil dan makmur.
Kemajuan peradaban pada masa bani Abbasiyah terjadi melalui beberapa cara
dan metode yang diterapkan oleh para cendekiawan serta para khalifah. Berbagai
proses yang tejadi seperti penerjemahan, pengkajian teks yang disertai komentar,
memodifikasi dan mengasimilasiknnya dengan ajaran Islam. puncak
perkembangan kebudayaan dan pemikiran islam terjadi pada masa pemerintahan
Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas
penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal
kebangkitan Islam.