Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPUTUSASAAN

STASE KEPERAWATAN JIWA

Oleh

HENI NOVIKA YANTI HALIL

2021207209158

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPUTUSASAAN
A. Pengertian

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan


atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).

Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya


terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang tidak memiliki
harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa membantunya.

Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan , keraguan .duka


cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 )

Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan bahwa keputusasaan


merupakan kondisi yang dapat menguras energi.

Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat subyektif


yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan pribadi untuk
mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak
dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan .

B. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah:

a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan”)
b. Sering mengeluh dan Nampak murung.
c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Menarik diri dari lingkungan.
f. Kontak mata kurang.
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
h. Nampak selalu murung atau blue mood.
i. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
j. Menurun atau tidak adanya selera makan
k. Peningkatan waktu tidur.
l. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
m. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
n. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.

Sedangkan menurut, Keliat, Dkk (2006) adalah:

a. Mayor ( harus ada)


Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan, dan
berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil
isyarat verbal tentang kesedihan.

1) Fisiologis :

a) respon terhadap stimulus melambat

b) tidak ada energi

c) tidur bertambah

2) emosional :

a) individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya


tapi dapat merasakan

b) tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan

c) tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup

d) hampa dan letih

e) perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa tidak berdaya,tidak mampu


dan terperangkap.

3) Individu memperlihatkan :

a) Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan

b) Penurunan verbalisasi

c) Penurunan afek

d) Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.

e) Ketidakmampuan mencapai sesuatu


f) Hubungan interpersonal yang terganggu

g) Proses pikir yang lambat

h) Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.

4) Kognitif :

a. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan


membuat keputusan

b. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini.

c. Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir

d. Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )

e. Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap

f. Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan

g. Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan

h. Tidak dapat mengenali sumber harapan

i. Adanya pikiran untuk membunuh diri.

b. Minor ( mungkin ada )

1. Fisiologis

a. Anoreksia

b. BB menurun

2. Emosional

a. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain

b. Merasa berada diujung tanduk

c. Tegang

d. Muak ( merasa ia tidak bisa)

e. Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani

f. Rapuh
3. Individu memperlihatkan

a. Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara

b. Penurunan motivasi

c. Keluh kesah

d. Kemunduran

e. Sikap pasrah

f. Depresi

4. Kognitif

Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima:

a. Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang

b. Bingung

c. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif

d. Distorsi proses pikir dan asosiasi

e. Penilaian yang tidak logis

C. Faktor penyebab

Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :

a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman
D. Penatalaksaan medis

a. Psikofarmaka

Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan


keputusasaan.

b. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus
asa dan semangat juangnya.

c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung
pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani
terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.

d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari
penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan
dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi
dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah
keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga,
keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada
umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita
mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan
dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.
E. Rencana tindakan keperawatan
a. Tujuan Umum :
Klien mampu mengekspresikan harapan positif tentang masa depan,
mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan

b. Tujuan Khusus :
Klien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal masalah keputusasaannya
3) Berpartisipasi dalam aktivitas
4) Menggunakan keluarga sebagai system pendukung

F. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Ucapkan salam
b) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c) Jelaskan tujuan pertemuan
d) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
e) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.

2) Klien mengenal masalah keputusasaannya


a) Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan
sedih/kesendirian/keputusasaannya.
b) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan
cara pandang perawat terhadap kondisi klien.
c) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa :
pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi dengan kurangnya partisipasi
dalam aktivitas.
d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah,
tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
e) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh
klien.
f) Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.
g) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative.
h) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor risiko
terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode dan cara
bunuh diri.
3) Klien berpartisipasi dalam aktivitas
a) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda menelepon RS setiap
hari untuk menanyakan keadaanmu ?”
b) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa.
c) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran dan
perasaan yang positif.
d) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam mencapai
tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktivitas.

4) Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukung


Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
(1) Ucapkan salam.
(2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.
(3) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hubungan dengan klien.
(4) Jelaskan tujuan pertemuan.

5) Buat kontrak pertemuan.


a) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
b) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien
mengatasi masalah dan bagaimana hasilnya.
c) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien mengatasi masalahnya.
d) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan :

(1) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.


(2) Psikofarmaka yang diperoleh klien : manfaat, dosis, efek samping, akibat bila
tidak patuh minum obat.
(3) Cara keluarga merawat klien
(4) Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (Puskesmas,
RS).
DAFTAR PUSTAKA

Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.

Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006).
Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO

Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai