Anda di halaman 1dari 18

Vol. 18, No.

1, Januari 2019

Pusat Studi Wanita


UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Vol. 18, No. 1, Januari 2019 E-ISSN: 2503-4596
ISSN: 1412-3460

Terakreditasi Menteri Riset,


Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia
Nomor 2/E/KPT/2015 (Sinta 2)

Managing Editor:
Witriani

Editor in Chief:
Marhumah

Editors:
Siti Ruhaini Dzuhayatin, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Alimatul Qibtiyah, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Muhammad Alfatih Suryadilaga, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Euis Nurlaelawati, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Mochamad Sodik, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Masnun Tahir , Universitas Islam Negri Mataram, NTB
Dewi Candraningrum, Universitas Muhammadyah Surakarta, Jawa Tengah
Ummi Sumbulah, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur
Tracy Wright Webters , University of Western Sydney, Australia

Language Editors:
Zusiana Elly Triantini, Fatma Amilia, Muh.Isnanto

TERAKREDITASI:
Nomor: 2/E/KPT/2015, Tanggal 1 Desember 2015

Alamat Penerbit/ Redaksi: Pusat Studi Wanita UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 Telp./ Fax. 0274-550779
Email: pswsuka@yahoo.co.id
Website: psw.uin-suka.ac.id

Musãwa adalah Jurnal Studi Gender dan Islam yang fokus pada kajian-kajian gender dan anak, baik yang terintegrasi
dengan Islam maupun Hak Asasi Manusia. Diterbitkan pertama kali Maret 2002 oleh Pusat Studi Wanita Universitas Islam
Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerjasama dengan Royal Danish Embassy Jakarta. Mulai tahun 2008 terbit dua kali
dalam setahun yaitu bulan Januari dan Juli. Mulai tanggal 1 Desember 2015 Jurnal Musawa mendapatkan Akreditasi Na-
sional Kemristekdikti dengan Nomor: 2/E/KPT/2015
Redaksi menerima tulisan dengan tema Gender, Islam, dan HAM berupa hasil penelitian yang belum pernah dipub-
likasikan atau diterbitkan di media lain. Artikel ditulis dalam 6.000 – 10.000 kata sesuai dengan gaya selingkung Musawa
yang dapat dilihat di halaman belakang. Naskah dikirimkan melalui Open Journal System (OJS) Musawa melalui alamat :
http://ejournal.uin-suka.ac.id/musawa. Editor berhak melakukan penilaian tentang kelayakan suatu artikel baik dari segi
isi, informasi, maupun penulisan.
DAFTAR ISI

TAFSIR GENDER JAWA: TELAAH TAFSIR AL-IKLIL FI MA’ANI AL-TANZIL KARYA MISBAH MUSTAFA
Ahmad Zainal Abidin, M. Imam Sanusi Al-Khanafi, Eko Zulfikar...........................................................1

JILBAB SEBAGAI SIMBOL PERJUANGAN IDENTITAS


(Studi atas Pemakaian Jilbab di Kalangan Waria DI. Yogyakarta)
Arif Nuh Safri......................................................................................................................................19

RESEPSI PEMBACA TERHADAP BENTUK KETIDAKADILAN GENDER DALAM CERPEN MATA


TELANJANG KARYA DJENAR MAESA AYU
Kandhi Laras, Azizatuz Zahro’.............................................................................................................35

MAPPING ISU JURNAL BERBASIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN HAM PADA


PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA
Witriani, Bayu Mitra A. Kusuma.........................................................................................................45

RUANG PEMBEBASAN SEBAGAI POLITIK PERLAWANAN PEREMPUAN NU


Linda Dwi Eriyanti...............................................................................................................................61

TRANFORMASI DAKWAH NAHDHATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH:


DARI SUBORDINASI MENUJU EMANSIPASI
Abdul Halim, Luthfi Maulana.............................................................................................................77

KONTEKSTUALISASI HUKUM WARIS DALAM QS. AN-NISA [4]:11


(Studi Pembagian Harta Warisan Pada Masyarakat Adat Kampar)
Marro’aini dan Nor Kholis..................................................................................................................93
RESEPSI PEMBACA TERHADAP BENTUK KETIDAKADILAN GENDER DALAM
CERPEN MATA TELANJANG KARYA DJENAR MAESA AYU

Kandhi Laras, Azizatuz Zahro’


Universitas Negeri Malang
kankandhi@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beragam resepsi pembaca terhadap bentuk ketidakadilan
gender dalam cerpen feminisme berjudul Mata Telanjang. Bentuk ketidakadilan gender yang dibahas
dalam penelitian ini meliputi: marginalisasi, subordinasi, stereotipi, dan kekerasan. Data resepsi
dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis berdasarkan metode resepsi sastra. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya kontradiksi penerimaan pembaca terkait bentuk ketidakadilan gender terhadap
tokoh perempuan (pekerja seks) yang ditawarkan oleh cerpen Mata Telanjang. Perbedaan perspektif
dari pembaca disebabkan oleh latar belakang usia, pengetahuan, dan status sosial pembaca sehingga
menimbulkan dua kelompok pembaca, yakni kelompok pembaca yang pro terhadap adanya bentuk
ketidakadilan gender, dan kelompok pembaca yang menolak bentuk ketidakadilan gender pada tokoh
perempuan dalam cerpen.

Kata Kunci: Resepsi Pembaca, Ketidakadilan Gender, Cerpen

Abstract
The purpose of this study is to find out various reader receptions towards gender inequality in feminism
short stories entitled Mata Telanjang. The forms of gender injustice discussed in this study include:
marginalization, subordination, stereotyping, and violence. The data of reception were collected
through questionnaires and analyzed based on the method of literary reception. The results of this
study indicate a contradiction in readers' acceptance of the form of gender inequality towards female
leaders (sex workers) offered by Mata Telanjang short story. The difference in perspective from the
reader is caused by the background of the age, knowledge, and social status of the reader. Here, there
are two groups of readers, namely the readers who are pro against the form of gender inequality, and
the readers who reject the form of gender injustice in female characters in the short story.

Keywords: Reader’s reception, Gender Injustice, short story

Pendahuluan
sastra merupakan cara pembaca memaknai
Resepsi adalah penerimaan seseorang dan mengolah karya sastra sehingga dapat
terhadap suatu hal. Dalam kaitannya dengan memberikan tanggapan terhadapnya.1 Oleh
trilogi pengarang-karya sastra-pembaca, resepsi karena itu, karya sastra harus sampai pada tangan
diartikan cara pembaca menanggapi suatu karya
sastra yang telah dibaca dan dipahami. Resepsi Yohanes Sehandi, Mengenal 25 Teori Sastra,
1

(Yogyakarta: Ombak, 2016), 157.

35
Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

pembaca untuk mendapatkan tanggapan, kritik, yang menimpa tokoh Nay. Perbedaan penerimaan
dan apresiasi sehingga karya sastra tersebut dapat pembaca terhadap ketidakadilan gender tersebut
memberikan manfaat bagi pembaca. dilatarbelakangi oleh perbedaan usia, status
Karya sastra yang dijadikan sebagai objek pernikahan, pendidikan, pengetahuan, dan
resepsi pada penelitian ini adalah cerpen. Cerpen tentunya ideologi.
dapat mengangkat femonema sosial yang terjadi Berdasarkan pertimbangan tersebut,
di masyarakat, salah satunya adalah isu tentang penelitian resepsi pembaca ini dilakukan untuk
perempuan. Eksistensi perempuan dalam melihat keberagaman penerimaan pembaca terkait
masyarakat cenderung diposisikan di bawah bentuk ketidakadilan gender yang dimaknai oleh
kuasa laki-laki. Hal ini disebabkan oleh konsep pembaca. Jenis penelitian ini adalah analisis
kultural yang membedakan peran dan identitas resepsi sastra dengan menggunakan pendekatan
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan kualitatif. Data penelitian berupa hasil resepsi
sehingga melahirkan bentuk ketidakadilan gender pembaca yang dikumpulkan melalui kuesioner
dalam masyarakat. Budaya patriarki menganggap pada pembaca perempuan di kalangan mahasiswa
perempuan sebagai bagian dari masyarakat program studi pendidikan. Hasil penelitian dapat
kelas dua.2 Sebagai contoh dalam sektor kerja, digunakan sebagai literasi terkait persoalan
upah perempuan lebih rendah daripada laki-laki, gender dan pendidikan moral dalam karya sastra
yaitu perbandingan 61,07% dan 77,74%.3 Selain feminisme.
itu, Komnas Perempuan juga mencatat adanya
perningkatan 10% tindak kekerasan terhadap Resepsi Sastra
perempuan pada tahun 2014, yaitu 293.220 kasus Perhatian utama kajian resepsi sastra
kekerasan yang terjadi di Indonesia.4 adalah pembaca sehingga dalam kajian tersebut
Cerpen Mata Telanjang karya Djenar Maesa menitikberatkan penelitian terhadap konkretisasi
Ayu mengungkapkan kehidupan sosial seorang pembaca terhadap karya sastra.5 Langkah analisis
pekerja seks (tokoh Nay) yang dipandang negatif kajian resepsi sastra bertumpu pada keputusan
oleh masyarakat, tapi sebenarnya memiliki tujuan pembaca sehingga kedudukan pembaca
mulia untuk menghidupi keluarga. Di sisi lain, merupakan sebagai variabel berdasarkan ruang,
tokoh Nay mengalami banyak ketidakadilan waktu, serta kelompok sosial masyarakat tertentu.
sebagai konsekuensi pekerjaan dan juga karena Kehadiran pembaca berperan sebagai pengisi
ia sebagai perempuan. Cerpen tersebut menuai spasi atau kesenjangan antara pembaca dengan
kontradiksi antara nilai dan norma yang berlaku karya sastra agar dapat memahami secara utuh
di masyarakat terhadap kehidupan sosial pekerja substansi teks yang dibaca. Kesenjangan tersebut
seks. Oleh karena itu, cerpen Mata Telanjang disebut sebagai ‘tempat terbuka’ atau ruang
dapat menimbulkan berbagai macam perspektif kosong antara karya sastra dan pembaca. Jika
pembaca terkait bentuk ketidakadilan gender suatu karya sastra memiliki kesengangan atau
tempat terbuka terlampau banyak, maka terdapat
2
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Pustaka kemungkinan pembaca tidak dapat mengisinya
Pelajar, 2014), 99.
3
A.W Rahayu, “ Perempuan dan Belenggu Peran sehingga karya sastra tersebut tidak banyak
Kultural” dalam, Jurnal Perempuan, 2015, 2.
4
K o a l i s i p e r e m p u a n . o r. i d h t t p : / / w w w. 5
Rahmat Djoko Pradopo, Teori Kritik dan
koalisiperempuan.or.id/2016/03/07/catatan-ketimpangan- Penerapannya dalam Sastra Indonesia Modern,
terhadap-perempuan-di-indonesia-hari-perempuan- (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2017),
internasional-2016/). Di akses pada tanggal 30 April 2018. 20.

36
Kandhi Laras, Azizatuz Zahro’ - Resepsi Pembaca Terhadap Bentuk Ketidakadilan Gender ...

dipahami oleh khalayak. Durkheim, moralitas tidak hanya berbicara


Metode resepsi sastra memiliki dua mengenai ajaran perilaku baik dan buruk
jenis.6Pertama, menyusun kembali segala bentuk sewajarnya, melainkan menyangkut ajaran
konkretisasi karya sastra dalam masa sejarahnya. perilaku yang didasarkan pada ketentuan di luar
Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan diri manusia.7
resepsi pembaca terhadap karya sastra. Tinjauan Sementara itu, terdapat empat nilai moralitas
ini mengungkap ke arah mana pola resepsi (nilai dalam kehidupan yang ditawarkan oleh Paul
positif atau negatif) pembaca terhadap karya Suparno terkait penelitian ini.8 Pertama,
sastra tertentu ketika masa semakin menjauhi religiusitas, yaitu nilai yang berkaitan dengan
norma sastra yang berlaku. Kedua, meneliti pembiasaan manusia mensyukuri hidup yang
keterkaitan konkretisasi karya sastra antara pihak diberikan oleh Tuhan, pembiasaan terhadap
satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk sikap toleran terhadap sesama makhluk ciptaan
mengukur seberapa dalam pembaca meresepsi Tuhan, dan upaya mendalami ajaran agama yang
suatu karya sastra dan seberapa bermakna karya dianut dengan menjalankan perintah Tuhan dan
sastra tersebut bagi pembaca. Kebermaknaan menjauhi larangan-Nya. Kedua, sosialitas, yaitu
karya sastra tersebut dapat disimpulkan dari nilai yang berkaitan dengan pembiasaan sikap
konkretisasi seirama yang dominan. menghargai tatanan hidup bersama secara positif,
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pembiasaan etika bergaul dan berorganisasi, serta
resepsi sastra dapat diartikan sebagai suatu pembiasaan menciptakan kebersamaan yang
penelitian yang menitikberatkan pada tanggapan rukun. Ketiga, gender, yaitu nilai yang berkaitan
pembaca terhadap karya sastra yang telah dibaca, dengan pembiasaan menghargai eksistensi
dipahami, dan diapresiasi. Bentuk resepsi pembaca perempuan dalam masyarakat sebagai bentuk
dapat berupa tanggapan teoretis dan praktis. kesetaraan gender, memberikan kesempatan
Pada tanggapan teoretis, pembaca hanya sebatas kepada perempuan untuk memiliki peluang
memahami dan menghayati karya sastra yang beraktivitas secara luas, serta menghargai adanya
telah dinikmati. Adapun tanggapan secara praktis kepemimpinan perempuan dalam masyarakat.
berarti pembaca telah melakukan implementasi Keempat, keadilan, yaitu nilai yang berkaitan
terhadap pemahaman yang telah ia dapatkan dari dengan pembiasaan keseimbangan dalam
karya sastra, misalnya dengan mencipta karya melaksanakan kewajiban dan memperoleh hak,
sastra lain sebagai bentuk pengembangan dari serta menghargai perbedaan terhadap sesama
karya sastra yang telah ia pahami. meskipun manusia memiliki keberagaman.
Akar masalah dari ketidakadilan gender adalah
Resepsi Ketidakadilan Gender dalam Cerpen sering dikaburkannya konsep nurture dan nature
Mata Telanjang oleh masyarakat. Konsep nurture ini berasumsi
Pembahasan mengenai ketidakadilan gender bahwa peran dan identitas gender yang dikonstruksi
berkaitan erat dengan nilai kemanusiaan, seperti oleh masyarakat masih bisa dipertukarkan fungsinya
kebenaran, martabat diri, keadilan, dan moralitas
Fitri Eriyanti, “Pendidikan Kewarganegaraan di
7
dalam tatanan sosial untuk mengungkap baik Sekolah Dasar: Aplikasi Teori Emile Durkheim tentang
dan buruk segala aktivitas manusia. Menurut Moralitas dan Pendidikan Moral”, Jurnal Demokrasi, Vol.
5 No. 2 2009, 142-155.
6
Rahmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, 8
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti
Metode Kritik, dan Penerapannya (Yogyakarta: Pustaka dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
Belajar, 2005), 209. 39.

37
Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

oleh masing-masing jenis kelamin. Sebagai contoh Sejak penyerbuan itu, klub ditutup.12
misalnya, urusan bekerja atau mencari nafkah Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
dapat dialih-perankan oleh perempuan, begitu pula adanya peminggiran tokoh Nay melalui tindakan
sebaliknya. Urusan domestik seperti mengurus penggusuran klub. Pekerja seks dianggap
anak dan perihal tatanan rumah tangga dapat dialih- mengganggu karir politisi muda yang pernah
peranan oleh laki-laki. terlibat dalam prostitusi tersebut sehingga layak
Namun, dewasa ini konsep nature atau disingkirkan (dipinggirkan).13Penggusuran klub
perbedaan kodrati telah merambah masuk tersebut berdampak pada hilangnya sumber
ke perbedaan peran yang dikonstruksi oleh pendapatan tokoh Nay (pemiskinan).
masyarakat (nurture) sehingga melahirkan Hasil resepsi pembaca menunjukkan bahwa
perbedaan kelas dalam masyarakat.9 Hal ini terdapat kelompok pembaca yang tidak setuju
melahirkan fenomena ketidakadilan gender yang terhadap marginalisasi perempuan pekerja seks
melekat di masyarakat. Bentuk ketidakadilan dan kelompok pembaca yang setuju terhadap
gender meliputi empat hal, yakni marginalisasi, marginalisasi perempuan pekerja seks. Kelompok
subordinasi, stereotip, dan kekerasan.10 dominan adalah kelompok yang setuju terhadap
Resepsi terhadap Marginalisasi penggusuran klub tempat Nay bekerja. Alasan yang
diberikan lebih bertumpu pada moralitas karena
Marginalisasi merupakan proses prostitusi dianggap menyalahi norma yang berlaku.
peminggiran dengan mengabaikan hak-hak Mereka tidak mempedulikan hal-hal yang
pihak marginal. Demikian pula yang dialami melatari Nay menjadi pekerja di klub tersebut.
perempuan terhadap budaya patriarki, di mana Selain itu, tidak dipertimbangkan pula perbedaan
laki-laki memiliki kuasa untuk mensubordinasi kelas antara perempuan dan laki-laki, termasuk
kedudukan perempuan.11Bentuk peminggiran dalam relasi pekerja dan pengguna jasa seks yang
dan pemiskinan (marginalisasi) pada tokoh Nay berpengaruh pada peminggiran dan pemiskinan.
dalam cerpen terdapat pada kutipan berikut. Peminggiran pada perempuan jauh lebih berat
Politisi muda itu mulai lagi getol bicara soal karena perempuan mendapat stigma yang lebih
moralitas di koran dan televisi. “Tempat-tempat negatif daripada laki-laki yang terlibat dalam dunia
hiburan maksiat sudah selayaknya ditertibkan prostitusi. Salah satu pembaca mengungkapkan
dengan cara saksama dan dalam tempo sesingkat- bahwa, perempuan seharusnya lebih peduli pada
singkatnya!” sesumbarnya. …. dirinya dan kaumnya dengan menghargai tubuhnya
Barangkali ia memang ingin melenyapkan sehingga keterpaksaan tidak boleh dijadikan alasan.
Nay. Seminggu kemudian aku mendengar Resepsi terhadap cerpen ini tidak lepas
klub itu diserang serombongan orang. Tempat dari nilai gender, sosial, dan moral. Perbedaan
itu diobrak-abrik. Puluhan pegawai dipukuli. kelas sosial disebabkan oleh perbedaan peran
yang dikonstruksi oleh masyarakat.14 Bagi kaum
9
Remiswal, Menggugah Partisipasi Gender di 12
Djenar Maesa Ayu, Kumpulan Cerpen: SAIA
Lingkungan Komunitas Lokal (Yogyakarta: Graha Ilmu, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 131.
2015), 14. 13
Nur Lisa, “Kedudukan Perempuan dalam Kumpulan
10
Mufidah, Paradigma Gender (Malang: Bayumedia Cerpen SAIA Karya Djenar Maesa Ayu (Feminisme
Publishing, 2004), 90─95. Marxis)” Skripsi, Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas
11
Nunuk Murniati, Getar Gender Buku Kedua: Negeri Makassar, 2017, 65-66.
Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, udaya, dan 14
Remiswal, Menggugah Partisipasi Gender di
Keluarga (Magelang: Indonesia Tera, 2004), xx. Lingkungan Komunitas Lokal, 14.

38
Kandhi Laras, Azizatuz Zahro’ - Resepsi Pembaca Terhadap Bentuk Ketidakadilan Gender ...

perempuan, pekerjaan di ranah publik masih Dalam sudut pandang nilai religiusitas,
menjadi suatu dilema. Perempuan dianggap pembatasan pergaulan antara laki-laki dan
sebagai sosok yang tidak layak berpendidikan perempuan diatur sangat ketat demi menjaga
tinggi sehingga aksesnya di ruang publik kehormatan perempuan, karena perempuan
dibatasi.15 Hal ini disadari oleh para pembaca, diistimewakan dalam agama (Islam). Hal ini
tapi bagi mereka saat ini dunia telah berubah. juga ditegaskan dalam Al Quran, bahwa baik
Perubahan tersebut harus dimanfaatkan oleh perempuan maupun laki-laki dilarang mendekati
perempuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik perbuatan yang mendekati zina, karena hal itu
dan berperan bagi pembangunan masyarakat. merupakan dosa keji yang dilaknat Tuhan (Allah)
Sebagian masyarakat menilai bahwa sebagai umat-Nya (Al-Isra:32).
perempuan dalam ranah domestik lebih Menurut nilai keadilan dan demokrasi
terhormat, karena kodrat perempuan sebagai ibu hukum di Indonesia, tindakan seks bebas juga
dan istri cenderung ditempatkan pada lingkungan dilarang sesuai ketentuan Kitab Undang-undang
untuk mengurus rumah tangga dan anak. Lain Hukum Pidana (KUHP) pasal 284 yang mengatur
halnya dengan laki-laki, visi dan misi laki-laki tentang perzinaan. Meskipun masalah perzinaan
dapat dikatakan sebagai sosok penakluk dan dianggap sebagai persoalan sensitif dan privasi,
dapat dengan leluasa berkiprah di ranah publik. tapi campur tangan negara memiliki landasan
Hal ini berdampak pada kesetaraan upah akibat kokoh terhadap munculnya dampak baru, seperti
pembatasan ruang gerak perempuan. Meskipun salah satu penyebab utama penyebaran HIV/
demikian, hal ini tidak boleh dijadikan alasan AIDS adalah seks bebas.17 Selain itu, seks bebas
bagi perempuan yang tidak memiliki pendidikan juga berpotensi pada kehamilan remaja di luar
tinggi dan keahlian khusus, lebih memilih menjual nikah, kasus aborsi, dan perceraian.
tubuh mereka untuk memperoleh uang.
Tempat prostitusi tak dapat dibenarkan Resepsi terhadap Subordinasi
karena dapat merusak moral masyarakat. Dampak Subordinasi adalah proses penempatan
buruk tempat prostitusi jauh lebih besar daripada perempuan pada kedudukan yang lebih rendah dari
manfaat ekonomi yang dijadikan alasan berdirinya. laki-laki, karena perempuan dipandang sebagai
Tempat prostitusi berpengaruh pada munculnya makhluk inferior yang tidak mampu tampil
wabah HIV sebagai bentuk penularan penyakit memimpin dan sigap dalam mengambil keputusan.
akibat bergonta-ganti pasangan seks, penyakit Pelabelan tersebut berkiblat pada strategi sistem
sosial berupa perselingkuhan dan perceraian. patriarki yang membatasi kebebasan perempuan
Salah satu penelitian terhadap pasangan suami- di berbagai aspek kehidupan.
istri mengungkapkan bahwa secara umum ketika Bentuk subordinasi yang dialami tokoh Nay
laki-laki telah kecanduan terhadap seks bebas, dalam cerpen terdapat pada kutipan berikut.
maka akan melakukan pelampiasan dengan Tak rela sebenarnya tubuh ini digelar…. Di
memanfaatkan fasilitas rumah prostitusi sehingga mata mereka, tubuhku barangkali serupa
lebih besar berdampak pada kasus perceraian.16 mawar yang dalam kegelapan perlahan
15
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetraan Gender
Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 2001), 3. 6 No. 1 2017, 1─11.
16
Khairul Fajri, Mulyono, “Selingkuh sebagai Salah 17
Lisya Suryani Widayati, “Revisi Pasal Perzinaan
Satu Faktor Penyebab Perceraian (Analisis Putusan dalam Rancangan KUHP: Studi Masalah Perzinaan di Kota
No.3958/Pdt.G/2012.Pa.Sby. Perspektif Maqashid Padang dan Jakarta”, Jurnal Hukum, Vol. 16 No. 3 2014,
Syariah”, Jurnal Maqasid: Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 311─336.

39
Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

mekar…. Dan di dalam kegelapan bisa seksualitas menurut sudut pandang budaya, laki-
dengan mudah kulihat mata-mata yang laki cenderung mendominasi dan sudah wajar
menatap nyalang. Mata-mata penuh nafsu jika laki-laki ‘meminta’ melakukan seks terlebih
dan merasa berkuasa karena punya banyak dulu kepada perempuan. Lain halnya dengan
uang.18
perempuan, asumsi masyarakat mentabukan
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa dominasi perempuan ketika meminta perlakuan
adanya inferioritas (subordinasi) terhadap seksual terlebih dulu, apalagi dengan menjajakan
tokoh Nay yang memilih bekerja sebagai penari tubuhnya kepada sembarang laki-laki.
telanjang (pekerja seks). Perempuan miskin dan Jika ditinjau dari sudut pandang nilai
tidak memiliki keahlian biasanya lebih memilih religiusitas, fenomena seksualitas perempuan
pekerjaan dengan menjual seksualitasnya.19 yang sering dinilai rendah (inferior), ternyata
Hasil resepsi pembaca menunjukkan bahwa bertolak belakang dengan hadist (ucapan dan
terdapat kelompok pembaca yang tidak setuju tindakan) Nabi Muhammad tentang pengalaman
terhadap subordinasi perempuan pekerja seks beliau yang dilamar oleh Khadijah, istrinya.21
dan kelompok pembaca yang setuju terhadap Hal ini menunjukkan stigma perempuan sebagai
subordinasi perempuan pekerja seks. Kelompok sosok inferior bukan menjadi suatu hal yang
dominan adalah pembaca yang tidak setuju mutlak. Perempuan berhak aktif dan menjadi
adanya praktik pengobjekan perempuan dalam dominan sesuai porsi mereka dalam seksualitas,
ranah prostitusi meskipun hal tersebut merupakan karena hal tersebut tidak menyalahi kodrat dan
konsekuensi pekerjaan mengharuskan perempuan peran perempuan dalam kehidupan sosial.
melayani hasrat laki-laki. Alasan yang diberikan Pada sisi lain, menurut nilai sosialitas dalam
lebih bertumpu pada moralitas karena perempuan dunia prostitusi, subordinasi perempuan pekerja
pada dasarnya adalah makhluk yang setara dengan seks merupakan bentuk kesepakatan transaksi
laki-laki. seksualitas antara pekerja dan pengguna jasa
Resepsi terhadap cerpen ini tidak seks. Tindakan pelecehan dan eksploitasi seksual
lepas dari nilai gender, sosial, dan moral. memang tidak dapat dihindarkan dalam praktik
Pengobjekan perempuan dalam seksualitas prostitusi tersebut sehingga disebut sebagai
merupakan bagian dari sistem prostitusi, tapi konsekuensi pelacuran. Feminisme liberal
hal ini ditandai sebagai penjarahan perempuan memandang subordinasi sebagai tabiat dan kendala
karena perempuan dianggap sebagai makhluk budaya yang menghambat peluang perempuan
inferior dalam seksualitas sehingga laki-laki untuk berkompetisi dengan laki-laki secara adil.22
dapat berlaku semena-mena (deskriminasi Menurut tanggapan kelompok pembaca ini,
gender). Inferioritas yang dimiliki perempuan hal tersebut berlawanan dengan praktik seksual
menjadikan keberadaanya dipandang sebagai dalam ranah prostitusi bahwa tidak ada kompetisi
objek dalam tatanan sosial.20 Dalam praktik untuk memperebutkan siapa pihak dominan
dalam seks, melainkan kesepakatan harga atas
18
Djenar Maesa Ayu, Kumpulan Cerpen: SAIA, 122. jasa dan pelayanan yang telah diberikan.
19
Nur Lisa, “Kedudukan Perempuan dalam Kumpulan
Cerpen SAIA Karya Djenar Maesa Ayu (Feminisme 21
Mohammad Syafi’ie, “Seks dan Seksualitas dalam
Marxis)” Skripsi, Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Islam”, Skripsi Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam
Negeri Makassar, 2017, 62. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, 34.
20
Rosemary Putnam Tong, Feminist Thought: 22
Imam Syafe’i, “Subordinasi Perempuan dan
Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Uama Implikasinya terhadap Rumah Tangga”, Jurnal Analisis:
Pemikiran Feminis (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 262. Jurnal Studi Keislaman, Vol. 15 No. 1 Juni 2015, 143─166.

40
Kandhi Laras, Azizatuz Zahro’ - Resepsi Pembaca Terhadap Bentuk Ketidakadilan Gender ...

Resepsi terhadap Stereotipi menunjukkan bahwa terdapat kelompok pembaca


Stereotip adalah pelabelan negatif yang yang tidak setuju terhadap stereotipi perempuan
diberikan kepada perempuan. Misalnya, dugaan pekerja seks dan kelompok pembaca yang setuju
bahwa perempuan suka berbelanja sehingga terhadap stereotipi perempuan pekerja seks.
ia menjadi penyebab utama kemerosotan Kelompok dominan adalah pembaca yang tidak
perekonomian rumah tangga. Wacana feminitas setuju terhadap pelabelan negatif kepada pekerja
mengonsepkan perempuan sebagai pribadi seks. Alasan yang diberikan lebih bertumpu pada
inferior, lemah, serta segala sesuatunya moralitas terkait nilai sosial dalam mamanusiakan
membutuhkan peran laki-laki. Lain halnya manusia dengan tidak menjatuhkan martabat
dengan maskulinitas yang mendefinisikan laki- mereka.
laki sebagai sosok yang bebas, mumpuni, serta Resepsi terhadap cerpen ini tidak lepas dari
tidak terikat oleh keluarga dan rumah tangga.23 nilai gender dan moral. Deskriminasi gender
Dua hal yang berbeda tersebut selanjutnya dalam praktik prostitusi mengarah pada bentuk
melahirkan dominasi dari pihak yang merasa kuat stereotip yang hanya ditujukan kepada pihak
dan diuntungkan sehingga menimbulkan otoritas perempuan (pekerja seks), misalnya perempuan
pada kaum yang lemah. sebagai alat bisnis. Hal ini didasarkan pada asumsi
Bentuk stereotip yang diterima tokoh Nay masyarakat sesuai pandangan budaya dan agama,
dalam cerpen terdapat pada kutipan berikut. bahwa tugas utama perempuan adalah ‘melayani’
Urusan bisnis yang rumit, selesaikan saja satu laki-laki (suami) sehingga pelabelan negatif
dengan perempuan. ditujukan kepada perempuan yang menyalahi
Aku juga dekat dengan para penari. Kepada budaya tersebut. Berbeda dengan laki-laki
merekalah aku percaya, segala urusan bisnis akan yang memiliki standar ganda dalam kebebasan
menjadi lancar setelahnya. seksualitas melalui lembaga poligami.26
Wacana feminitas mengonsepkan perempuan
….
sebagai makhluk inferior dan memiliki
“Rekan bisnisku yang kemarin datang, suka ketergantungan terhadap peran laki-laki.27 Jika
sama kamu. Ia mau ajak kencan kamu besok. dikaitkan dengan peran perempuan sebagai pekerja
Hatiku berat, Nay. Tapi jika proyekku yang seks, perempuan dianggap mudah dikendalikan
satu ini berhasil, hidup kita akan stabil, dan sehingga tercetuslah konsep perempuan sebagai
kamu tak perlu bekerja lagi di Klub itu.”24 ‘alat bisnis’. Melalui stereotipi tersebut, muncul
Kutipan tersebut menunjukkan adanya paham patriarki yang absolut bahwa tidak ada
stereotipi bahwa pelayanan seksual yang pilihan bagi perempuan untuk menolak dominasi
dikaitkan dengan perempuan merupakan solusi laki-laki dalam ranah prostitusi untuk melayani
untuk mencapai kesepakatan bisnis yang baik. pengguna jasa seks dengan alasan konsekuensi
Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memandang pekerjaan.
perempuan sebagai jalan terbaik menyelesaikan Pada sisi lain, menurut nilai religiusitas dan
urusan bisnis.25 Hasil resepsi pembaca sosialitas, bentuk pelabelan perempuan sebagai

23
Sylivia Walby, Teorisasi Patriarki, terj. Mustika K. Marxis)” , 67.
P., (Yogyakarta: Jalasutra, 2014), 155. 26
Mohammad Syafi’ie, “Seks dan Seksualitas dalam
24
Djenar Maesa Ayu, Kumpulan Cerpen: SAIA , 128. Islam”, 33.
25
Nur Lisa, “Kedudukan Perempuan dalam Kumpulan 27
Sylivia Walby, Teorisasi Patriarki, terj. Mustika K.
Cerpen SAIA Karya Djenar Maesa Ayu (Feminisme P., 155.

41
Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

alat bisnis dianggap sebagai akibat menyalahi Hasil resepsi pembaca menunjukkan
norma agama dan budaya dalam memilih bahwa pembaca tidak setuju terhadap kekerasan
pekerjaan. Salah satu penyebab seseorang terjun perempuan pekerja seks. Alasan yang diberikan
dalam dunia prostitusi adalah kemungkinan taraf lebih bertumpu pada moralitas karena
hidup yang rendah akibat kemiskinan, pendidikan penganiayaan dan pembunuhan menyalahi
rendah, serta peluang pekerjaan dan kemudahan hak asasi manusia. Sebagian pembaca juga
mendapat upah bagi pekerja seks. Tapi, sebagai mengungkapkan bahwa tindakan peminggiran
tindakan yang melanggar ketetapan agama, pekerja seks merupakan perbaikan moral, tapi
praktik prostitusi tetap dianggap haram, karena jika peminggiran tersebut dibarengi dengan
melanggar hukum seksualitas dalam agama.28 penganiayaan dan pembunuhan, maka pelaku
Hukum agama menetapkan bahwa hubungan peminggiran dinilai lebih tidak bermoral.
seksual yang diperbolehkan jika melalui akad Resepsi terhadap cerpen ini tidak lepas
pernikahan yang sah secara agama dan hukum dari nilai gender, sosial, dan moral. Dalam
negara (Indonesia). Hukuman pelacuran tersebut praktik kekerasan, pihak paling kuat bertindak
tidak hanya ditujukan kepada pihak perempuan, menguasai dan memiliki, sedangkan pihak yang
melainkan juga kepada pihak pengguna jasa seks lemah akan tertindas tidak berdaya.32 Hal ini
yang sama-sama bertindak seksual. sering teraktualisasi pada otoritas kaum laki-laki
terhadap kaum perempuan. Perempuan dianggap
Resepsi terhadap Kekerasan memiliki fisik yang tidak mumpuni untuk
Kekerasan adalah tindakan yang melakukan perlawanan tehadap tindak kekerasan
mengarah pada serangan fisik maupun psikis yang ditujukan kepadanya.
terhadap perempuan. Kekerasan gender dapat Praktik kekerasan yang dibahas dalam
diklasifikasikan ke dalam enam bentuk, yaitu penelitian ini adalah kekerasan fisik. Salah satu
pemerkosaan, pemukulan, pelacuran, pornografi, bentuk kekerasan fisik, yaitu penganiayaan
kekerasan terselubung, dan pelecehan seksual.29 dan pembunuhan. Kedua hal tersebut dianggap
Bentuk kekerasan yang diterima tokoh Nay dalam menyalahi hak asasi manusia yang diatur dalam
cerpen terdapat pada kutipan berikut. UU Nomor 39 tahun 1999 pasal 4, yang berbunyi:
Sepasang mataku tertutup. Bisa kubayangkan Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
matanya menatapku tajam, saat popor hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani,
senapan menggempur kepalaku sebagai hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
saksi yang tak boleh dibiarkan hidup.30 untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di
Kutipan tersebut menunjukan adanya hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
tindakan kekerasan dengan tujuan menyingkirkan atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
eksitensi perempuan. Salah satu bentuk kekerasan asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
adalah pemukulan atau serangan fisik.31 keadaan apapun dan oleh siapapun.33
Sementara itu, pembunuhan merupakan
kejahatan yang diatur dalam KUHP pasal 338
28
Mohammad Syafi’ie, “Seks dan Seksualitas dalam
Islam”, 46.
yang berbunyi “Barangsiapa dengan sengaja
29
Mansoer Fakih, Analisis Gender dan Transformasi
Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 18. 32
Imam Syafe’i, “Subordinasi Perempuan dan
30
Djenar Maesa Ayu, Kumpulan Cerpen: SAIA ,132. Implikasinya terhadap Rumah Tangga”, 153.
31
Mansoer Fakih, Analisis Gender dan Transformasi 33
hukum.unsrat.ac.id,(http://hukum.unsrat.ac.id/uu/
Sosial, 18. uu_39_99.htm). Diakses pada tanggal 23 Mei 2019.

42
Kandhi Laras, Azizatuz Zahro’ - Resepsi Pembaca Terhadap Bentuk Ketidakadilan Gender ...

merampas nyawa orang lain, diancam karena Moral”. Jurnal Demokrasi Vol. 5 No. 2 2009.
pembunuhan dengan penjara paling lama lima Fakih, Mansoer. Analisis Gender dan Transformasi
belas tahun”. Sosia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Berdasarkan ketetapan hukum yang Fajri, Khairul, & Mulyono. “Selingkuh sebagai
berprinsip pada nilai keadilan dan demokrasi Salah Satu Faktor Penyebab Perceraian
dalam moralitas tersebut menunjukkan bahwa (Analisis Putusan No.3958/Pdt.G/2012.
persekongkolan terhadap pembunuhan merupakan Pa.Sby. Perspektif Maqashid Syariah)”,
kejahatan serius yang dapat dipidanakan, baik Jurnal Maqasid: Jurnal Studi Hukum Islam
yang dilakukan oleh pejabat maupun khalayak Vol. 6 No. 1 2017.
awam. Dalam hukum, tidak ada fasilitas yang http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.htm.
membedakan status sosial maupun peran gender Diakses pada tanggal 23 Mei 2019.
seseorang demi memperoleh kesetaraan hukum. http://www.koalisiperempuan.or.id/2016/03/07/
catatan-ketimpangan-terhadap-
Simpulan perempuan-di-indonesia-hari-perempuan-
Simpulan yang diperoleh dari penelitian internasional-2016/, Diakses pada tanggal
ini adalah resepsi pembaca terkait bentuk 30 April 2018.
ketidakadilan gender menuai kontradiksi dan Lisa, Nur, Kedudukan Perempuan dalam
menimbulkan penerimaan yang beragam. Proses Kumpulan Cerpen SAIA Karya Djenar
pemaknaan yang dilakukan oleh pembaca Maesa Ayu (Feminisme Marxis), Skripsi,
menunjukkan bahwa tidak semua pembaca Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas
menerima adanya bentuk ketidakadilan gender Negeri Makassar, 2017.
yang menimpa tokoh Nay sebagai perempuan Mufidah, Paradigma Gender, Malang: Bayumedia
pekerja seks dalam cerpen Mata Telanjang. Publishing, 2014.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan Murniati, Nunuk, Getar Gender Buku Kedua:
pemahaman nilai budaya, agama, pengetahuan, Perempuan Indonesia dalam Perspektif
dan pengalaman pada masing-masing pembaca Agama, Budaya, dan Keluarga. Magelang:
untuk memaknai bentuk-bentuk ketidakadilan Indonesia Tera, 2004.
gender yang ditawarkan oleh cerpen tersebut. Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada Perspektif Al-Quran. Jakarta: Paramadina,
dua jenis kelompok yang memberikan pemaknaan 2001.
berbeda, yaitu kelompok yang menyetujui adanya Pradopo, Rachmat D. Beberapa Teori Sastra,
ketidakadilan gender terhadap perempuan pekerja Metode Kritik, dan Penerapannya,
seks, dan kelompok yang tidak menyetujui adanya Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005.
ketidakadilan gender terhadap perempuan pekerja Pradopo, Rachmat D. Teori Kritik dan
seks sebagai konsekuensi pekerjaan yang dipilih. Penerapannya dalam Sastra Indonesia
Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada
DAFTAR PUSTAKA University Press, 2017.
Ayu, Djenar M. Kumpulan Cerpen: SAIA. Jakarta: Rahayu, A.W. Perempuan dan Belenggu Peran
PT Gramedia Pustaka Utama, 2014. Kultural dalam Jurnal Perempuan, 2015.
Eriyanti, Fitri. “Pendidikan Kewarganegaraan Remiswal. Menggugah Partisipasi Gender di
di Sekolah Dasar: Aplikasi Teori Emile Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta:
Durkheim tentang Moralitas dan Pendidikan Graha Ilmu, 2013.

43
Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

Sehandi, Yohanes. Mengenal 25 Teori Sastra. Tong, Rosemary P., Feminist Thought: Pengantar
Yogyakarta: Ombak, 2016. Sumarsono, Paling Komprehensif kepada Aliran Utama
Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Belajar, Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra,
2014. 2006.
Syafe’i, Imam. “Subordinasi Perempuan dan Walby, Sylivia. Teorisasi Patriarki, terj. Mustika
Implikasinya terhadap Rumah Tangga”, K. P. Yogyakarta: Jalasutra, 2014.
Jurnal Analisis: Jurnal Studi Keislaman Vol. Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti
15 No. 1 Juni 2015. dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi
Syafi’ie, Mohammad. “Seks dan Seksualitas Aksara, 2015.
dalam Islam”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015.

44
STANDAR PENULISAN ARTIKEL

NO BAGIAN STANDAR PENULISAN


1) Ditulis dengan huruf kapital.
1. Judul
2) Dicetak tebal (bold).
1) Nama penulis dicetak tebal (bold), tidak dengan huruf
besar.
2. Penulis 2) Setiap artikel harus dilengkapi dengan biodata penulis,
ditulis di bawah nama penulis, dicetak miring (italic)
semua.
Penulisan Sub Judul dengan abjad, sub-sub judul dengan
angka.
Contoh:
3. Heading A. Pendahuluan
B. Sejarah Pondok Pesantren...
1. Lokasi Geografis
2. (dst).
1) Bagian Abstrak tidak masuk dalam sistematika A, B,
C, dst.
2) Tulisan Abstrak (Indonesia) atau Abstract (Inggris)
4. Abstrak atau (Arab) dicetak tebal (bold), tidak dengan
hurub besar.
3) Panjang abstrak (satu bahasa) tidak boleh lebih dari 1
halaman jurnal.
1) Teks diketik 1,5 spasi, 6.000 – 10.000 kata, dengan
ukuran kertas A4.
2) Kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik 1
spasi.
5. Body Teks
3) Istilah asing (selain bahasa artikel) dicetak miring
(italic).
4) Penulisan transliterasi sesui dengan pedoman
transliterasi jurnal Musãwa.
NO BAGIAN STANDAR PENULISAN
1) Penulisan: Pengarang, Judul (Kota: Penerbit, tahun),
hlm. Contoh: Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat
Islam, terj. Ghufron A. Mas’udi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1988), 750.
2) Semua judul buku, dan nama media massa dicetak
miring (italic).
3) Judul artikel ditulis dengan tanda kutip (“judul artikel”)
dan tidak miring.
6. Footnote
4) Tidak menggunakan Op. Cit dan Loc. Cit.
5) Menggunakan Ibid. atau (Arab). Dicetak
miring (italic).
6) Pengulangan referensi (footnote) ditulis dengan cara:
Satu kata dari nama penulis, 1-3 kata judul, nomor
halaman. Contoh: Lapidus, Sejarah sosial, 170.
7) Setelah nomor halaman diberi tanda titik.
8) Diketik 1 spasi.
1) Setiap artikel harus ada bibliografi dan diletakkan
secara terpisah dari halaman body-teks.
2) Kata DAFTAR PUSTAKA (Indonesia),
REFERENCES (Inggris), atau (Arab) ditulis
7. Bibliografi dengan hurur besar dan cetak tebal (bold).
3) Contoh penulisan: Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial
Ummat Islam, terj. Ghufron A.M., Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1988.
4) Diurutkan sesuai dengan urutan alfabet.
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tulisan berbahasa Inggris pada Jurnal Musãwa ini
adalah literasi model L.C. (Library of Congress). Untuk tulisan berbahasa Indonesia, memakai model
L.C. dengan beberapa modifikasi.

A. Transliterasi Model L.C.

‫ = ح‬h} ‫=ج‬j ‫ = ث‬th ‫=ت‬t ‫=ب‬b ‫=ا‬-

‫=س‬s
‫=ز‬z ‫=ر‬r ‫ = ذ‬dh ‫=د‬d ‫ = خ‬kh

‫’=ع‬
‫ = ظ‬z} ‫ = ط‬t} ‫ = ض‬d} ‫ = ص‬s} ‫ = ش‬sh

‫=م‬m
‫=ل‬l ‫=ك‬k ‫=ق‬q ‫=ف‬f ‫ = غ‬gh

‫=ي‬y ‫‘=ء‬ ‫ = ھـ‬h ‫=و‬w ‫=ن‬n

Pendek a = َ i = ِ----- u= ُ
Panjang ā = ˏ ī = ‫ ﺇﻱ‬ ū = ‫ﺃﻮ‬
Diftong ay = ‫ ﺇﻱ‬ aw = ‫ﺃﻮ‬
Panjang dengan tashdid : iyy = ‫ ; ﺇﻱ‬uww = ‫ﺃﻮ‬
Ta’marbūtah ditransliterasikan dengan “h” seperti ahliyyah = atau tanpa “h”, seperti kulliya = ;
dengan “t” dalam sebuah frasa (constract phrase), misalnya surat al-Ma’idah sebagaimana bacaannya
dan dicetak miring. Contoh, dhālika-lkitābu la rayba fih bukan dhālika al-kitāb la rayb fih, yā ayyu-
hannās bukan yā ayyuha al-nās, dan seterusnya.

B. Modifikasi (Untuk tulisan Berbahasa Indonesia)


1. Nama orang ditulis biasa dan diindonesiakan tanpa transliterasi. Contoh: As-Syafi’i bukan al-
Syāfi’i, dicetak biasa, bukan italic.
2. Nama kota sama dengan no. 1. Contoh, Madinah bukan Madīnah; Mis}ra menjadi Mesir, Qāhirah
menjadi Kairo, Baghdād menjadi Baghdad, dan lain-lain.
3. Istilah asing yang belum masuk ke dalam Bahasa Indonesia, ditulis seperti aslinya dan dicetak
miring (italic), bukan garis bawah (underline). Contoh: ...al-qawā’id al-fiqhiyyah; Isyrāqiyyah;
‘urwah al-wusqā, dan lain sebagainya. Sedangkan istilah asing yang sudah populer dan masuk ke
dalam Bahasa Indonesia, ditulis biasa, tanpa transliterasi. Contoh: Al-Qur’an bukan Al-Qur’ān;
Al-Hadis bukan al-Hadīth; Iluminatif bukan illuminatif, perenial bukan perennial, dll.
4. Judul buku ditulis seperti aslinya dan dicetak miring. Huruf pertama pada awal kata dari judul buku
tersebut menggunakan huruf kapital, kecuali al- yang ada di tengah. Contoh: Ihyā ‘Ulūm al-Dīn.
ISSN 1412-3460

9 771412 346000 >

Anda mungkin juga menyukai