Disusun oleh:
2021
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau
komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “pran”.
Dengan demikian, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-kebudayaan”
karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan itu sendiri.
Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan
itu, adalah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat itu sendiri, bahkan jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi
mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan itu, maka suatu hal yang paling baik
dilakukan adalah mencoba mengungkap semua kejadian yang sedang berlangsung di tengah-
tengah masyarakat itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu
sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang
diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa
tediri dari tiga tahap:
Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan sosial atau aksi sosial (social
action) tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh
pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut motifnya:
(1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai
tertentu, (3) tindakan emosional, serta (4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan
(tradisi).
Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi
merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang
diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang
menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen
perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus
melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model ƒorce-
ƒield yang diklasifikasi sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan
penekanan. Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap
kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving
ƒorces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat
terjadi dengan memperkuat driving ƒorces dan melemahkan resistences to change.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan, yaitu: (1) Unƒreezing,
merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah,
(2) Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving ƒorces maupun
memperlemah resistences, dan (3) Reƒreesing, membawa kembali kelompok kepada
keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium). Pada dasarnya perilaku manusia lebih
banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat perilaku tersebut terjadi daripada
melihat kepribadian individu yang melakukannya. Sifat struktural seperti sentralisasi,
formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya dengan perubahan dibandingkan
kombinasi kepribadian tertentu di dalam organisasi.
Atkinson (1987) dan Brooten (1978), menyatakan definisi perubahan merupakan kegiatan
atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan
merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada
empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual,
dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka
pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Membahas tentang perubahan sosial, Comte membaginya dalam dua konsep yaitu social
statics (bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural
merupakan struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai
struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang kestabilan masyarakat.
Sedangkan dinamika struktural merupakan hal-hal yang berubah dari satu waktu ke waktu
yang lain. Perubahan pada bangunan struktural maupun dinamika struktural merupakan
bagian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan
pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia
dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan
sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis,
ekonomis dan kebudayaan.
Moore (2000), perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis
perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990). Aksi sosial
dapat berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat, karena perubahan sosial
merupakan bentuk intervensi sosial yang memberi pengaruh kepada klien atau sistem klien
yang tidak terlepas dari upaya melakukan perubahan berencana. Pemberian pengaruh sebagai
bentuk intervensi berupaya menciptakan suatu kondisi atau perkembangan yang ditujukan
kepada seorang klien atau sistem agar termotivasi untuk bersedia berpartisipasi dalam usaha
perubahan sosial.
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan
pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia
dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan
sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis,
ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957), berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan sosial tidak
akan berhasil baik.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial
masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan
sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan
tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Dalam pandangan awan setiap perubahan yang terjadi pada masyarakat disebut dengan
perubahan sosial. Apakah perubahan itu mengenai pakaian, alat transportasi, pertambahan
penduduk, ataupun tingkah laku anak muda. Pada beberapa pemikir terdapat tiga tipe
perubahan yaitu: perubahan peradaban, perubahan, budaya dan perubahan sosial.
A. Perubahan peradaban
Perubahan adalah keniscayaan, dan perubahan ke arah yang lebih baik tentunya
merupakan hasrat dari setiap individu maupun organisasi. Keharusan sejarah, kita semua
terus menerus berhadapan dengan sejarah perkembangan peradaban bangsa yang bergerak ke
depan dan tak pernah balik. V. Gordon Childe seorang arkeolog, mendefinisikan peradaban
sebagai suatu transformasi elemen-elemen budaya manusia, yang berarti transformasi dalam
penguasaan tulis-menulis, metalurgi, bangunan arsitektur monumental, perdagangan jarak
jauh, standar pengukuran panjang dan berat, ilmu hitung, alat angkut, cabang-cabang seni dan
para senimannya, surplus produksi, system pertukaran atau barter dan penggunaan bajak atau
alat bercocok tanam lainnya.
Bila kita amati secara lebih mendasar lagi, tingkat peradaban manusia terekspresikan
dalam tiga indikator utama yaitu bahasa, budaya (segala bentuk dan ragam seni, ilmu
pengetahuan dan teknologi) dan agama. Selanjutnya, ketiganya menjadi ciri suatu ras atau
bangsa tertentu, beserta suku-sukunya dalam perwilayahan geografisnya masing-masing.
Akan tetapi dalam memaknai perubahan peradaban kita harus berpedoman bahwa tidak
semua yang kontemporer itu baik dan sebaliknya tidak semua yang lama itu usang dan tidak
relevan dengan kehidupan saat ini. Dalam kacamata budaya, bangsa yang besar belajar untuk
mengganti apa yang buruk dari budayanya, dan menjaga hal yang baik dari budayanya.
B Perubahan kebudayaan
• Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti :adat
istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
1. Faktor intern
• Perubahan Demografis
• Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana
banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat
yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya
setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang
membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk
tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena
kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
C. Perubahan Sosial
Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi sosial. Aksi sosial
merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan untuk merubah norma dan nilai dalam
jangka waktu yang panjang. Pada sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari
dalam sistem atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil
dari diferensiasi struktur sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai variabel antara
yang menghubungkan antara hubungan antar individu seperti peran dan struktur organisasi
dengan perubahan sosial.
Stratifikasi sosial pada masyarakat pra-industrial belum terlalu terlihat dengan jelas
dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat
perbedaan yang timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi. Status
sosial masih terbatas pada bentuk ascribed status, yaitu suatu bentuk status yang diperoleh
sejak dia lahir. Mobilitas sosial sangat terbatas dan cenderung tidak ada. Krisis status mulai
muncul seiring perubahan moda produksi agraris menuju moda produksi kapitalis yang
ditandai dengan pembagian kerja dan kemunculan organisasi kompleks.
KESIMPULAN
Perubahan yang terjadi pada masyarakat disebut dengan perubahan sosial. Apakah
perubahan itu mengenai pakaian, alat transportasi, pertambahan penduduk, ataupun tingkah
laku anak muda. Pada beberapa pemikir terdapat tiga tipe perubahan yaitu: perubahan
peradaban, perubahan, budaya dan perubahan sosial. Perubahan peradaban biasanya dikaitkan
dengan perubahn-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti transportasi,
persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan sebagainya.
Pada masyarakat semacam itu elemen-elemen dasarnya seperti trdisi, ritual dan
hirarki sosial yang berlangsung, biasanya dipegang kuat oleh para warganya secara bersama-
sama. Pergolakan revolusi dan gerakan emansipasi sertapenemuan-penemuan baru dibidang
ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Perubahan sosial jika dilihat dari sebabnya menurut WJH
spott ada perubahan yang datangnya dsri luar, seperti visi, pendudukan, kolonialisme dan
termasuk juga wabah penyakit.
Disamping itu ada perubahan yang datangnya dari dalam dan perubahan ini dibagi
menjadi dua yaitu perubahn episode dan perubahan terpola. Perubahan episode adalah
perubahan yang terjadi sewaktu-waktu biasanya disebabkan oleh kerusuhan atau penemuan-
penemuan. Sedangkan perubahn terpola adalah perubahan yang memeng direncanakan atau
diprogramkan sebagaimana yang dilakukan dalam pembangunan. Dari berbagai macam sebab
perubahan sosial, semuanya bias dikembalikan pada tiga factor utama yaitu: faktor fisik dan
biologisw,faktor tekhnologi, dan faktor budaya.
Posisi pendidikan dalam perubahan social Sesuai dengan pernyataan Eisenstadt,
institusionalisasi merupakan proses penting untuk membantu berlangsungnya transformasi
potensi-potensi umum perubahan sehingga menjadi kenyataan sejarah. Dan pendidikanlah
yang menjadi salah satu institusi yang terlibat dalam proses tersebut. Pendidikan adalah suatu
institusi pengkonservasian yang berupaya menjembatani dan memelihara warisan-warisan
budaya masyarakat. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengurangi kepincangan
yang terjadi dalam masyarakat. Pendidikan harus dipandang sebagai institusi penyiapan anak
didik untuk mengenali hidup dan kehidupan itu sendiri, jadi bukan untuk belajar tentang
keilmuan dan keterampilan karenanya yang terpenting bukanlah mengembangkan aspek
intelektual tetapi lebih pada pengembangna wawasan, minat dan pemahaman terhadap
lingkungan social budayanya.
DAFTAR PUSTAKA