AHMAD FAUZAN
Nim: 143110160
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
AHMAD FAUZAN
Nim: 143110160
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM : 143110160
Agama : Islam
Ibu : Ermawati
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Tahun
TK Mutiara 2001 - 2002
SD Negeri 01 Pakan Rabaa 2002 – 2008
SMP Negeri 04 Solok-Selatan 2008 - 2011
SMA Negeri 01 Solok-Selatan 2011 - 2014
Poltekkes Kemenkes Padang 2014 - 2017
ii
iii
iv
v
vi
vii
KEMENTRIAN KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Bronchopneumonia merupakan suatu penyakit infeksi akut yang menyebabkan
kematian dari (15%) balita sebanyak 922.000 di tahun 2015. Tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia
di ruang HCU IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Damil Padang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain penelitian adalah studi
kasus. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 27-31 Mei 2017 di Ruangan HCU
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi adalah semua Anak yang menderita
Bronkopneumonia dengan 2 sampel yang diambil secara purposive sampling.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format pengkajian sampai
evaluasi keperawatan anak. Cara pengumpulan data dimulai dari wawancara,
pengukuran, observasi dan studi dokumentasi. Analisis yang dilakukan pada
semua temuan di tahapan proses keperawatan pada anak.
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
ix
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus .................................................................... 37
B. Pembahasan Kasus .................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 64
B. Saran ..................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1
BAB I
PENDAHULAUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di banyak negara
berkembang, termasuk Indonesi. Jeni penyakit infeksi di Indonesia yang
banyak diderita adalah infeksi saluran nafas akut (ISPA), baik ISPA bagian
atas misalnya batuk, pilek, faringitis maupun ISPA bagian bawah seperti
bronkitis dan pneumonia. Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi akut
yang sering terjadi pada anak usia di bawah lima tahun (balita) dan penyebab
utama kamatian. Angka kematian karena pneumonia di negara berkembang 10-
15 kali lebih tinggi dari pada di negara maju (Masela dkk, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian balita pada tahun
2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian balita sebagian besar
disebabkan oleh penyakit menular seperti pneumonia (15%), diare (9%) dan
malaria (7%). Dari tiga kasus ini, pneumonia menyebabkan angka kematian
yang paling tinggi yaitu 935.000 jiwa balita (Ariana dkk, 2015).
Diperkirakan terdapat 155 juta kejadian baru pneumonia pada anak balita tiap
tahunnya, dan sebanyak (7-13%) menderita pneumonia berat yang dapat
mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. The United
Natiaon’s Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 menyatakan bahwa
angka kematian balita harus diturunkan sebanyak 2/3-nya dari tahun 1990
sampai tahun 2015, terutama menurunkan angka kematian karena pneumonia
(Wulandari, 2014).
Menurut Hasil Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2014) terdapat jumlah
balita sebanyak 89.793 orang. Perkiraan penderita sebanyak 8.979 (10%)
Balita, sementara penderita yang ditemukan dan ditangani hanya sebanyak
1.850 (20,6 %). Balita laki-laki lebih banyak menderita Pneumonia (23,1%)
dibandingkan dengan balita perempuan (14,9%). Kasus Pneumonia yang
ditemukan dan ditangani tahun 2013 sebanyak 1.183 orang, tahun 2012
sebanyak 340 orang,tahun 2011 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010
sebanyak 819 orang dan 100 % dapat ditangani (Dinas Kesehatan Kota Padang,
2014).
3
Pneumonia adalah suatu kelainan infeksi akut yang dapat mengenai jaringan
paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroganisme seperti
virus, jamur dan bakteri. Gejala penyakit yang dapat timbulkan seperti
menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak dan sesak napas
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Menurut hasil penelitian Osharinanda,
(2012) gejala klinis yang di tampak pada anak dengan pneumonia yaitu
demam, batuk, muntah, pilek, berak encer, sianosis, kejang, tidak mau
menyusu, sesak napas, tersedak, keluar cairan dari telinga dan bintik
kemerahan di kulit.
akibat penyakit diare dan infeksi saluran napas akut, pneumonia (Masela dkk,
2015).
Berdasarkan survey awal yang di lakukan di Ruangan High Care Unit (HCU)
Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang tanggal 10 Januari 2017 ditemukan adanya
pasien Bronchopneumonia yang sedang menjalankan perawatan sebanyak 2
orang berjenis kelamin laki-laki, dari hasil survei diagnosa keperawatan utama
yaitu gangguan pola nafas dengan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
keluhan pasien sudah dilakukan seperti pemberian oksigen, kompres saat
pasien demam, melakukan pengeluaran sekret, pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan memasukkan makanan melalui NGT, dan tindakan kolaborasi lainnya,
namun perawat belum sepenuhnya memperhatikan apa tanda-tanda bila nafas
pasien sudah bagus dan bagaimana kriteria sesak nafas yang berat atau
tingkatan sesak nafas dari pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Bronchopneumonia di Ruang RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada Anak
dengan Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada Anak
dengan Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada Anak dengan
Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada Anak dengan
Bronchopneumonia di RSUP.Dr. M. Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada Anak dengan Bronchopneumonia
di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada Anak dengan
Bronkopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
D. Manfaat Penelitian.
1. Penulis
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan Asuhan
keperawatan pada Anak dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang High
Care Unit (HCU) Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
7
2. Rumah sakit
3. Institusi Pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Pneumonia Interstisisalis
Pneumonia interstisial adalah kondisi dimana pernapasan langka yang
ditandai dengan pembentukan membran hialin di paru-paru.
3. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman MTBS (2011), pneumonia dapat diklasifikasikan
secara sederhana berdasarkan gejala dan umur.
a. Umur 2 bulan – 5 tahun:
1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala:
a) Ada tanda bahaya umum
b) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
c) Terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).
2) Pneumonia, apa bila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat
adalah:
10
a) Anak usia 2 bulan - 5 tahun apabila frekuensi napas 40x/ menit atau
lebih.
3) Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda pneumonia atau
penyakit sangat berat.
b. Umur < 2 bulan
1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala :
a) Tidak mau minum atau memuntahkan semua
b) Riwayat kejang
c) Bergerak jika hanya dirangsang
d) Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit )
e) Napas lambat ( < 30 kali / menit )
f) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g) Merintih
h) Demam ≥
i) Hipotermia berat <
j) Nanah yang banyak di mata
k) Pusar kemerahan maluas ke dinding perut
2) Infeksi bakteri lokal, apabila gejala :
a) Pustul kulit
b) Mata bernanah
c) Pusar kemerahan atau bernanah
3) Mungkin bukan infeksi, apabila tidak terdapat salah satu tanda di atas.
4. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa di temukan adalah :
a. Bakteri : Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus,
Hemoliticus Aureus, Haemophilus influenza, Basilus Frienlander (
Klebsial Pneumonia), Mycobakterium Tuberculosis.
b. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus
sitomegalik.
11
Virus bisa meyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit,
seperti mobili atau vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia
tetapi merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus sehingga
merusak clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai bronkoli
terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit
dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel
dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang
sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalu cairan bronkial
yang terinfeksi. Malalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran
darah atau pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsilidasi,
maka kapasitas vital dan comlience paru menurun, serta aliran darah yang
mengalami konsilidasi menimbulkan pirau / shunt kanan ke kiri dengan
ventilasi perfusi yang mismacth, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan
hiperkapnu. Pada keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas
(Wijayaningsih, 2013).
2) Faktor pencetus
- Gizi buruk/kurang
- Berat badan lahir rendah (BBLR)
- Tidak mendapatkan ASI yang memadai.
- Imunisasi yang tiak lengkap
- Polusi udara
- Kepadatan tempat tinggal
6. Patofisiologi
Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan
sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu :
a. Stadium I (4-12 jam pertama / kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darh dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi bekerja sama dengan histamin dan prostaglandiin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang intertisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus di tempuh
oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin.
13
7. WOC
Virus, Jamur, Bakteri masuk
melalui saluran nafas atas
dipsnea
9. Komplikasi
Menurut Sowden & Betz (2013), Bronchopneumonia dapat mengakibatkan
penyakit lain, yaitu :
a. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
16
10. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Penatalaksanaan menurut MTBS (2011) yaitu :
1) Pemberian antibiotik
Tabel : 2.1
Pemberian Antibiotik Berdasarkan Umur, Untuk Semua Klasifikasi yang
Membutuhkan Antibiotik yang Sesuai
KOTRIMOKSAZOL
UMUR 2X sehari selama 3 hari untuk pneumonia
atau
BERAT BADAN TAB ANAK SIRUP per 5 ml
(20 mg Tmp + 200 mg Smz) (40 mg Tmp + 200 mg Smz)
2.5 ml
2 bln-<4 bln (4-6 kg) 1
(1/2 sendok takar)
4 bln - <12 bln 5 ml
2
(6 -< 10 kg) (1 sendok takar)
12 bln - <5 tahun 7.5 ml
2½
(10 -<16 kg) (1 ½ sendok takar)
3 tahun - <5 tahun 10 ml
3
(16 – 19 kg) (2 sendok takar)
Tabel : 2.2
Untuk Anak yang Harus Segera Dirujuk Tetapi Tidak Dapat Menelan Obat
Oral, Segera Diberikan Antibiotik 1x Dalam Dosis Melalui Intravena
AMPISILIN
UMUR Dosis : 50 mg per kg BB GENTAMISIN
Atau Tambahkan 4,0 ml aquadest dalam 1 vial Dosis : 7,5 per kg BB
BERAT BADAN 1000 mg sehingga menjadi 1000 mg / 5 ml sediaan 80 mg / 2 ml
atau 200 mg/ml
2 bulan - < 4 bulan
1.25 ml = 250 mg 1 ml = 40 mg
(4 - < 6 kg)
4 bulan - < 9 bulan
1.75 ml = 350 mg 1.25 ml = 50 mg
(6 - < 8 kg)
9 bulan - <12 bulan
2.25 ml = 450 mg 1.75 ml = 70 mg
(8 - < 10 kg)
12 bulan - <3 tahun
3 ml = 600 mg 2.5 ml = 100 mg
(10 - < 14 kg)
17
Tabel : 2.3
Pemberian Obat Antipiretika
Pemberian Paracetamol Untuk Demam Tinggi ≥ C
PARACETAMOL
2) Terapi O2
Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul
3) Terapi cairan
Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ½ NaCL 0,225% 350cc / 24
jam
b. Non farmakologi
1) Pasien Istirahat total
2) Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala
3) Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator
4) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk
efektif ).
5) Banyak minum air putih hangat
6) Suction bila ada sumbatan jalan nafas
7) Kompres hangat jika demam
8) Diit pasien jenis ML ( makan lunak )
18
3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit.
5) Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti
DPT-HB-Hib 2.
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran Kelenjer getah bening.
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas
pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.
d. Mulut
Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis
terutama pada bibir.
e. Thorax
Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia,
hasil inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang
pendek dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar
sonor, auskultasi akan terdengar suara tambahan pada paru yaitu
ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan terdengar suara
nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan takipneu.
f. Abdomen
Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
g. Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.
20
h. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt > 2
detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku
sianosis.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Menurut Manurung dkk (2013), yaitu :
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus
berbercak-bercak infiltrasi
b) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-
cabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang diambil
untuk pemeriksaan diagnostik , secara terapeutik digunakan untuk
mengidentifiksi dan mengangkat benda asing
2) Hematologi
a) Darah lengkap
(1) Hemoglobin pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada bayi baru lahir normalnya 17-12
gram/dl, Umur 1 minggu normalnya 15-20 gram/dl, Umur 1
bulan normalnya11-15 gram/dl, dan pada Anak-anak
normalnya 11-13 gram/dl
(2) Hematokrit pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada Laki-laki normalnya 40,7% -
50,3%, dan pada Perempuan normalnya 36,1% - 44,3%
(3) Leukosit pada pasien bronchopneumoia biasanya mengalami
peningkatan, kecuali apabila pasien mengalami
imunodefisiensi Nilai normlanya 5 .– 10 rb /
(4) Trombosit biasanya ditemukan dalam keadaan normal yaitu
150 – 400 rb
(5) Eritrosit biasanya tidak mengalami gangguan dengan nilai
normal Laki – laki 4,7- 6,7 juta dan pada Perempuan 4,2– 5,4
juta
21
3. Intervensi Keperawatan
Tabel : 2.4
Intervensi Keperawatan
Cough Enhancement
1) Bantu pasien untuk
posisi duduk
23
2) Dorong pasien
untuk melakukan
latihan nafas dalam
3) Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama 2
detik dan
batukkan, lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut
nafas tambahan
seperti ngorok
4) Monitor pola nafas
5) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
6) Auskultasi suara
nafas tambahan
Terapi Oksigen
1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2) Monitor aliran
oksigen
3) Amati tanda-tanda
26
hipoventilasi
induksi oksigen
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama dan
laju pernafasan
5) Monitor suara paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan
Manajemen Energi:
Terapi Oksigen
1) Pertahan kan
kepatenan jalan
nafas
2) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang diperintahkan
3) Monitor aliran
oksigen
4) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
5) Sediakan oksigen
ketika pasien
dibawa /
dipindahkan
6) monitor efektifitas
terapi oksigen
Monitor Tanda-
tanda Vital
1) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan pernafasan
2) Monitor dan
laporkan tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
3) Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama
dan laju
pernafasan
5) Monitor suara
paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi
makanan
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
5) Berikan substansi
gula
6) Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
7) Berikan makanan
yang terpilih (
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8) Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada
keluarga
31
Monitor Nutrisi
1) Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
2) Monitor turgor
kulit dan modalitas
3) Identifikasi
abnormalitas kulit
4) Minitor adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan dan
aktifitas akhir-
akhir ini
Manajemen
Pengobatan
1) Tentukan obat apa
yang diperlukan,
dan kelola
menurut resep
dan/atau protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan desain studi
kasus yang di jabarkan secara deskriptif. Metode penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang keadaan
secara objektif. Penelitian ini di arahkan unutk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan kasus Bronchopneumonia di Ruang High Care Unit (HCU) Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada tahun 2017.
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria ekslusi, dimana kriteria itu
menentukan dapat dan tidaknya smapel tersebut digunakan. Pada penelitian
ini sampel diambil sebanyak 2 orang anak secara purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan berdasarkan pada tujuan dari peneliti dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria insklusi
34
F. Jenis-Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
b. Data Sekunder
Pada penelitian ini, data sekunder langsung didapatkan dari keluarga,
rekam medis dan Ruang High Care Unit (HCU) Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
G. Analisis
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Pada penelitan yang akan
dilakukan setelah didapatkan data tentang pasien melelalui pengkajian
keperawatan, data akan dikelompokkan dalam bentuk data subjektif dan
objektif. Kemudian baru dirumuskan diagnosa keperawatan, disusun
rencana keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan
berdasarkan NOC-NIC. Asuhan keperawatan dibuat dengan cara
mendeskripsikan kasus dan selanjutnya dibandingkan antara kasus 1 dan 2.
Kemudian kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan dibandingkan dengan
teori yang telah ada sebelumnya.
.
37
BAB IV
A. Deskrispi Kasus
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
1. Hasil Pengkajian
Untuk kegiatan ADL An.G, Ny.T Untuk kegiatan ADL An.F, Ny. N
mengatakan memberikan ASI dan mengatakan memberi ASI dan susu
susu pendamping selama 2 bulan, pendamping selama umur 6 bulan,
dari 2 bulan sampai usia 6 bulan setelah umur 6 bulan An. F
An.G hanya diberikan susu formula, diberikan makan promina dan nasi
dan dilanjutkan dengan jenis tim. An F makan 3x sehari dan
makanan promina dan nasi tim. minum sebanyak 6x sehari. An F
Selama sakit An.G mendapat diit sering tersedak saat makan nasi tim
Susu Formula 8 x 60 cc/hari melalui karena platum nya. Saat sakit anak
NGT. Pola tidur siang An.G 1-2 jam dapat diit susu formula 8 x 80cc
kuantitas kurang nyenyak melalui NGT. Pola tidur siang An.F
dikarenakan sesak saat bernapas, 3-4 jam dengan kualitas nyenyak,
tidur malam sedikit frekuensi tidur tidur malam sedikit frekuensi tidur
lebih kurang 4-6 jam/hari lebih kurang 4-6 jam/hari
dikarenakan anak sesak dan rewel. dikarenakan anak sesekali sesak dan
Frekuensi BAB dan BAK An.G rewel. Frekuensi BAB dan BAK
sebanyak 120 gr/hari menggunakan normal.
pempers.
Terapi medis yang didapatkan pada Terapi medis yang didapatkan An.F
An.G IVFD KA-EN 1B 8tts/i, IVFD KA-EN 1B 8 tts/i Ampicillin
Ampicillin 4 x 125 mg iv, 4 x 150 g iv, Gentamicin 2 x 14 g iv,
Gentamicin 2 x 12 mg iv. Luminal 2 x 15 g iv, Dexametason 3
x 1 g iv, tiroksin 1 x 25 mg,
ambroxol 3 x 7,5 mg
2. Diagnosa Keperawatan
Stelah dilakukan pengkajian dari
Stelah dilakukan pengkajian dari tanggal 27-31 Mei 2017, maka
tanggal 27-31 Mei 2017, maka selanjutnya peneliti melakukan
selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan dapat dirumuskan
analisa data dan dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai
diagnosa keperawatan sebagai berikut :
berikut :
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
B. Pembahasan Kasus
yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. ASI
mempunyai kandungan zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
anak. Hal ini sesuai dengan teori oleh Wijayaningsih (2013) yang
menyatakan bahwa ASI Ekslusif berperan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh anak untuk terserang dari penyakit menular. Penelitian oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa pemberian ASI
sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematian anak akibat
penyakit diare dan infeksi saluran napas akut, pneumonia (Masela dkk,
2015).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada kasus, diagnosa yang
ditemukan ada 4 yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi, hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Sedangkan berdasarkan diagnosa pada teori NANDA ditemukan
diagnosa keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia ada 7.
Menurut asumsi peneliti diagnosa yang muncul pada kasus tidak sesuai
dengan diagnosa pada teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
55
Hal ini sesuai dengan teori bahwa muncul bakteri pneumokokus pada
alveoli sehingga terjadi suatu reaksi inflamasi dan menghasilkan
eksudat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh,
mengandung banyak kuman penyebab (sterptokokus). Selanjutnya
eksudat menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen
bronkus (Price, 2012).
3. Intervensi Keperawatan
aktivitas; Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna kulit
dan suhu, beri obat atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai dan
turunkan suhu tubuh dengan kompres air hangat (2) Pengaturan suhu
dengan aktivitas, monitor suhu setiap 3 jam sesuai kebutuhan, monitor
dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia, tingkatka
intake cairan dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan antipiretik.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada partisipan I dan II
dilaksanakan pada waktu yang sama. Pelaksanaan tindakan
keperawatan dimulai pada tanggal 27-31 Mei 2017.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Hidayat (2009) evaluasi keperawatan merupakan tahapan
terakhir dalam proses asuhan keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana keberhasilan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada kedua
partisipan tidaklah sama. Pada diagnosa keperawatan partisipan I dan 2
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru,
didapatkan evaluasi keperawatan teratasi pada hari yang sama yaitu hari
ke 4, dengan kriteria hasil (NOC) Ny.T dan Ny.N mengatakan nafas
Anak sudah tidak sesak, Anak tampak tenang, frekuensi nafas 35x
permenit (30-50), pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, dan bisa
melepaskan bantuan oksigen tanpa disertai sesak nafas. Tindakan
keperawatan yang diberikan kepada An.G dan An.F berupa
memberikan bantuan oksigen nasal kanul 2 liter, mempertahankan
kepatenan jalan nafas, dan memposisikan nyaman untuk
memaksimalkan ventilasi. masalah teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan dengan terapi oksigen. Menurut asumsi peneliti evaluasi
yang didapatkan telah sesuai dengan teori yaitu frekuensi nafas normal,
anak tampak tenang. Hal ini juga didukung oleh teori bahwa hasil
64
leukosit dalam batas normal, tidak ada tand-tanda infeksi. Hal ini juga
didukung oleh teori yang didapatkan pada evaluasi diagnosa hipertermi
yaitu suhu normal, leukosit normal, tidak ada tanda-tanda kekurangan
volume cairan yang berlebihan ( Wijayaningsih, 2013).
BAB V
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada An.G
dan An.F dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang HCU Anak IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Keluhan yang dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh
partisipan 2. Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua
partisipan yaitu nafas sesak, batuk berdahak, demam, disertai tidak
nafsu makan. Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang Anak
terdiagnosis Bronkopneumonia memiliki kemungkinan akan muncul
masalah dan keluhan yang sama yang dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan muncul pada kedua partisipan umumnya sama
yaitu, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi, hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Pada
partisispan 2 memeiliki satu diagnosa lain yaitu, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan
nafas.
3. Intervensi yang rencanakan oleh peneliti, baik intervensi yang
direncanakan secara mandiri maupun kolaborasi seperti mengatur
posisi, memonitor TTV, pemberian oksigen dan terapi obat-obatan,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien. Hal ini
bertujuan untuk membantu kerja paru agar mampu berkontraksi
dengan baik dan dapat memberikan oksigen ke sel-sel tubuh lainnya.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus yaitu
mempertahankan kepatenan jalan nafas, mengatur posisi,
memeperbaiki kanul pasien, memeriksa kecepatan aliran oksigen,
67
Ariana, Siwi. dkk. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedan Klaten. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 19.00. Http://Download.Portalgaruda.Org.
Astuti & rahmat. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan gangguan pernapasan.
Jakarta: Trans Info Media.
Betz Cecily L. Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5.
Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
Herdman Heather.T & Kamit Suru. 2015. Diagnosis keperawatan Defenisi &
Klasifikasi. Ed. 10. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
Manurung, dkk. 2013. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: Trans
Info Media.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, RN. PhD. 2012. Patofisiologi
konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Graha Ilmu
Suriadi dan yuliani. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Ed. 2. Jakarta: Segung
Seto.
Syaifuddin, 2011. Atlas Berwarna Tiga Bahasa Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Wulandari, Diah A. dkk. 2013. Kematian Akibat Pneumonia Berat Pada Anak
Balita. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Diakses Tanggal 8 Januari 2017, Pukul 08.00.
Http://Download.Portalgaruda.Org.
LAMPIRAN 2
FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK
e. mata Simetris
Sklera: tidak ikhterik
Refleks cahaya: positif
Pupil: isokor
Konjungtiva tidak anemis
Sclera tidak ikterik
Reflek kedip ada
Data lain:
f. hidung Letak: simetris
Pernafasan cuping hidung: tidak ada
Kebersihan: bersih
Data lain:
g. mulut warna bibir merah kepingan, mukosa basah. Palatum
cekung keatas.
h. telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup bersih
Posisi puncak pina : normal
Pemeriksaan pendengaran : baik
Data lain:
i. leher Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
Pembesaran vena junggularis: tidak ada
j. dada
- thoraks Inspeksi : tidak simetris, tampak dada corong,
terdapat retraksi dinding dada
Auskultasi : bronkopneumonia tidak terdapat
suara napas tambahan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Lingkar dada:
- jantung Inspeksi : tidak simetris
Auskultasi : irama reguler
Palpasi : teraba ictus cordi LMCS RIC 5
k. abdomen Inspeksi : simetris, tidak ada distensi abdomen
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak terdapat nyeri
Perkusi : tympani
Data objektif :
- Napas pasien tampak
sesak
- Terdapat retraksi
dinding dada
- Frekuensi napas yaitu
52 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler
- Terpasang oksigen
nasal canul 2 liter/menit
- Pemeriksaan radiologi
ditemukan corakan
bronkovaskuler
bertambah, tampak
infiltrat di parakardial
kanan, tampak
gambaran opak nodular
di perihiler kanan.
Data subjektif : Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan
Ny.T mengatakan bahwa perfusi ventilasi
anaknya masih terlihat
sesak saat bernapas dan
sesak bertambah apabila
pasien rewel dan gelisah.
Data objektif :
- Pasien tampak sesak
napas.
- Pasien terpasang
oksigen dengan
binasal 2 l/i.
- Akral tampak
membiru dan teraba
dingin.
- Hasil AGD yaitu, PH
7,28, PCO2 55 mmHg,
PO2 28 mmHg,
HCO3- 25,7 mmol/L,
BE: -2.5, SO2 rendah
yaitu 85%.
- Pemeriksaan radiologi
ditemukan corakan
bronkovaskuler
bertambah, tampak
infiltrat di parakardial
kanan, tampak
gambaran opak
nodular di perihiler
kanan.
3 Hipertermi 27-05-2017
berhubungan
dengan proses
infeksi
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Pola a. Status Pernafasan Manajemen Jalan
Nafas Nafas
Kriteria hasil : 6) Posisikan pasien
12) Frekuensi untuk
pernafasan normal memaksimalkan
(40-50x/menit) ventilasi
13) Irama 7) Lakukan
pernafasan normal fisioterapy dada
14) Kedalaman jika perlu
inspirasi 8) Motivasi pasien
15) Suara auskultasi untuk bernafas
pernafasan normal pelan, dalam,
16) Kepatenan jalan berputar, dan
nafas batuk
17) Volume tidal 9) Gunakan teknik
18) Kapasitas vital yang
19) Penggunaan otot menyenangkan
bantu nafas tidak untuk
ada memotivasi
20) Retraksi dinding bernafas dalam
dada tidak ada kepada anak-
21) Sianosis tidak ada anak
22) Suara nafas 10) Auskultasi
tambahan tidak ada suara nafas, catat
area yang
b. Status Pernafasan : ventilasinya
Kepatenan Jalan menurun atau
Nafas tidak adanya
suara nafas
Kriteria hasil : tambahan
8) Frekuensi
pernafasan normal Terapi Oksigen
(40-50x/nmenit) 6) Pertahankan
9) Irama pernafasan kepatenan jalan
10) Suara nafas nafas
tambahan 7) Monitor aliran
11) Pernafasan oksigen
cuping hidung 8) Monitor
12) Dipsnea saat efektifitas terapi
istirahat oksigen
13) Batuk 9) Amati tanda-
14) Akumulasi tanda adanya
sputum hipoventilasi
oksigen
10) Sediakan
oksigen ketika
pasien dibawah /
dipidahkan
Monitor
Pernafasan
7) Monitor
kecepatan, irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas
8) Catat pergerakan
dinding dada dan
pengunaan otot
bantu
9) Monitor suara
nafas tambahan
seperti ngorok
10) Monitor pola
nafas
11) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
12) Auskultasi
suara nafas
tambahan
2 Gangguan Pertukaran b. Status Pernafasan Monitor Vital Sign
Gas : Pertukaran Gas 6) Memonitor
tekanan darah,
Kriteria hasil: nadi, suhu, dan
7) Tekanan parsial status
oksigen dalam darah pernafasan
arteri (po2) 7) Memonitor
8) Tekanan parsial Denyut jantung
oksigen dalam darah 8) Memonitor
arteri (pco2) suara paru-paru
9) Saturasi oksigen 9) Memonitor
10) Keseimbangan warna kulit
ventilasi perfusi 10) Menilai
11) Dyspnea pada Cavilarevil
saat istirahat
12) Sianosis Monitor
Pernafasan
6) Memonitor
tingkat, irama,
kedalaman, dan
respirasi
7) Memonitor
gerakan dada
8) Monitor bunyi
pernafasan
9) Auskultasi bunyi
paru
10) Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan
dan
memperburuk
kondisi
Terapi Oksigen
4) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
5) Monitor aliran
oksigen
6) Amati tanda-
tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
Manajemen
Pengobatan
4) Tentukan obat
apa yang
diperlukan, dan
kelola menurut
resep dan/atau
protokol
5) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
TGL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
HARI KEPERAWATAN
27-31 Ketidakefektifan Tanggal 27 Mei 2017 Tanggal 27 Mei 2017
Mei Pola Nafas Diagnosa 1 Diagnosa 1
2017 berhubungan Ketidakefektifan pola ketidakefektifan pola
dengan adanya nafas berhubungan nafas berhubungan
gangguan ventilasi dengan ventilasi dengan adanya
adanya gangguan gangguan ventilasi
ventilasi didapatkan hasil
Implementasi pada evaluasi : Ny.T
diagnosa yaitu mengatakan An.G
mempertahankan jalan masih terasa sesak
napas yang paten, saat bernapas, sesak
mengatur peralatan bertambah bila
oksigenasi, monitor menangis, pasien
aliran oksigen, masih tampak lemah
observasi tanda-tanda dan sesak napas,
hipoventilasi dengan terdapat retraksi
menghitung frekuensi dinding dada, akral
napas dan irama tampak sianosis, TTV
napas,pola nafas, pasien yaitu HR : 112
kedalaman dan x/i, RR : 38 x/i, S :
kekuatan inspirasi, 38,8 0C, terpasang
perhatikan gerakan dan oksigen nasal kanul 2
kesimetrisan, liter/menit Masalah
menggunakan otot keperawatan
bantu, dan adanya ketidakefektifan pola
retraksi, monitor vital nafas berhubungan
sign, intake out put dengan adanya
cairan, intake cairan per gangguan ventilasi
NGT. belum teratasi,
intervensi dilanjutkan
Tanggal 28 Mei 2017 dengan terapi
Diagnosa 1 oksigen, manajemen
Ketidakefektifan pola jalan napas dan
nafas berhubungan monitor tanda-tanda
dengan ventilasi vital.
adanya gangguan
ventilasi
Implementasi pada Tanggal 28 Mei 2017
diagnosa yaitu Diagnosa 1
mempertahankan jalan ketidakefektifan pola
napas yang paten, nafas berhubungan
mengatur peralatan dengan adanya
oksigenasi, monitor gangguan ventilasi
aliran oksigen, didapatkan hasil
observasi tanda-tanda evaluasi : Ny.T
hipoventilasi dengan mengatakan An.G
menghitung frekuensi masih terasa sesak
napas dan irama saat bernapas, sesak
napas,pola nafas, bertambah bila
kedalaman dan menangis, pasien
kekuatan inspirasi, masih tampak lemah
perhatikan gerakan dan dan sesak napas,
kesimetrisan, terdapat retraksi
menggunakan otot dinding dada, akral
bantu, dan adanya tampak sianosis,
retraksi, monitor vital TTV pasien yaitu HR
sign, intake out put : 123 x/i, RR : 39 x/i,
cairan, intake cairan per S : 37,8 0C, terpasang
NGT. oksigen nasal kanul 2
liter/menit Masalah
Tanggal 29 Mei 2017 keperawatan
ketidakefektifan pola
Diagnosa 1 nafas berhubungan
Ketidakefektifan pola dengan ventilasi yang
nafas berhubungan tidak adekuat belum
dengan ventilasi teratasi, intervensi
adanya gangguan dilanjutkan dengan
ventilasi. terapi oksigen,
Implementasi pada manajemen jalan
diagnosa yaitu napas dan monitor
mempertahankan jalan tanda-tanda vital.
napas yang paten,
mengatur peralatan
oksigenasi, monitor Tanggal 29 Mei 2017
aliran oksigen, Diagnosa 1
observasi tanda-tanda ketidakefektifan pola
hipoventilasi dengan nafas berhubungan
menghitung frekuensi dengan adanya
napas dan irama gangguan ventilasi
napas,pola nafas, didapatkan hasil
kedalaman dan evaluasi : Ny.T
kekuatan inspirasi, mengatakan An.G
perhatikan gerakan dan masih terasa sesak
kesimetrisan, saat bernapas, sesak
menggunakan otot bertambah bila
bantu, dan adanya menangis, pasien
retraksi, monitor vital masih tampak lemah
sign, intake out put dan sesak napas,
cairan, intake cairan per terdapat retraksi
NGT. dinding dada, akral
tampak sianosis, TTV
Tanggal 30 Mei 2017 pasien yaitu HR : 126
Diagnosa 1 x/i, RR : 36 x/i, S :
Ketidakefektifan pola 36,8 0C, terpasang
nafas berhubungan oksigen nasal kanul 2
dengan ventilasi liter/menit Masalah
adanya gangguan keperawatan
ventilasi. ketidakefektifan pola
Implementasi pada nafas berhubungan
diagnosa yaitu dengan ventilasi yang
mempertahankan jalan tidak adekuat belum
napas yang paten, teratasi, intervensi
mengatur peralatan dilanjutkan dengan
oksigenasi, monitor terapi oksigen,
aliran oksigen, manajemen jalan
observasi tanda-tanda napas dan monitor
hipoventilasi dengan tanda-tanda vital.
menghitung frekuensi
napas dan irama
napas,pola nafas, Tanggal 30 Mei 2017
kedalaman dan Diagnosa 1
kekuatan inspirasi, ketidakefektifan pola
perhatikan gerakan dan nafas berhubungan
kesimetrisan, dengan adanya
menggunakan otot gangguan ventilasi
bantu, dan adanya didapatkan hasil
retraksi, monitor vital evaluasi : Ny.T
sign, intake out put mengatakan An.G
cairan, intake cairan per masih terasa sesak
NGT. saat bernapas, sesak
bertambah bila
Tanggal 31 Mei 2017 menangis, pasien
Diagnosa 1 masih tampak lemah
Ketidakefektifan pola dan sesak napas,
nafas berhubungan terdapat retraksi
dengan ventilasi dinding dada, akral
adanya gangguan tampak sianosis,
ventilasi. TTV pasien yaitu HR
Implementasi pada : 122 x/i, RR : 37 x/i,
diagnosa yaitu S : 36,7 0C, terpasang
mempertahankan jalan oksigen nasal kanul 2
napas yang paten, liter/menit Masalah
mengatur peralatan keperawatan
oksigenasi, monitor ketidakefektifan pola
aliran oksigen, nafas berhubungan
observasi tanda-tanda dengan ventilasi yang
hipoventilasi dengan tidak adekuat belum
menghitung frekuensi teratasi, intervensi
napas dan irama dilanjutkan dengan
napas,pola nafas, terapi oksigen,
kedalaman dan manajemen jalan
kekuatan inspirasi, napas dan monitor
perhatikan gerakan dan tanda-tanda vital.
kesimetrisan,
menggunakan otot Tanggal 31 Mei 2017
bantu, dan adanya
retraksi, monitor vital Diagnosa 1
sign, intake out put ketidakefektifan pola
cairan, intake cairan per nafas berhubungan
NGT. dengan adanya
gangguan ventilasi
didapatkan hasil
evaluasi : Ny.T
mengatakan An.G
masih terasa sesak
saat bernapas, sesak
bertambah bila
menangis, pasien
masih tampak lemah
dan sesak napas,
terdapat retraksi
dinding dada, akral
tampak sianosis,
TTV pasien yaitu HR
: 128 x/i, RR : 39 x/i,
S : 36.7 0C, terpasang
oksigen nasal kanul 2
liter/menit Masalah
keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan ventilasi yang
tidak adekuat belum
teratasi, intervensi
dilanjutkan dengan
terapi oksigen,
manajemen jalan
napas dan monitor
tanda-tanda vital.
31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan melakukan
memonitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan,
memonitor denyut
jantung, memonitor
suara paru-paru,
Memonitor warna kulit,
Menilai Cavilarev,
Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,2o C, HR 124
x/i, P 38 x/i, CRT < 2
detik, kulit tampak
membiru.
31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan mengukur dan
memantau TTV
(Tekanan darah, nadi,
suhu dan pernapasan),
memonitor warna kulit
dan suhu, monitor suhu
setiap 3 jam, melakukan
pengompresan air hangat
di dahi, ketiak dan
lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi
di dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
suhu tubuh, kulit teraba
panas, tampak sesak, T
38,4o C, HR 93 x/i, P 30
x/i. Terpasang IVFD
KA-EN 1B 8tts/i.
Ampicillin 4 x 125 mg
iv, Gentamicin 2 x 12
mg iv.
Lampiran 2
FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada tanggal 27 Mei 2017 Pukul 10.30
WIB, Ny.N mengatakan nafas Anak sesak, batuk-batuk berdahak, nafsu makan
menurun, badan teraba panas, terpasang oksigen binasal 3 l/i.
XVI. LINGKUNGAN
Rumah : Ny.N mengatakann vetilasi rumah kurang, halaman perkarangan tidak
dekat jalan, wc ada, sumber air minum air galon, tembat pembuangan sampah di
depan rumah dan dibakar.
Cough Enhancement
4) Bantu pasien
untuk posisi duduk
5) Dorong pasien
untuk melakukan
latihan nafas
dalam
6) Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama 2
detik dan
batukkan, lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut
Terapi Oksigen
7) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
8) Monitor aliran
oksigen
9) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
Manajemen
Pengobatan
6) Tentukan obat
apa yang
diperlukan, dan
kelola menurut
resep dan/atau
protokol
7) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
XXII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
HARI KEPERAWATAN
27-31 Ketidakefektifan 27 Mei 2017 27 Mei 2017
Mei bersihan jalan nafas memonitor aliran O2, hasil Ny.N mengatakan
2017 tidak efektif b/d mengauskultasi suara dahak An.F sudah
penumpukan sekret
nafas dan mencatat berkurang, frekuensi
di jalan nafas
adanya suara tambahan, nafas normal,
memperhatikan gerakan penggunaan otot bantu
dada saat inspirasi- pernafasan masih ada,
ekspirasi, pemeberian anak mendapatkan
ambroxol 3 x 7.5 mg. ambroxol 3 x 7,5 mg.
Setelah dilakukan Masalah teratasi
tindakan di dapatkan sebagian intervensi
sekret dijalan nafas dilanjutkan.
sudah berkurang, pasien
masih sesak, tarikan 28 Mei 2017
dinding dada masih ada, hasil Ny.N mengatakan
tampak penggunaan otot dahak An.F sudah
bantu pernafasan, T berkurang, frekuensi
38,6o C, HR 100 x/i, P nafas normal,
35 x/i. penggunaan otot bantu
pernafasan masih ada,
28 Mei 2017 anak mendapatkan
memonitor aliran O2, ambroxol 3 x 7,5 mg.
mengauskultasi suara Masalah teratasi
nafas dan mencatat sebagian intervensi
adanya suara tambahan, dilanjutkan.
memperhatikan gerakan
dada saat inspirasi- 29 Mei 2017
ekspirasi, pemeberian hasil Ny.N mengatakan
ambroxol 3 x 7.5 mg. dahak An.F sudah
Setelah dilakukan berkurang, frekuensi
tindakan di dapatkan nafas normal,
sekret dijalan nafas penggunaan otot bantu
sudah berkurang, pasien pernafasan masih ada,
masih sesak, tarikan anak mendapatkan
dinding dada masih ada, ambroxol 3 x 7,5 mg.
tampak penggunaan otot Masalah teratasi
bantu pernafasan, T sebagian intervensi
38,6o C, HR 100 x/i, P dilanjutkan.
35 x/i.
30 Mei 2017
29 Mei 2017 hasil Ny.N mengatakan
memonitor aliran O2, dahak An.F sudah
mengauskultasi suara berkurang, frekuensi
nafas dan mencatat nafas normal,
adanya suara tambahan, penggunaan otot bantu
memperhatikan gerakan pernafasan masih ada,
dada saat inspirasi- anak mendapatkan
ekspirasi, pemeberian ambroxol 3 x 7,5 mg.
ambroxol 3 x 7.5 mg. Masalah teratasi
Setelah dilakukan sebagian intervensi
tindakan di dapatkan dilanjutkan.
sekret dijalan nafas
sudah berkurang, pasien 31 Mei 2017
masih sesak, tarikan hasil Ny.N mengatakan
dinding dada masih ada, dahak An.F sudah
tampak penggunaan otot berkurang, frekuensi
bantu pernafasan, T nafas normal,
38,6o C, HR 100 x/i, P penggunaan otot bantu
35 x/i. pernafasan masih ada,
anak mendapatkan
30 Mei 2017 ambroxol 3 x 7,5 mg.
memonitor aliran O2, Masalah teratasi
mengauskultasi suara sebagian intervensi
nafas dan mencatat dilanjutkan.
adanya suara tambahan,
memperhatikan gerakan
dada saat inspirasi-
ekspirasi, pemeberian
ambroxol 3 x 7.5 mg.
Setelah dilakukan
tindakan di dapatkan
sekret dijalan nafas
sudah berkurang, pasien
masih sesak, tarikan
dinding dada masih ada,
tampak penggunaan otot
bantu pernafasan, T
38,6o C, HR 100 x/i, P
35 x/i.
31 Mei 2017
memonitor aliran O2,
mengauskultasi suara
nafas dan mencatat
adanya suara tambahan,
memperhatikan gerakan
dada saat inspirasi-
ekspirasi, pemeberian
ambroxol 3 x 7.5 mg.
Setelah dilakukan
tindakan di dapatkan
sekret dijalan nafas
sudah berkurang, pasien
masih sesak, tarikan
dinding dada masih ada,
tampak penggunaan otot
bantu pernafasan, T
38,6o C, HR 100 x/i, P
35 x/i.
31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan mengatur
posisi , mengatur
peralatan oksigenasi,
monitor aliran oksigen,
pertahankan posisi
pasien semifowler,
observasi tanda-tanda
hipoventilasi dengan
menghitung frekuensi
napas dan irama napas.
Setelah dilakukan
implementasi didapatkan
masih terdapat retraksi
dinding dada, pernafasan
menggunakan otot bantu,
dan, dengan tanda-tanda
vital T 38,6o C, HR 100
x/i, P 35 x/i.
31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan memonitor
tekanan darah, nadi,
suhu, dan status
pernafasan, memonitor
denyut jantung,
memonitor suara paru-
paru, Memonitor warna
kulit, Menilai Cavilarev,
Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,6o C, HR 100
x/i, P 35 x/i, CRT < 2
detik
27-31 Hipertermi b/d 27 Mei 2017 27 mei 2017
Mei proses infeksi Implementasi yang Evaluasi yang
2017 dilakukan mengukur dan didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
memantau TTV
demam lagi, badan
(Tekanan darah, nadi, tidak teraba panas,
suhu dan pernapasan), anak tidak gelisah,
memonitor warna kulit tidak ada berkeringat
dan suhu, monitor suhu berlebihan suhu
setiap 3 jam, melakukan , leukosit
pengompresan air hangat 15.000 (6.000-
di dahi, ketiak dan 18.000/ ).
Terpasang IVFD KA-
lipatan paha. Setelah EN 1B 8 tts/i.
dilakukan implementasi Ampicillin 4 x 150 g
di dapatkan anak masih iv, Gentamicin 2 x 14 g
demam, ada penurunan iv. Masalah teratasi
suhu tubuh, kulit teraba dan intervensi
panas, tampak sesak, T dilanjutkan.
38,6o C, HR 100 x/i, P
28 mei 2017
35 x/i. Terpasang IVFD Evaluasi yang
KA-EN 1B 8 tts/i. didapatkan Ny.N
Ampicillin 4 x 150 g iv, mengatakan anak tidak
Gentamicin 2 x 14 g iv. demam lagi, badan
tidak teraba panas,
28 Mei 2017 anak tidak gelisah,
tidak ada berkeringat
Implementasi yang
berlebihan suhu
dilakukan mengukur dan , leukosit
memantau TTV 15.000 (6.000-
(Tekanan darah, nadi, 18.000/ ).
suhu dan pernapasan), Terpasang IVFD KA-
memonitor warna kulit EN 1B 8 tts/i.
dan suhu, monitor suhu Ampicillin 4 x 150 g
iv, Gentamicin 2 x 14 g
setiap 3 jam, melakukan
iv. Masalah teratasi
pengompresan air hangat dan intervensi
di dahi, ketiak dan dilanjutkan.
lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi 29 mei 2017
di dapatkan anak masih Evaluasi yang
demam, ada penurunan didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
suhu tubuh, kulit teraba
demam lagi, badan
panas, tampak sesak, T tidak teraba panas,
38,6o C, HR 100 x/i, P anak tidak gelisah,
35 x/i. Terpasang IVFD tidak ada berkeringat
KA-EN 1B 8 tts/i. berlebihan suhu
Ampicillin 4 x 150 g iv, , leukosit
Gentamicin 2 x 14 g iv 15.000 (6.000-
18.000/ ).
Terpasang IVFD KA-
29 Mei 2017
EN 1B 8 tts/i.
Implementasi yang Ampicillin 4 x 150 g
dilakukan mengukur dan iv, Gentamicin 2 x 14 g
memantau TTV iv. Masalah teratasi
(Tekanan darah, nadi, dan intervensi
suhu dan pernapasan), dilanjutkan.
memonitor warna kulit
30 mei 2017
dan suhu, monitor suhu Evaluasi yang
setiap 3 jam, melakukan didapatkan Ny.N
pengompresan air hangat mengatakan anak tidak
di dahi, ketiak dan demam lagi, badan
lipatan paha. Setelah tidak teraba panas,
dilakukan implementasi anak tidak gelisah,
tidak ada berkeringat
di dapatkan anak masih
berlebihan suhu
demam, ada penurunan , leukosit
suhu tubuh, kulit teraba 15.000 (6.000-
panas, tampak sesak, T 18.000/ ).
38,6o C, HR 100 x/i, P Terpasang IVFD KA-
35 x/i. Terpasang IVFD EN 1B 8 tts/i.
KA-EN 1B 8 tts/i. Ampicillin 4 x 150 g
iv, Gentamicin 2 x 14 g
Ampicillin 4 x 150 g iv,
iv. Masalah teratasi
Gentamicin 2 x 14 g iv dan intervensi
dilanjutkan.
30 Mei 2017
Implementasi yang 31 mei 2017
dilakukan mengukur dan Evaluasi yang
memantau TTV didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
(Tekanan darah, nadi,
demam lagi, badan
suhu dan pernapasan), tidak teraba panas,
memonitor warna kulit anak tidak gelisah,
dan suhu, monitor suhu tidak ada berkeringat
setiap 3 jam, melakukan berlebihan suhu
pengompresan air hangat , leukosit
di dahi, ketiak dan 15.000 (6.000-
18.000/ ).
lipatan paha. Setelah
Terpasang IVFD KA-
dilakukan implementasi EN 1B 8 tts/i.
di dapatkan anak masih Ampicillin 4 x 150 g
demam, ada penurunan iv, Gentamicin 2 x 14 g
suhu tubuh, kulit teraba iv. Masalah teratasi
panas, tampak sesak, T dan intervensi
o
38,6 C, HR 100 x/i, P dilanjutkan.
35 x/i. Terpasang IVFD
KA-EN 1B 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g iv,
Gentamicin 2 x 14 g iv
31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan mengukur dan
memantau TTV
(Tekanan darah, nadi,
suhu dan pernapasan),
memonitor warna kulit
dan suhu, monitor suhu
setiap 3 jam, melakukan
pengompresan air hangat
di dahi, ketiak dan
lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi
di dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
suhu tubuh, kulit teraba
panas, tampak sesak, T
38,6o C, HR 100 x/i, P
35 x/i. Terpasang IVFD
KA-EN 1B 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g iv,
Gentamicin 2 x 14 g iv