Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ALAT CORONG IKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT UNTUK MEMINIMALISIR CACAT

PRODUK CV. MINA INDO SEJAHTERA

Laporan Tugas1Akhir ini Disusun1Guna Memenuhi1Persyaratan

Untuk Mencapai Derajat Sarjana S-1

Oleh :

Alvian Angga Delvis

E12.2014.00765

PROGRAM STUDI1TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS1TEKNIK

UNIVERSITAS1DIAN1NUSWANTORO

SEMARANG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Usulan Penelitian Dengan Judul:


“Perancangan Alat Corong Ikan Dengan Menggunakan Metode Quality Function
Deployment Untuk Meminimalisir Cacat Produk Dari CV. Mina Indo Sejahtera”
Oleh :
ALVIAN ANGGA DELVIS

E12.2014.00765

Penelitian tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing 1 dan Dosen

Pembimbing 2 untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi Strata -1 (S1) Program

Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Disetujui oleh
Semarang, 27 Januari 2021

Pembimbing 1 Pembimbing 2

DEWI AGUSTINI SANTOSO,M.Kom PRAMUDI ARSIWI, S.T.,M.Sc.


NPP. 0686.11.1998.160 NPP.0686.11.2017.701
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam dunia perindustrian khususnya peralatan yang digunakan

dalam membantu proses suatu produksi banyak sekali jenis alat dan mesin

yang dipakai, banyak peralatan yang dibuat untuk membantu meringankan

pekerjaan manusia ataupun industri rumahan sehingga menjadikan sebuah

industri rumahan yang berfokus pada kepuasan pelanggan dan kualitas

produk. Maka dari itu, industri rumahan harus dapat bersaing untuk

mempertahankan kualitas produknya pada konsumen. Hal ini dapat

dijadikan suatu acuan untuk industri rumahan yang memerlukan alat dalam

membantu proses produksi nya agar produk dapat terjaga kualitasnya.

Bersamaan dengan pertumbuhan inovasi produk yang begitu pesat,

banyak sekali terciptanya peralatan baru yang beredar dimasyarakat,

peralatan tersebut diciptakan agar dapat meringankan pekerjaan masyarakat

dan dapat menghasilkan produk yang memuaskan khususnya industri

rumahan. Salah satu contoh dari alat tersebut yaitu corong.

Corong adalah salah satu alat yang sering kita jumpai di rumah , di-

warung maupun industtri rumahan yang berfungsi untuk alat bantu dalam

memindahkan sesuatu yang bersifat cair maupun padat dari suatu wadah ke

wadah lainnya agar tidak tumpah kemana-mana dan mempercepat proses

pemindahannya. Pada survei awal proses pengemasan yang di lakukan di

CV. Mina Indo Sejahtera yang dalam satu harinya memproduksi berbagai

macam daging olahan ikan dan ayam lebih dari 50 bungkus dan
dilaksanakan secara manual, yaitu dengan menggunakan gelas plastik

sebagai corong untuk memasukan ikan maupun ayam kedalam kemasan.

CV. Mina Indo Sejahtera yang bergerak dalam budidaya dari

berbagai jenis ikan maupun ayam beserta produksinya. Produk utamanya

sendiri selain ikan segar adalah olahan ikan gurame bumbu, produk ini

bernama Gurboem (Gurame Boemboe). Berdasarkan pengamatan

penelitian di CV. Mina Indo Sejahtera dalam sehari dapat memproduksi 5kg

sampai 10kg ikan gurame segar dengan kata lain sekitar 50 ekor ikan

gurame, dengan pemasarannya ke beberapa kota di Indonesia.

dalam pengemasannya sendiri ikan yang akan dimasukkan kedalam

kemasan dibantu dengan corong yang dibuat sendiri dengan hanya

melubangi bagian alas gelas plastik, namun gelas plastik hanya bisa untuk

digunakan dalam pengemasan ikan lele bumbu, ikan nila bumbu, dan ayam

bumbu. Tidak demikian dengan ikan gurame karena dari ukuran ikan

gurame yang lebih besar daripada corong yang digunakan. Selain itu corong

yang digunakan secara manual ini lebih rentan kotor karena bumbu yang

menempel pada bagian luar corong, pada saat pemasangan corong

kekemasan tetap menggunakan tangan yang digunakan memegang ikan

bumbu. Pembuatan Gurame Boemboe sendiri terdiri dari beberapa proses

yaitu Proses Pembersihan Organ Dalam Ikan Gurame, Proses Penyayatan,

Proses Penirisan, Proses Pembumbuan, Proses Pengemasan, Proses

Pembekuan.

Pada proses pengemasan ada 2 tahapan yang harus dilakukan oleh 2

orang pekerja dengan alat yang berbeda yaitu proses memasukan ikan

kedalam kemasan dan proses vaccum dan pemberian sealer. Pekerja harus
teliti dalam pemberian sealer karena apabila sisa bumbu yang menempel

padan dinding kemasan dapat mengakibatkan kebocoran sealer sehingga

udara bisa masuk kedalam produk sehingga proses pembusukan pada

produk bisa sangat cepat. Corong gelas plastik yang digunakan dalam

memasukkan ikan kedalam kemasan ini bukan lah alat yang cocok dalam

fungsi prosesnya sehingga dapat menimbulkan keluhan oleh para pekerja.

1. Corong terlalu kecil untuk digunakan untuk ikan gurame.

2. Alat corong udah kotor karena bongkar pasang alat ke kemasan

menggunakan tangan yang telah memegang ikan berbumbu.

3. Sering terjadi kecacatan produk pada saat proses vaccum dan

pemberian sealer, dikarenakan sisa bumbu dari sisi luar corong

menempel di plastik kemasan ikan.

4. Efek dari menggukan alat corong yang seadanya adalah cukup

tingginya cacat produk setiap harinya.

Berikut ini adalah data cacat produk dikarenakan bumbu

yang menempel pada sisi dalam plastik kemasan :

Tabel 1.1 Data Cacat Produk CV. Mina Indo Sejahtera

produksi cacat
tanggal leboem gurboem nilboem leboem gurboem nilboem
11/09/2020 25 20 15 4 1 1
12 September 2020 30 20 15 3 4 3
13/09/2020 0 0 0 0 0 0
14 September 2020 25 20 15 4 5 0
15/09/2020 25 20 15 1 4 1
16 September 2020 20 15 15 3 4 0
17/09/2020 25 20 15 2 4 2
18 September 2020 25 20 15 1 0 1
19/09/2020 25 20 15 1 1 0
20 September 2020 0 0 0 0 0 0
21/09/2020 25 20 15 3 3 3
22 September 2020 25 20 15 4 0 1
23/09/2020 25 20 15 0 2 1
24 September 2020 20 20 15 2 1 2
25/09/2020 25 20 15 0 2 2
26 September 2020 25 20 15 2 2 2
27/09/2020 0 0 0 0 0 0
28 September 2020 20 20 10 1 3 2
29/09/2020 25 15 10 2 3 1
30 September 2020 25 20 15 1 4 2
01/10/2020 30 5 15 2 4 3
02 October 2020 25 20 0 1 3 0
03/10/2020 25 20 0 4 3 0
04 October 2020 0 0 0 0 0 0
05/10/2020 25 20 15 2 5 1
06 October 2020 25 20 15 4 5 1
07/10/2020 25 20 20 0 2 0
08 October 2020 25 30 15 1 3 0
09/10/2020 25 20 15 0 0 0
10 October 2020 10 20 15 1 2 1
11/10/2020 0 0 0 0 0 0
12 October 2020 25 15 15 2 4 3
13/10/2020 25 20 15 0 0 2
14 October 2020 10 20 15 3 3 3
15/10/2020 25 20 15 0 3 3
16 October 2020 25 20 15 2 5 3
17/10/2020 0 20 15 0 0 0
18 October 2020 0 0 0 0 0 0
19/10/2020 25 25 15 0 2 3
20 October 2020 25 20 15 4 4 2
21/10/2020 25 20 15 2 3 0
22 October 2020 25 20 15 2 1 2
23/10/2020 30 20 15 3 5 0
24 October 2020 25 20 15 3 4 0
25/10/2020 0 0 0 0 0 0
26 October 2020 25 20 15 1 0 1
27/10/2020 25 20 15 4 1 0
28 October 2020 25 30 15 3 3 2
29/10/2020 20 20 15 2 1 1
30 October 2020 25 20 15 2 1 2
31/10/2020 25 20 15 3 4 2
01 November 2020 0 0 0 0 0 0
02/11/2020 25 20 15 3 2 1
03 November 2020 25 15 10 1 5 0
04/11/2020 40 20 20 0 0 1
05 November 2020 25 20 30 2 3 2
06/11/2020 25 20 15 1 2 1
07 November 2020 25 20 15 2 3 0
08/11/2020 0 0 0 0 0 0
09 November 2020 25 20 15 1 2 1
10/11/2020 20 20 15 3 5 1
Total 1250 1030 760 99 131 74
Sumber: CV. Mina Indo Sejahtera, 2020

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa produksi yang dilakukan

selama 52 hari terdapat banyaknya kecacatan produk yang dialami sehingga

dapat menimbulkan kerugian biaya yang dialami oleh perusahaan pada saat

produksinya. Dengan jumlah 99 produk cacat leboem, 131 produk cacat

gurboem dan 74 produk cacat nilboem, oleh karena itu dibutuhkan nya

sebuah alat yang dapat membantu dalam proses produksi dan dapat

meminimalisir terjadinya kecacatan produk sehingga alat ini lebih tepat

untuk digunakan.

Berikut ini adalah salah satu contoh produk yang berpotensi

menimbulkan kecacatan produk karena sisa-sisa bumbu yang menempel

pada dinding kemasan yang sebelumnya akan di vacuum dan diberi sealer.

Gambar 1.1 Produk Berpotensi Cacat Karena Sisa Bumbu


Sumber: CV. Mina Indo Sejahtera, 2020
Dibawah ini adalah gambaran produk cacat yang dialami oleh CV.

Mina Indo Sejahtera :

Gambar 1.2 Cacat Produk Akibat Bumbu Menempel Diplastik


Sumber: CV. Mina Indo Sejahtera, 2020

Gambar 1.3 Udara Yang Masuk Pada Produk Cacat


Sumber: CV. Mina Indo Sejahtera, 2020

Dari gambar diatas adalah contoh produk cacat yang di alami oleh

perusahaan karena pada saat proses memasukan ikan yang sudah dibumbui

kedalam produk menggunakan alat sederhana yaitu gelas plastik minuman

yang berfungsi sebagai corong namun pada saat melepaskan gelas plastik
tersebut menggunakan tangan yang kotor akibat memegang ikan yang

berbumbu.

Gambar 1.3 Gelas Plastik Yang Digunakan Sebagai Corong


Sumber: CV. Mina Indo Sejahtera, 2020

Dengan menggunakan gelas plastik sebagai media untuk

memasukkan ikan maka alat yang sederhana ini sangat mudah kotor,yang

dapat berpotensi mengalami kecacatan produk.

Dibawah ini adalah gambaran dari proses memasukan ikan kedalam

kemasan secara manual yang dilakukan CV. Mina Indo Sejahtera :

Gambar 1.4 Proses Memasukan Ikan Kedalam Kemasan


Sumber: CV. Mina Indo Sejahtera, 2020
Seperti yang dapat dilihat dalam gambar diatas dikarenakan

dikerjakan oleh satu orang lalu tangan kanan yang digunakan untuk

memasukan ikan dengan menggunakan tangan yang sama untuk memasang

dan mencopot gelas plastik yang digunakan sebagai corong sangat mudah

kotor karena sisa bumbu yang menempel.

Namun ketika memasukkan ikan dengan ukuran yang lebih besar

dari corong gelas plastik yang digunakan untuk memasukkan ikan sehingga

yang dilakukan oleh pekerja tidak menggunakan corongnya melainkan

langsung memasukkan nya saja sehingga banyak sekali bumbu yang

menempel pada dinding plastik, selain itu setelah ikan dimasukkan kedalam

kemasan, ada proses tambahan dimana bumbu yang menempel pada area

sealer akan dibersihkan agar mengurangi cacat produk namun akan sangat

memakan waktu dalam proses produksinya itu sendiri.

Gambar 1.5 Proses Memasukan Ikan Ukuran Besar Kedalam Kemasan


Sumber: CV. Mina Indo Sejahtera, 2020
Dalam penelitian ini juga penuliis melakukan observasi pada

kompetitor yang memiliki produk serupa di UKM Lele Ajib guna

mengetahui alat yang digunakan dalam memasukkan ikan kedalam

kemasan.

Gambar 1.6 Proses Memasukan Ikan Kedalam Kemasan


Sumber: UKM Lele Ajib, 2021

Dalam gambar 1.6 dapat diketahui bahwa ikan yang di masukkan

kedalam kemasan tidak menggunakan corong melainkan hanya dibantu

dengan menggunakan alat bantu capit untuk memasukkan ikan kedalam

kemasan dalam hal tersebut produk yang dihasilkan justru plastik kemasan

akan sangat mudah kotor sebelum proses vacuum, yang dapat

mengakibatkan cacat produk.

Oleh karena itu, dari permasalahan mesin tersebut saya melakukan

perancangan ulang alat corong dengan menggunakan bahan utama stainless

food grade yang sebagai keunggulan utamanya yaitu daya umur alat tahan

lama, meminimalisir kecacatan, lebih produktif, dan perawatan alat yang

sangat mudah dengan judul “Perancangan Alat Corong Ikan Dengan


Menggunakan Metode Quality Function Deployment Untuk Meminimalisir

Cacat Produk Dari CV. Mina Indo Sejahtera”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada bagian latar

belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut yaitu

bagaimana merancang alat corong ikan yang mudah dalam perawatan nya,

dapat mengurangi kecacatan produk dan dapat dipakai untuk semua jenis

ikan yang diproduksi oleh CV. Mina Indo Sejahtera dengan menggunakan

Metode Quality Function Deployment.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diinginkan dari penelitian tugas akhir ini yaitu

menghasilkan suatu alat penunjang produksi yang mudah dalam perawatan

nya dan dapat dipakai untuk segala jenis ikan yang akan dijadikan produk

CV. Mina Indo Sejahtera.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mina Indo Sejahtera.

2. Tidak membahas kelistrikan.

3. Alat yang dirancang dibuat untuk skala kecil atau home

industri.

4. Sambungan las dianggap aman

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam

merancang ulang alat corong ikan yang akan

dijadikan protabel.
2. Bagi Akademik

Diharapkan tugas akhir ini dapat menjadi

referensi dan bahan analisis untuk merancang ulang

alat corong sehingga tema yang dapat dikembangkan

pada masa yang akan datang.

3. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan perusahaan untuk memperbaiki atau

mengubah peralatan produksi yang saat ini telah

diterapkan agar proses produksi lebih efektif, efesien

dan mampu meningkatkan kualitas produk yang baik

dan dapat meminimalisir kecacatan pada produk.

4. Bagi Masyarakat

dapat menjadi salah satu7referensi untuk

perancangan7produk agar produk7yang dihasilkan

benar-benar sesuai.

1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menggunakan metode Rasional dan

Metode Quality Function Deployment atau penelitian-penelitian mengenai

perancangan alat.

Tabel 1.2 Perbedaan7Penelitian Terdahulu dengan Penelitian saat


ini

Peneliti,
No Metode Hasil penelitian
Tahun
1. Chandra Dewi Metode Rancangan alat potong kulit bahan
Kurnianingtyas, Rasional tas yang mampu meningkatkan
Tommy produktiitas dan lebih ergonomis
Heriawan yang dapat dibuktikan dari hasil uji
(2018) coba yang dilakukan. Dengan
menganalisa penilaian postur kerja
yang menggunakan metode REBA
didapatkan skor action 4 sehingga
dianggap sangat bersiko dan perlu
segera perubahan pelaksanaannya.
Setelah dianalisa kembali diketahui
mendapat skor akhir REBA 10
dengan kata lain mendapat nilai
action 3 yang artinya pekerjaan
yang sangat bersiko, namun postur
kerja tubuh bagian kiri mendapat
skor 1 nilai action 1 yang dapat
diartikan tidak terdapat risiko yang
berarti.
2. Mahmud Metode Dengan metode Quality Function
Basuki, Selvia Quality Deployment perancangan alat
Aprilyanti, Function pemipil biji7jagung yang7mudah
Azhari, Erwin Deployment digunakan,aman, terjangkau,
tahun 2020 konstruksi alat yang kokoh, dan
ramah lingkungan. Persentase
HOQ bobot tertinggi nilai
ergonomis 100% dimensi 93%,
desain bentuk 87%, dimensi
disesuaikan tubuh manusia dengan
rata-rata berbentuk corong agar
jagung tidak berhamburan keluar.
3 Januvita Metode diperoleh rancangan rak piring
Mubarokah, Rasional multifungsi Dari hasil
tahun 2015 pengolahan7data dengan metode
yang7digunakan rasional, terpilih
alternatif dengan7skor tertinggi
dengan karakteristik teknis bahan
yang terpilih yaitu pintu rak, kaca,
tempat cuci piring,
stainless,7rangka7alumunium7dan
meja kompor; keramik.
4 Nugroho Metode dari hasil nilai importance VoC
Purwono, tahun Quality maka dapat mengetahui Customer
2013 Function Need bahwa alat bantu pengecekan
Deployment Fuse Box X dapat memiliki
kemampuan menyatukan OK / NG
agar dapat mengurangi defect /
rework, dengan tingkat
kepercayaan 95% menghasilkan
Z=104,72 , H071ditolak artinya
proporsi defect setelah
menggunakan alat bantu
pengecekan Fuse Box7X lebih kecil
dibandingkan7dengan7sebelumnya
didapatkan penurunan biaya
sebesar Rp.7173.768.000,-.
5 M. Khoirul Metode Berdasarkan hasil analisis, Untuk
Anwar, Jazuli, Rasional mendapatkan perancangan alat
Ratih pemotong kue yangko dengan
Setyaningrum menggunakan metode rasional.
(2017) Dari desain yang lama menunjukan
hasil yang kurang efektif sehingga
dibuat alat yang baru untuk
menunjukkan kinerja yan lebih
efektif dan dapat menghemat
waktu, tenaga, dan biaya sehigga
dapat terbilang lebih efisien.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika pernulisan dalam penelitian, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab7Pendahuluan berisi7latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, batasan masalah, manfaat, penelitian terdahulu serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab Tinjauan Pustaka ini berisi uraian teori yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan, definisi dari desain produk, setra

istilah-istilah yang digunakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab7Metodologi7Penelitian7berisi objek penelitian, metode dan

analisis, prosedur pengambilan data, metode analisis, dan rencana

pelaksanaan7penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi kumpulan data yang

diolah untuk analisis data, metode analisis, dan rencana istilah-istilah

pelaksanaan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab7penutup berisi7kesimpulan7dan saran7yang bermanfaat bagi

seluruh pihak yang bersangkutan dan masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desain Produk

Definisi dari produk memiliki sedikit kalimat yang berbeda menurut

pandangan dari beberapa ahli namun dengan maksud yang sama, pengertian7dari

produk adalah7kumpulan dari7atribut-atribut7yang nyata7ataupun tidak7nyata,

yang7di dalamnya termasuk kemasan, warna,7hingga kualitas,7serta merk.

Kemudian di tambah dengan jasa dan reputasi7penjualan (Stanton, 1995).

Produk7yaitu segala71sesuatu yang ditawarkan7oleh produsen untuk

diperhatikan,7diminta, dicari,7dibeli, digunakan atau7dikonsumsi pasar7sebagai

suatu pemenuhan7kebutuhan pasar yang7bersangkutan. Untuk7mencapai suatu

tujuan7organisasi melalui7pemenuhan kebutuhan7dan keinginan konsumen

dengan7kompetensi dan daya7beli pasar adalah sesuatu7pemahaman subyektif

dari7produsen mengenai7produk (Fandy Tjiptono, 1999).

Desain7adalah suatu kegiatan manusia7untuk menciptaka71lingkungan

khasanah perbedaan buatan yang diolah dari alam. Desain merupakan7bidang

keterampilan7pengetahuan dan71pengalaman manusia71yang menggambarkan

ketertarikan dengan7apresiasi danadaptasi lingkungannya ditinjau dari kebutuhan-

kebutuhan7kerohanian dan kebendaannya, arti nilai dan tujuan dari fenomena

buatan manusia (Acher, 1997).

Desain7produk adalah salah7satu unsur untuk7memajukan industry agar

produk hasil industry tersebut dapat diterima oleh7masyarakat karna produk

tersebut mempunyai kualitas yang baik, harga terjangkau, desain menarin, dan

mendapatkan jaminan lainnya (Bagas Prastyowibowo,1999).


2.2 Perancangan Produk

Menurut7(Ulrich,72001)7Perencanaan produk adalah7proses periodic

yang7mempertimbangkan protofolio dari7proyek pengembangan7produk7untuk

dijalankan. Rencana produk7mengidentifikasi portofolio7produk-produk yang

dikembangkan7oleh7organisasi7dan7waktu7pasar.

Selain7itu perusahaan juga dapat7melakukan proyek pengembangan

produk dengan7empat tipe.7Menurut (Ulrich,72001),7tipe pengembangan7produk

tersebut7adalah :

1) Platform7produk baru

Tipe7proyek ini melibatkan7usaha pengembangan7utama

untuk71merancang suatu keluarga71produk baru71berdasarkan

platform yang baru7dan umum. Keluarga7produk7yang baru kan

memasuki7kategori7pasar dan produk7yang sudah7dikenal.

2) Turunan dari7platform produk7yang telah ada.

Proyek-proyek7ini mungkin7hanya melibatkan penambahan atau

modifikasi7beberapa7detil

3) Peningkatan7perbaikan untuk produk7yang telah ada

4) Pada dasarnya produk baru

2.3 Konsep Alat Corong

Seperti yang kita ketahui bahwa alat corong adalah alat yang dapat

membantu untuk memasukan benda cair maupun padat kedalam suatu

wadah. Alat ini sangat berguna untuk membantu kebutuhan rumah tangga

maupun kebutuhan industri, namun saat ini alat corong yang seharus nya

dapat membantu untuk kebutuhan industri tidak dapat digunakan sebagai

mestinya, karena dimensi corong yang tidak sesuai dan dapat memberikan

kecacatan pada produk, seperti halnya yang dialami pada CV. Mina Indo
Sejahtera yaitu alat corong yang tidak kurang besar untuk memasukan ikan

gurame kedalam kemasan untuk produk yang akan dihasikan.

2.4 Metode Qualified Function Deployment

Basis landasan dari Qualified Function Deployment (QFD)

ditemukan oleh Professor Of Management Engineering Yoki Akao, dari

Tagawa University dengan dilakukan pengembangan pengalaman dan

praktek terhadap industri-industri yang terletak dijepang, oleh perusahaan

Mitsubishi pada tahun 1972. Konsep pada QFD adalah sebuah cara untuk

mendesain produk agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Berdasarkan

Cohen (1995), QFD adalah suatu metode dalam perencanaan produk yang

berstruktur serta merupakan suatu metode yang membantu tim pengembang

dalam suatu perusahaan agar dapat menjelaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen sehingga perusahaan dapat mengevaluasi kekurangan dan

kelebihan dari setiap produk dan jasa yang ditawarkan.

2.5.1 Keuntungan QFD

Pada7dasarnya QFD di7implementasikan untuk meminimalisir

biaya7yang dikeluarkan perusahaan. QFD dapat meminimalisir waktu

untuk pengembangan7produk. Hal-hal yang mempengaruhi kualitas produk

dan kepuasan7konsumen7dengan QFD sebagai berikut :

1) Meningkatkan kepuasan konsumen

2) Mengurangi waktu implementasi

3) Promosi kerja tim

4) Membuat dokumentasi

Dalam melihat dari respon7konsumen sebelumnya dan7berusaha

mengidentifikasikan permintaan yang sesuai dengan kebutuhan7dasar yang


dibandingkan71dengan informasi11yang kompetitif.11Semua competitor

dievaluasi7bersamaan dari7perspektif dan7teknis.

2.5.2 House of Quality

Alat7perencanaan7yang7digunakan7QFD7adalah7house7of7qualit

y. House of quality yang mengubah keinginan konsumen7menjadi

7permintaan,7desain7yang7memiliki7target7spesifik7yang7sesuai7dengan

kebutuhan agar perusahaan ingin mencapai target tersebut.

Komponen7matriks7House7of7Quality7dapat7dilihat7di7gambar

sebagai berikut :

Gambar 2.1 House of Quality

Sumber : Besterfield (2003)

1) Kebutuhan konsumen

Dibagian kiri7adalah daftar suara apa7saja yang

diinginkan11oleh konsumen. Dibagian kanan prioritas

kebutuhan7konsumen7atau matriks7perencanaan.

2) Deskripsi Teknis
Produk dengan tingkat kosistensi tinggi disediakan

melalui deskripsi teknis dan parameter.

3) Hubungan7antara7kebutuhan7konsumen dan deskrisi teknis

Bagian yang menghubungkan kebutuhan teknis dan

deskripsi teknis. skala nilai 9 diartikan untuk

hubungan7yang kuat, lalu nilai hubungan sedang 3,

dan7nilai 1 diartikan hubungan7lemah.

4) Hubungan7antar7deskripsi7teknis

Pada hubungan7antar7deskripsi teknis ini dapat

diidentifikasi7peklaksanaan desain dari11deskripsi teknis

yang7muncul. Desain tidak7dapat diletakkan dan7penting

untuk9diidentifikasi sehingga tujuan dari proyek dapat

menjadi7realistis.

5) Prioritas7kebutuhan7konsumen

Bagian7data7kuantitatif untuk keinginan7konsumen.

Dibandingkan7dengan produk kompetitor maka terdapat

nilai7kepuasan7konsumen yang berupa7grafik garis.

6) Bagian7prioritas7deskripsi7teknis

Terdapat tingkat kesulitan organisasi, arah

perbaikan, relatif, dan kepentingan absolut.

2.5.3 Pembuatan7House of7Quality

Menurut Ulrich7(2001), dalam pembuatan7matriks1houseof quality

berikut adalah langkah-langkahnya :

1) Membuat7daftar kebutuhan7konsumen
Kolom yang berisi daftar keinginan konsumen

dengan kata lain ekspektasi dari suatu7produk. Kolom

primer biasanya bersifat1umum, untuk detil yang akan

dimasukkan ke kolom sekunder. Sebagai contoh, jika pada

kolom sekunder didapat tertulis realibilitas, umur produk,

dan perawatan. Maka pada kolom primer tertulis dapat

diandalkan.

2) Membuat7daftar7deskripsi7teknis

Dalam tujuan7pembuatan house of7quality adalah

mendesain7atau mengubah7desain produk.

3) Mengembangkan hubungan antara7kebutuhan dan deskripsi

teknis

Matriks7hubungan digunakan untuk7menunjukkan

tingkat7pengaruh tiap7deskripsi teknis7dengan kebutuhan

konsumen.

4) Mengembangkan7matriks hubungan7antar deskripsi7teknis.

Bagian7atap yang merupakan7matriks korelasi yang

berguna untuk11mengidentifikasi hubungan11antar tiap

deskripsi7teknis.

5) Memperkirakan7persaingan

Perkiraan7persaingan adalah7tabel kepuasan yang

memperlihatkan persaingan11produk kompetitor11dengan

produk kita.
2.5.4 Proses QFD

Menurut Ulrich7(2001), proses7QFD dibagi dalam7empat fase

sepert yang dijelaskan pada 2.4.1 faktor yang mempengaruhi kualitas

produk kepuasan konsumen. Diagram7pertama di alur7diagram adalah

untuk fase perencanaan produk. Untuk setiap kebutuhan konsumen, untuk

menghasilkan tercapainya kebutuhan konsumen diperlukan ketetapan

kebutuhan desain. Diagram7berikutnya adalah pengembangan part.

Karakteristik7part7digunakan pada semua elemen yang bisa membantu

pengukuran perubahan kualitas. Diagram ini mengubah kebutuhan desain

menjadi7part7yang7detil.7Tahap7berikutnya7adalah7perencanaan7proses

7dan7selanjutnya7kebutuhan7produksi.

Gambar 2.2 Proses QFD

Sumber : Bestfield (2003)


Tahapan perencanaan proses merupakan tahapan yang dilakukan

saat membuat produk di lini produksi yang berupa perakitan produk

diliniproduksi.7Diikuti7dengan7perencanaan7produksi7yang7menyangkut

volume produksi.

2.5 Antropometri

Anthropometri7berasal dari7kata antropos dan7metricos. Antropos

berarti7manusia dan metricos berarti ukuran.7Anthropometri adalah

ukuran-ukuran tubuh manusia secara alamiah baik7dalam melakukan

aktivitas statis (ukuran sebenarnya) maupun7dinamis (disesuaikan dengan

pekerjaan) (Wignjosoebroto, 2003). Anthropometri adalah ilmu yang

berhubungan dengan pengukuran7dimensi dan karakteristik tubuh manusia

lainnya seperti volume, pusat7gravitasi dan massa segmen tubuh manusia.

Ukuran-ukuran tubuh manusia sangat bervariasi, bergantung pada umur,

jenis kelamin,7ras, pekerjaan7dan periode dari masa ke masa. Pengukuran

dimensi-dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang terpenting dari

anthropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan desain

berbagai7peralatan, mesin,7proses dan7tempat kerja (Harrianto,72008).

Dengan adanya data anthropometri, kita akan dapat mengetahui

ukuran yang presisi dan akurat untuk merancang suatu produk atau stasiun

kerja. Selain itu juga dapat mengetahui bagaimana desain yang tepat dan

ergonomis ketika akan dilakukan pembuatan sebuah produk.

2.6 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang akan7digunakan dari populasi7haruslah benar-benar

dapat mewakili populasi yang diteliti. Ada hukum statistika dalam


menentukan jumlah7sampel, yaitu semakin besar7jumlah sampel semakin

menggambarkan keadaan populasi yang ada (Sukardi, 2004).

Pada penelitian yang dilakukan, metode pengambilan sampel

menggunakan non probability sampling. Pengambilan jumlah sampel

dengan menggunakan metode ini memiliki 6 teknik, dimana setiap teknik

memiliki cara identifikasi sampel yang berbeda-beda. Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah judgemental sampling atau yang

disebut dengan purposive sampling. Teori lain menyebutkan, pemilihan

sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri

tertentu yang dipandang7mempunyai sangkut paut yang erat dengan

populasi yang sudah diketahui7(Margono, 2007). Dengan kata7lain, sampel

yang dipilih7disesuaikan dengan7kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan

berdasarkan7tujuan7penelitian.

Salah satu7metode yang digunakan7untuk menentukan jumlah sampel

adalah7menggunakan rumus7slovin, yaitu7dengan rumus sebagai berikut :

𝑛
𝑛≥
1 + 𝑁𝑒 2

Rumus 2.3 Rumus Slovin

Keterangan7:

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan
2.7 Pengujian Data

Penelitian Tugas Akhir ini mengolah data berupa hasil kuesioner dalam

metode Quality7Function7Deployment (QFD). Maka7dari7itu diperlukan

pengujian data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan pengolahan data.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan pada CV. Mina Indo Sejahtera yang memproduksi

berbagai macam daging olahan. System produksi yang digunakan perusahaan ini

adalah make to stock, dimana produk dibuat untuk memenuhi permintaan

konsumen, penelitian ini dilakukan dibagian proses memasukkan ikan kedalam

kemasan.

3.2 Tahapan Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan metode yang tepat. Metode dan

tahapan penelitian yang tepat akan digunakan sebagai dasar pedoman dalam

melakukan penelitian. Tahan penelitian dimulai dari observasi awal, identifikasi

masalah dan tujuan penelitian, pengumpulan data, pengujian data, pengelolah data,

analisis hasil, pembuatan alat bantu perancangan alat corong ikan, implemantasi

hasil hingga mendapatkan kesimpulan.


3.3 Alur Penelitian
Pada tahapan awal, dilakukan survei awal dan identifikasi masalah pada

subjek dan objek penelitian yang sudah ditentukan di CV. Mina Indo Sejahtera

kemudian merumuskan masalah yang menjadi fokus kajian, dan melakukan

pengumpulan data yang didapat dengan observasi dan wawancara. Dilanjutkan

pada tahap pengolahan data dengan metode rasional dan juga dengan metode

Quality Function Deployment, didapatkan hasil wawancara, riset lapangan berupa

kuesioner atau angket, serta pengumpulan data antropometri.

Dilanjutkan dengan tahapan perancangan alat, dan dilakukan pengujian alat

untuk mengevaluasi hasil rancangan alat apakah sudah memenuhi tingkat

efektivitas dan efisiensi yang dibutuhkan untuk menjadi solusi permasalahan yang

ada. Tahapan analisis dan kesimpulan, dilakukan analisis rancangan teknologi

tepat guna pengganti metode tradisional, serta evaluasi hasil implemantasi alat

yang menghasilkan kesimpulan dan saran pada akhir penelitian ini.

3.4 Jenis Data

Sumber data primer dari penelitian ini diambil dari studi lapangan,

wawancara dengan pekerja. Sedangkan sumber data sekunder diperolej dari

internet atau buku objek yang diteliti.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan

penelitian secara langsung di perusahaan CV. Mina Indo Sejahtera.

Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara mengamati

langsung aktifitas pekerja dilapangan. Khususnya pada proses

pengemasan.

Data yang diperlukan adalah:

a. Keluhan pekerja

b. Jumlah cacat produk


c. Dimensi kemasan ikan

d. Dimensi keseluruhan tubuh ikan

e. Dimensi alat corong

b. Data sekunder

Data7sekunder merupakan data yang7tidak diperoleh melalui

pengamatan atau pengukuran langsung terhadap objek yang diteliti

melainkan data yang meliputi gambaran besar tentang proses

pembuatan produk olahan daging ikan di CV. Mina Indo Sejahtera.

3.5 Sumber Data

a. Internal

Data yang diperoleh dari dalam perusahaan didapat dengan cara observasi dan

wawancara langsung dengan pihak yang berwenang dalam perusahaan

tersebut.

Data tersebut diperoleh dari :

1. Pembimbing lapangan

2. karyawan

b. Eksternal

Merupakan data yang di dapatkan dari luar perusahaan baik dari dokumen-

dokumen, buku, internet maupun informasi dari pihak lain.

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kumpulan dari beberapa cara yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi dan kebutuhan data yang dibutuhkan

untuk mendapatkan informasi dan kebutuhan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melakukan

pengamatan langsung dan wawancara.


3.5.1 Observasi

Teknik observasi atau pengamatan langsung ini merupakan teknik

yang meliputi pengamatan terhadap operator, identifikasi proses

pembuatan produk daging olahan dan cacat produk saat produksi.

3.5.2 Wawancara

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengadakan tanya

jawab langsung terhadap pihak-pihak yang berwenang di dalam

perusahaan guna mencari kemungkinan ditemukannya pemecah

permasalahan yang sesuai dengan bidang studi yang sedang dipelajari.

3.5.3 Data Anthropometri

Data antropometri digunakan sebagai perancangan ukuran pada

produk yang dibuat. Hal ini dilakukan agar produk yang dirancang menjadi

ergonomis untuk para penggunanya yang dapat berfungsi secara

maksimal. Sampel data antropometri yang ada diambil dari ukuran tubuh

orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Setelah didapatkan data-

data antropometri tersebut maka data tersebut digunakan untuk merancang

bentuk dan ukuran dari alat corong ikan.

3.7 Pengolahan Data Anthropometri

Untuk mengolah data Anthropometri pada penelitian ini akan dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perhitungan Dimensi Tubuh

Dalam perancangan alat ini digunakannya sampel dimensi tubuh pekerja

yang kemudian data tersebut masing-masing diolah untuk mencari jumlah (Σ),

standar deviasi (σ).

2. Uji Kecukupan Data

2
𝑘/𝑠√(𝑁 ∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)2
N’=[ ∑𝑋
] ....................................(3.1)
K = Tingkat kepercayaan

Apabila tingkat kepercayaan 99%, maka k = 2,58 ≈ 3

Apabila tingkat kepercayaan 95%, maka k = 1,96 ≈ 2

Apabila tingkat kepercayaan 68%, maka k ≈ 1

N = Jumlah semua data

s = derajat ketelitian

apabila N’ < N, maka data dinyatakan cukup

1. Uji Keseragaman Data

Batas Kontrol Atas/Batas Kontrol Bawah (BKA/BKB)

∑(𝑋̅−𝑋𝑖)2
standar deviasi = σ = [√ 𝑁−1
] ...............................(3.2)

2. Peta Kontrol

Peta kontrol adalah suatu alat yang digunakan dalam menguji keseragaman

data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Untuk membuat peta kontrol

dihitung rata-rata (mean), batas kontrol atas (BKA), batas kontrol bawah

(BKB), dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

3. Perhitungan Percentile

Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari

orang-orang yang memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut (Tayyari

& Smith 1997).

Persentil yang digunakan adalah P5 = 𝑥̅ - 1,645

P50 = 𝑥̅ .......................(3.3)

P95 = 𝑥̅ + 1,645

3.8 Pengolahan Data

Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah

dengan metode yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil alat corong ikan

yang diinginkan.
3.9 Pengolahan Data QFD

Pengolahan data dilakukan apabila data yang diperoleh sudah lengkap,

diantaranya adalah dimensi produk, dimensi tubuh ikan terbesar, dan dimensi alat

corong yang saat ini digunakan untuk menganalisa dimensi usulan alat dengan

menggunaka metode Rasional dan metode QFD. Dalam penelitian ini QFD akan

diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi Kebutuhan Konsumen

2. Penentuan Tingkat Kepentingan

3. Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen

4. Penentuan Nilai Target

5. Penentuan Resiko Perbaikan

6. Penentuan Titik Jual

7. Penentuan Raw Weight

8. Penentuan Normalized Raw Weight

9. Penyusunan Kepentingan Teknis

10. Penyusunan HOQ (House Of Quality)

3.10 Penyusunan House of Quality

House of Quality (HOQ) atau rumah kualitas ini memiliki 7 tahapan

dalam penyusunannya. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna dalam hal atribut produk.

2. Menentukan tingkat kepentingan masing-masing atribut produk.

3. Mengevaluasi atribut-atribut produk pesaing yang ada.

4. Menyusun hubungan matriks atribut terhadap karakteristik teknik.

5. Identifikasi hubungan antara karakteristik teknik dan atribut produk.

6. Identifikasi interaksi yang relevan antar karakteristik teknik.

7. Menetapkan target yang ingin dicapai untuk karakteristik teknik.


3.11 Perancangan Alat

setelah diketahui material produk, perhitungan ukuran yang sesuai

maka dilakukan perancangan dan pembuatan produk alat corong ikan.

Perancangan produk menggunakan software desain produk yaitu AutoCad.

Hasil rancangan ini digunakan sebagai acuan pembuatan alat corong ikan

yang akan diimplementasikan pada perusahaan CV. Mina Indo Sejahtera.

3.12 Implementasi Alat dan Hasil Analisa

Implementasi alat corong ikan yang telah dirancang pada CV. Mina

Indo Sejahtera, akan menghasilkan perbandingan7jumlah produk cacat

yang terdapat pada7produksinya, serta hasil7alat dari kepraktisan, bersih,

dan mudah digunakan. Kemudian, hasil perbandingan itulah yang

selanjutnya7dilakukan7analisis7dari7alat7yang7telah7dibuat.

3.13 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan dari pengolahan data, analisa serta pembahasan dapat ditarik

beberapa kesimpulan yang merupakan bagian akhir dari penelitian. Pada tahap ini

juga disertai dengan pengajuan saran yang berhubungan dengan penelitian ini,

sehingga diharapkan dapat menjadi sebuah masukan yang ditunjukkan bagi

perusahaan dan bagi penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai