P6 Dan P7 - KARAKTERISASI MATERIAL NANOSTRUKTUR
P6 Dan P7 - KARAKTERISASI MATERIAL NANOSTRUKTUR
MATERIAL
NANOSTRUKTUR
Kuliah 6 & 7_Tuty Emilia Agustina
4.1 Scanning Elektron Microscopy
(SEM)
SEM adalah
salah satu jenis
mikroskop
elektron yang
menggunakan
berkas
elektron untuk
menggambar
profil permukaan
benda
Contoh Peralatan SEM
Prinsip kerja SEM adalah
menembakkan
permukaan benda dengan
berkas elektron bernergi
tinggi seperti diilustrasikan
pada gambar.
Dasar pemikiran
metode tersebut
cukup sederhana.
Jika material disinari
dengan gelombang
elektromagnetik
maka foton akan
diserap oleh
elektron dalam
material. Setelah
menyerap foton,
elektron akan
berusaha meloncat
ke tingkat energi
yang lebih tinggi.
• Berikut ilustrasi pita energi yang dimiliki material, khususnya
bahan semikonduktor. Jika elektron yang menyerap foton
mula-mula berada pada puncak pita valensi maka tingkat
energi terdekat yang dapat diloncati elektron adalah dasar
pita konduksi. Jarak ke dua tingkat energi tersebut sama
dengan lebar celah pita energi.
Gambar pita valensi, pita konduksi, dan celah energi bahan semikonduktor yang
digambar secara skematik (kiri) dan digambar dalam diagram energi-bilangan
gelombang (kanan)
Jika energi foton yang diberikan kurang dari lebar celah
pita energi maka elektron tidak sangggup meloncat ke
pita valensi. Elektron tetap berada pada pita valensi.
Dalam keadaan ini dikatakan elektron tidak menyerap
foton. Radiasi yang diberikan pada material diteruskan
melewati material (transmisi). Elektron baru akan
meloncat ke pita konduksi hanya jika energi foton yang
diberikan lebih besar daripada lebar celah pita energi.
Elektron menyerap energi foton tersebut. Dalam hal ini
kita katakan terjadi absorpsi gelombang oleh material.
Ketika kita mengubah-ubah frekuensi gelombang
elektromagnetik yang dijatuhkan ke material maka
energi gelombang di mana mulai terjadi penyerapan
oleh material bersesuaian dengan lebar celah pita
energi material.
Jika semikonduktor diradiase dengan EM dengan energi foton kurang dari lebar
celah energi maka elektron tidak sanggup meloncat ke pita konduksi (kiri).
Elektron dapat mencapai pita konduksi jika material diradiasi dengan gelombang
EM dengan energi foton lebih besar daripada lebar celah energi.
• Lebar celah pita energi semikonduktor umumnya lebih
dari 1 eV. Energi sebesar ini bersesuaian dengan panjang
gelombang dari cahaya tampak ke ultraviolet. Oleh sebab
itu pengamatan lebar celah pita energi semikonduktor
dilakukan dengan spektroskop UV-Vis.
4.5 Metode Scherrer
• TEM adalah alat yang sangat mahal, baik dari segi harga,
biaya operasional, maupun pemeliharaan. Bagaimana
kita menentukan ukuran partikel nano jika TEM tidak
tersedia?
• Ketiadaan TEM tidak menghalangi kita untuk menentukan
ukuran partikel nano meskipun dengan pendekatan yang
tidak terlalu akurat. Metode yang sering digunakan orang
sebagai alternatif adalah metode Scherrer. Ukuran
kristallin ditentukan berdasarkan pelebaran puncak
difraksi sinar-X yang muncul. Gambar berikut adalah
contoh instrumen difraksi sinar-X.
Gambar Contoh peralatan difraksi sinar-X
Metode ini sebenarnya memprediksi ukuran kristallin dalam
material, bukan ukuran partikel. Jika satu partikel mengandung
sejumlah kritallites yang kecil-kecil, seperti diilustrasikan pada
Gambar (a), maka informasi yang diberikan metode Schrerrer
adalah ukuran kristallin tersebut, bukan ukuran partikel. Untuk
partikel berukuran nanometer, biasanya satu partikel hanya
mengandung satu kristallites, seperti diilustrasikan pada Gambar
(b). Dengan demikian, ukuran kristallinitas yang diprediksi
dengan metode Schreer juga merupakan ukuran partikel.
Fitting Lorentzian
untuk puncak
difraksi sekitar
sudut antara 28,0o
hingga 30,5o
• Yang terpenting bagi kita adalah data lokasi puncak dan lebar
puncak difraksi karena dapat tersebut yang akan digunakan
untuk memprediksi ukuran kristalling dengan menggunakan
persamaan Schreerer. Karena sumbu datar adalah sudut
dinyatakan dalam 2θ maka yang digunakan sebagai B adalah
setengahnya yaitu B = 0,72371o/2 = 0,361855o =
0,361855×π/180 rad = 0,006312 rad. Panjang gelombang
sinar-X yang digunakan dalam eksperimen adalah 0,1540598
nm. Dengan dmikian, perkiraan ukuran kristallin adalah
4.6 Metode BET
• Teori BET diperkenalkan tahun 1938 oleh Stephen
Brunauer, Paul Hugh Emmett, dan Edward Teller. BET
adalah singkatan dari nama ketiga ilmuwan tersebut.
Teori ini menjelaskan fenomena adsorpsi molekul gas di
permukaan zat padat (melekatnya molekul gas di
permukaan zat padat). Kuantitas molekul gas yang
diadsorsi sangat bergantung pada luas permukaan yang
dimiliki zat pada tersebut. Dengan demikian, secara tidak
langsung teori ini dapat dipergunakan untuk menentukan
luas permukaan zat padat.
• Jika zat padat berupa partikel-partikel maka luas
permukaan untuk zat padat dengan massa tertentu makin
besar jika ukuran partikel makuin kecil. Dengan
mendefinisikan luas permukaan spesifik sebagai
perbandingan luas total pemukaan zat padat terhadap
massanya maka luas permukaan spesifik makin besr jika
ukuran partikel makin kecil. Metode BET memberikan
informasi tentang luas permukaan spesifik zat padat.
Dengan demikian metode ini dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran rata-rata partikel zat padat. Untuk
material berpori, luas permukaan spesifik ditentukan oleh
porositas zat padat. Dengan demikian metode BET juga
dapat digunakan untuk menentukan porositas zat padat.
• Landasan utama teori BET adalah (a) molekul dapat
teradsoprsi pada permukaan zat padat hingga beberapa
lapis. Teori ini lebih umum dari teori adsorpsi satu lapis
molekul dari Langmuir. (b) Juga dianggap bahwa tidak
ada interaksi antar molekul gas yang teradsorpsi pada
permukaan zat padat.(c) Lalu, teori adsorpsi satu lapis
dari Langmuir dapat diterapkan untuk masing-masing
lapis gas. Dengan asumsi di atas, BET mendapatkan
persamaan umum yang menerangkan keadaan molekul
yang teradsorpsi pada permukaan zat padat sebagai
berikut :
A
B
• Plot BET adalah kurva dengan sumbu datar P/P dan
sumbu tegak 1/υ[(P /P)-1]. Kurva tersebut berbentuk garis
lurus seperti pada gambar di bawah.
• Dengan memperhatikan persamaan A, maka kemiringan
kurva sama dengan (c-1)/υmc, dan titik potong kurva
dengan sumbe tegak sama dengan 1/υmc. Dari dua nilai
tersebut kita dapat menentukan c dan υm.