Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 1
1. ABDUL MAJID
2. ADELINA FRISCHA SAPUTRI
3. AHMAD SAUFI
4. ANDIRA MAWARDANI
5. ANGELIKA RAYYANA PUTRI
6. ANIDA
7. ANNISA AURELLIE ANANDA POETRI
8. DIFA ZIAULHAQ FITRA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS PERTANIAN
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
2021/2022
KONSEP TUHAN DALAM PANDANGAN PARA AHLI
A. Konsep Tuhan Dalam Pandangan Aristoteles
Aristoteles beranggapan bahwa Tuhan adalah penggerak alam.
Dalam Teori actus potensi, alam merupakan objek yang mempunyai
potensi dalam Melaksanakan perubahan. Perubahan Tersebut
maksudnya merupakan Tujuan. Dengan istilah lain, alam mempunyai
potensi dalam merealisasikan dirinya sesuai dengan tujuannya. Tujuan
dari semua objek yang ada pada alam semesta yaitu actus purus, Yaitu
Tuhan. Sedangkan dalam pendapat Harun Nasution yang dikemukakan
oleh Arestoteles Tuhan merupakan penggerak Pertama. Pendapat
Aristoteles, Tuhan berdiri Sendiri, tidak beranak, tidak akan Berubah,
tidak pernah berakhir, dan Bersifat kekal. Tuhan merupakan Penyebab
dari segala benda menjadi Bertujuan, akan tetapi bukan Sebagai
efficient cause, melainkan final Cause.

B. Konsep Tuhan Dalam Pandangan Al-Kindi


Tuhan dalam pandangan Al-kindi yang dipahami atau analisa
oleh Harun Nasution yaitu pencipta bukan penggerak Pertama seperti
yang dikemukakan oleh Arestoteles. Sedangkan pemahaman Tuhan
dalam Filsafat Al-Kindi tampak pada tulisannya yang diberikan sebagai
Hadiah kepada Ahmad bin Al Mu’tashim Billah berkaitan pada
filasafat pertama. Kesimpulan risalah/tulisan tersebut, Al-Kindi
mengungkapkan Dialah Yang pertama, pencipta yang menguasai
semua Makhluknya, Tuhan ialah yang menjadikan langit dan bumi
beserta Isinya, suatu yang lepas dari kekuasaannya yaitu durhaka dan
pasti hancur.

C. Kesimpulan
Di dalam filsafat ketuhanan pada pandangan Arestoteles
menyatakan bahwa seluruh kenyataan bergerak antara dua kutub
abstrak yaitu materi yang tak berbentuk dan forma yang tak bermateri.
Di sinilah yang bisa disebut Tuhan. Tuhan tersebut bukan bentuknya
materi, tetapi realitas saja. Ia juga roh murni (nous); Pikiran semata. Ia
tidak dapat memikirkan Dunia; hanya memikirkan dirinya sendiri. Dan
dia puas dengan dirinya sendiri, Tidak mempunyai korelasi sedkitpun
pada Dunia. Aristoteles sedikitpun tidak Mengenal Tuhan yang
menjadikan langit Dan bumi. Tuhannya merupakan Tuhan Para filosuf
dan bukan Tuhannya para Nabi. Sedangkan Al-Kindi, mengungkapkan
bahwa Tuhan merupakan wujud yang sesungguhnya, bukan berasal dari
sesuatu tidak ada menjadi ada. Allah tidak mungkin tidak ada dan
selamanya ada dan akan tetap selalu ada. Allah merupakan wujud yang
sempurna dan tidak didahului wujud lain.

KONSEP KETUHANAN DALAM AJARAN ISLAM


A. Tuhan dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang
diesakan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (Al-
Jatsiiyah): 23, yaitu “ Maka pernahkah kamu melihat orang yag
menjadikan hawa nafsunya sabagai Tuhan…?”
Tuhan ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara
luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-
harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau
kerugian.

B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


Kepercayaan pada adanya Tuhan adalah dasar yang utama sekali
dalam faham keagamaan. Konsep tentang tuhan berbagai rupa, yaitu:

1. Pemikiran Barat
Teori Ketuhanan dalam pemikiran barat berangkat dari teori
Evolusionisme yang pada awal mulanya dikemukakan oleh Max
Muller, EB. Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens.
Menurut teori ini konsep Ketuhanan berangkat dari kepercayaan,
sebagai berikut :
a. Dinamisme
b. Animisme
c. Polietisme
d. Henoteisme
e. Monoteisme

2. Pemikiran Umat Islam


Dalam Keyakinan Umat Islam bahwa yang wajib disembah dan
dipertuhankan adalah Allah SWT, tiada lain selain Dia.
Permasalahan muncul diseputar cara manusia mengetahui adanya
Tuhan dan keberadaan sifat –sifat Tuhan. Permasalahan ini
dalam perkembangan selanjutnya melahirkan kajian keagamaan
tersendiri, seperti yang kita kenal adanya Ilmu Tauhid atau Ilmu
Kalam.

C. Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu


Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas
pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan
pernah benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga
informasi tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun
dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak
akan benar.
Tuhan yang haq dalam konsep Al-Quran adalah Allah . Hal ini
dinyatakan antara lain dalam surat-surat berikut yaitu:
• QS Ali Imran ayat 62
• QS Shad ayat 35 dan 65
• QS Muhammad ayat 19. Dalam al-quran diberitahukan
pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang diberikan kepada
Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga.
• QS Hud ayat 84 dan QS al-Maidah ayat 72.
• QS al-Ankabut ayat 46
• QS Thaha ayat 98
• QS Shad ayat 4

D. Dalil-Dalil Pembuktian Eksistensi Tuhan


Allah sebagai Tuhan memiliki wujud yang tidak terbatas, maka
hakikat diri-Nya tidak akan pernah dicapai, namun pemahaman Allah
dapat dijangkau sehingga kita dapat mengenal-Nya, melalui jejak dan
tanda-tanda yang tak terhingga jumlahnya. Mengenai hal tersebut,
Imam `Ali menjelaskan bahwa “ Allah tidak memberitahu akal
bagaimana cara menjangkau sifat-sifat-Nya, tapi pada saat yang sama
tidak menghalangi akal untuk mengetahui-Nya.”

MENGENAL ALLAH MELALUI SIFAT-SIFATNYA

SIFAT WAJIB BAGI ALLAH

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat
Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq, dzat
yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat -sifat yang
dimiliki oleh makhluk-Nya.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal ( wajib
aqli) dan berdasarkan dalil naqli ( Al Qur’an dan Hadits).

Sifat-sifat yang wajib dan sifat mustahil masing- masing ada 20


sifat yang terbagi dalam 4 sifat global.

a. Sifat Nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah SWT
wujud (pasti adanya) artinya tuhan ada, mustahil ia tidak ada.
Bukti atas adanya tuhan ialah adanya alam ini, kalau tuhan yag
menjadikan alam ini tidak ada tentulah alam ini juga tidak akan
ada.

Artinya : ”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah


menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia beristawa di
atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah,
Tuhan semesta alam”.( Al-A’râf: 54)

b. Sifat salbiyah yaitu sifat yang menolak segala sifat-sifat yang


tidak layak dan patut bagi Allah SWT, sebab Allah Maha
sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat
salbiyah Allah adalah :
1) Qidam (terdahulu) Artinya, bahwa Allah tidak ada
permulaan bagi Nya dan wujud Allah tidak didahului
sifatNya.

Artinya : “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan
Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al
Hadid:3)
2) Baqo’ (kekal) adalah sifat yang wajib adanya
didalam zat Allah. Artinya, bahwa Allah tidak ada
akhir bagi Nya (kekal). Lawan dari sifat baqo’
adalah fana’ (binasa). Jika adalah Allah itu baharu
niscaya akan berakhir , tersirnalah sifat qidam dan
wujudnya Allah dan ini adalah mustahil pada dzat
Allah taala.

Artinya : ”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-


Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.” (al-Qashash: 88)

3) Mukholafatuhu lil hawadis (tidak menyerupai


makhlukNya) artinya tidak menyerupai makhluk.
Maka, sifat ketidaksamaan Allah dengan makhluk
merupakan suatu ibarat mengenai hilangnya sifat
jism, sifat benda, sifat kulli (keseluruhan), sifat juz’I
(sebagian) dan beberapa hal yang menetap pada
Allah taala. Apabila terlintas dalm hati kata-kata
bahwa : kalaulah Allah itu tidak merupakan jism,
benda, mempunyai bagian, maka bagaimana pula
hakikat Allah ? maka jawabannya adalah :”tidak ada
yang mampu mengerti akan hakikat Allah, kecuali
Allah sendiri. Sebagai mana yang ditegaskan didalam
al-quran :

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah
yang maha mendengar lagi maha melihat.” (Asy syura:11)

4) Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri). Arti sifat ini


dijelaskan melalui dua perkara.
1. Bahwa Allah tidak membutuhkan ruang yang akan
ditempati.
2. Allah tidak membutuhkan ketentuan (aturan -
aturan). Lawan dari sifat ini adalah bahwa Allah
bersifat qiyamu lighoirihi (berdiri dengan selainnya)
artinya Allah membutuhkan ruang dan ketentuan.
Apabila Allah mempunyai sifat seperti ini, maka
sudah pastilah Allah tidak mempunyai sifat ma’ani
dan ma’nawi yang wajib ada bagi Allah.

Artinya : ”Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Kaya


(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (al-Ankabut : 6)

5) Wahdaniyah (esa). Wajib bagi Allah bersifat


wahdaniyah dalam 3 perkara:
1. Wahdaniyah dalam sifat
2. Wahdaniyah dalam dzat
3. Wahdaniyah dalam af’al (perbuatan)

Dengan sifat wahdaniyah ini, maka akan menolak pada kam


yang lima :
1. “Kam Muttasil” didalam dzat, ialah tersusunnya Allah dari beberapa
bagian.
2. “Kam Munfasil” didalam dzat, ialah bilangan yang sekiranya
terdapat tuhan kedua dan seterusnya. (point 1 dan 2 tertolak oleh sifat
tunggal dzat)
3. “Kam muttashil” didalam sifat, ialah bilangan bagi sifat Allah
dalam satu jenis seperti sifat qudrat dan sebagainya.
4. “Kam Munfasil” didalam sifat, ialah bila selain Allah mempunyai
sifat yang menyerupai sifat Allah. Seperti zaid mempunyai sifat kuasa,
dimana dengan sifat ini ia bisa mewujudkan atau meniadakan sesuatu.
Dan sifat2 yang lain seperti iradat dan ilmu. Kedua poin ini juga
ternafikan oleh tinggalnya sifat Allah.
5. “Kam Munfasil” dalam perbuatan, ialah apa yang dinisbatkan
kepada selain Allah dengan jalan mencari dan meilih atau bekerja dan
berusaha. Dan kam ini tertolak oleh sifat tunggal Allah didalam Af’al.
Artinya : “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci
Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (al -
Anbiya’: 22).

c. Sifat Ma’ani yaitu sifat yang pasti ada pada Dzat Allah SWT,
yang termasuk sifat ma’ani adalah :
1) Qudrat. Wajib bagi Allah mempunyai sifat qudrah.
Dan sifat ini merupakan aplikasi dari sifat wujud
yang telah dahulu dan selalu menetap pada dzat
Allah. Dengan sifat qudrat ini, Allah akan
mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu
kemungkinan yang sesuai dengan kehendakNya.
Sifat qudrat mempunyai tujuh ta’alluq
(kebergantungan), yaitu :

1. Ta’alluq shuluhi qadim (kebergantungan yang bersifat lazim


dizaman dahulu), yaitu lazim memiliki sifat qudrat dizaman dahulu
yang mewujudkan dan atau meniadakan sesuatu pada saat hal itu
mungkin adanya.
2. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan yang
sebelumnya tidak ada.
3. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan meniadakan kemungkinan setelah
wujudnya kemungkinan tersebut.
4. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan mewujudkan kemungkinan, seperti
kebangkitan dari kubur.

Dan tiga ta’alluq qabdliah (kebergantungan yang ada dalam


genggaman Allah),yaitu :

1. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya perkara yang


meungkin tetap tidak ada atau pada saat ada kemungkinan untuk
wujud dan sebelum wujudnya.
2. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya wujud yang
mungkin, setelah tidak adanya.
3. Ta’alluqnya sifat qudrat dengan berlangsungnya kemungkian tidak
berwujud setelah wujudnya. Artinya, kemungkinan itu ada kemudian
tidak ada.
Artinya : ”Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah
baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa.” (al-Fatir: 44).

2) Irodat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat
(berkehendak). Dengan sifat ini Allah menentukan
perkara yang mungkin dengan sifat iradat itu, dalam
arti sebagian perkara yang mungkin wujudnya.
Adakalanya Allah mewujudkan atau meniadakan
sesuatu sesuai dengan iradatnya.

Artinya : ” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila


Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun
(jadilah)”, maka jadilah ia.” (an-Nahl: 40)

3) Ilmu yaitu sifat yang telah ada dan terdahulu serta


menetap pada dzat Allah. Dengan sifat ilmu ini,
Allah mengetahui sifat sifat yang wajib, mungkin,
dan yang mustahil adanya dengan segala macam
rincian yang terliput oleh Nya. Oleh karena itu pula
Allah mengetahui secara rinci pula mengetahui
sesuatu dan tidak terbatas, seperti kesempurnaan
sifat Nya mengatur nafas seluruh penghuni surga.
Adapun ta’alluq sifat ilmu hanya satu, yaitu ta’alluq
dengan pelksanaan yang terdahulu. Dengan
demikian, Allah mengetahui semua maklumat yang
meliputi apa saja yang berlaku/ berjalan dimuka
bumi sampai diatas langit.dan sekecil apapun dari
yang melata dimuka bumi dan langit tidak akan
terlepas dari pengetahuanNya
Artinya : “Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59]

4) Hayat atau hidup. Hidup disini terdapat pada zat


Allah dan tidak disertai ruh seperti makhluk. Lawan
dari sifat ini adalah maut (mati). Rasa kantuk
ataupun tidur tidak akan ada pada Allah, begitu pula
dengan kerusakan ataupun kematian.

Artinya : ”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak


disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-
apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-
Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (al-Baqarah:
255)
5) Sama’ dan bashor. Wajib bagi Allah mempunyai sifat
sama’ dan bashor (mendengar dan melihat). Kedua
sifat ini adalah sifat yang dahulu dan menetap pada
dzat Allah. Dengan kedua sifat ini, maka akan
menjadi jelas semua yang ada, baik berbentuk zat,
suara, warna dan lainnya.
Ta’alluq sifat sama’ dan bashor ada tiga, yaitu :
1. Ta’alluq yang bersifat pelaksanaan yaitu hubungan
sifat sama’dan bashor dengan dzat dan sifat Allah.
2. Ta’alluq yang bersifat perencanaan yaitu
hubungan sifat sama’dan bashor dengan kita sebelum
kita ada.
3. Ta’alluq yang bersifat pelaksanaan yaitu hubungan
sifat sama’ dan bashor dengan kita setelah kita ada.
Jadi hubungan sifat sama’ dan bashor hanyalah satu,
sedangkan sifat adalah banyak dan hakikat-hakikat
sama’ dan bashorpun berbeda-beda.

Artinya : “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku


beserta kamu berdua, Aku Maha mendengar dan Maha melihat”.
(Thaha: 46).

Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan


Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (asy-syura:
11).

6) Kalam (berbicara). Kalam Allah bukan dengan huruf


dan tidak pula dengan suara. Teetapi Allah sendiri
yang berkuasa mengucapkannya.
Artinya : ”…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”.
(An-Nisâ: 164).

d. Sifat Ma`nawiyah adalah sifat-sifat yang melazimi dari sifat


Ma`ani, dengan kata lain sifat Ma`nawiyah adalah sifat yang
wujud disebabkan adanya sifat Ma`ani, seperti Allah memiliki
sifat kuasa, maka lazimlah Allah itu keadaannya Kuasa. Yang
termasuk sifat ma’nawiyah adalah sebagai berikut :

1. Qadiran (maha Kuasa), adalah sifat yang selalu menetap pada


qudrat Allah. Lawan dari qadiran adalah ‘ajizan(sangat lemah).
2. Muridan (maha Berkehendak), adalah sifat yang melazimi sifat
iradat Allah. Lawan dari iradat adalah karihan (terpa ksa)
3. ’alimann (maha Mengetahui), yang melazimi sifat ‘ilmu Allah.
Lawan dari ‘aliman adalan jaahilan (bodoh).
4. Hayyan (maha hidup), yang melazimi sifat haayat Allah. Lawan dari
hayyan adalah mayyitan (mati).
5. Sami’an (maha mendengar), yang melazimi sifat sama’ Allah.
Lawan dari sami’an adalah a’ma (tuli)
6. Bashiran (maha melihat), yang melazimi sifat bashor Allah. Lawan
dari bashiran adalah ashomma (buta)
7. Mutakliman (maha berbicara), yang melazimi sifat kalam Allah.
Lawan dari takliman adalah abkam (bisu).

SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH

Sifat mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT .

1. Al'Adam artinya tiada (bisa mati).Mustahil bagi Allah SWT.


mempunyai sifat ini karena Allah yang Maha Pencipta alam
semesta beserta seluruh isinya.Tidak mungkin alam semesta ini
ada jika ALLAH tiada.Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
pada surah An-Nahl/16 Ayat 3

َ ‫ض ب ِ ۡال‬
ِ‫ح ـق‬ َ ‫ت َو ۡاۡل َ ۡر‬ َ ؕ ‫ت َ ٰع ٰل ى عَ َّم ا ي ُ ۡش ِر كُ ۡو َن‬
َ َ‫خ ل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

"Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran.Maha


Tinggi ALLAH dari apa yang mereka persekutukan.(Q.S. An -Nahl/16
Ayat 3).

2. Hudus artinya baru. Mustahil bagi Allah SWT. bersifat hudus


karena Allah itu ada sebelum makhluk dan alam semesta
diciptakan-Nya.Tidak mungkin alam semesta ada jika tidak ada
penciptanya, maka dari itu sifat ini mustahil bagi Allah SWT.

ِ ‫َو ه َُو ب ِ كُ لِ ش َۡى ء عَ لِ ۡي ٌم هُ َو ؕ ۡاۡل َ َّو ُل َو ۡاۡلٰ ِخ ُر َو ال ظَّ ا هِ ُر َو ۡال ب َ ا‬


‫ط ُن‬

Artinya :" Dialah Yang Awal Yang Akhir Yang Zahir dan Yang Batin;
dan dia Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.(Q.S. Al Hadid ayat 3).

3. Fana artinya tidak kekal.Sifat ini mustahil bagi Allah SWT.


Sebab Allah Sang Maha Pencipta yang selalu kekal, tidak ada
awal dan tidak ada akhirnya.

‫اۡل ۡك َر ا ِم‬ َ ‫ك ذ ُو ۡال‬


ِ ۡ ‫ج ٰل ِل َو‬ َ ِ ‫َّو ي َ ۡب ٰق ى ؕ َو ۡج ه ُ َر ب‬

Artinya :" Tetapi wajah tuhanmu yang memiliki kebesaran dan


kemuliaan tetap kekal.(Q.S. Ar Rahman ayat 27).

4. Mumassalatu lil Hawadis artinya Allah serupa dengan makhluk-


Nya. Hal ini dapat dilihat bahwa Allah sangat berbeda dengan
makhluk dan ciptaan-Nya baik zat, sifat, maupun perbuatannya.
Tidak ada satupun yang dapat menyerupai-Nya, maka dari itu
sifat Mumassalatu lil Hawadis mustahil bagi Allah SWT.

َ َ ‫َو لَ ۡم ي َ كُ ۡن لَّ ه كُ ف ُ ًو ا ا‬
ٌ‫ح د‬

Artinya: "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia". (QS. Al -
Ikhlas: 4).

5. Muhtajun Ligairihi artinya berdiri dengan yang lain. Allah sekali


kali tidak membutuhkan bantuan apapun dan siapapun karena
Allah Maha Sempurna dan Maha Berdiri Sendiri. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT.

‫ّللا َ لَ ـ غ َن ِ ى عَ ِن ۡال ٰع لَ ِم ۡي َن‬


ٰ ‫ج ا ِه د ُ ِل ن َۡف ِس ه اِ َّن‬ َ ‫َو َم ۡن‬
َ ُ ‫ج ا هَ د َ ف َ اِ ن َّ َم ا ي‬
Artinya: "Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari seluruh alam". (QS. Al-Ankabut: 6).

6. Ta‘addud artinya berbilang. Mustahil sifat ini bagi Allah sebab,


Allah Yang Maha Esa hanya satu atau tunggal tidak ada yang
lain selain Allah SWT. Dalam surah Al-Ikhlas ayat 1 - 4 yang
artinya :" Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang.
7. 'Ajzun artinya lemah. Sifat ini tidak mungkin bagi Allah SWT.
Yang Maha Berkuasa. Bahkan tidak ada satu pun yang dapat
melemahkan kekuasaan Allah. Sebaliknya semua ciptaan-Nya
lah yang selalu bergantung dan memohon pertolongan kepada
Allah.

‫ض ا َء لَ هُ م َّم شَو ا ف ِ ي هِ َو إِ ذ َ ا أ َظ لَ مَ عَ لَ ي ِه م ق َ ا ُم وا َو لَ و‬
َ َ ‫ص َر ه ُم كُ لَّ َم ا أ‬ َ ٰ ‫ف أ َب‬
ُ َ‫ق ي َ خ ط‬
ُ ‫ي َ كَا د ُ ٱ ل ب َ ر‬
‫ل شَى ء ق َ ِد ي ٌر‬ ِ ُ‫صَ ِر هِم إِ َّن ٱّللَّ َ عَ لَ ٰى ك‬ ٰ ‫ب ب ِ سَ م ِع ِه م َو أ َب‬َ َ‫شَا ءَ ٱّللَّ ُ لَ ذ َ ه‬
Artinya: "Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka.
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar
itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah
menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."(QS. Al -
Baqarah ayat 20).

8. Karahah artinya terpaksa. Allah SWT. tidak mungkin bersifat


karahah namun sebaliknya, Allah Maha Berkehendak atas segala
kekuasaan-Nya. Jika Allah SWT. mengkehendaki sesuatu maka
tidak ada yang dapat mencegahnya.

ُ ‫ك ف َ ع َّ ا ٌل ل ِ َم ا ي ُِر ي د‬
َ َّ ‫ك إِ َّن َر ب‬ ُ ‫ت َو ٱْل َر‬
َ ُّ ‫ض إِ َّۡل َم ا شَا َء َر ب‬ ُ ‫ت ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو‬ َٰ
ِ ‫خ لِ ِد ي َن ف ِ ي َه ا َم ا د َ ا َم‬

Artinya: "Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,


kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki." (QS.
Hud: 107).

9. Jahlun artinya bodoh. Sifat jahlun ini mustahil bagi Allah SWT.
Allah Yang Maha Mengetahui isi bumi dan langit baik yang
tampak maupun yang tidak tampak.

‫ح ب ِل ٱ ل َو ِر ي ِد‬ ُ ‫س ب ِ هِۦ ن َف سُ ه ُۥ َو ن َح ُن أ َق َر‬


َ ‫ب إِ لَ ي هِ ِم ن‬ ُ ‫ْل ن ٰسَ َن َو ن َع لَ مُ َم ا ت ُ َو س ِو‬
ِ ‫خ لَ ق ن َا ٱ‬
َ ‫َو لَ ق َ د‬

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan


mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya." (QS. Qaf: 16).

10. Mautun, Tidak seperti makhluk ciptaan-Nya, Allah SWT.


Maha Hidup dan tidak dapat mati. Maka mustahil bagi Allah
mempunyai sifat mautun.
‫خ ل ف َ هُ م َو َۡل ي ُِح ي طُ و َن ب ِ شَى ء ِم ن ِع ل ِم هِۦ إِ َّۡل‬ َ ‫ب ِ إ ِذ ن ِ هِۦ ي َ ع لَ مُ َم ا ب َ ي َن أ َي ِد ي ِه م َو َم ا‬ ‫ي َ ش ف َ ُع ِع ن د َ ه ُۥ إِ َّۡل‬
ُ‫ظ ي م‬ ِ َ‫ى ٱل ع‬ ُّ ِ‫ض َو َۡل ي َ ـ ُٔو د ُ ه ُۥ ِح ف ظُ هُ َم ا َو ه َُو ٱ ل ع َ ل‬ َ ‫ت َو ٱْل َر‬ ِ ‫َو ِس َع كُ ر ِس ي ُّ ه ُ ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو‬ َ‫ب ِ َم ا شَا ء‬
Artinya: "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi
Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa -apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al-Baqarah:
255).

11. Shamamun artinya tuli atau tidak mendengar. Sifat ini


tidak sesuai dengan sifat Allah Yang Maha Mendengar. Segala
sesesuatu tidak ada yang luput dari pendengaran-Nya sekalipun
hanya berbisik-bisik di hati, Allah SWT mampu mendengar
apapun yang tidak dapat didengar manusia/makhluk-Nya.

‫ج ا ي َ ذ َر ُؤ كُ م‬ ً ‫ج ا َو ِم َن ٱْل َن ٰع َ ِم أ َز ٰ َو‬
ً ‫ج ع َ َل لَ كُ م ِم ن أ َن ف ُ ِس كُ م أ َز ٰ َو‬ ِ ‫ت َو ٱْل َر‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ط ُر ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو‬
ِ ‫فَا‬
‫ص ي ُر‬ ِ َ ‫س كَ ِم ث لِ هِۦ شَى ءٌ َو ه َُو ٱ لسَّ ِم ي ُع ٱ ل ب‬ َ ‫ف ِ ي هِ لَ ي‬
Artinya: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu
dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang
ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang
biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia,
dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (QS. Asy-Syura: 11).

12. Umyun artinya buta. Allah tidak buta, Allah Maha Melihat
segala sesuatu apa yang dilakukan hamba/makhluk-Nya. Maka
mustahi sifat umyun bagi Allah Yang Maha Melihat dan Maha
Mengawasi apa yang terjadi di alam semesta.

‫ص ي ٌر ب ِ َم ا ت َع َم ل ُو َن‬ ِ ‫ت َو ٱْل َر‬


ِ َ ‫ض َو ٱّللَّ ُ ب‬ َ ‫إِ َّن ٱّللَّ َ ي َ ع لَ مُ غَي‬
ِ ‫ب ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit


dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS.
Al-Hujurat: 18).

13. Bukmun artinya bisu. Sifat mustahil satu ini tidak mungkin
dimiliki Allah SWT karena Allah selalu berfirman yang
firmannya menjadi tuntunan/petunjuk bagi umat manusia. Jika
Allah bisu maka tidak mungkin Allah menurunkan wahyu
kepada Nabi dan Rasul-Nya.

َ ‫ج ا ءَ ُم و سَ ٰى لِ ِم ي ٰق َ ت ِ ن َا َو كَ لَّ َم ه ُۥ َر ب ُّ ه ُۥ ق َ ا َل َر ب ِ أ َ ِر ن ِ ى أ َن ظُ ر إِ لَ ي‬
‫ك‬ َ ‫َو لَ َّم ا‬
Artinya: "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada
waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung)
kepadanya." (QS. Al-A'raf: 143).

14. Ajizan artinya zat yang lemah. Allah SWT. bukanlah zat
yang lemah, sebab Dia lah Yang Maha Berkuasa atas segala
urusan di dunia ini.

‫أ َظ لَ مَ عَ لَ ي ِه م ق َ ا ُم وا َو لَ و‬ ‫صَ َر ه ُم كُ لَّ َم ا أ َضَ ا ءَ لَ هُ م َّم شَو ا ف ِ ي هِ َو إِ ذ َ ا‬ ٰ ‫ف أ َب‬


ُ َ‫ق ي َ خ ط‬
ُ ‫ي َ كَا د ُ ٱ ل ب َ ر‬
‫ل شَى ء ق َ ِد ي ٌر‬ ِ ُ‫ٱّللَّ َ عَ لَ ٰى ك‬ ‫ص ِر هِم إِ َّن‬ َ ٰ ‫ب ب ِ سَ م ِع ِه م َو أ َب‬
َ َ‫شَا َء ٱّللَّ ُ لَ ذ َ ه‬
Artinya: "Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka.
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar
itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah
menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu." (QS. Al -
Baqarah: 20).

15. Mukrihan artinya zat yang terpaksa. Allah dapat


melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya. Apapun yang
telah ditetapkan-Nya merupakan keputusan mutlak yang tidak
bisa di gugat. Maka mustahil bagi Allah bersifat Kaunuhu
mukrihan yang berarti terpaksa.

ُ ‫ك ف َ ع َّ ا ٌل ل ِ َم ا ي ُِر ي د‬
َ َّ ‫ك إِ َّن َر ب‬ ُ ‫ت َو ٱْل َر‬
َ ُّ ‫ض إِ َّۡل َم ا شَا َء َر ب‬ ُ ‫ت ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو‬ َٰ
ِ ‫خ لِ ِد ي َن ف ِ ي َه ا َم ا د َ ا َم‬

Artinya: "Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,


kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki." (QS.
Hud: 107).

16. Jahilan artinya zat yang bodoh. Segala Sumber ilmu yang
terdapat di dunia ini semua dari Allah SWT. maka mustahil
Allah bersifat Kaunuhu jahilan atau zat yang bodoh. Tidak ada
satu pun didunia ini yang tidak diketahui Allah termasuk hal-hal
yang tidak diketahui manusia sekalipun.

‫ف‬ ٌ ‫س لَ ه ُۥ َو لَ د ٌ َو لَ ه ُۥ أ ُخ‬
ُ ‫ت ف َ لَ َه ا ن ِ ص‬ َ ‫ك لَ ي‬ َ َ‫ك ق ُ ِل ٱّللَّ ُ ي ُف ت ِ ي كُ م ف ِ ى ٱ ل كَ ٰلَ لَ ةِ إِ ِن ٱ م ُر ٌؤ ا هَ ل‬َ َ ‫ي َ س ت َف ت ُو ن‬
َ ‫ك َو ه َُو ي َ ِر ث ُهَ ا إِ ن لَّ م ي َ كُ ن لَّ هَ ا َو لَ د ٌ ف َ إ ِن كَا ن َ ت َا ٱث ن َ ت َي ِن ف َ لَ هُ َم ا ٱ لث ُّل ُث َا ِن ِم َّم ا ت ََر‬
‫ك‬ َ ‫َم ا ت َ َر‬
‫ظ ٱْل ُن ث َي َ ي ِن ي ُب َ ي ِ ُن ٱّللَّ ُ لَ كُ م أ َن‬ َ ‫اۡل َو ن ِ سَ ا ءً ف َ لِ ل ذ َّ ك َِر ِم ث ُل‬
ِ ‫ح‬ ً ‫ج‬َ ‫َو إِ ن كَا ن ُو ا إِ خ َو ة ً ِر‬
ٌ‫َض لُّ وا َو ٱّللَّ ُ ب ِ كُ لِ شَى ء عَ لِ ي م‬ ِ ‫ت‬
Artinya: "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).
Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu):
jika seorang meninggal dunia dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris
itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian
seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu
tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An -
Nisa: 176).

17. Mayitan artinya zat yang mati. Allah SWT. tidak pernah
tidur, lelah, ataupun mati. Mustahil bagi Allah SWT. Yang Maha
Kekal memiliki sifat Kaunuhu mayitan.

‫ير ا‬ َ ‫ح م ِد هِۦ َو كَ ف َٰى ب ِ ِهۦ ب ِ ذ ُن ُو بِ ِع ب َ ا ِد هِۦ‬


ً ِ‫خ ب‬ ُ ‫ى ٱ لَّ ِذ ى َۡل ي َ ُم و‬
َ ِ ‫ت َو سَ ب ِ ح ب‬ َ ‫َو ت ََو كَّ ل عَ لَ ى ٱ ل‬
ِ ‫ح‬
Artinya: "Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang
tidak mati dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia
Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya."(QS. Al-Furqan: 58).

18. Ashamma artinya zat yang tuli. Allah SWT. sekali-kali


tidak pernah tuli. Allah selalu mendengar dan tidak ada batasan
apapun atas pendengaran-Nya baik dari jarak maupun waktu.
ٰ ‫ا إ ك ر ا ه ف ى ٱ لدِ ي ن ق َ د ت َّب ي َّ َن ٱ لر ش د ُ م َن ٱ ل غ َى ف َ م ن ي ك ف ُر ب ٱ ل‬
ِ ‫طَّ غ ُو‬
‫ت َو ي ُؤ ِم ن ب ِ ٱ ّللَّ ِ ف َ ق َ ِد‬ ِ َ َ ِ ِ ُّ َ ِ ِ َ َ ِ
ٌ‫ك ب ِ ٱ ل ع ُر َو ة ِ ٱ ل ُو ث ق َ ٰى َۡل ٱن فِ صَ امَ لَ َه ا َو ٱّللَّ ُ سَ ِم ي ٌع عَ لِ ي م‬
َ َ‫ٱس ت َم س‬

Artinya: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);


sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 256).
19. A’ mma artinya zat yang buta. Mustahil bagi Allah
memiliki keterbatasan dalam melihat segala sesuatu. Apa yang
kita lakukan, rahasiakan, bahkan kita sembunyikan rapat-rapat,
Allah SWT. pasti mengetahuinya, maka dari itu mustahil Allah
bersifat Kaunuhu Ama atau zat yang buta. Tidak sekali pun
segala sesuatu luput dari penglihatan-Nya.

‫ص ي ٌر ب ِ َم ا ت َع َم ل ُو َن‬ ِ ‫ت َو ٱْل َر‬


ِ َ ‫ض َو ٱّللَّ ُ ب‬ َ ‫إِ َّن ٱّللَّ َ ي َ ع لَ مُ غَي‬
ِ ‫ب ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit


dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS.
Al-Hujurat: 18).

20. Abkam artinya zat yang bisu. Allah SWT. tidak sekali pun
bisu. Melalui perkataan-Nya yang disampikan dalam firmannya
dan tertulis pada Al-Qur'an menjadi pedoman dan petunjuk
hidup bagi umat manusia.

‫ك َو كَلَّ مَ ٱّللَّ ُ ُم و سَ ٰى‬ َ ‫َو ُر سُ ًل ق َ د ق َ صَ ص ٰن َ هُ م عَ لَ ي‬


َ ‫ك ِم ن ق َ ب ُل َو ُر سُ ًل لَّ م ن َق صُ ص هُ م عَ لَ ي‬
‫ت َك ِل ي ًم ا‬

Artinya: "Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah


Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang
tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah
berbicara kepada Musa dengan langsung." (QS. An-Nisa: 164).

SIFAT JAIZ ALLAH SWT

Sifat Jaiz bagi ALLAH SWT bermakna bahwa Allah memiliki


kehendak dalam meadakan ataupun meniadakan sesuatu tanpa ada
paksaan oleh selain-Nya. Syekh Thahir Al-Jazairi di dalam kitabnya
Al Jawahirul Kalamiyah Fi Idhahil A’qidah Al Islamiyyah mengatakan
bahwa sifat jaiz bagi Allah Swt. itu adalah sebagai berikut.

‫ وأشباه‬،‫ صحيحا أو سقيما‬،‫ مثل أن يجعل اْلنسان غنيا أو فقيرا‬،‫هي فعل الممكنات وتركها‬
‫ذلك‬.

Sifat Jaiz bagi Allah SWT. adalah melakukan hal-hal yang mungkin
dan (atau) meninggalkannya. Serta dalam kitab-kitab tauhid lainnya
dibahasakan sifat jaiz bagi Allah SWT. adalah fi’lu kulli mumkinin au
tarkuhu, yakni melakukan segala sesuatu yang mungkin atau
meninggalkannya.
Artinya, segala sesuatu yang mungkin itu tidak wajib diwujudkan oleh
Allah SWT. dan tidak pula mustahil bagi-Nya, sebab semuanya
adalah atas kehendakNya, tidak ada keterpaksaan dari sesuatu pun.
Contohnya, menciptakan manusia bagi Allah SWT. adalah jaiz atau
boleh, yakni Allah SWT. tidak wajib menciptakan manusia, tidak pula
mustahil bagi-Nya. Sebagai orang yang beriman tentunya kita
menerima segala sesuatu yang telah Allah SWT. tetapkan. Baik itu
memiliki paras yang cantik atau tidak, kaya atau tidak, dan cerdas atau
tidak itu semua telah diatur oleh Sang Maha Kuasa.

MENGENAL ALLAH MELALUI ASMA-NYA

Mengenal Allah melalui asmanya berarti menghafal, mempercayai dan


mempelajari sungguh-sungguh sehingga kita dapat mengetahui sifat atau
nama baik Allah, dan juga dapat meningkatkan iman kita kepada Allah.
Maksudnya mengenal allah melalui nama allah yang ada 99 yaitu asmaul
husna, kemudian di amalkan dan di hayati sehingga kita mengerti dan tidak
salah dalam mengartikan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari hari.

Misalnya, kita mengetahui salah satu nama Allah yaitu Al-Basir yang
artinya Maha melihat. Kita percaya bahwa Allah itu melihat dimanapun kita
berada meskipun satu orang pun tidak melihat kita. Ada nama Allah Al-Adl
yang artinya Maha Adil. Berarti kita harus percaya bahwa Allah itu Maha
Adil, Allah tidak akan membeda-bedakan makhluknya meski dari pangkat
dan derajat yang tinggi akan tetapi Allah melihat makhluknya dari iman dan
taqwaan. Dan ada nama Allah Al-Ghaffaar Yang Maha Pengampun berarti
Allah itu Maha mengampuni dosa manusia yang bersungguh-sungguh ingin
bertaubat, meski dosa kita sedalam air lautan dan seluas daratan yang
melintang akan tetapi pintu taubat Allah terbuka lebar untuk orang yang
bersungguh-sungguh ingin bertaubat dan tidak mengulanginya lagi.

KONSEP BERTUHAN SEBAGAI DETERMINAN DALAM


PEMBANGUNAN MANUSIA BERIMAN DAN BERTAQWA KEPADA
ALLAH SWT BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN HADIST

1. Berdasarkan Al – Qur’an

Seseorang dapat dikatakan beriman jika ia percaya kepada Tuhan


dengan penuh keyakinan dan tanpa keraguan. Setiap umat yang bertakwa
kepada Tuhan berarti harus menjalankan dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tuhan telah menciptakan manusia yang segambar dan serupa dengan-Nya.
Dalam al-Qur'an, banyak kita temukan ayat-ayat yang berbicara
mengenai keimanan. Jan Ahmad Wassil mengemukakan bahwa jumlah kata-
kata turunan kata kerja amana dalam kitab al-Qur' an terdapat sebanyak 814
kata yang berada dalam 662 ayat. Dari jumlah 662 ayat tersebut, hanya ada
lima objek keimanan, yaitu iman kepada Allah (Tuhan semesta alam, Yang
Maha Esa), iman kepada hari akhir (kehidupan manusia sesudah mati) iman
kepada malaikat (makhluk ghaib perangkat pelaksana perintah Allah), iman
kepada kitab-kitab (kumpulan wahyu Allah kepada para rasul-Nya), dan iman
kepada Rasul-rasul Allah (para utusan yang dikirim Allah kepada berbagai
umat manusia).

Menurut Yunahar Ilyas, bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam
dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi
tersebut. Iman adalah gabungan dari kepercayaan, rasa takut (khauf) dan
harap (ar-rajaa), sedangkan rasa takut adalah substansi dari taqwa. Rasa takut
yang disertai dengan harap tersebut menjadi landasan seorang muslim untuk
senantiasa bertauhid dan meninggalkan syirik. Inilah yang menjadi acuan
seseorang untuk menjalankan agamanya, sehingga ia disebut muslim. Dan
bila keislaman itu dilakukan secara konsisten, maka timbullah ihsan dalam
diri muslim tersebut. Dengan demikian, seseorang dikatakan bertaqwa apabila
ia telah beriman atau percaya dengan segenap rasa takut dan harap yang terus
menerus berkesinambungan, hingga akhirnya terpatri dalam dirinya dan
menjadi sebuah kebiasaan.

Kebiasaan baik dan kepatuhan (al birru) ini merefleksikan


kepercayaanya kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
hari akhir (Iman), ketundukannya untuk menjalankan ibadah (Islam) dan
kerelaannya untuk senantiasa berbuat kebajikan (Ihsan). Kualifikasi muslim
seperti ini persis perisis seperti apa yang digambarkan dalam surat Al-
Baqarah ayat 3-4 dan juga surat Ali ‘imran ayat 134-135 tentang ciri-ciri
orang beriman, dan juga dibanyak ayat lainnya di dalam al-Qur’an. Maka,
keimanan seseorang haruslah bersifat aktif dan menjadi penggerak bagi
lahirnya perbuatan-perbuatan baik yang akan mengantarkannya pada derajat
taqwa. Ini tergambar dari bagaimana setelah disebutkan berganti-ganti
beberapa bagian dari Iman, Islam dan Ihsan itu, kemudian Allah menutupnya
dengan kalimat: “Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa”. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa
dalam ayat tersebut taqwa dicirikan dengan Iman, Islam dan Ihsan sekaligus.
Atau dengan kata lain, orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu
bersamaan menjadi Mukmin, Muslim dan Muhsin.
Adapun ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa menurut Al-Qur’an
adalah sebagai berikut:

1). Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu
Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-
Qur'an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).
Sesungguhnya orang- orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.

2). Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-
Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).

3). Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal: 3, dan al-Mu'minun: 2,7). (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka. (Al-Anfal:3) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
(Al-Mu'minun:1) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya
(Al-Mu'minun:2).

4). Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat (al-Mu'minun: 3) dan


orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna.

5.) Menafkahkan rezki yang diterimanya dan orang-orang yang menunaikan.

6). Menjaga kehormatannya dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.

7). Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu'minun: 8) Dan orang-orang


yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

8). Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74.) Dan orang-
orang yang beriman dan berhijrah serta Berjihad pada jalan Allah, dan orang-
orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman.

2. Berdasarkan hadits

Abul 'Ala al-Mahmudi menterjemahkan iman dalam Bahasa Inggris Faith,


yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt
yang artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak
terdapat keraguan apapun. HAR Gibb dan JH Krammers memberikan
pengertian iman ialah percaya kepada Allah, percaya kepada utusan-Nya, dan
percaya kepada amanat yang dibwa/berita yang dibawakan oleh utusan-Nya.

ِ َّ‫ۡل يُؤ ِم ُن أَ َحدُ ُكم َحتَّى ي ُِحب‬: {‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬.
}‫ْلخي ِه َما ي ُِحبُّ ِلنَف ِس ِه‬

Nabi saw. bersabda, “Salah satu dari kalian tidak beriman sampai ia mencintai
sudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Hadis ini diriwayatkan oleh
imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam At-Tirmidzi, imam
An-Nasa’i, dan imam Ibnu Majah dari shahabat Anas bin Malik dengan sanad
yang shahih.

‫عن‬ َ ‫عن ُه َما‬َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫الرح َم ِن ُم َعا ِذ ب ِن َجبَل َر‬ َّ ‫عب ِد‬َ ‫بن ُجنَادَةَ َوأَ ِبي‬ ِ ‫ب‬ ِ ُ‫عن أَ ِبي ذَر ُجند‬ َ
َ‫سنَة‬ َ ‫سيِئَةَ ال َح‬َّ ‫ َوأَتبِ ِع ال‬، َ‫ق هللاَ َحيث ُ َما ُكنت‬
ِ َّ‫ات‬: (‫س َّل َم قَا َل‬ َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫ع َلي ِه َو‬ َ ِ‫سو ِل هللا‬ ُ ‫َر‬
‫ض‬ ِ ‫وفِي َبع‬. َ ‫س ٌن‬ َ ‫ث َح‬ ٌ ‫ َحدِي‬: ‫)ر َواهُ التِر ِمذِي َوقَا َل‬
َ ‫سن‬ َ ‫اس ِب ُخلُق َح‬ َ َّ‫ق الن‬
ِ ‫ َوخَا ِل‬،‫تَم ُح َها‬
‫ص ِحي ٌح‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ َح‬: ‫خ‬ َ ُّ‫الن‬.
ِ ‫س‬

Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan
keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.
Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah
disebutkan bahwa hadits ini hasan shahih) HR. Tirmidzi, no. 1987 dan
Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.

Anda mungkin juga menyukai