Di Susun Oleh :
KELOMPOK 1
1. ABDUL MAJID
2. ADELINA FRISCHA SAPUTRI
3. AHMAD SAUFI
4. ANDIRA MAWARDANI
5. ANGELIKA RAYYANA PUTRI
6. ANIDA
7. ANNISA AURELLIE ANANDA POETRI
8. DIFA ZIAULHAQ FITRA
C. Kesimpulan
Di dalam filsafat ketuhanan pada pandangan Arestoteles
menyatakan bahwa seluruh kenyataan bergerak antara dua kutub
abstrak yaitu materi yang tak berbentuk dan forma yang tak bermateri.
Di sinilah yang bisa disebut Tuhan. Tuhan tersebut bukan bentuknya
materi, tetapi realitas saja. Ia juga roh murni (nous); Pikiran semata. Ia
tidak dapat memikirkan Dunia; hanya memikirkan dirinya sendiri. Dan
dia puas dengan dirinya sendiri, Tidak mempunyai korelasi sedkitpun
pada Dunia. Aristoteles sedikitpun tidak Mengenal Tuhan yang
menjadikan langit Dan bumi. Tuhannya merupakan Tuhan Para filosuf
dan bukan Tuhannya para Nabi. Sedangkan Al-Kindi, mengungkapkan
bahwa Tuhan merupakan wujud yang sesungguhnya, bukan berasal dari
sesuatu tidak ada menjadi ada. Allah tidak mungkin tidak ada dan
selamanya ada dan akan tetap selalu ada. Allah merupakan wujud yang
sempurna dan tidak didahului wujud lain.
1. Pemikiran Barat
Teori Ketuhanan dalam pemikiran barat berangkat dari teori
Evolusionisme yang pada awal mulanya dikemukakan oleh Max
Muller, EB. Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens.
Menurut teori ini konsep Ketuhanan berangkat dari kepercayaan,
sebagai berikut :
a. Dinamisme
b. Animisme
c. Polietisme
d. Henoteisme
e. Monoteisme
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat
Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq, dzat
yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat -sifat yang
dimiliki oleh makhluk-Nya.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal ( wajib
aqli) dan berdasarkan dalil naqli ( Al Qur’an dan Hadits).
a. Sifat Nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah SWT
wujud (pasti adanya) artinya tuhan ada, mustahil ia tidak ada.
Bukti atas adanya tuhan ialah adanya alam ini, kalau tuhan yag
menjadikan alam ini tidak ada tentulah alam ini juga tidak akan
ada.
Artinya : “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan
Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al
Hadid:3)
2) Baqo’ (kekal) adalah sifat yang wajib adanya
didalam zat Allah. Artinya, bahwa Allah tidak ada
akhir bagi Nya (kekal). Lawan dari sifat baqo’
adalah fana’ (binasa). Jika adalah Allah itu baharu
niscaya akan berakhir , tersirnalah sifat qidam dan
wujudnya Allah dan ini adalah mustahil pada dzat
Allah taala.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah
yang maha mendengar lagi maha melihat.” (Asy syura:11)
c. Sifat Ma’ani yaitu sifat yang pasti ada pada Dzat Allah SWT,
yang termasuk sifat ma’ani adalah :
1) Qudrat. Wajib bagi Allah mempunyai sifat qudrah.
Dan sifat ini merupakan aplikasi dari sifat wujud
yang telah dahulu dan selalu menetap pada dzat
Allah. Dengan sifat qudrat ini, Allah akan
mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu
kemungkinan yang sesuai dengan kehendakNya.
Sifat qudrat mempunyai tujuh ta’alluq
(kebergantungan), yaitu :
2) Irodat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat
(berkehendak). Dengan sifat ini Allah menentukan
perkara yang mungkin dengan sifat iradat itu, dalam
arti sebagian perkara yang mungkin wujudnya.
Adakalanya Allah mewujudkan atau meniadakan
sesuatu sesuai dengan iradatnya.
Sifat mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT .
َ ض ب ِ ۡال
ِح ـق َ ت َو ۡاۡل َ ۡر َ ؕ ت َ ٰع ٰل ى عَ َّم ا ي ُ ۡش ِر كُ ۡو َن
َ َخ ل
ِ ق السَّمٰ ٰو
Artinya :" Dialah Yang Awal Yang Akhir Yang Zahir dan Yang Batin;
dan dia Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.(Q.S. Al Hadid ayat 3).
َ َ َو لَ ۡم ي َ كُ ۡن لَّ ه كُ ف ُ ًو ا ا
ٌح د
Artinya: "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia". (QS. Al -
Ikhlas: 4).
ض ا َء لَ هُ م َّم شَو ا ف ِ ي هِ َو إِ ذ َ ا أ َظ لَ مَ عَ لَ ي ِه م ق َ ا ُم وا َو لَ و
َ َ ص َر ه ُم كُ لَّ َم ا أ َ ٰ ف أ َب
ُ َق ي َ خ ط
ُ ي َ كَا د ُ ٱ ل ب َ ر
ل شَى ء ق َ ِد ي ٌر ِ ُصَ ِر هِم إِ َّن ٱّللَّ َ عَ لَ ٰى ك ٰ ب ب ِ سَ م ِع ِه م َو أ َبَ َشَا ءَ ٱّللَّ ُ لَ ذ َ ه
Artinya: "Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka.
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar
itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah
menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."(QS. Al -
Baqarah ayat 20).
ُ ك ف َ ع َّ ا ٌل ل ِ َم ا ي ُِر ي د
َ َّ ك إِ َّن َر ب ُ ت َو ٱْل َر
َ ُّ ض إِ َّۡل َم ا شَا َء َر ب ُ ت ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو َٰ
ِ خ لِ ِد ي َن ف ِ ي َه ا َم ا د َ ا َم
9. Jahlun artinya bodoh. Sifat jahlun ini mustahil bagi Allah SWT.
Allah Yang Maha Mengetahui isi bumi dan langit baik yang
tampak maupun yang tidak tampak.
ج ا ي َ ذ َر ُؤ كُ م ً ج ا َو ِم َن ٱْل َن ٰع َ ِم أ َز ٰ َو
ً ج ع َ َل لَ كُ م ِم ن أ َن ف ُ ِس كُ م أ َز ٰ َو ِ ت َو ٱْل َر
َ ض ِ ط ُر ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو
ِ فَا
ص ي ُر ِ َ س كَ ِم ث لِ هِۦ شَى ءٌ َو ه َُو ٱ لسَّ ِم ي ُع ٱ ل ب َ ف ِ ي هِ لَ ي
Artinya: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu
dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang
ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang
biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia,
dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (QS. Asy-Syura: 11).
12. Umyun artinya buta. Allah tidak buta, Allah Maha Melihat
segala sesuatu apa yang dilakukan hamba/makhluk-Nya. Maka
mustahi sifat umyun bagi Allah Yang Maha Melihat dan Maha
Mengawasi apa yang terjadi di alam semesta.
13. Bukmun artinya bisu. Sifat mustahil satu ini tidak mungkin
dimiliki Allah SWT karena Allah selalu berfirman yang
firmannya menjadi tuntunan/petunjuk bagi umat manusia. Jika
Allah bisu maka tidak mungkin Allah menurunkan wahyu
kepada Nabi dan Rasul-Nya.
َ ج ا ءَ ُم و سَ ٰى لِ ِم ي ٰق َ ت ِ ن َا َو كَ لَّ َم ه ُۥ َر ب ُّ ه ُۥ ق َ ا َل َر ب ِ أ َ ِر ن ِ ى أ َن ظُ ر إِ لَ ي
ك َ َو لَ َّم ا
Artinya: "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada
waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung)
kepadanya." (QS. Al-A'raf: 143).
14. Ajizan artinya zat yang lemah. Allah SWT. bukanlah zat
yang lemah, sebab Dia lah Yang Maha Berkuasa atas segala
urusan di dunia ini.
ُ ك ف َ ع َّ ا ٌل ل ِ َم ا ي ُِر ي د
َ َّ ك إِ َّن َر ب ُ ت َو ٱْل َر
َ ُّ ض إِ َّۡل َم ا شَا َء َر ب ُ ت ٱ لسَّ ٰ َم ٰ َو َٰ
ِ خ لِ ِد ي َن ف ِ ي َه ا َم ا د َ ا َم
16. Jahilan artinya zat yang bodoh. Segala Sumber ilmu yang
terdapat di dunia ini semua dari Allah SWT. maka mustahil
Allah bersifat Kaunuhu jahilan atau zat yang bodoh. Tidak ada
satu pun didunia ini yang tidak diketahui Allah termasuk hal-hal
yang tidak diketahui manusia sekalipun.
ف ٌ س لَ ه ُۥ َو لَ د ٌ َو لَ ه ُۥ أ ُخ
ُ ت ف َ لَ َه ا ن ِ ص َ ك لَ ي َ َك ق ُ ِل ٱّللَّ ُ ي ُف ت ِ ي كُ م ف ِ ى ٱ ل كَ ٰلَ لَ ةِ إِ ِن ٱ م ُر ٌؤ ا هَ لَ َ ي َ س ت َف ت ُو ن
َ ك َو ه َُو ي َ ِر ث ُهَ ا إِ ن لَّ م ي َ كُ ن لَّ هَ ا َو لَ د ٌ ف َ إ ِن كَا ن َ ت َا ٱث ن َ ت َي ِن ف َ لَ هُ َم ا ٱ لث ُّل ُث َا ِن ِم َّم ا ت ََر
ك َ َم ا ت َ َر
ظ ٱْل ُن ث َي َ ي ِن ي ُب َ ي ِ ُن ٱّللَّ ُ لَ كُ م أ َن َ اۡل َو ن ِ سَ ا ءً ف َ لِ ل ذ َّ ك َِر ِم ث ُل
ِ ح ً جَ َو إِ ن كَا ن ُو ا إِ خ َو ة ً ِر
ٌَض لُّ وا َو ٱّللَّ ُ ب ِ كُ لِ شَى ء عَ لِ ي م ِ ت
Artinya: "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).
Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu):
jika seorang meninggal dunia dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris
itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian
seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu
tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An -
Nisa: 176).
17. Mayitan artinya zat yang mati. Allah SWT. tidak pernah
tidur, lelah, ataupun mati. Mustahil bagi Allah SWT. Yang Maha
Kekal memiliki sifat Kaunuhu mayitan.
20. Abkam artinya zat yang bisu. Allah SWT. tidak sekali pun
bisu. Melalui perkataan-Nya yang disampikan dalam firmannya
dan tertulis pada Al-Qur'an menjadi pedoman dan petunjuk
hidup bagi umat manusia.
وأشباه، صحيحا أو سقيما، مثل أن يجعل اْلنسان غنيا أو فقيرا،هي فعل الممكنات وتركها
ذلك.
Sifat Jaiz bagi Allah SWT. adalah melakukan hal-hal yang mungkin
dan (atau) meninggalkannya. Serta dalam kitab-kitab tauhid lainnya
dibahasakan sifat jaiz bagi Allah SWT. adalah fi’lu kulli mumkinin au
tarkuhu, yakni melakukan segala sesuatu yang mungkin atau
meninggalkannya.
Artinya, segala sesuatu yang mungkin itu tidak wajib diwujudkan oleh
Allah SWT. dan tidak pula mustahil bagi-Nya, sebab semuanya
adalah atas kehendakNya, tidak ada keterpaksaan dari sesuatu pun.
Contohnya, menciptakan manusia bagi Allah SWT. adalah jaiz atau
boleh, yakni Allah SWT. tidak wajib menciptakan manusia, tidak pula
mustahil bagi-Nya. Sebagai orang yang beriman tentunya kita
menerima segala sesuatu yang telah Allah SWT. tetapkan. Baik itu
memiliki paras yang cantik atau tidak, kaya atau tidak, dan cerdas atau
tidak itu semua telah diatur oleh Sang Maha Kuasa.
Misalnya, kita mengetahui salah satu nama Allah yaitu Al-Basir yang
artinya Maha melihat. Kita percaya bahwa Allah itu melihat dimanapun kita
berada meskipun satu orang pun tidak melihat kita. Ada nama Allah Al-Adl
yang artinya Maha Adil. Berarti kita harus percaya bahwa Allah itu Maha
Adil, Allah tidak akan membeda-bedakan makhluknya meski dari pangkat
dan derajat yang tinggi akan tetapi Allah melihat makhluknya dari iman dan
taqwaan. Dan ada nama Allah Al-Ghaffaar Yang Maha Pengampun berarti
Allah itu Maha mengampuni dosa manusia yang bersungguh-sungguh ingin
bertaubat, meski dosa kita sedalam air lautan dan seluas daratan yang
melintang akan tetapi pintu taubat Allah terbuka lebar untuk orang yang
bersungguh-sungguh ingin bertaubat dan tidak mengulanginya lagi.
1. Berdasarkan Al – Qur’an
Menurut Yunahar Ilyas, bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam
dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi
tersebut. Iman adalah gabungan dari kepercayaan, rasa takut (khauf) dan
harap (ar-rajaa), sedangkan rasa takut adalah substansi dari taqwa. Rasa takut
yang disertai dengan harap tersebut menjadi landasan seorang muslim untuk
senantiasa bertauhid dan meninggalkan syirik. Inilah yang menjadi acuan
seseorang untuk menjalankan agamanya, sehingga ia disebut muslim. Dan
bila keislaman itu dilakukan secara konsisten, maka timbullah ihsan dalam
diri muslim tersebut. Dengan demikian, seseorang dikatakan bertaqwa apabila
ia telah beriman atau percaya dengan segenap rasa takut dan harap yang terus
menerus berkesinambungan, hingga akhirnya terpatri dalam dirinya dan
menjadi sebuah kebiasaan.
1). Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu
Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-
Qur'an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).
Sesungguhnya orang- orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.
2). Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-
Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).
3). Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal: 3, dan al-Mu'minun: 2,7). (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka. (Al-Anfal:3) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
(Al-Mu'minun:1) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya
(Al-Mu'minun:2).
8). Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74.) Dan orang-
orang yang beriman dan berhijrah serta Berjihad pada jalan Allah, dan orang-
orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman.
2. Berdasarkan hadits
ِ َّۡل يُؤ ِم ُن أَ َحدُ ُكم َحتَّى ي ُِحب: {وقال صلى هللا عليه وسلم.
}ْلخي ِه َما ي ُِحبُّ ِلنَف ِس ِه
Nabi saw. bersabda, “Salah satu dari kalian tidak beriman sampai ia mencintai
sudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Hadis ini diriwayatkan oleh
imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam At-Tirmidzi, imam
An-Nasa’i, dan imam Ibnu Majah dari shahabat Anas bin Malik dengan sanad
yang shahih.
عن َ عن ُه َماَ ُي هللا َ ض ِ الرح َم ِن ُم َعا ِذ ب ِن َجبَل َر َّ عب ِدَ بن ُجنَادَةَ َوأَ ِبي ِ ب ِ ُعن أَ ِبي ذَر ُجند َ
َسنَة َ سيِئَةَ ال َحَّ َوأَتبِ ِع ال، َق هللاَ َحيث ُ َما ُكنت
ِ َّات: (س َّل َم قَا َل َ ُص َّلى هللا
َ ع َلي ِه َو َ ِسو ِل هللا ُ َر
ض ِ وفِي َبع. َ س ٌن َ ث َح ٌ َحدِي: )ر َواهُ التِر ِمذِي َوقَا َل
َ سن َ اس ِب ُخلُق َح َ َّق الن
ِ َوخَا ِل،تَم ُح َها
ص ِحي ٌح َ س ٌن َ َح: خ َ ُّالن.
ِ س
Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan
keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.
Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah
disebutkan bahwa hadits ini hasan shahih) HR. Tirmidzi, no. 1987 dan
Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.