Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hernia

1. Definisi

Hernia adalah protrusi abnormal organ,jaringan,atau bagian organ melalui struktur

yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga

abdomen sebagai akibat dari kelemahan muscular abdomen kongenital atau didapat.

Hernia dapat terjadi pada segala usia dan jenis kelamin. (1)

Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang

abnormal (Dorlan,1994). Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya.

Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian organ

melalui lubang (apertura) pada struktur di sekitarnya,umumnya protusio organ

abdominal melalui celah dari dinding abdomen. (Sue Hinchliff,1999:206) Hernia

adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ

tersebut seharusnya berada yang di dalam keadaan normal tertutup (Suster Nada,21

Juli 2007).

Hernia merupakan prostusi atau penjonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,kantong,da

nisi hernia (Syamsu H.R Dan Wim D.J,2005). Hernia adalah masuknya organ ke

dalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi atau paten

(Mansjoer.A,2000). Dari beberapa pengertian hernia di atas dapat disimpulkan bahwa

hernia adalah prostusi abnormal organ,jaringan,atau bagian organ melalui dinding

rongga abdomen yang lemah.


B. Klasifikasi Hernia

1. Klasifikasi hernia menurut letaknya :

a. Hernia Inguinal,dibagi menjadi :

1) Hernia indirek atau lateral : hernia ini umumnya terjadi pada pria. Benjolan

tersebut bisa mengecil,menghilang pada waktu tidur dan bila

menangis,mengejan,mengangkat benda berat atau berdiri dapat tumbuh

kembali.

2) Hernia direk atau medialis : hernia ini melewati dnding abdomen di area

kelemahan otot,tidak melalui kanal. Lebih umum terjadi pada lansia.

b. Hernia Femoralis

Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita.

c. Hernia Umbilikal

Umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan tekanan abdominal,biasanya

pada klien obesitas dan multipara.

d. Hernia insisional

Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara

tidak adekuat,gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh

infeksi,nutrisi tidak adekuat,distensi ekstrem atau obesitas.

2. Klasifikasi Berdasarkan terjadinya :

a. Hernia Kongenital (Bawaan)

Hernia kongenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis

yang mula-mula terletak di atas mengalami penurunan menuju ke skrotum.

b. Hernia akuisitas (didapat)


Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena

adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama.

3. Klasifikasi berdasarkan sifatnya :

a. Hernia Reponible

Bila isi hernia dapat keluar masuk,usus keluar jika berdiri atau mengejan dan

masuk lagi ketika berbaring atau didorong masuk.

b. Hernia Irreponible

Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga karena perlekatan isi

kantong pada peritoneum kantong hernia.

c. Hernia Inkaserata

Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,isi kantong terperangkap tidak dapat

kembali ke dalam rongga perut.

C. Etiologi

Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat

(akuistik),hernia dapat dijumpai pada setiap usia.

Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di dalam

rongga perut,dan kelemahan otot dinding perut karena usia,jika kantung hernia inguinalis

lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis (Sjamsuhidajat,Jong,1997).

Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah :

1. Hernia inguinalis indirect,terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus

vaginalis.

2. Kerja otot yang terlalu kuat.

3. Mengangkat beban yang berat.


4. Batuk kronik.

5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.

Etiologi terjadinya hernia yaitu :

1. Defek dinding otot abdomen

Hal ini terjadi sejak lahir (Kongenital) atau didapat karena usia,keturunan,akibat

dari pembedahan sebelumnya.

2. Peningkatan tekanan intraabdominal

Penyakit paru obstruksi menahun (batuk kronik),kehamilan,obesitas,adanya

Benigna Prostat Hipertrofi (BPH),sembelit,mengejan saat defekasi dan

berkemih,mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan

intraabdominal.

D. Patofisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,terjadi

desensus testis melalui kanal tersebut akan menarik perineum ke daerah scrotum

sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

peritonei,pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut,namun dalam beberapa hal

seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu,maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka,bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan

juga terbuka dalam keadaan normal,kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2

bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia

inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minoris persistence,maka pada keadaan yang menyebabkan

tekanan intraabdominal meningkat,kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul

hernia inguinalis lateral akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

intraabdominal adalah kehamilan,batuk kronis,pekerjaan mengangkat beban

berat,mengejan saat defekasi,miksi misalnya pada hipertrofi prostate.

Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus

yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam

hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol keluar dari anulus inguinalis

eksternus,dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia

scrotalis.

Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal sehingga akan

memengaruhi sistem syaraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada tingkat kesadaran,depresi

pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi juga

mengakibatkan produksi secret trakeo-bronkial meningkat sehingga jalan nafas

terganggu,serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan

muntah,sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.

Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan,hal ini karena kehilangan darah dan

kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi bedah

mengakibatkan

Anda mungkin juga menyukai