Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOLOGI

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA


PERILAKU

Disusun oleh :

RENDY AHMAD FAREZY : NH0321017

PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES NANI HASANUDIN MAKASSAR
2021
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU.

Di dunia kesehatan masyarakat, tentu kita sangat paham teori Bloom, dimana
dinyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh faktor lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor heredity. Berikut beberapa pendapat tentang
pengertian dan aspek-aspek yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
antara manusia dengan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia
dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan
menjadi  dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor internal mencakup pengetahuan,
kecerdasan, emosi, inovasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari
luar. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik separti iklim,
sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Perilaku yang terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu stimulus
yang merupakan faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan respon yang
merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal).

Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun non fisik dalam bentuk sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor
eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor
sosial dan budaya tempat seseorang tersebut berada. Faktor internal yang menentukan
seseorang merespon stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi motivasi,
fantasi, sugesti dan sebagainya.

Terdapat empat cara untuk membentuk perilaku, yaitu melalui penguatan positif,
penguatan negatif, hukuman dan pemunahan. Bila suatu respon diikuti dengan sesuatu
yang menyenangkan, respon tersebut penguatan positif. Bila suatu respon diikuti oleh
dihentikannya atau ditarik kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, disebut
penguatan negatif. Kedua penguatan positif dan negatif tersebut akan menentukan hasil
dari proses belajar. Keduanya memperkuat respon dan meningkatkan kemungkinan untuk
mengulangi perilaku yang dipelajari. Penghukuman akan mengakibatkan suatu kondisi yang
tidak enak dalam suatu usaha untuk menyingkirkan suatu perilaku yang tidak diinginkan.
Proses pembentukan sikap dan perilaku berlangsung secara bertahap dan melalui proses
belajar yang diperoleh dari berbagai pengalaman atau menghubungkan pengalaman dengan
hasil belajar.

Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi


seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ). Oleh karena itu perilaku terjadi
melalui proses adanya stimilus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut
merespon (teori Skinner atau teori Stimulus – Organism – Response ). Berdasarkan teori S –
O – R perilaku manusia dikelompokan menjadi dua, yaitu  perilaku tertutup dan perilaku
terbuka.

Perilaku tertutup ( covert behavior ), terjadi jika respon terhadap stimulus masih
belum dapat diamati orang lain ( dari luar ) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
Sedangkan perilaku terbuka ( overt behavior ), terjadi jika respon terhadap stimulus sudah
berupa tindakan atau praktek yang dapat diamati orang dari luar.

Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan
lingkungannya. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku
seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya, adapula karena kebutuhannya dan ada juga
yang dipengaruhi oleh pengharapan dan lingkungannya. Perilaku merupakan respon
seseorang terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Respon ini
dapat bersifat pasif atau tanpa tindakan seperti berpikir, berpendapat, bersikap maupun
aktif atau melakukan tindakan.

Menurut Bloom perilaku dapat dipilah dalam 3 domain, yaitu domain kognitif (
cognitive ), domain afektif ( affective ) dan domain psikomotor ( psychomotor ).

Terbentuknya perilaku dimulai pada domain kognitif, yaitu dimulai tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus sehingga menumbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini
selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap baru yang pada akhirnya
akan menimbulkan respon yang lebih tinggi lagi yaitu adanya tindakan sehubungan dengan
stimulus atau objek tadi.

Terdapat beberapa teori determinan perilaku, atau faktor yang menentukan atau
membentuk perilaku menurut misalnya teori Green, dan teori WHO.

Berdasarkan TEORI GREEN ( didasarkan pada masalah kesehatan ), membedakan


dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku  ( behavioral factors ) dan faktor
non perilaku ( non behavioral factors ).

Sedangkan faktor pembentuk perilaku, antara lain :

Predisposing factors, adalah faktor yang mempermudah atau memprediksi posisi


terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai
– nilai dan tradisi.

Faktor berikutnya adalah enabling faktor, yaitu faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Antara lain umur, status sosial ekonomi,
pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.
Sedangkan faktor terakhir berupa faktor pendorong atau penguat ( reinforcing
factors), yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya
dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.

Sedangkan menurut teori WHO, beberapa  faktor yang mempengaruhi


perilaku antara lain pemikiran dan perasaan ( thoughts and feeling ) atau pertimbangan
pribadi seseorang terhadap objek atau stimulus. Faktor selanjutnya adalah faktor  personal
references, faktor sumber daya ( resources serta faktor sosial budaya ( culture ) ) setempat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA PERILAKU

 Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri anak dan ikut berpengaruh terhadap
perkembangan anak dalam berperilaku. Faktor internal ini meliputi:

1) Pengalaman
Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa sebelum anak masuk sekolah, seorang anak
pasti memiliki banyak pengalaman yang diterima dari orang tua dan anggota
keluarga serta teman-teman sepermainannya. Semua pengalaman yang ia dapat
sejak lahir tersebut merupakan unsur dalam kepribadiannya.

Pengalaman adalah guru yang paling baik bagi kita. Begitu juga dengan pengalaman
anak juga mempengaruhi cara berperilakunya. Di rumah anak akan mencontoh
orang tua dan anggota keluarga yang lain. Sedangkan diluar rumah ia akan
mencontoh perilaku yang baik dari temannya. Begitu penting peran pengalaman
pribadi dalam membentuk kepribadian anak. Sehingga pembentukan perilaku
sosial perlu ditanamkan sejak dini dalam jiwa anak.

2) Ilmu pengetahuan.

Mencari dan memiliki pengetahuan merupakan kewajiban bagi orang yang beriman.
Hal ini dikarenakan untuk mencapai pemenuhan dan perealisasian diri tidak lepas
dari ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuanlah kita dapat mencari
kebenaran dalam hidup.
Ilmu pengetahuan merupakan faktor esensial dalam pendidikan. Keterlibatan ilmu
pengetahuan manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan sosial sangat
mempengaruhi kualitas moral dan budi pekertinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas manusia. Disisi lain bila tidak
terkendali, nilai-nilai yang luhur tersebut dapat menimbulkan kerugian diri sendiri.

3) Jenis kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jeniskelamiin antara lain; cara berpakaian,
melakukan perkerjaan sehari – hari, dan membagi tugas pekerjaan. Perbedaan ini
bisa dimungkinkan karen faktor hormononal, stukutur fisik maupun norma
pembagian tugas. Wanita sering kali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan
laki – laki cenderung berperilaku dengan bertindak atas pertimbangan rasional.

4) Jenis ras / keturunan.


Seperti ras yang ada didunia ini memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku
khas ini berbeda setiap ras, karena memiliki ciri – ciri tersendiri. Dan faktor internal
lainnya.

 Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang ada diluar manusia yang dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah:

1) Lingkungan Keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali
terhadap perkembangan sosial pada awal perkembangan anak dan menjadi
pedoman bagi perkembangan selanjutnya. Pada dasarnya peranan orang tua sangat
dibutuhkan pada pembentukan jiwa dan moral anak, karena pendidikan anak
dipengaruhi oleh sikap dan cara orang tua dalam membimbing dan mendidiknya
sehingga berpengaruh dalam perilaku sosial mereka.

Hubungan timbal balik dalam pendidikan harus tercipta dalam keluarga, mengingat
bahwa orang tua juga mempunyai peran yang tak kalah penting dalam menentukan
keberhasilan anaknya dan menjadi suri tauladan yang baik bagi anak. Oleh karena
itu, orang tua harus bersungguh-sungguh dalam mendidik anaknya. Selain
pendidikan agama juga mendidik untuk bersosialisasi dan menanamkan nilai sosial
yang akan berpengaruh pada perilaku sosial anak.

2) Lingkungan Sekolah.

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua sebagai kelanjutan dari pendidikan


keluarga. Sekolah bukanlah sekedar tempat menuangkan ilmu pengetahuan kedalam
otak peserta didik ( transfer of knowledge ), tetapi sekolah juga harus mendidik dan
membina kepribadian anak ( transfer of value ). Hurlock dalam bukunya Samsu
Yusuf mengemukakan bahwa pengaruh sekolah terhadap perkembangan
kepribadian anak sangat besar, karena sekolah adalah substitusi dari keluarga dan
guru adalah substitusi dari orang tua.  Di lingkungan sekolah, guru sangat berperan
penting dalam membimbing dan mempengaruhi peserta didiknya. Lingkungan
sekolah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perilaku sosial peserta
didiknya, dimana faktor ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif
terhadap perilaku sosial peserta didiknya.

3) Lingkungan Masyarakat.

Di dalam masyarakat, individu akan melakukan interaksi sosial dengan teman


sebayanya atau dengan anggota masyarakat lainnya. Apabila temannya berperilaku
baik, maka seorang anak akan berperilaku baik pula. Sebaliknya apabila seorang
teman cenderung melanggar norma – norma, maka anak itu pun akan
mengikutinya.

Lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting dalam membentuk pribadi anak, hal
ini dikarenakan dalam masyarakat berkembang berbagai organisasi sosial,
kebudayaan, ekonomi, agama dan lain-lain. Perkembangan masyarakat itu juga
mempengaruhi arah perkembangan hidup anak khususnya yang menyangkut sikap
dan perilaku sosial.

Corak perilaku anak atau remaja merupakan cerminan dari perilaku lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, kualitas perkembangan perilaku dan kesadaran
bersosialisasi anaksangat bergantung pada kualitas perilaku sosial warga
masyarakatnya.

Perilaku sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Dengan demikian ada baiknya jika kita lebih cermat dalam memilih lingkungan hidup.
Orang tua, guru, maupun pemimpin masyarakat hendaknya juga cermat dalam
menciptakan lingkungan sosial yang baik bagi perkembangan setiap individu.
4) Agama.

Selain lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan agama juga


berperan penting dalam membina hubungan sosial peserta didik. Ibadah – ibadah
dalam ajaran agama mendorong para peserta didik untuk melakukan kebaikan dan
mencegah mereka melakukan perbuatan tercela.

Ibadah disyariatkan untuk mendidik jiwa dan membina semangat persamaan dan
kebersamaan tanpa mengganggu orang lain. Sebagai contoh : sholat adalah ibadah
individual yang paling nyata dan shodaqoh adalah bentuk ibadah kepada sesama
manusia.

Sopan santun, menghormati guru dan perilaku sosial lainnya yang diperlihatkan oleh
seorang anak juga disebabkan oleh penghayatan terhadap ajaran agama dan nilai-
nilai keagamaan. Perilaku sosial ini kemudian diwujudkan dalam kehidupan sehari-
hari baik dengan keluarga, guru, teman-teman dan lingkungan sekitar.

Reference:

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000).

Geringan Depi, Psikologi sosial, (Bandung: Eresco.1998).

Syamsu Yusuf L N., Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya
, 2001).

Thoha. M. 2005. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Green, L.W, dan Kreuter, M.W. 2000.Health Promotion Planning; An Educational and
Environmental Approach, second edition, Mayfield Publishing Company, London.

Notoatmodjo, S . 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, (edisi revisi), Penerbit Rineka


Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai