Anda di halaman 1dari 11

Dosen Pengampuh: Firman., S.Kep., NS., M.

Kes

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN HIV DAN

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA PASIEN HIV

DI SUSUN OLEH:

NAMA : Wa Ode Anida

NIM : P202001065

KELAS : B2 - Keperawatan

PROGRAM STUDI-S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan

tugas makalah ini yang berjudul Pemeriksaan fisik pada pasien HIV dan Pemeriksaan

Diagnostik Pada Pasien HIV

Makalah ini di maksudkan sebagai tuntutan belajar bagi mahasiswa pendidikan

kesehatan khususnya program studi Keperawatan HIV Aids Semoga dengan adanya

makalah ini bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi saya sendiri.

Tentunya penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari

kata kesempurnaan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dari

para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata saya mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 6 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Pemeriksaan Fisik Pada Pasien HIV .................................................................... 3
B. Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien HIV .......................................................... 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 7

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 7
B. Saran ....................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang dapat menurunkan
kekebalan tubuh . Menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa HIV adalah sejenis
retrovirus-RNA yang menerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV. HIV/AIDS adalah
suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan


infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah
diketahui dua tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi sebagian besar
disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis
dari HIV-1 dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan
dan masa inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih pendek (Martono,
2009).

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairancairan tubuh tersebut.

Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAD, 2007) komplikasi yang


terjadi pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut : Kandidiasis bronkus, trakea, atau
paru-paru, Kandidiasis esophagus, Kriptokokosis ekstra paru, Kriptosporidiosis intestinal
kronis (>1 bulan), Renitis CMV (gangguan penglihatan), Herpes simplek, ulkus kronik (> 1
bulan), Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru, Ensefalitis toxoplasma.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS
dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak
pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemeriksaan fisik pada pasien HIV ?


2. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik pada pasien HIV ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk megetahui pemeriksaan fisik pada pasien HIV


2. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien HIV
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Fisik Pada Pasien HIV

Pemeriksaan fisik HIV dilakukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien
saat ini. Pemeriksaan HIV meliputi antara lain:

a. Suhu
Demam umum pada orang yang terinfeksi HIV, bahkan bila tidak ada gejala lain.
Demam kadang-kadang bisa menjadi tanda dari jenis penyakit infeksi tertentu atau kanker
yang lebih umum pada orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah . Dokter
akan memeriksa suhu Anda pada setiap kunjungan.
b. Berat
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan. Kehilangan 10% atau lebih
dari berat badan Anda mungkin akibat dari sindrom wasting, yang merupakan salah satu
tanda-tanda AIDS , dan yang paling parah Tahap terakhir infeksi HIV. Diperlukan bantuan
tambahan gizi yang cukup jika Anda telah kehilangan berat badan.
c. Mata
Cytomegalovirus (CMV) retinius adalah komplikasi umum AIDS. Hal ini terjadi lebih
sering pada orang yang memiliki CD4 jumlah kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL).
Termasuk gejala floaters, penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan. Jika terdapat
gejala retinitis CMV, diharuskan memeriksakan diri ke dokter mata sesegera mungkin.
Beberapa dokter menyarankan kunjungan dokter mata setiap 3 sampai 6 bulan jika jumlah
CD4 anda kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL).
d. Mulut
Infeksi Jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum pada orang yang terinfeksi
HIV. Dokter akan akan melakukan pemeriksaan mulut pada setiap kunjungan.
pemeriksakan gigi setidaknya dua kali setahun. Jika Anda beresiko terkena penyakit gusi
(penyakit periodontal), Anda perlu ke dokter gigi Anda lebih sering.
e. Kelenjar getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati) tidak selalu disebabkan oleh HIV.
Pada pemeriksaan kelenjar getah bening yang semakin membesar atau jika ditemukan
ukuran yang berbeda, Dokter akan memeriksa kelenjar getah bening Anda pada setiap
kunjungan.
f. Perut
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan hati yang membesar (hepatomegali) atau
pembesaran limpa (splenomegali). Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi baru atau
mungkin menunjukkan kanker. Dokter akan melakukan pemeriksaan perut pada kunjungan
setiap atau jika Anda mengalami gejala-gejala seperti nyeri di kanan atas atau bagian kiri
atas perut Anda.
g. Kulit
Kulit merupakan masalah yang umum untuk penderita HIV. pemeriksaan yang teratur
dapat mengungkapkan kondisi yang dapat diobati mulai tingkat keparahan dari dermatitis
seboroik dapat sarkoma Kaposi . Dokter akan melakukan pemeriksaan kulit setiap 6 bulan
atau kapan gejala berkembang.
h. Ginekologi terinfeksi
Perempuan yang HIV-memiliki lebih serviks kelainan sel daripada wanita yang tidak
memiliki HIV. Perubahan ini sel dapat dideteksi dengan tes Pap. Anda harus memiliki dua
tes Pap selama tahun pertama setelah anda telah didiagnosa dengan HIV. Jika kedua
pemeriksaan Pap Smear hasilnya normal, Anda harus melakukan tes Pap sekali setahun.
Anda mungkin harus memiliki tes Pap lebih sering jika Anda pernah memiliki hasil tes
abnormal.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh akan memberikan informasi tentang kesehatan
anda saat ini. Pada pemeriksaan selanjutnyaa dokter akan menggunakan informasi ini
untuk melihat apakah status kesehatan anda berubah.

B. Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien HIV


Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan
dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya.
Pemeriksaan diagnostic HIV/AIDS meliputi:

a. ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi antibody yang
dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibody tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke-
2, atau bahkan minggu ke-12 setelah terpapar virus HIV. Karena alasan inilah maka para
ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke-12 sesudah
melakukan aktivitas hubungan seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi. Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air
kencing. Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa telah
terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Bolt datau IFA, untuk
mengonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi, walaupun ELISA menunjukkan hasil
positif , masih ada dua kemungkinan orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau
betul-betul telah terinfeksi HIV. Jika diperoleh tes ELISA negatif maka kembali
melakukan konseling untuk penataan perilaku seks yang lebih aman. Pemeriksaan diulang
kembali dalam waktu 3-6 bulan.

b. Westen Bolt
Sama halnya dengan etes ELISA, Western Bolt juga mendeteksi antibody terhadap
HIV. Western bolt menjadi ters konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih
sensitive dan lebih spesifik, sehingga kasus yang tidak disimpulkan sangat kecil.
Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam
melakukannya.

c. Rapid Test
Saat ini telah tersedia tes HIV cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan ini sangat mirip
dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan sampel darah jari dan air liur.

d. IFA (Indirect Flourescent Antibody)


IFA atau indirect fluorescent antibody juga merupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA
positif. IFA juga mendeteksi antibody terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari
pemeriksaan ini adalah biayanya yang mahal.

e. PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan
virus HIV di dalam darah. Tes ini dapt dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu
setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh
karena itu, biasanya hanya dilakukan jika diuji antibody diatas tidak memberikan hasil
yang pasti. Selain itu, PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screeing
test) darah atau organ yang akan didonorkan.

f. Tes CD4
Satu akibat dari infeksi HIV adalah kerusakan pada sistem kekebalan tubuh kita. HIV
membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut sel CD4. Sel ini bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh, dan jika ada jumlahnya yang kurang, sistem tersebut menjadi
terlalu lemah untuk melawan infeksi. Jumlah sel CD4 dapat diukur melalui tes darah
khusus. Jumlah normal pada orang sehat antara 500 sampai 1.500. setelah terinfeksi HIV,
jumlah ini biasanya turun terus. Jadi jumlah ini mencerminkan sistem kekebalan tubuh kita
: semakin rendah, semakin rusak sistem kekebalan. Jika jumlah CD4 turun dibawah 200,
ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh cukup rusak sehingga infeksi oportunistik
dapat menyerang tubuh. Ini berarti sudah sampai masa AIDS.

g. Tes TLC
Karena sel CD4 adalah anggota golongan sel darah putih yang disebut limfosit, jumlah
limfosit total juga dapat memberi gambaran tentang kesehatan sistem kekebalan tubuh. Tes
ini yang disebut sebagai lymphocyte count atau TLC, adalah murah dan bisa dilaksanaan
pada hampir semua laboratorium. Seperti jumlah CD4, semain rusak sistem kekebalan,
semakin rndah TLC. Pada orang sehat, TLC normal adalah kurang lebih 2000. TLC 1.000-
1.250 biasanya serupa dengan CD4 kurang lebih 200.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik HIV dilakukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien
saat ini. Pemeriksaan HIV meliputi yaitu, Suhu, Berat, Mata, Mulut, Kelenjar getah bening,
Perut, Kulit, Ginekologi terinfeksi.
Pemeriksaan diagnostic penderita HIV, diantaranya yaitu EILISA, Westen bolt, Rapit test,
IFA, Pcr test, Test CD4, dan Test CLT.

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa khususnya perawat harus mengetahui apa itu pemeriksaan
fisik pada pasien HIV, serta pemeriksaan diagnostic pada penderita HIV, dan apa saja yang
harus di lakukan oleh seseorang perawat agar nantinya tidak terjadi malpraktik.
DAFTAR PUSTAKA

Durham, Jerry, D. 2009. The Person Of HIV/AIDS Nursing

Vlandimir, Max Essex. 2013. HIV/AIDS Treatments in Resources Poor Countries

Herdman, T. Heather. 2011. Nursing Diagnosis: Definitions & Classification

Jemmott, JB, Jemmott, LS. 2010. Preventing AIDS:Theory and practice of


BehavioralInterventions

Anda mungkin juga menyukai