Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 509 :

PASAR EKSPOR
By :

- Elizabeth Kristiawati (210214)


- Endah Helmynasari (210218)
- Nurul Hanifah (210563)
- Raden Adam Gunawan Muhammad (210599)
I. Profil Negara
Nama Resmi : REPUBLIK PERU (República del Perú)
Bentuk Negara : Republik / Presidensial
Ibu Kota : Lima , (WIB -12 jam)
Luas Wilayah : 1.285.220 km2
Lagu Kebangsaan : Somos libres, seámoslo siempre
Populasi : 31,036 juta (Juli 2017 INEI, Peru)
Agama : Katolik 77%
: Spanyol 84,1% (resmi), Quechua (resmi) 13%,
Aymara resmi) 1,7%
g : Peruvian Nuevo Sol (US$ 1 = PEN 3,30 - Juni
2019)
Hari Nasional : 28 Juli (Hari Kemerdekaan: 28 Juli 1821)
Kepala Negara : Presiden Martin Alberto Vizcarra Cornejo (mulai 23
Maret 2018).
Presiden : Pedro Pablo Kuczynski (28 Juli 2016 s.d. 21 Maret
2018). Mengundurkan diri dari jabatannya tanggal 21
Maret 2018) Catatan: Pemilu 5 tahun sekali, Presiden
tidak dapat dipilih dua kali berturut-turut.
Menteri Luar Negeri :Nestor Francisco Popolizio Bardales (mulai 2 April
2018)
Keikutsertaan dalam Organisasi Internasional : APEC, BIS, CAN, CELAC, FAO, G-
15, G-24, G-77, IADB, IAEA, IBRD, ICAO, ICRM, IDA, IFAD, IFC, IFRCS, IHO,
ILO, IMF, IMO, IMSO, Interpol, IOC, IOM, IPU, ISO, ITSO, ITU, ITUC, LAES,
LAIA, Mercosur (associate), MIGA, MINUSTAH, MONUSCO, NAM, OAS,
OPANAL, OPCW, PCA, UN, UNASUR, UNCTAD, UNESCO, UNIDO, Union
Latina, UNMIL, UNMISS, UNOCI, UNWTO, UPU, WCO, WFTU, WHO, WIPO,
WMO, WTO.
II. Peta Wilayah
III. Hubungan Bilateral RI-Peru
Hubungan Diplomatik 12 Agustus 1975 Perwakilan Pemerintah :
Kedutaan Besar Peru di Jakarta : Duta Besar Peru H.E. Julio Arturo Cardenas (copy
credentials diserahkan kepada KPN tanggal 2 Juni 2017. Penyerahan credentials
kepada Presiden RI tanggal 12 September 2017).
KBRI Lima : Duta Besar RI Marina Estella Anwar Bey (dilantik 20 Februari 2018)
(merangkap Plurinational State of Bolivia). Penyerahan credentials kepada Presiden
RI tanggal 18 Juli 2018).
IV. Trend Perdagangan Impor
Peru adalah salah satu mitra dagang Indonesia yang penting. Menurut Biro Pusat
Statistik (BPS) Indonesia, total perdagangan bilateral pada tahun 2014 mencapai Rp
277.230.000. Selama 2010-2014, tren total perdagangan meningkat hingga 18,05% per
tahun. Ekspor dan impor nonmigas Indonesia dengan Peru meningkat masing-masing
18,59% dan 16,34% pada periode yang sama. Data tersebut menunjukkan bahwa
perdagangan antara Indonesia dan Peru menjadi lebih signifikan. Di sisi lain, Indonesia
dan Peru telah bekerja sama erat di berbagai bidang termasuk pembangunan ekonomi,
teknologi informasi, pekerja asing, energi, pertanian, kelautan dan perikanan,
kehutanan, pariwisata, usaha kecil dan menengah serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperti banyak negara di kawasan ini, Peru telah aktif berpartisipasi dalam kerjasama
perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) dalam beberapa tahun terakhir.
Sejak tahun 2007, Peru telah melakukan perdagangan regional yang berlaku antara Peru
dan negara-negara anggota Komunitas Andes (Andean Community) lainnya, negara-
negara Mercado Común del Sur (MERCOSUR), serta negara-negara anggota lainnya
dari Latin American Integration Association (LAIA). Sejak itu Peru telah
menandatangani 14 perjanjian perdagangan baru. FTA Peru yang sudah berlaku
diantaranya FTA dengan Kanada, Chili, Cina, Kosta Rika, Asosiasi Perdagangan Bebas
Eropa (EFTA), Uni Eropa, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Panama, Singapura,
Thailand, Amerika Serikat dan Republik Bolivarian Venezuela. Peru juga telah
menandatangani perjanjian perdagangan (belum berlaku) dengan Guatemala. Sementara
FTA yang saat ini masih dalam tahap negosiasi diantaranya Kolombia, El Salvador-,
Honduras, Meksiko, Thailand, Pacific Alliancedan Trans- Pacific Partnership (TPP).
V. Trend Perdagangan Ekspor
Secara total Peru telah memiliki 17 perjanjian perdagangan yang berlaku meliputi
52 negara di dunia. Pada tahun 2012, 73,9% dari total ekspor Peru merupakan ekspor ke
negara mitra FTA dan 76,2% impor Peru juga menggunakan skema FTA. Indonesia
telah terlibat dalam negosiasi untuk FTA dengan sejumlah negara diantaramya dalam
skema perdagangan bebas ASEAN-China, ASEAN-Korea dan ASEAN-India. Indonesia
juga telah menerapkan perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan Jepang sejak Juli
2008 melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Jepang (IJEPA).
Indonesia telah merundingkan perjanjian bilateral dengan Pakistan. Selain itu, FTA
yang dibentuk oleh Korea-ASEAN, yang secara substansial akan mengurangi tarif yang
ada dan hambatan non tarif untuk perdagangan antara Korea dan ASEAN, akan
memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi regional, termasuk Indonesia.
ASEAN-Korea ditandatangani pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Antara Indonesia dan Peru terbuka peluang yang cukup besar untuk lebih memperkuat
hubungan bilateral kedua negara baik dalam perdagangan maupun hubungan ekonomi
dengan mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam perdagangan barang dan jasa.
Pada tahap awal sebuah Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3 Preferential
Trade Agreement (PTA) bilateral antara Peru dapat meningkatkan kinerja perdagangan
kedua negara. Diharapkan kerjasama perdagangan akan mendorong investasi bilateral
ke tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, peluang bagi Peru untuk bekerja sama dengan
Indonesia, termasuk melalui penguatan sejumlah proyek kerjasama ekonomi dan
kapasitas Indonesia untuk secara efektif memanfaatkan peluang pasar baru yang
diciptakan oleh PTA bilateral juga akan ditingkatkan. Pertemuan Presiden Republik
Indonesia dan Presiden Peru di Vladivostok telah menyepakati bahwa Indonesia dan
Peru akan melanjutkan kerja sama yang erat untuk meningkatkan perdagangan.
Komitmen ini diikuti dengan adanya surat dari Menteri Perdagangan Luar Negeri dan
Pariwisata Republik Peru, HE Jose Luis Silva Martinot, yang ditujukan kepada Menteri
Perdagangan RI, HE Gita Wirjawan, pada 14 Juni 2013. Kemudian hal tersebut juga
dibahas pada pertemuan tingkat Menteri dalam pertemuan bilateral Wakil Menteri
Perdagangan RI, dan Menteri Perdagangan dan Pariwisata Peru di Lima-Peru pada 14
September 2013. Selanjutnya, Pada pertemuan APEC Ministerial Meeting dan KTM
WTO ke-9 di Nusa Dua, Bali, Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan Luar
Negeri dan Pariwisata Peru sepakat untuk membentuk tim teknis Joint Study Group
(JSG) dan menyusun draft Term of Reference (TOR) Indonesia Peru PTA.
VI. Potensi Pengembangan Produk Yang Layak
Pertumbuhan ekonomi Peru yang menunjukkan tren positif berakibat pada transisi
kelas masyarakat yang menggambarkan peningkatan potensi daya beli. Ditambah
dengan pola budaya konsumtif menjelang hari-hari besar di Peru, semakin terbuka
peluang untuk membanjiri Peru dengan produk-produk Indonesia. profil perdagangan
Indonesia dan Peru saat ini menunjukan peluang yang besar untuk produk-produk
UMKM Indonesia seperti mentega putih (shortening), gula kelapa, minyak sawit, santan
kelapa, penyedap rasa, rempah-rempah: Cengkeh, Buah Pala, Kayu Manis, Bubuk Cabe,
Lada, Vanilla, dll.
Jika melihat data, maka kecil kemungkinan untuk mengekspor olahan pangan ke
peru. Namun hal ini dapat diatasi dengan mengekspor turunan olahan pangannya seperti
keripik, dan olahan lainnya. Seperti produk olahan tempe, dapat dijadikan produk
keripik tempe. Jika melihat kecenderungan masyarakat peru, masyarakat cenderung
menyukai rasa yang kuat dalam rasanya, sehingga rempah-rempah cocok dijadikan
dalam pilihan rasanya seperti keripik tempe pedas lada, cabe, dll.
VII. Karakteristik Konsumen Atau Buyer
Untuk ukuran Amerika Selatan, Peru termasuk negara yang memiliki penduduk
terbilang besar yaitu 30,1 juta jiwa sehingga merupakan pasar yang cukup potensial.
Selain itu, 72% populasi negara itu berada di bawah usia 40 tahun atau mayoritas berada
di usia produktif dengan daya beli domestik yang kuat, tercermin dari pendapatan
perkapita di Peru yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 pendapatan
perkapita Peru adalah sebesar US$ 4.900, tahun 2011 sebesar US$ 5.900 dan pada tahun
2012 sebesar US$ 6.500.
Namun menurut seorang pelaku pasar di Peru, meskipun memiliki jumlah kelas
menengah dan daya beli tinggi, pola konsumsi masyarakat di negeri ini masih mengikuti
selera negara berkembang karena sebagian besar konsumen masih mencari produk
dengan harga murah dan terkadang tidak memperhatikan mutu atau kualitas.

Anda mungkin juga menyukai