0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan6 halaman
Dokumen ini membahas tentang pasar ekspor Peru. Peru memiliki populasi besar dengan usia produktif dan pendapatan per kapita yang meningkat. Namun konsumen di Peru cenderung mencari produk dengan harga murah tanpa memperhatikan kualitas. Produk potensial untuk diekspor ke Peru antara lain rempah-rempah, minyak sawit, dan keripik olahan seperti keripik tempe pedas. Indonesia dan Peru perlu meningkatkan kerja sama perdagangan.
Dokumen ini membahas tentang pasar ekspor Peru. Peru memiliki populasi besar dengan usia produktif dan pendapatan per kapita yang meningkat. Namun konsumen di Peru cenderung mencari produk dengan harga murah tanpa memperhatikan kualitas. Produk potensial untuk diekspor ke Peru antara lain rempah-rempah, minyak sawit, dan keripik olahan seperti keripik tempe pedas. Indonesia dan Peru perlu meningkatkan kerja sama perdagangan.
Dokumen ini membahas tentang pasar ekspor Peru. Peru memiliki populasi besar dengan usia produktif dan pendapatan per kapita yang meningkat. Namun konsumen di Peru cenderung mencari produk dengan harga murah tanpa memperhatikan kualitas. Produk potensial untuk diekspor ke Peru antara lain rempah-rempah, minyak sawit, dan keripik olahan seperti keripik tempe pedas. Indonesia dan Peru perlu meningkatkan kerja sama perdagangan.
- Endah Helmynasari (210218) - Nurul Hanifah (210563) - Raden Adam Gunawan Muhammad (210599) I. Profil Negara Nama Resmi : REPUBLIK PERU (República del Perú) Bentuk Negara : Republik / Presidensial Ibu Kota : Lima , (WIB -12 jam) Luas Wilayah : 1.285.220 km2 Lagu Kebangsaan : Somos libres, seámoslo siempre Populasi : 31,036 juta (Juli 2017 INEI, Peru) Agama : Katolik 77% : Spanyol 84,1% (resmi), Quechua (resmi) 13%, Aymara resmi) 1,7% g : Peruvian Nuevo Sol (US$ 1 = PEN 3,30 - Juni 2019) Hari Nasional : 28 Juli (Hari Kemerdekaan: 28 Juli 1821) Kepala Negara : Presiden Martin Alberto Vizcarra Cornejo (mulai 23 Maret 2018). Presiden : Pedro Pablo Kuczynski (28 Juli 2016 s.d. 21 Maret 2018). Mengundurkan diri dari jabatannya tanggal 21 Maret 2018) Catatan: Pemilu 5 tahun sekali, Presiden tidak dapat dipilih dua kali berturut-turut. Menteri Luar Negeri :Nestor Francisco Popolizio Bardales (mulai 2 April 2018) Keikutsertaan dalam Organisasi Internasional : APEC, BIS, CAN, CELAC, FAO, G- 15, G-24, G-77, IADB, IAEA, IBRD, ICAO, ICRM, IDA, IFAD, IFC, IFRCS, IHO, ILO, IMF, IMO, IMSO, Interpol, IOC, IOM, IPU, ISO, ITSO, ITU, ITUC, LAES, LAIA, Mercosur (associate), MIGA, MINUSTAH, MONUSCO, NAM, OAS, OPANAL, OPCW, PCA, UN, UNASUR, UNCTAD, UNESCO, UNIDO, Union Latina, UNMIL, UNMISS, UNOCI, UNWTO, UPU, WCO, WFTU, WHO, WIPO, WMO, WTO. II. Peta Wilayah III. Hubungan Bilateral RI-Peru Hubungan Diplomatik 12 Agustus 1975 Perwakilan Pemerintah : Kedutaan Besar Peru di Jakarta : Duta Besar Peru H.E. Julio Arturo Cardenas (copy credentials diserahkan kepada KPN tanggal 2 Juni 2017. Penyerahan credentials kepada Presiden RI tanggal 12 September 2017). KBRI Lima : Duta Besar RI Marina Estella Anwar Bey (dilantik 20 Februari 2018) (merangkap Plurinational State of Bolivia). Penyerahan credentials kepada Presiden RI tanggal 18 Juli 2018). IV. Trend Perdagangan Impor Peru adalah salah satu mitra dagang Indonesia yang penting. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia, total perdagangan bilateral pada tahun 2014 mencapai Rp 277.230.000. Selama 2010-2014, tren total perdagangan meningkat hingga 18,05% per tahun. Ekspor dan impor nonmigas Indonesia dengan Peru meningkat masing-masing 18,59% dan 16,34% pada periode yang sama. Data tersebut menunjukkan bahwa perdagangan antara Indonesia dan Peru menjadi lebih signifikan. Di sisi lain, Indonesia dan Peru telah bekerja sama erat di berbagai bidang termasuk pembangunan ekonomi, teknologi informasi, pekerja asing, energi, pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, pariwisata, usaha kecil dan menengah serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti banyak negara di kawasan ini, Peru telah aktif berpartisipasi dalam kerjasama perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2007, Peru telah melakukan perdagangan regional yang berlaku antara Peru dan negara-negara anggota Komunitas Andes (Andean Community) lainnya, negara- negara Mercado Común del Sur (MERCOSUR), serta negara-negara anggota lainnya dari Latin American Integration Association (LAIA). Sejak itu Peru telah menandatangani 14 perjanjian perdagangan baru. FTA Peru yang sudah berlaku diantaranya FTA dengan Kanada, Chili, Cina, Kosta Rika, Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), Uni Eropa, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Panama, Singapura, Thailand, Amerika Serikat dan Republik Bolivarian Venezuela. Peru juga telah menandatangani perjanjian perdagangan (belum berlaku) dengan Guatemala. Sementara FTA yang saat ini masih dalam tahap negosiasi diantaranya Kolombia, El Salvador-, Honduras, Meksiko, Thailand, Pacific Alliancedan Trans- Pacific Partnership (TPP). V. Trend Perdagangan Ekspor Secara total Peru telah memiliki 17 perjanjian perdagangan yang berlaku meliputi 52 negara di dunia. Pada tahun 2012, 73,9% dari total ekspor Peru merupakan ekspor ke negara mitra FTA dan 76,2% impor Peru juga menggunakan skema FTA. Indonesia telah terlibat dalam negosiasi untuk FTA dengan sejumlah negara diantaramya dalam skema perdagangan bebas ASEAN-China, ASEAN-Korea dan ASEAN-India. Indonesia juga telah menerapkan perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan Jepang sejak Juli 2008 melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Jepang (IJEPA). Indonesia telah merundingkan perjanjian bilateral dengan Pakistan. Selain itu, FTA yang dibentuk oleh Korea-ASEAN, yang secara substansial akan mengurangi tarif yang ada dan hambatan non tarif untuk perdagangan antara Korea dan ASEAN, akan memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi regional, termasuk Indonesia. ASEAN-Korea ditandatangani pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia. Antara Indonesia dan Peru terbuka peluang yang cukup besar untuk lebih memperkuat hubungan bilateral kedua negara baik dalam perdagangan maupun hubungan ekonomi dengan mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam perdagangan barang dan jasa. Pada tahap awal sebuah Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3 Preferential Trade Agreement (PTA) bilateral antara Peru dapat meningkatkan kinerja perdagangan kedua negara. Diharapkan kerjasama perdagangan akan mendorong investasi bilateral ke tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, peluang bagi Peru untuk bekerja sama dengan Indonesia, termasuk melalui penguatan sejumlah proyek kerjasama ekonomi dan kapasitas Indonesia untuk secara efektif memanfaatkan peluang pasar baru yang diciptakan oleh PTA bilateral juga akan ditingkatkan. Pertemuan Presiden Republik Indonesia dan Presiden Peru di Vladivostok telah menyepakati bahwa Indonesia dan Peru akan melanjutkan kerja sama yang erat untuk meningkatkan perdagangan. Komitmen ini diikuti dengan adanya surat dari Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Republik Peru, HE Jose Luis Silva Martinot, yang ditujukan kepada Menteri Perdagangan RI, HE Gita Wirjawan, pada 14 Juni 2013. Kemudian hal tersebut juga dibahas pada pertemuan tingkat Menteri dalam pertemuan bilateral Wakil Menteri Perdagangan RI, dan Menteri Perdagangan dan Pariwisata Peru di Lima-Peru pada 14 September 2013. Selanjutnya, Pada pertemuan APEC Ministerial Meeting dan KTM WTO ke-9 di Nusa Dua, Bali, Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru sepakat untuk membentuk tim teknis Joint Study Group (JSG) dan menyusun draft Term of Reference (TOR) Indonesia Peru PTA. VI. Potensi Pengembangan Produk Yang Layak Pertumbuhan ekonomi Peru yang menunjukkan tren positif berakibat pada transisi kelas masyarakat yang menggambarkan peningkatan potensi daya beli. Ditambah dengan pola budaya konsumtif menjelang hari-hari besar di Peru, semakin terbuka peluang untuk membanjiri Peru dengan produk-produk Indonesia. profil perdagangan Indonesia dan Peru saat ini menunjukan peluang yang besar untuk produk-produk UMKM Indonesia seperti mentega putih (shortening), gula kelapa, minyak sawit, santan kelapa, penyedap rasa, rempah-rempah: Cengkeh, Buah Pala, Kayu Manis, Bubuk Cabe, Lada, Vanilla, dll. Jika melihat data, maka kecil kemungkinan untuk mengekspor olahan pangan ke peru. Namun hal ini dapat diatasi dengan mengekspor turunan olahan pangannya seperti keripik, dan olahan lainnya. Seperti produk olahan tempe, dapat dijadikan produk keripik tempe. Jika melihat kecenderungan masyarakat peru, masyarakat cenderung menyukai rasa yang kuat dalam rasanya, sehingga rempah-rempah cocok dijadikan dalam pilihan rasanya seperti keripik tempe pedas lada, cabe, dll. VII. Karakteristik Konsumen Atau Buyer Untuk ukuran Amerika Selatan, Peru termasuk negara yang memiliki penduduk terbilang besar yaitu 30,1 juta jiwa sehingga merupakan pasar yang cukup potensial. Selain itu, 72% populasi negara itu berada di bawah usia 40 tahun atau mayoritas berada di usia produktif dengan daya beli domestik yang kuat, tercermin dari pendapatan perkapita di Peru yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 pendapatan perkapita Peru adalah sebesar US$ 4.900, tahun 2011 sebesar US$ 5.900 dan pada tahun 2012 sebesar US$ 6.500. Namun menurut seorang pelaku pasar di Peru, meskipun memiliki jumlah kelas menengah dan daya beli tinggi, pola konsumsi masyarakat di negeri ini masih mengikuti selera negara berkembang karena sebagian besar konsumen masih mencari produk dengan harga murah dan terkadang tidak memperhatikan mutu atau kualitas.