Anda di halaman 1dari 6

ULASAN ARTIKEL

Masalah Perencanaan Penelitian


Oleh: Mely G. Tan
Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional, LIPI (1977)

Agus Indra Setiawan


20/467813/PMU/10419
Magister Kajian Pariwisata
2020
Pendahuluan

Keberhasilan sebuah penelitian ditentukan oleh perencanaan, meskipun pada hakikatnya


sebuah prencanaan bersifat sementara dan memungkinkan perubahan-perubahan yang selalu
memungkinkan sesuai dengan syarat-syarat ilmiah. Penulis mengemukakan perencanaan
penelitian terbagi atas delapan tahap yang dibagi atas:

1. Pemilihan permasalahan
Penulis mengemukakan bahwa pada umumnya terdapat banyak permasalahan yang
dapat dijadikan objek penelitian di bidang kemasyarakatan dari permasalahan kekeluargaan,
pendidikan, agama, politik, ketenagakerjaan hingga masalah pertanian. Namun demikian
dikarenakan keterbatasan tenaga dan biaya tidak semua penelitian dapat dilaksanakan, selain
itu ada dua hal pokok yang perlu menjadi pertimbangan dalam melaksanakan penelitian yaitu
kebermanfaatan penelitian dan apakah penelitian tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan penelitian adalah apakah
peneliti ingin melakukan peneliian yang bersifat dasar atau terapan mengingat kedua hal
tersebut memliliki prinsip dan karakteristik yang berbeda. Dalam keadaan ideal dengan
kecukupan tenaga dan biaya kedua jenis penelitian tersebut dapat dilakukan sekaligus, namun
demikian disaat dihadapkan pada kondisi dengan keterbatasan tenaga dan biaya maka salah
satu jenis penelitian harus menjadi prioritas apakah penelitian yang berifat dasar atau terapan.
Penelitian dasar seringkali memakan waktu yang lama dan biaya yang tinggi sementara
hasilnya belum tentu segera dapat dimanfaatkan. Sebaliknya penelitian terapan apalagi yang
bersifat terarah biasanya dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang relatif pendek, tidak
memerlukan biaya yang tinggi, dan memeiliki tujuan yang praktis dengan meneliti suatu
masalah yang hasilnya merupakan usul-usul atau rekomendasi yang dapat membantu untuk
mengatasi suatu permasalahan. Namun demikian ada hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan penelitian yang bersifat terarah, karena penelitian yang bersifat terarah juga memiliki
resiko karena penelitian ini terdorong dari keinginan dari pihak yang membiayai penelitian untuk
segera mendapat pemecahan atau suatu masalah. Untuk itu seorang peneliti dituntut untuk
dapat mempertahankan prosedur ilmiah dengan merumuskan kriteria-kriteria untuk hipotesa-
hipotesa yang baik.
Suatu penelitian terapan dapat berperan membantu usaha penelitian dengan: (1)
memberi bukti-bukti yang meyakinkan akan manfaat penelitian; (2) menggunakan dan
mengembangkan Teknik yang juga dapat dipakai dalam peneitian dasar; (3) memberikan data
dan pikiran yang dapat mempercepat proses generalisasi.

2. Penentuan Ruang Lingkup Penelitian


Langkah selanjutnya setelah pemilihan permasalahan menurut Tan adalah penentuan
ruang lingkup penelitian. Tan menekankan pentingnya penentuan ruang lingkup penelitian ini
agar peneliti tidak terjerumus dalam sekian banyaknya data yang akan diteliti dikarenakan
ruang lingkup penelitian yang sangat luas. Pemilihan fokus dan lokus penelitian ditentukan
berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu: (1) maksud penelitian, (2) ketersediaan bahan
yang ada untuk mendukung penelitian, (3) perumusan asumsi dan anggapan, (4) penelitian
lapangan yang sudah dilakukan.

3. Pemeriksaan tulisan-tulisan yang bersangkutan


Pada tahapan ini Tan menganalogikan sebuah usaha ilmiah bagaikan membangun
sebuah bangunan , yang mana setiap usaha baru yang dilakukan atas bangunan tersebut
didasarkan atas usaha-usaha sebelumnya yang telah dilakukan. Demikian juga hal nya dengan
tulisan ilmiah di man akita perlu untuk memeriksan tulisan-tulisan sebelumnya sebagai acuan
dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah. Tan menyarankan untuk memeriksa apakah ada
tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan masalah yang akan kita teliti dengan Teknik membuat
daftar pustaka mengenai maslaah yang bersangkutan. Lebih lanjut Tan mengemukanan fungsi-
fungsi dari pemeriksanaan tulisan-tulisan yang bersangkutan adalah: (1) untuk memeprdalam
pengetahuan menganai masalah yang akan diteliti; (2) untuk menegaskan kerangka teoritis yang
dijadikan landasan berpikir; (3) untuk mempertajam konsep-konsep yang akan digunakan; (4)
untuk menghindari terjadinya pengulangan dari suatu penelitian yang sama.

4. Perumusan Kerangka Teoritis


Pengetahuan yang diperoleh dari tulisan dan dokumen yang berkaitan dengan penelitian
serta pengalaman peneliti dapat menjadi landasan pemikiran bagi peneliti, dan tidak semua
peneliti akan memulai suatu penelitian dengan teori tertentu. Tan menjelaskan bahwa teori
pada pokoknya merupakan pernyataan dari sebab-akibat atau suatu hubungan positif antara
gejala yang diteliti dengan satu atau beberapa faktor tertentu. Oleh karena itu kerangka teoritis
dapat membantu peneliti dalam penentuan arah dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti harus memahami bahwa teori bukanlah pengetahuan yang sudah pasti, akan tetapi
peneliti perlu untuk memahami bahwa tori merupakan sebuah petunjuk dalam menentukan
hipotesis.

5. Pembentukan Konsep
Tan mengatakan bahwa konsep atau pengertian adalah unsur pokok dari suatu
penelitian yang merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep ada
yang bersifat sederhana dan ada yang bersifat rumit yang nantinya akan menentukan variable-
variabel yang memiliki hubungan empiris . Konsep yang tidak sederhana atau rumit bersifat
abstrak dan dalam ilmu sosial dikenal dengan konsep construct yang hanya dapat diperoleh
secara tidak langsung dengan pengamatan dari gejala yang dilihat yang berhubungan dengan
konsep itu.
Dari sekian banyak konsep yang akan dipilih, pemilihan konsep yang tepat menjadi sangat
penting, untuk itu penentuan ruang lingkup dan Batasan persoalan diperlukan sehingga jumlah
konsep yang berkaitan dengan penelitian dapat dibatasi. Tan mengatakan bahwa kesukaran
dalam penentuan konsep penelitian di ilmu sosial adalah penggunaan kalimat yang
sebenarnya kalimat tersebut mrupakan istilah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
namun memiliki arti yang berbeda dalam konteks penelitian. Tan mencontohkan kata “peranan”
yang dalam kehidupan sehari-hari biasanya dihubungkan dengan permainan pelaku dalam
sandiwara, sementara dalam ilmu sosial konsep “peranan” dihubungkan dengan perilaku
seseorang dalam kedudukan tertentu. Selain perbedaan dengan Bahasa sehari-hari, tantangan
berikutnya adalah perbedaan tanggapan atas sebuah konsep itu sendiri yang berbeda-beda
menurut para ahli ilmu sosial di mana suatu konsep tertentu bisa saja didefinisikan secara
berbeda oleh masing-masing ahli ilmu sosial. Dalam menyikapi hal ini Tan mengatakan bahwa
seorang peneliti memiiki kebebasan tersndiri untuk memberi arti atas sebuah konsep sesuai
dengan tujuan penelitiannya.
Konsep sebenarnya masih bersifat abstrak dan oleh karenanya sebuah konsep perlu dirubah
dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris atau dengan kata lain mengubah konsep
menjadi definisi operasional. Young (1966) mengatakan bahwa definisi operasional adalah
mengubah konsep yang berupa konstruksi abstrak menjadi kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati, dapat diuji, dan dapat ditentukan kebenarannya oleh
orang lain.
Konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Penentuan dan perincian konsep
sangat penting agar persoalan penelitian tidak menjadi kabur. Penegasan dari konsep yang
terpilih diperlukan untuk menghindari terjadinya salah pengertian tentang konsep yang akan
digunakan. Karena sifat konsep yang masih abstrak maka, konsep perlu untuk dikembangkan
menjadi bentuk kata-kata yang dapat diukur scara empiris.
6. Perumusan Hipotesa

Setelah ditentukannya konsep-konsep yang tepat, tahap selanjutnya adalah mencari


hubungan antara gejala dan fakta. Tan mendefinisikan hipotesa sebagai sebuah rumusan yang
menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih yang mmpunyai
sifat sementara. Pembentukan hipotesa bukan merupakan sebuah upaya untuk menyimpulkan
suatu hal yang sudah pasti, untuk itu seorang penelti perlu menghindari menyesuaikan data
dengan hipotesa yang ada karena hipotesa bagaimanapun masih perlu diuji kebenarannya.
Lebih lanjut Tan mengatakan bahwa hipotesan dalam sebuah penelitian mempunyai
peranan untuk: (1) memberikan tujuan yang tegas bagi penlitian; (2) membantu dalam
penentuan arah yang harus ditempuh, dan (3) menghindarkan suatu peneliitian yang tak
terarah serta menghindari pengumpulan data yang tidak ada kaitannya dengan hal yang diteliti.
Hipotesa yang baik dapat dicirikan dari kesederhanaan dalam perumusan, penggunaan
variabel-variabel yang tegas, dan kebenarannya dapat diuji oleh peneliti lain. Hipotesa dapat
diperoleh dari tiga sumber yaitu
1. Pengalaman, pengamatan dan dugaan peneliti yang besifat sementara dan dapat
digunakan dalam penelitian jenis deskriptif. Namun demikian Tan menganggap hipotesa
dari sumber ini bersifat sangat lemah.
2. Hasil dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hipotesa ini bertujuan untuk
menguji kebenaran hipotesa yang sudah diuji oleh peneliti lain yang hasilnya dapat
memperkuat kebenaran hipotesa itu sendiri dan dapat membantu menuju ke rumusan
suatu teori.
3. Teori-teori yang sudah terbentuk. Tan mengatakan bahwa hipotesa yang bersumber dari
teori-tori yang sudah terbentuk merupakan sumber hipotesa yang terkuat karena hipotesa
yang bersumber dari teori yang terbentuk sudah memiliki Batasan variabel dan hubungan
yang dapat diuji.

7. Pemilihan Metode Pelaksanaan Penelitian


Pemilihan metode penelitian yang tepat dapat tergantung dari maksud dan tujuan
penelitian, Tan sebagaimanan dikutip dari selitiz dan hyman (1960) membedakan penelitian
dalam tiga jenis yaitu;
1. Penelitian yang bersifat menjelajah, yaitu penlitian yang bertujuan untuk memperdalam
pngetahuan mengenai suatu gejala tertentu atau atau mendapatkan ide baru dari gejala
yang diteliti. Peneliitian yang bersifat menjelajah dilakukan jika pengetahuan mengenai
gejala yang diteliti masih sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Penelitian ini
seringkali dilakukan sebagai feasibility study, yaitu untuk menliti apakah suatu penelitian
dapat dilakukan jika ditinjau dari segi dukungan data, tenaga, dan finansial.
2. Penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan
secara tepat keadaan atau sifat dari objek yang diteliti.
3. Penlitian yang bersifat menerangkan, yaitu pnelitian yang bertujuan untuk menguji
hipotesa-hipotesa tentang adanya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang
diteliti. Penelitian yang bersifat menerangkan dapat dilakukan kalau pengetahuan
masalahnya sudah cukup dan sudah ada beberapa teori dan hipotesa yang terkumpul.

Komentar Ulasan
Pengulas artikel menilai bahwa artikel yang ditulis oleh penulis memiliki kekuatan dalam
memberikan contoh-contoh pengaplikasian dari setiap langkah perncanaan yang dilakukan
dalam penelitian. Pembaca artikel data lebih mudah memahami maksud dari tulisan penulis
dikarenakan adanya contoh-contoh yang aplikatif tersebut sehingga pembaca tidak terjebak
hanya pada pengertian atas suatu istilah.
Namun demikian kekurangan dari artikel ini adalah terletak pada tata Bahasa yang
digunakan. Pengulas artikel harus membaca beberapa kali kalimat dari penulis untuk dapat
memahami maksud dari tulisan yang dituliskan. Secara umum pengulas menilai bahwa tulisan
ini masih relevan untuk dijadikan referensi untuk para calon peneliti sebagai acuan dalam
melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai