1. Pemilihan permasalahan
Penulis mengemukakan bahwa pada umumnya terdapat banyak permasalahan yang
dapat dijadikan objek penelitian di bidang kemasyarakatan dari permasalahan kekeluargaan,
pendidikan, agama, politik, ketenagakerjaan hingga masalah pertanian. Namun demikian
dikarenakan keterbatasan tenaga dan biaya tidak semua penelitian dapat dilaksanakan, selain
itu ada dua hal pokok yang perlu menjadi pertimbangan dalam melaksanakan penelitian yaitu
kebermanfaatan penelitian dan apakah penelitian tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan penelitian adalah apakah
peneliti ingin melakukan peneliian yang bersifat dasar atau terapan mengingat kedua hal
tersebut memliliki prinsip dan karakteristik yang berbeda. Dalam keadaan ideal dengan
kecukupan tenaga dan biaya kedua jenis penelitian tersebut dapat dilakukan sekaligus, namun
demikian disaat dihadapkan pada kondisi dengan keterbatasan tenaga dan biaya maka salah
satu jenis penelitian harus menjadi prioritas apakah penelitian yang berifat dasar atau terapan.
Penelitian dasar seringkali memakan waktu yang lama dan biaya yang tinggi sementara
hasilnya belum tentu segera dapat dimanfaatkan. Sebaliknya penelitian terapan apalagi yang
bersifat terarah biasanya dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang relatif pendek, tidak
memerlukan biaya yang tinggi, dan memeiliki tujuan yang praktis dengan meneliti suatu
masalah yang hasilnya merupakan usul-usul atau rekomendasi yang dapat membantu untuk
mengatasi suatu permasalahan. Namun demikian ada hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan penelitian yang bersifat terarah, karena penelitian yang bersifat terarah juga memiliki
resiko karena penelitian ini terdorong dari keinginan dari pihak yang membiayai penelitian untuk
segera mendapat pemecahan atau suatu masalah. Untuk itu seorang peneliti dituntut untuk
dapat mempertahankan prosedur ilmiah dengan merumuskan kriteria-kriteria untuk hipotesa-
hipotesa yang baik.
Suatu penelitian terapan dapat berperan membantu usaha penelitian dengan: (1)
memberi bukti-bukti yang meyakinkan akan manfaat penelitian; (2) menggunakan dan
mengembangkan Teknik yang juga dapat dipakai dalam peneitian dasar; (3) memberikan data
dan pikiran yang dapat mempercepat proses generalisasi.
5. Pembentukan Konsep
Tan mengatakan bahwa konsep atau pengertian adalah unsur pokok dari suatu
penelitian yang merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep ada
yang bersifat sederhana dan ada yang bersifat rumit yang nantinya akan menentukan variable-
variabel yang memiliki hubungan empiris . Konsep yang tidak sederhana atau rumit bersifat
abstrak dan dalam ilmu sosial dikenal dengan konsep construct yang hanya dapat diperoleh
secara tidak langsung dengan pengamatan dari gejala yang dilihat yang berhubungan dengan
konsep itu.
Dari sekian banyak konsep yang akan dipilih, pemilihan konsep yang tepat menjadi sangat
penting, untuk itu penentuan ruang lingkup dan Batasan persoalan diperlukan sehingga jumlah
konsep yang berkaitan dengan penelitian dapat dibatasi. Tan mengatakan bahwa kesukaran
dalam penentuan konsep penelitian di ilmu sosial adalah penggunaan kalimat yang
sebenarnya kalimat tersebut mrupakan istilah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
namun memiliki arti yang berbeda dalam konteks penelitian. Tan mencontohkan kata “peranan”
yang dalam kehidupan sehari-hari biasanya dihubungkan dengan permainan pelaku dalam
sandiwara, sementara dalam ilmu sosial konsep “peranan” dihubungkan dengan perilaku
seseorang dalam kedudukan tertentu. Selain perbedaan dengan Bahasa sehari-hari, tantangan
berikutnya adalah perbedaan tanggapan atas sebuah konsep itu sendiri yang berbeda-beda
menurut para ahli ilmu sosial di mana suatu konsep tertentu bisa saja didefinisikan secara
berbeda oleh masing-masing ahli ilmu sosial. Dalam menyikapi hal ini Tan mengatakan bahwa
seorang peneliti memiiki kebebasan tersndiri untuk memberi arti atas sebuah konsep sesuai
dengan tujuan penelitiannya.
Konsep sebenarnya masih bersifat abstrak dan oleh karenanya sebuah konsep perlu dirubah
dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris atau dengan kata lain mengubah konsep
menjadi definisi operasional. Young (1966) mengatakan bahwa definisi operasional adalah
mengubah konsep yang berupa konstruksi abstrak menjadi kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati, dapat diuji, dan dapat ditentukan kebenarannya oleh
orang lain.
Konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Penentuan dan perincian konsep
sangat penting agar persoalan penelitian tidak menjadi kabur. Penegasan dari konsep yang
terpilih diperlukan untuk menghindari terjadinya salah pengertian tentang konsep yang akan
digunakan. Karena sifat konsep yang masih abstrak maka, konsep perlu untuk dikembangkan
menjadi bentuk kata-kata yang dapat diukur scara empiris.
6. Perumusan Hipotesa
Komentar Ulasan
Pengulas artikel menilai bahwa artikel yang ditulis oleh penulis memiliki kekuatan dalam
memberikan contoh-contoh pengaplikasian dari setiap langkah perncanaan yang dilakukan
dalam penelitian. Pembaca artikel data lebih mudah memahami maksud dari tulisan penulis
dikarenakan adanya contoh-contoh yang aplikatif tersebut sehingga pembaca tidak terjebak
hanya pada pengertian atas suatu istilah.
Namun demikian kekurangan dari artikel ini adalah terletak pada tata Bahasa yang
digunakan. Pengulas artikel harus membaca beberapa kali kalimat dari penulis untuk dapat
memahami maksud dari tulisan yang dituliskan. Secara umum pengulas menilai bahwa tulisan
ini masih relevan untuk dijadikan referensi untuk para calon peneliti sebagai acuan dalam
melakukan penelitian.