Skripsi Irmalia Watermark
Skripsi Irmalia Watermark
SKRIPSI
oleh
IRMALIA
NIM 1111013000055
S KRIP S I
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Irma ha
1111013000055
Mengetahui
Hum.
Penguji 1
Nuryati Dj ihadah, M.Pd., M.A. i Scp'frrt'- 2-0 1 G --
Penguji 2
Novi Diah Haryanti, M.Hum. ~4~Ltr 24
NIP. 198411262015032007
Mengetahui
Prof. Dr bRava.M.A.
Dengan mi menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta,
ahasiswa Ybs.
NIM. 1111013000055
ABSTRAK
Kata kunci: Orientasi masa depan, Tokoh remaja, Naskah lakon AAIIUU, Arifin
C. Noer.
i
ABSTRACT
ii
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, serta kesehatan jasmani dan rohani
kepada penulis sehingga diberi kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon AAIIUU
Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII”. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. beserta para
keluarga dan sahabatnya.
Penulisan skripsi ini ditujukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai
hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran seta berbagai pihak, skripsi ini
tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang memudahkan dalam segala proses baik formal
maupun informal;
3. Dona Aji Karunia Putra, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang memudahkan dalam segala proses administrasi;
4. Rosida Erowati, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
berusaha meluangkan waktu untuk penulis dalam proses bimbingan skripsi,
sabar dalam membimbing dan memberikan masukan untuk referensi tulisan
hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya
dan dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya yang telah
iii
memberikan ilmu dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta;
6. Ucapan teristimewa ditujukan kepada kedua orang tua tercinta yaitu
ayahanda Hamim Aminuddin dan ibunda Warniti yang telah merawat,
membimbing, tidak henti-hentinya memberikan doa dan dorongan baik
moril, materil, dan ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai tanda bakti;
7. Ucapan teristimewa juga ditujukan kepada kakak dan adik tersayang yaitu
Deris Ade Fani, S.H., Yofie Andriansyah dan Nurfatihah yang telah
memberikan motivasi, keceriaan, kehangatan di tengah perjalanan hidup
hingga saat selesainya skripsi ini;
8. Ucapan teristimewa juga ditunjukkan untuk yang terkasih penuh kisah yaitu
Anggi Meiri, S.E., M.Si., yang selalu memberikan komentar, sabar dan
memberikan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
9. Keluarga Besar Kalacitra yang telah memberikan ruang berkreativitas
bahkan ruang emosional, sehingga penulis selalu bersemangat dalam
menjalani seluruh aktifitas di kampus UIN tercinta;
10. Seluruh mahasiswa/i PBSI kelas A, B, dan C, terutama untuk Syifa
Fauziyah Sholihah, Amalia Rosyidah, Nova Liana, Madhensia Putri Pertiwi,
Astri Pertiwi, Sukaesih, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran
berharga yang penulis dapatkan selama ini;
11. Keluarga besar SMP Islam Cikal Harapan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk praktik mengajar, menambah pengalaman
dan ilmu untuk bekal di masa depan.
iv
Terima kasih pula kepada pihak-pihak yang telah memudahkan penulis
dalam mempermudah penyelesaian skripsi ini, baik secara struktural ataupun
kultural. Semoga limpahan rahmat Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, terhikmat
kepada kita semua. Tentunya sangat besar harapan penulis agar penelitian ini
dapat bermanfaat baik secara pribadi maupun pembaca.
Irmalia
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 5
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
1.7 Metode Penelitian ............................................................................ 7
1. Fokus Penelitian .......................................................................... 7
2. Objek Penelitian .......................................................................... 8
3. Data dan Sumber Data Penelitian .............................................. 8
4. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 8
5. Teknik Analisis Data ................................................................... 9
1.8 Penelitian yang Relevan ................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 13
2.1 Orientasi Masa Depan ....................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan ........................................... 13
2.1.2 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan . 14
2.1.3 Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan .......................... 16
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan 20
2.1.5 Peranan Sosia Keluarga .......................................................... 25
2.2 Hakikat Lakon/Drama ...................................................................... 26
2.2.1 Pengertian Lakon/Drama ........................................................ 26
2.2.2 Unsur Intrinsik dalam Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C.
Noer ........................................................................................ 32
2.3 Pendekatan Psikologi Sastra ............................................................. 39
vi
2.4 Pembelajaran Sastra .......................................................................... 41
BAB III PROFIL ARIFIN C. NOER .................................................................... 45
3.1 Biografi Arifin C. Noer .................................................................... 45
3.2 Karya Arifin C. Noer ........................................................................ 46
3.3 Pemikiran Arifin C.. Noer ................................................................. 48
BAB IV ANALISIS dan PEMBAHASAN NASKAH LAKON AAIIUU ............ 51
4.1 Unsur Intrinsik Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer ........ 51
4.2 Analisi Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon
AAIIUU Karya Arifin C. Noer ......................................................... 88
4.3 Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah Menengah Atas kelas XII................................................... 109
BAB V PENUTUP............................................................................................... 112
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 112
5.2 Saran ................................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... viii
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sinopsi Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer
Lampiran 2 : RPP Bahasa Indonesia SMA/SMK Kelas XII
PROFIL PENULIS
vii
1
BAB I
Pendahuluan
1
2
2
Ibid.
4
yang krusial. Krisis politik, krisis sosial dan krisis legitimasi atas
pemerintahan Orde Baru kemudian bermunculan sebagai reaksi utama.3
Situasi di atas mengakibatkan pola pikir masyarakatpada saat itu,
khususnya para orang tua, memandang bahwa pendidikan yang mampu
menghasilkan pekerjaan dengan nilai komersial tinggi lebih baik
dibandingkan dengan pendidikan humaniora. Dalam konteks yang lebih
luas adanya pemaksaan kehendak dalam naskah lakonAAIIUU
menyimbolkan pemaksaan kehendak dari penguasa pada saat itu. Bentuk
pemaksaan tersebut adalah adanya penindasan terhadap mereka-mereka
yang dianggap mempunyai pandangan yang berbeda dengan penguasa.
Pandangan seperti inilah yang dikritisi oleh Arifin C. Noer melalui tokoh
“Uu”.
Sebagai seorang seniman, Arifin C. Noer adalah seorang saksi. Ia
menjadi saksi zaman atas segala persoalan, perkembangan, dan perubahan
yang muncul dalam masyarakat. Kesaksiannya itu, lebih tepat jika disebut
sebagai sebuah reaksi, ia tuliskan dalam bentuk puisi dan lakon. Selain itu
ia wujudkan pula melalui pementasan lakon-lakon karyanya.
Dalam pemaparannya di sebuah majalah Panji Masyarakat rubrik
Seni dan Budaya, ia mengaku bahwa lakon yang dipentaskan berdasarkan
atas pengalaman yang ia lihat di sekitarnya dan dituangkan dalam bentuk
lakon. “Saya dengan kesenian saya, dengan teater saya. Saya bagian
pengalaman-pengalaman kemanusiaan saya. Saya juga realistis, bahwa
saya dengan teater saya tentu mempunyai kekuatan yang sangat terbatas
untuk bisa mempengaruhi masyarakat atau dunia. Atau setidaknya, saya
telah menyampaikan pengalaman-pengalaman kepada semua pihak”.4
Pada kenyataannya teater merupakan alat yang digunakan pengarang untuk
menggambarkan apa yang telah terjadi dalam masyarakat pada masa
tertentu.
3
Ekasriwahyuningsih.blogspot.com, Perekonomian di Era Reformasi, diakses dari
http://ekasriwahyuningsih.blogspot.co.id/2012/04/perekonomian-indonesia-di-era-
reformasi.html.diunduh 5 Januari 2015 pukul 15.00 WIB.
4
Panji Masyarakat, Jakarta. No. 646, Tahun xxx, 6 – 16 Syawal 1410 H, 1 -10 Mei 1990. H. 38
5
5
Nana Syaodi Sumadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h. 60
6
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), h. 284
7
Rachmat Djoko Pradopo, dkk.,Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya, 2002), h. 32
8
2. Objek Penelitian
Skripsi ini menggunakan objek penelitian berupa naskah
lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer dengan mengkaji “Orientasi Masa
Depan Tokoh Remaja dalam Naskah LakonAAIIUUKarya Arifin C.
Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII”.
3. Data dan Sumber Data Penelitian
a. Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan.8 Data juga merupakan
keterangan yang telah dikumpulkan oleh peneliti guna
mempermudah proses analisis. Data penelitian ini berupa kutipan
kata, kalimat serta dialog yang terdapat dalam lakon AAI UU
karya Arifin C. Noer.
b. Sumber Data
Sumber data penelitian terbagi menjadi dua, yakni sumber
data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer
Penelitian ini adalah naskah lakon AAIIUU karya Arifin
C. Noer yang diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti tahun
2006.
2. Sumber data sekunder
Penelitian ini yaitu buku-buku, jurnal maupun artikel yang
berkaitan dengan penelitian dan karya-karya Arifin C.
Noer.
4. Teknik Pengumpulan Data
Skripsi menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan
kajian kepustakaan (library reserch) dengan mengacu pada buku-
buku, artikel, jurnal, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan
dengan naskah lakon dan orientasi masa depan tokoh remaja. Dalam
8
Riduwan, Metode dan Teknis Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 106
9
hal ini kajian terhadap naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
menjadi sumber primer dalam penelitian ini. Data sekunder atau data
penunjang yang dijadikan alat penunjang penelitian yaitu berupa
buku-buku atau sumber-sumber dari penulis lain yang berbicara
tentang orientasi masa depan, teori skenario film, dan pembelajaran
sastra. Penulis menggunakan teknik inventarisasi, teknik baca simak,
dan teknik pencatatan.
a. Teknik Inventarisasi
Teknik inventarisasi dilakukan dengan cara mencari dan
mengumpulkan sejumlah data dalam hal ini adalah naskah lakon
AAIIUU yang menjadi sumber data penelitian.
b. Teknik Baca Simak
Teknik baca simak dilakukan secara seksama terhadap
naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer yang menjadi subjek
penelitian. Teknik ini dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh
informasi yang akurat. Informasi ini berkenaan dengan seluruh isi
naska lakon yang berkaitan dengan orientasi masa depan dalam
naskah lakonAAIIUU.
c. Teknik Pencatatan
Setelah melakukan teknik baca simak. Hasil yang diperoleh
dicatat dalam buku. Pencatatan dilakukan mulai dari bagian-bagian
dalam tiap kalimat hingga kebagian-bagian terbesar secara
keseluruhan isi naskah lakon. Fokus data yang dicatat berupa unsur
intrinsik dan orientasi masa depan dalam naskah lakonAAIIUU.
5. Teknik Analisis Data
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis
data adalah:
a. Menganalisis data yakni lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
berdasarkan struktur naskah meliputi tema, tokoh dan penokohan,
alur, latar cerita, dan gaya bahasa.
10
9
Elisabeth, Skripsi berjudul “Perwatakan dan Watak Tokoh yang didasarkan pada Pendekatan
Psikologis dalam Naskah Drama AAIIUU karya Arifin C. Noer”, Universitas Negeri Jakarta.
2003. h.i
10
Nandya Ratna Prihatiningsih, Skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam Naskah Drama
Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Sastra di SMA” . UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2013. h.i
12
11
Yunia Ria Rahayu, Skripsi berjudul “Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama Mega, Mega
Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Pada Pembalajaran Sastra Di SMA”. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2014. h.i
13
BAB II
Kajian Teori
1
J.E. Nurmi, Age, Sex, Social Class,and Quality of Family Interaction as Determinant’s Future
Orientation: A Developmental Task Interpretation. Adolescence, Vol. XXII No.88, Libra
Publishers Inc, h. 976
13
14
2
Sri Maslihah, Pelatihan Orientasi Masa Depan untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam
Menyusun Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011,
h. 2
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga), h. 206
15
4
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama, (Bandung: Refika
Aditama. 2011), h. 40
5
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika. 2011), h. 348
6
Ibid., h. 348
16
karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja
yang lebih tua dan berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati,
maka remaja yang lebih besar terpaksa harus membatasi minatnya.
Semua remaja muda sedikit banyak memiliki minat dan ia juga
memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari berbagai kategori,
yang terpenting di antaranya adalah minat rekreasi, minat sosial, minat
pribadi, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat pada agama,
dan minat pada simbol status. Besarnya minat remaja terhadap pendidikan
sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Kalau remaja
mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka
pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja lebih
menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna
dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Pada akhir masa remaja, minat
pada karier seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar
membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan
yang dicita-citakan.7
2.1.3 Proses pembentukan orientasi masa depan
Menurut Jurnal Nurmi tahun 1991 yang berjudul The Development
of Future Orientation In Life Span Contect. Helsinski: Finish Society of
Science pada penelitian Laura dan Sonja dijelaskan orientasi masa depan
dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu:
“Described future orientation through three basic proceses:
motivation, planning, and evaluation.”8 .
Proses itu berlangsung secara bertahap dan saling berinteraksi satu
sama lainnya. Individu menentukan tujuan mereka dengan
mempertimbangkan minat, nilai dan harapan masa depan. Selanjutnya
mereka akan melakukan upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut
dengan melakukan berbagai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Ketiga proses ini akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut:
7
Elizabeth B. Hurlock, op.cit, h. 221
8
Laura Holopalnen dan Sonja Sulinto, Adolescents’ Health Behaviour and Future
Orientation.Department of Psychology, University of Jyvaskyla, Spring 2005, h. 4
17
1. Motivasi
Wlodkowski (1985) dalam Eveline Siregar & Hartini Nara
menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta
ketahanan (persistence).9 Tahap motivasi merupakan dimensi awal
dari proses pembentukan orientasi masa depan. Mencakup motif,
minat dan tujuan yang berkaitan dengan orientasi masa depan. Pada
mulanya individu menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan antara
motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah dimiliki
tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat
diantisipasi. Ketika keadaan masa depan beserta faktor pendukungnya
telah menjadi sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, maka
pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan tersebut menjadi
dasar penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa
depan.
Dengan kata lain semakin tinggi tingkatan tujuan maka
semakin umum dan abstrak, begitu juga sebaliknya. Prinsip utama dari
tingkatan kerja ini adalah tingkatan motif, nilai atau pencapaian yang
semakin tingggi membutuhkan tingkatan tujuan yang lebih rendah,
yang bekerja melalui beberapa tujuan kecil. Dengan kata lain, untuk
mencapai satu tujuan besar diperlukan tujuan-tujuan kecil (tujuan
perantara). Sebelum mencapai tuuan besar individu terlebih dahulu
harus mencapai tujuan perantara dan ini merupakan strategi
merealisasikan tujuan yang lebih besar.
Motivasi juga melibatkan proses yang memberikan energi,
mengarahkan, dan mempertahankan perilaku.10 Dengan demikian,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi,
memiliki arah, dan dapat dipertahankan. Ada tiga komponen utama
dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan
9
Eveline Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia.
2010), h. 49
10
John. W. Santrock, Psikologi Pendiidkan Edisi 3, (Jakarta: Salemba Humanika. 2009), h.199
18
11
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta. 2006), h.80-81
12
Rosleny Marliani, Hubungan Antara Religiustas dengan Orientasi Masa Depan Bidang
Pekerjaan pada Mahasiswa Tingkat Akhir, (Jurnal Psikologi, Volume 9 Nomor 2, Desember
2013), h. 134
19
13
Ibid., h. 135
14
Ibid., h. 135
20
15
Ibid., h. 135
16
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 182
21
17
Ibid., h. 182
18
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Refika Aditama. 2009), h. 138
22
19
Ibid., h. 139
20
Ibid., h. 138
21
Fadhilah Suralaga & Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2010), h. 16
22
Ibid., h. 16
23
Ibid., h. 17
23
24
John. W. Santrock, op.cit, h. 349
24
25
Ibid., h. 353
25
26
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 112
27
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara.
2010), h. 182
28
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo:2008), h. 163
27
karena itu, dialog para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama dan
petunjuk lakuannya disebut teks sampingan.
Jika dicermati secara seksama, drama mempunyai dua aspek
esensial, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan
dengan seni lakon atau teater. Apabila dirinci lebih dalam lagi, sebenarnya
drama memiliki tiga dimensi, yaitu sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh
sebab itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca seperti novel
atau cerpen, tetapi lebih dari itu dalam penciptaan naskah drama sudah
dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Di samping istilah drama ditemukan juga istilah teater atau
theatre (bahasa Inggris). Meskipun kedua istilah tersebut dari asal katanya
berbeda, namun dalam bahasa Indonesia, kedua istilah tersebut tidak
dibedakan. Drama dan teater adalah sebuah lakon yang dipentaskan baik
dengan naskah atau tanpa naskah.29
Dalam kenyataan tidak semua karya drama ternyata
berkesempatan untuk dipentaskan. Kesempatan dan di berbagai tempat.
Sebaliknya, banyak pula karya drama yang berhenti sebagai semata-mata
bacaan, tanpa pernah dipentaskan sama sekali. Drama cenderung lebih
tepat untuk dibaca saja, meskipun secara verbal juga memperlihatkan
adanya cakapan dan petunjuk pemanggungan, lazim disebut sebagai closet
drama atau “drama baca” dalam istilah Indonesia.
Sebagai istilah “drama” dan “teater” ini datang atau kita pinjam
dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus, asal kedua istilah
ini adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada Awalnya
di Yunani baik “drama” maupun “teater” muncul dari rangkaian upacara
keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.30
Banyak pementasan drama yang tidak didasarkan pada karya
drama tertentu, melainkan berdasaran novel, cerpen, puisi, atau bahkan
lagu. Namun demikian, jika kembali kepada pengertian umum yang
29
Endah Tri Priyatni, op.cit., h. 185
30
Melani Budianta, dkk., Memabaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera. 2003), h. 99
28
31
Hassanuddin, WS, Drama Karya Dalam Dua Dimensi, (Bandung: Angkasa. 1996), h. 1
32
Ibid., h. 5
29
tidak ada pementasan yang sama untuk suatu teks drama meskipun oleh
sutradara yang sama dan sutradara itu pengarang drama itu sendiri.
Mengenai peristilahan, misalnya istilah sandiwara, drama atau
juga teaterr dapat dijelaskan sebagai berikut. Istilah sandiwara merupakan
istilah yang lebih dikenal pada awal perkembangan drama sampai dengan
masa penjajahan Jepang. Sedangkan untuk masa-masa selanjutnya, istilah
drama dan teater lebih sering dipergunakan oleh banyak pihak. Istilah
drama untuk lebih memfokuskan drama sebagai genre sastra
(permasalahan naskah, teks, unsur cerita), dan istilah teater untuk
menunjukkan persoalan pementasan (tentang seni pertunjukkan, seni
peran). Dari beberapa pengertian drama yang dimaksudkan dapatlah
disebutkan bahwa drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam
bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni
pertunjukkan.
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ditunjukkan untuk
skenario film, maka ada beberapa istilah yang terdapat dalam
penyutradaraan sebuah film. Pengertian skenario adalah media yang
menyampaikan pesan berupa dialog-dialog, dari penulis skenario ke awak
pembuat film dan disampaikan ke khalayak. Menurut Syd Field (The
Foundations of Screenwriting, 1994) dalam jurnal Nahdliyah Rahmawati
mengungkapkan “A screenplay is a story told with picture, in dialogue
and placed within the context of dramatic structure. A Screenplay is a
noun – it is about a person, or persons, in a place or places, doing his or
her or their thing. All screenplays execute this basic premise. The person
is the character, and doing his or her thing is the action (1994, 8)”33
Sedangkan menurut lewis Herman (1952) dalam jurnal Nahdliyah
Rahmawati, skenario film adalah komposisi tertulis yang dirancang sebagai
panduan bagi seorang sutradara film. Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa skenario film adalah sebuah naskah cerita
33
Nahdliyah Rachmawati, Wacana Gay dalam Skenario Film Arisan. Commonline, Jurnal Online
Departemen Komunikasi FISIP Unair, Vol.2 No.3/2013-06, h. 147
30
34
Ibid., h. 147
35
Himawan Pratista, Memahami film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008), h. 29
31
36
Ibid., h. 29
37
Ibid., h. 29
32
2.2.2 Unsur Intrinsik dalam Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri.38 Tidak hanya dalam novel dan puisi, dalam naskah lakon pun
terdapat unsur intrinsik yang turut serta membangun cerita dalam naskah
lakon tersebut. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah
membuat sebuah cerita berwujud. Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang
akan dibahas adalah judul, tema, tokoh dan penokohan, alur/plot, latar, dan
gaya bahasa.
1. Judul
Ketika membaca sebuah karya sastra baik itu novel, cerpen, puisi,
naskah drama, ataupun naskah skenario film, aspek pertama yang selalu
ingin kita temukan pertama kali adalah judul. Hampir tidak pernah
ditemukan karya sastra yang tanpa judul. Judul bukan sekadar pelengkap
karya sastra karena dari judul inilah secara eksplisit akan mengetahui
karya sastra itu berbicara tentang apa dan mengekspresikan atau
menyuarakan tentang apa.
Judul yang baik adalah judul yang bisa menggambarkan
keseluruhan isi. Ini berarti bahwa judul dan isi memiliki kesatuan atau
keutuhan makna.39 Biasanya judul pada karya karya sastra bersifat mana
suka, dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita,
dengan syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik
perhatian.
2. Tema
Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan
pengarang dalam karyanya.40 Oleh sebab itu tema merupakan hasil
konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan
38
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2012), h. 23
39
Endah Tri Priyatni, op.cit, h. 186
40
Hasanuddin WS, op.cit, 103
33
41
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 88
42
Endah Tri Priyatni, op.cit, h. 94
34
43
Hasanuddin, WS, op.cit. h. 94
44
Himawan, op.cit, h. 66
45
Ibid., h. 66
46
Ibid., h. 67
35
47
Ibid., h. 68
48
Endah Tri Priyatni, op.cit, h. 112
36
49
Burhan Nurgiyantoro, op.cit, h. 153
50
Himawan, op.cit, h. 45
37
51
Ibid., h. 45
52
Hassanuddin WS, op.cit, h. 76
38
53
Burhan Nurgiyantoro, op.cit. h. 188
54
A. Hayati dan Winarno Adiwardoyo, Latihan Apresiasi Sastra, (Malang: Yayasan Asih Asah
Asuh, 1990), h. 12
55
Rene Wellek & Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993),
h. 217
39
56
E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012), h. 72
57
Soediro Satoto, Stilistika, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), h. 151
58
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra,(Yogyakarta: Caps. 2013), h. 96
40
61
Ibid., h. 77
62
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo. 2008), h. 168
42
63
Suwardi Endraswara, op.cit, h.288
64
Ibid., h. 170
43
65
Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya.1998), h. 195
66
Ibid., h. 196
44
67
Suwardi Endraswara, op.cit, h. 289
45
BAB III
PROFIL ARIFIN C. NOER
3.1 Biografi Arifin C. Noer
Bernama lengkap Arifin Chairin Noer, ia seorang dramawan, penulis
sajak, penulis skenario, serta sutradara film dan sinetron. Orang tuanya hanya
penjagal kambing dan ahli memasak daging tersebut menjadi sate dan gulai
kambing. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat Arifin menjadi
terbelakang dan tertinggal pendidikannya dari teman-teman seangkatannya.
Satu dari delapan bersaudara, Arifin lahir di Cirebon 10 Maret 1941.
Anak kedua dari Mohammad Adnan, penjual sate, dari keturunan kiai.
Pekerja seni yang tekun menangkap perjalanan hidup manusia di dalam
melakoni hidup ini. Dia meninggal di Jakarta 28 Mei 1995.1
Sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama diselesaikan di kota
kelahirannya Cirebon (1957). Minatnya kepada kesenian telah tumbuh sejak
masih duduk di bangku SMP. Ia mengarang cerpen dan puisi, lalu
mengirimkannya ke majalah mingguan yang terbit di Cirebon dan Bandung.
Honor yang diperoleh dari menulis ia pergunakan untuk membeli buku-buku
sastra, terutama kisah petualangan yang sangat disukainya. Mat Ipin sapaan
kecil Arifin, pernah menulis naskah dan menyutradarai dramanya yang
pertama, Dunia jang retak, ketika masih sekolah di SMP Muhammadiyah,
Cirebon pada tahun 1957.
SMA Negeri di kotanya ditinggalkannya tanpa lulus. Dunia sastra
menyeretnya ke Surakarta, ke SMA Jurnalistik. Lalu meneruskan kuliah ke
Yogyakarta, pada 1960, di Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto.
Di kota inilah dia mengenal dunia teater dan bergabung dengan teater muslim
pimpinan Mohammad Diponegoro dan kemudian bergabung dengan “bengkel
teater” pimpinan WS. Rendra. Dia menulis sajaknya yang pertama Langgar
Purwodiningratan, tentang masjid kecil tempatnya sering melakukan tafakur.
1
Ali Said, “Arifin C. Noer: dari Teater Muslim hingga Sinetron” Republika. Jakarta, Senin, 29
Mei 1995. Tahun III No. 138, h. 5
45
46
Pada 1967 dia mendapat dua gelar sekaligus. Gelar sarjana dari
universitasnya, dan memenangkan sayembara penulisan naskha drama yang
diselenggarakan oleh Teater Muslim pimpinan Mohammad Diponegoro,
Judul karyanya: Nenek Tertjinta atau Lampu Neon.2 Pada 1968 dia hijrah ke
Jakarta dan mendirikan kelompok dramanya sendiri bernama teater kecil.
Sempat mengikuti Program Penulisan Internasional di Universitas Iowa,
Amerika Serikat, pada 1972. Sekembalinya dari Amerika ia terus melahirkan
naskah naskah seperti Madekur dan Tarkeni (1974), Orkes Madun (1974),
Umang-umang (1976), Sandek Pemuda Pekerja (1979), dan Dalam
Bayangan Tuhan atawa Interogasi (1984).3
Arifin menggubah dan mementaskan enam naskah drama selama
dasawarsa 1970-an. Kapai-kapai (1970) adalah salah satu yang paling
istimewa. Naskah ini pernah dimainkan orang dalam bahasa Inggris dan
Belanda di Amerika Serikat, Belgia, dan Australia. Kritikus sastra dan drama
menganggap Arifin merupakan salah satu pembaharu dunia drama Indonesia
dan antara karya-karya dramanya dengan puisi-puisinya terdapat jalinan
hubungan yang erat. Puisi-puisinya kuat dengan unsur-unsur dramatik
sedangkan drama-dramanya puitis sekali.
3.2 Karya Arifin C. Noer
Sejak masih sekolah SMP ia sudah menggeluti bidang ini, tak kurang
dari 21 lakon sandiwara telah ia tulis. Beberapa naskahnya belum disiarkkan
tapi hampir seluruhnya pernah dipentaskan. Aminah (1961), Sepasang
pengantin (1962), Nenek Tercinta (1963), Mega-Mega (1964-1966), Karir
Kita (One man play 1964), Sumur Tanpa Dasar (1963-1971), Kapai-kapai
(1968-1970), dll4.
Beberapa di antaranya memenangkan hadiah misalnya dari : Panitia
Sayembara Penulisan Drama Nasional (Teater Muslim 1964), Badan Pembina
Teater Nasional Indonesia (BPTNI 1967). Pada tahun 1971 ia juga
2
Ibid., h.5
3
Majalah Femina, Jakarta: 2-8 November 1995, h. 78-83
4
Sinar Harapan, Jakarta: Sabtu 24 Maret 1984, Tahun ke :XXII No. 7455, h. 8
47
5
Ibid., h. 8
6
Puji Sentosa.,Biografi Arifin C. Noer, diakses melalui http://pujies-
pujies.blogspot.com/2010/com/2010/01/arifin-c-noer.html, diunduh Desember 2015 Pukul.15.00
Wib.
48
7
Republika, Op.Cit, h. 6
49
8
Sides Sudyarto, Teater sebagai Kebaktiann, Dokumen HB. Jassin, Jakarta: Siwalan 3
50
Dari ungkapannya di atas jelas bahwa Arifin adalah orang yang peduli
dengan sekitarnya. Bahkan hampir semua karyanya berlandaskan kehidupan
asli masyarakat di Indonesia. Protes sosialnya yang bersetting kehidupan
orang susah dan tersingkir, seperti pencopet, pelacur, orang-orang kolong,
buruh pabrik, namun dikemasnya dalam pementasan yang satire dan kocak.
Teaternya juga akrab dengan publik. Ia masukkan unsur-unsur lenong,
stambul, boneka (marionet), wayang kulit maupun golek, dan melodi pesisir
untuk mencuatkan protes sosial secara transendental, kocak, dan religius.
Arifin adalah salah satu ujung tombak perangkat lunak dalam peta teater
Indonesia modern. Ia sudah membawa pembaharuan dalam penulisan lakon
dan pencarian idiom pengucapan panggung. Karya-karyanya bahkan sudah
keluar dari konvensi penulisan teater Barat dan idiom-idiom pentasnya
merupakan usaha pencarian celah-celah baru yang berkiblat pada tradisi teater
Indonesia.
9
Sinar Harapan, op.cit, h. 8
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Unsur Intrinsik Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
1. Judul
Lakon karya Arifrin C. Noer berjudul AAIIUU. Kata AAIIUU
bukan sekedar huruf vokal AIUEO, namun AAIIUU merupakan nama
anak-anak dari keluarga Rustam. Aamerupakan anak pertama berjenis
kelaminlaki-laki, Ii anak kedua berjenis kelamin perempuan, dan Uu anak
ketiga berjenis kelamin perempuan. Jika ditilik dari pengertian dalam kbbi
online anak berarti seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa
atau belum mengalami masa pubertas. Namun kenyataanya seorang anak
harus menuruti semua keinginan dan kehendak orang tua, mulai dari
pendidikan, pekerjaan, sampai dengan jodoh.
Kata AAIIUU yang tertera pada naskah lakon ini memang hendak
menyuarakan masalah dukungan orang tua terhadap anak, terhadap minat
dan bakat anak, khususnya terhadap masa depan si anak. Tentunya dalam
perkembangannya, anak harus mendapat dukungan dan kasih sayang orang
tua, agar lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
di masa depan.
Secara kodrat, pada hakikatnya anak lelaki dan perempuan itu
berbeda, begitu pun dengan pola asuh yang didapat. Biasanya orang tua
akan lebih mengarahkan dan mengatur anak perempuan dibandingkan
dengan anak laki-laki, yang lebih dibebaskan dalam membuat keputusan
termasuk memilih masa depannya. Hal ini tercermin secara jelas dalam
lakon yang berjudul AAIIUU berikut:
“ Ibu : Terserah kamu mau ngomong apa. Tapi saya tetap
berpihak kepada Uu.
Rustam : Artinya membiarkan Uu jatuh kepada pilihan yang
keliru! Semua orang mengejar uang dan kamu biarkan
Uu mengejar angin yang bernama lamunan sejarah.
Sebagai Ibu seharusnya kamu menyadarkan Uu yang
baru tahu AIUEO itu bahwa sejarah tidak akan
menyelesaikan hidup ini. Hanya uang yang punya
51
52
1
Arifin C. Noer, AA II UU, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2006), h.11
53
banyak ide dan kelainan neurologi. Bicara gagap menjadi sebuah masalah
yang begitu berat bagi seseorang yang mengalaminya, karena menjadi
ketakutan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Melalui judul lakon AA,II,UU yang jika dilafalkan seperti terbata-
bata, Arifin memberikan pesan tersirat bahwa hal yang terjadi pada tokoh-
tokoh dalam naskah mengalami gangguan dalam proses mengeluarkan
suara. Maksud dari proses mengeluarkan suara di sini adalah si tokoh tidak
memiliki daya untuk menyuarakan pendapatnya. Terutama digambarkan
jelas oleh Arifin bahwa tokoh UU tidak mendapatkan tempat di
lingkungan keluarganya untuk menyuarakan apa yang ingin menjadi
minat dan cita-citanya. Selain itu juga tokoh Ibu yang selalu disela oleh
ayah jika ia memberikan pendapatnya. Selain itu hal ini juga
menggambarkan kondisi pada masa pemerintahan Orde Baru, di mana
masyarakat merasa takut untuk menyuarakan pendapatnya, dikarenakan
tidak diberikan ruang untuk bersuara.
2. Tema
Setiap karya sastra memiliki tema yang merupakan hasil konklusi
dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Tema
adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam
karyanya. Dapat disimpulkan bahwa tema adalah inti dari berbagai
peristiwa dalam suatu karya sastra.
Seperti sudah dijelaskan dalam judul skenario filmAAIIUU karya
Arifin C. Noer, tema yang diangkat secaratersurat jelas bahwa pengarang
hendak menyuarakan perlunya dukungan orang tua terhadap anak akan
mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif terhadap masa depan,
percaya akan keberhasilan yang akan dicapainya serta termotivasi untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan di masa depan. Kurangnya
dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan remaja tersurat jelas
dari dialog dalam skenario filmAAIIUU. Anak diharuskan lebih memilih
pilihan orang tua, dan tidak dapat menentukan pendidikan sampai nantinya
54
akan bekerja di mana dan akan menjadi apa. Hal itu dapat dilihat pada
dialog berikut,
“Rustam : Mau jadi ahli sejarah?
Ibu : Yaa.. kan nanti sama-sama jadi dokteranda kalau
selesai kelak.
Rustam :Kamu betul-betul kurang memahami jaman sekarang.
Dokteranda apapun memang sama, tapi nilai
komersilnya berbeda-beda. Insinyur juga macam-
macam dan boleh dikatakannya satu sama lain, tapi
tetap saja masing-masing memiliki nilai komersil yang
berbeda-beda!”2
2
Ibid., h.5-6
3
Ibid., h. 14
55
Dalam percakapannya dengan ibu, ketika dia bilang “semua sudah menjadi
pedagang” secara tidak langsung Uu mengkritik dan menyindir kondisi
masyarakat pada saat itu di mana pemikiran mereka tidak lebih dari
berniaga yang selalu memikirkan untung dan rugi, semua yang dilakukan
haruslah memiliki nilai untung yang tinggi. Dan hal tersebut juga dialami
termasuk keluarganya sendiri dan juga teman-temannya.
Selain menyuarakan tentang kurangnya dukungan orang tua
terhadap minat dan bakat anak, lewat lakon ini Arifin juga hendak
menyuarakan tentang sebuah keluarga yang menganggap diri sebagai
keluarga modern. Mereka bertempat tinggal di pusat kota Jakarta, bekerja
di gedung perkantoran tinggi namun mereka masih kolot. Kolot yang
dimaksud bukan berarti tidak berpendidikan, namun masih bersikap
mempercayai dukun atau masih mempercayai hal-hal mistis yang konon
hanya dilakukan oleh mereka yang tidak melek sekolah. Hal ini terlihat
dari cara pemikiran keluarga tersebut, sebuah keluarga yang tidak
demokratis, yang mana tidak memberikan kebebasan dan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan bakat dan minat anak-anaknya.
Cerminan tersebut persis seperti pemerintahan pada masa itu, yang kerap
membungkam kritik.
Dibungkamnya pers dapat dilihat dalam jurnalnya Dwi Wahyono
dan Gayung Kasuma.4 Selain dibungkamnya pers, pada masa itu juga
keadaan perekonomian mengalami pasang surut. Indonesia mengalami
krisis yang diakibatkan besarnya hutang luar negeri, hingga akhir masa
pemerintahannya terjadi krisis berkpanjangan, krisisnya perekonomian
Indonesia dapat dilihat dalam jurnal Muhammad Ihsan Syahaf Nasution.5
Jadi dalam naskah lakonAAIIUU secara langsung menjadi cermin untuk
menggambarkan kondisi sosial Indonesia.
4
Dwi Wahyono Hadi dan Gayung Kasuma., Propaganda Orde Baru, (Jurnal politik. Verleden,
vol.1 No.1, Desember 2012:1-109)
5
Muhammad Ihsan Syahaf Nasution, Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Perekonomian
di Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1968-1998), ( Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2013).
56
6
Arifin C. Noer. op.cit. h.18
7
Ibid., h. 32
58
8
Ibid., h. 8-9
9
Ibid., h. 23
60
Uu, namun pada akhirnya ia sadar bahwa Uu memiliki hak atas masa
depannya dan mengembangkan minat dan bakat.
3) Ii
Ii adalah Kakak perempuan Uu, dan termasuk tokoh utama yang
tambahan. Dalam lakon ini Ii digambarkan seorang mahasiswi jurusan
farmasi, yang diperkirakan berumur 20 tahun. Selain itu ia juga
digambarkan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dan perannya
sebagai penengah keluarga dan menjadi titik harmonisasi keluarga di mana
penyatuan keluarga tergantung padanya. Oleh karena itu Ii membantu
meringankan beban ayahnya untuk berusaha membujuk Uu yang mulai
melakukan mogok mengunci diri di kamar.
“Ii :Saya akan membujuknya untuk yang pertama kalinya
sebagai kakaknya. Barangkali saya akan mendapat tempat
yang istimewa di hatinya.”10
10
Ibid., h.19
11
Ibid., h. 23
61
12
Ibid., h. 11
62
13
Ibid., h.12
14
Ibid., h. 6
15
Ibid., h. 18
63
16
Ibid., h. 20
17
Ibid., h. 35
64
18
Ibid. h. 37
19
Ibid., h. 31
65
20
Ibid., h. 29
66
keponakannya itu tidak dipenuhi, namun jika dipenuhi itu sama saja
membawa Uu masuk ke dalam jurang kesengsaraan ketika dewasa nanti.
Suatu masalah yang harus dipikirkan dengan matang, tidak bisa
mengambil keputusan dengan terburu-buru. Sebagai seorang tante yang
sudah menganggap Uu layaknya anak kandung sendiri, membujuk Uu
dengan berbicara lemah lembut menjadi salah satu cara untuk meluluhkan
Uu agar melupakan keinginannya tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tante termasuk
dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya ia digambarkan
keberatan atas pilihan Uu yang ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah
dan menjadi ahli sejarah, namun pada akhirnya ia menyadari bahwa
pilihan ponakannya tidaklah salah dan merupakan hak bagi Uu untuk
menentukan masa depannya.
7. Bahar
Bahar adalah Oom dari Aa,Ii,Uu. Usianya diperkirakan 43 tahun. Ia
merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh tambahan yang utama. Ia
digambarkan memiliki karakter yang rumit atau bisa dibilang banyak
pertimbangan. Sebagaimana terdapat dalam kutipan di bawah ini ketika ia
memberikan pendapatnya untuk menyelesaikan masalah Uu.
“Oom : Dalam filsafatnya adalah , „kebenaran rupanya lebih
betah di rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya
lebih betah di rumah tetangga‟ (sebentar menelan wafer
atau apalah). Lalu pertanyaannya adalah apa yang akan
digunakan sebagai landasan usaha kita dalam
memecahkan persoalan. Perasaankah? pikirankah?”24
24
Ibid., h.35
68
25
Ibid., h. 42
69
26
Ibid., h. 15-16
70
27
Ibid., h. 62
72
28
Ibid., h. 77
73
29
Ibid., h. 103
30
Ibid., h. 104
74
4) Alur/Plot
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer menggunakan alur non
linier. Rangkaian peristiwa cerita yang ditampilkan dimulai dari percakapan
Uudan Ibu di kamar, ketika Uu telah selesai belajar dan membereskan buku-
bukunya, sementara ibu sedang menyiapkan tempat tidurnya. Kemudian cerita
pun ditutup dengan ibu berada di kamar Uuyang sedangmendekap Uu.
Tahapan alur tersebut dipaparkan sesuai dengan pola struktur naratif dalam
film yakni tahap permulaan, tahap pertengahan, dan tahap penutupan.
1) Tahap Permulaan
Tahap yang memberi pelukisan situasi latar, tokoh-tokoh utama serta
memberi pengenalan terhadap permulaan konflik. Tahap ini merupakan tahap
pembukaan cerita berfungsi melandastumpui cerita yang dikisahkan pada
tahap berikutnya.
Dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ini dimulai dari
pembukaan bagian pertama. Pada tahap awal ini dibuka dengan percakapan
dua tokoh perempuan yaitu tokoh Uudan Ibu yang berlatar di sebuah kamar
menjelang tidur malam. Kemudian situasi selanjutnya adegan yang melukiskan
beberapa murid-murid yang sedang ujian akhir, mereka diantaranya termasuk
Uu. Mereka lantas membaca hasil ujian, Uu senang karena ia pun lulus dengan
hasil yang memuaskan.
Adegan selanjutnya terjadi saat bapak dan ibu selesai makan malam dan
minum kopi. Ibu menceritakan tentang keinginan Uu yang ingin melanjutkan
kuliah di jurusan sejarah dan bekerja menjadi ahli sejarah. Tentunya bapak
tidak setuju akan hal itu. Mengingat sifat keras kepala bapak dengan latar
belakang seorang yang bekerja di kantor dagang yang otomatis pemikirannya
sangatlah realistis. Tidak ada dunia khayalan di kamus bapak, baginya hidup
itu bagaikan neraca dagang harus melihat untung dan ruginya.
kemudian datanglah Aa dan Ii ke ruang tengah. Rustam menyuruh
mereka berdua untuk mengikuti diskusi untuk mendapatkan jalan keluar agar
keinginan Uu yang dianggap ia sangat konyol dan tidak masuk akal dibatalkan.
Pada tahap ini berisi sejumlah informasi yang berkaitan dengan hal yang akan
76
menuju ke kamar Uu. Namun alangkah terkejutnya ketika yang berada dibalik
selimut itu adalah Aa, dan Ii. Bapak semakin marah melihat yang ada di
depannya sekarang bukanlah Uu. Namun terlihat ada yang aneh dari Aa dan Ii,
mereka berubah bagaikan robot. Hanya berbicara sesuai dengan siapa yang
memanggil seperti “ya ma”, “ya pa”, “ya oom”, “ya tante”, dan melakukan
sesuatu sesuai dengan yang diperintah.
Sementara itu Aa dan Ii masih seperti robot yang kaku. Mereka akan
menuruti semua yang diperintahkan, misalnya jika disuruh pukul mereka akan
memukul, jika disuruh menangis mereka akan menangis, jika disuruh
menyanyi mereka akan menyanyi, jika disuruh tertawa mereka akan tertawa,
dan seterusnya. Tiba-tiba Aa dan Ii bangkit berdiri laksana robot dan
melangkah keluar. Mereka seperti kena sihir, tidak lama bapak pun
mengejarnya.
Berdasarkan pemaparan konflik-konflik yang terjadi dalam naskah di
atas, kejadian dan konflik yang dialami Uu, lebih bersifat eksternal. Kejadian
dan konflik lebih banyak berhubungan oleh adanya kontak sosial antar manusia
seperti penindasan oleh teman-temannya dan keluarganya yang tidak
mendukung cita-cita Uu, sehingga menimbulkan konflik batin
3) Tahap Penutupan
Pada tahap ini konflik yang telah mencapai klimaks diadakan
penyelesaian dan dicarikan jalan keluar. Tahap ini berisi bagaimana kesudahan
cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Penyelesaian
bisa sedih bisa juga menggembirakan.
Mengingat masalah awal keluarga ini adalah keingingan Uu yang
ditentang oleh keluarganya terutama oleh ayah yang akhirnya Uu memutuskan
untuk mengurung diri di kamar. Lalu ditambah dengan keanehan Aa dan Ii.
Bapak, Ibu, Tante, dan Oom akhirnya menuruti pendapat si mbok untuk
meminta bantuan ke dukun agar bisa mengembalikan anak-anaknya yang
hilang. Dukun mengatakan bahwa hilangnya anak-anaknya adalah kesalahan
mereka dan akan kembali tergantung pada sikap bapak dan semuanya.
Kemudian mereka menuju ke kamar terakhir anak-anak menghilang.
79
31
Ibid., h. 50
81
32
Ibid., h. 12
33
Ibid., h. 5
82
34
Ibid., h. 51
35
Ibid., h. 50
83
Indonesia, dalam naskah terdapat beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam
naskah lakon AAIIUUkarya Arifin C. Noer antara lain : retoris, dan simbolik.
Retoris
Retoris merupakan semacam pertanyaan yang digunakan dalam tulisan
dengan tujuan mendapat efek penekanan yang lebih mendalam dan sama sekali
tidak memerlukan jawaban.39 Penggunaan retoris dapat dilihat dalam kutipan:
“Oom : Dalam filsafatnya adalah, “kebenaran rupanya lebih betah di
rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya lebih betah di
rumah tetangga” (sebentar menelan wafer atau apalah). Lalu
pertanyaannya adalah apa yang akan digunakan sebagai
landasan usaha kita dalam memecahkan persoalan.
Perasaankah? Pikirankah?”40
39
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 134.
40
Arifin C. Noer, op.cit. h. 35
41
Atar Semi, op.cit. h. 133
42
Arifin C. Noer, op.cit, h. 7
86
Ayah menggunakan kata benih-benih masa depan sebagai kata kiasan untuk
menggambarkan kebanggaan dan penuh harapan terhadap Aa dan Ii. Majas
metafora menguatkan tokoh dan penokohan Ayah yang memang sangat
komersial dan melihat sesuatu dari segi keuntungan dan kerugian. Maka dari
itu ia bangga terhadap Aa dan Ii karena mereka berdua kuliah di jurusan yang
ketika lulus nanti bisa mendapatkan gaji besar. Selain itu majas simbolik juga
terdapat dalam dialog Rustam saat berdebat dengan ibu.
“Rustam : Yak! Jaman sekarang memang jamannya pedagang. Dan
jaman yang akan datang.”43
“Ibu : -Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikkan
sekali!”44
Rustam dan ibu menggambarkan bahwa zaman yang terjadi merupakan
zaman pedagang, zaman robot dan zaman angka. Artinya semua orang hanya
memikirkan keuntungan untung dan rugi, selain itu kehidupan orang-orang
bagaikan robot dalam menjalani hidupnya sehari-hari. Pagi berangkat kerja,
bekerja hampir seluruh waktunya di depan komputer, kemudian pulang kerja
tengah malam dan itu dilakukan setiap hari demi mengejar angka-angka rupiah.
Berlin yang tidak lain adalah teman sekolah Uu, dalam dialognya yang terjadi
saat di pesta perpisahan sekolah sempat menyindir Uu.
“Berlin: Sebagai penutup, marilah kita berdoa agar malam ini Tuhan
memberi petunjuk bagi domba kecil yang sesat ini.”45
43
Ibid., h. 11
44
Ibid., h. 11
45
Ibid., h. 16-17
46
Ibid., h.29
87
untung dan rugi baik dari segi pekerjaan hingga segi pendidikan, sedangkan
sifat Ibu dan Tante yang mengayomi Uu. Simbolik juga menguatkan latar
cerita pada skenario film itu, bahwa pada tahun 1994 perekonomian Indonesia
sedang terpuruk sehingga mempengaruhi pemikiran masyarakatnya yang
semua selalu diperhitungkann untung dan rugi.
88
4.2 Analisis Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon
AAIIUU Karya Arifin C. Noer
Analisis berikutnya digunakan penulis untuk menemukan bentuk
orientasi masa depan tokoh remaja dalam naskah lakonAAIIUUkarya
Arifin C. Noer. Dalam analisis ini orientasi masa depan hanya terfokus
pada bidang pekerjaan dan tokoh remaja yang dianalisis dalam naskah
yakni tokoh Uu. Penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra dalam
upaya menemukan orientasi masa depan. Orientasi masa depan tersebut
dianalisis berdasarkan teori proses pembentukan orientasi masa depan oleh
Nurmi.
4.2.1 Proses PembentukanOrientasi Masa Depan Tokoh Remaja
a. Motivasi
Tahap motivasi merupakan awal dari proses pembentukan
orientasi masa depan.Suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu
untuk mencapai tujuannya. Berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan
yang ingin dicapai,waktu pencapaian, dan dorongan/motif mencapai
tujuan dimasa depan. Bahwa hal yang menjadi dasar motivasi Uu ingin
mengambil kuliah jurusan sejarah danbekerja sebagai ahli sejarah
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal didorong karena Uu memiliki minat besar di
bidang literasi (baca-tulis), maka dari itu Uu menyukai pelajaran
sejarah. Sejarah membuatnya tekun membaca dan memberi inspirasi
menulis. Ilmu sejarah memberikan dasar dan latar belakang yang bagus
untuk minat Uu. Literasi secara sederhana adalah kemampuan untuk
mencari, memilah, memahami, dan menggunakan informasi atau
pengetahuan. Jadi intinya hal positif dari jurusan sejarah dapat
mengasah dan mengembangkan daya nalar secara ilmiah. Kemampuan
ini penting untuk diasah. Selain itu dalam diri Uu memiliki jiwa kritis,
teliti, tekun, dan terampil berliterasi, potensi-potensi itulah yang
menjadi modal Uu masuk kuliah sejarah.
89
47
Ibid., h.3
48
Ibid., h. 18
90
akan menjadi bukti bahwa lulusan sejarah tak cuma jadi sejarawan.
Bahwa lulusan sejarah bisa berkarya dan sukses di mana pun.
b. Perencanaan
Dalam perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada
dan akan dilakukan individu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan,
menekankan bagaimana individu merencanaan realisasi dari tujuan dan
minat dalam konteks masa depan. Dalam proses Uu mempersiapkan
tentang masa depan, sesuai dengan keinginannya untuk menjadi
seorang ahli sejarah, dia sudah menyusun strategi dengan matang.
Terdapat dua perencanaan yang dilakukan Uu yakni perencanaan positif
dan perencanaan negatif.
Adapun perencanaan positif itu ia tunjukkan ketika hendak
mengikuti ujian sekolah. Pada malam harinya ia belajar dengan
sungguh-sungguh hingga larut malam. Tercantum dalam kutipan di
bawah ini:
“Int. Rumah Rustam, kamar, malam
Uu sedang membereskan buku-bukunya, sementara ibunya
sedang menyiapkan tempat tidurnya. Malam sudah lewat jam
dua belas.”49
49
Ibid., h.3
50
Ibid., h. 4
91
51
Ibid., h. 5
52
Ibid., h. 18
92
dukungan dari orang tuanya. Selain itu juga ia melakukan hal itu karena
ia sadar hak-haknya sebagai anak.
c. Evaluasi
Berdasarkan kondisi tersebut perencanaan perlu adanya kegiatan
evaluasi untuk menilai penyebab tidak tercapainya target sesuai dengan
waktu yang ditetapkan dan apakah target yang telah ditetapkan masih
relevan dengan kondisi yang telah berkembang. Dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer, digambarkan proses evaluasi tokoh Uu
melibatkan casual atribution yakni mengenai kesempatan yang dimiliki
tokoh dalam mewujudkan keinginannya.
Dalam naskah terlihat bahwa Uu banyak mendapat pertentangan
dari keluarganya atas pilihannya untuk memasuki jurusan sejarah dan
menjadi ahli sejarah, terutama oleh ayahnya, yang menimbang bahwa
pekerjaan seorang ahli sejarah tidak memiliki nilai komersial tinggi dan
tentunya akan menyusahkan putrinya dalam mencari pekerjaan. Dengan
pertimbangan itu maka tokoh Uu tidak memiliki kesempatan dan
dukungan penuh dalam mewujudkan cita-citanya. Hal ini tercantum
pada dialog di bawah ini:
“Rustam : Mau jadi ahli sejarah?
Ibu : Yaa.. kan nantinya sama-sama jadi dokteranda
kalau selesai kelak.
Rustam :Kamu betul-betul kurang memahami jaman
sekarang. dokteranda apapun memang sama, tapi
nilai komersilnya berbeda-beda. Insiyur juga
macam-macam dan boleh dikatakan sama
tingkatannya satu sama lain, tapi tetap saja masing-
masing memiliki nilai komersil yang berbeda-
beda!”53
53
Ibid., 5-6
93
54
PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta. Mengenal dan menemukan konsep diri. diakses dari
http://pkbi-diy.info/?page_id=3558., Pada Minggu,17 September 2016 pukul 14.00 WIB.
94
55
Ibid., h. 4
56
Ibid., h.18
95
57
Ibid., h. 4
97
58
Ibid., h. 6
98
59
Abu Ahmadi, Sosilogi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 110
99
memukul atau meninju. Sedangkan pada midle class tidak dengan cara
fisik, tetapi dengan cara kompetisi misalnya dalam pertandingan olah
raga.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kedudukan keluarga di masyarakat, maka orang tua lebih banyak
berharap terhadap anak terutama dalam segi pendidikan. Pada
keluarga Upper class, orang tua akan lebih banyak ikut andil dalam
pendidikan anak dan masa depan anak, tujuannya agar meingkatkan
nilai sosial strata keluarga. Dibandingkan dengan keluarga lower
class, biasanya orang tua akan menyerahkan sepenuhnya kepada anak.
Anak dibebaskan untuk memilih pendidikannya bahkan bebas
menentukan masa depannya, karena dalam keluarga lower class orang
tua tidak akan mempermasalahkan minat dan bakat anak.
Dalam naskah lakon AAIIUU terlihat bahwa latar keluarga
dari keluarga upper class, dimana orang tua menaruh harapan terhadap
anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga. Terlihat bahwa
ayah Uu menaruh harapan besar terhadap Uu untuk bisa melanjutkan
kuliah di jurusan yang memiliki nilai komersialnya lebih tinggi,
contohnya jurusan ekonomi ataupun kedokteran. Ayah Uu
menganggap bahwa di zaman sekarang adalah jamannya pedagang.
Jika dilihat jurusan sejarah dengan jurusan ekonomi, jurusan ekonomi
dinilai memiliki keuntungan komersil lebih tinggi dibandingkan
jurusan sejarah yang hanya dianggap sebagai tukang khayal.
Posisi kelas seseorang mungkin juga dievaluasi secara berbeda
oleh para tetangga, rekan sekerja, kerabat, dan lain-lain. Masyarakat
memiliki pemahaman sendiri mengenai sistem kelas, mengenai
jenjang prestis dan mengenai cara kekuasaan.
“10.Ext. Jalan Thamrin, siang
Lalu lintas yang ramai sekali1 dan cepat sekali!
Dan pencakar-pencakar langit. Dan salah satunya adalah
kantor tokoh kita zoom in jendelanya!”
60
Arifin C. Noer, op.cit. h. 50-51
101
61
Ibid., h. 18
62
Ibid., h. 3
102
63
Ibid., h. 16
103
64
Ibid., h. 18
104
65
Ibid., h. 24-25
66
Ibid., h. 32
105
67
Ibid., h. 107
106
68
Abu Ahmadi, op.cit, h. 112
107
69
Ibid., h. 18
108
70
Wahyudi Siswanto, op.cit, h. 170
110
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dianalisis, dari lakon AAIIUU karya Arifin C.
Noer , maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut,
1. Penjabaran orientasi masa depan pada tokoh remaja dalam naskah
lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer, bahwa proses pembentukan orientasi
masa depan pada tokoh Uu meliputi 3 tahap, yakni pertama motivasi internal
dan eksternal. Motivasi internal didorong karena Uu memiliki minat besar di
bidang literasi (baca-tulis), maka dari itu Uu menyukai pelajaran sejarah.
Motivasi eksternal di antaranya karena Uu sedari kecil sudah akrab dengan
dongeng-dongeng. Kedua perencanaan positif dan negatif. Perencanaan positif
itu ia tunjukkan ketika hendak mengikuti ujian sekolah. Pada malam harinya ia
belajar dengan sungguh-sungguh hingga larut malam. perencanaan negatif itu,
ia mengancam akan merencanakan mogok makan dan mengurung diri di kamar
jika semua keluarganya tidak mendukung atas cita-citanya. Ketiga Evaluasi,
proses evaluasi tokoh Uu melibatkan casual atribution yakni mengenai
kesempatan yang dimiliki tokoh dalam mewujudkan keinginannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan terdiri dari
faktor internal meliputi konsep diri dan kognitif. Konsep diri dalam tokoh Uu
memiliki kesenjangan antara extant self dan desire self besar, dikarenakan dia
memiliki keinginan yang kuat dan besar dalam dirinya yang memiliki cita-cita
sebagai seorang ahli sejarah, sehingga setelah lulus sekolah nanti dia ingin
melanjutkan ke jurusan sejarah. Kognitif, kemampuan metakognisi Uu
berkembang dan kemampuan ini sangat memungkinkan Uu untuk memikirkan
kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan
memberikan solusi. faktor eksternal meliputi jenis kelamin, karena Uu berjenis
kelamin perempuan sehingga lebih memilih pekerjaan yang tidak banyak
menuntut waktu dan memberikan rasa aman, menurutnya pekerjaan itu adalah
sebagai ahli sejarah. Kedua status sosial ekonomi, dalam naskah lakon AAIIUU
terlihat bahwa latar keluarga dari keluarga upper class, dimana orang tua
112
113
menaruh harapan terhadap anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga.
Ketiga usia, teman sebaya, hubungan dengan orang tua.
Peranan sosial keluarga, dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C.
Noer digambarkan bentuk keluarga yang otoriter, yakni keinginan anak semua
ditentukan oleh orang tua. Namun dengan kesungguhan Uu dalam
mempertahankan cit-citanya, Uu mampu menyakinkan kedua orang tua dan
keluarga besarnya bahwa pilihannya sebagai ahli sejarah adalah tepat.
2. Adapun implikasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, Naskah
lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ini dijadikan sebagai sumber untuk
pembelajaran di SMA kelas XII semester 2. Dalam silabus terdapat SK yang
harus dikuasai oleh peserta didik yakni memahami pembacaan naskah drama.
Kemudian KD yang harus dicapai ialah menemukan unsur-unsur intrinsik
naskah lakon yang didengar melalui pembacaan. Jika dikaitkan dengan
kompetensi dasar, naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer dapat dijadikan
bahan pembelajaran dari setiap dialog yang dihadirkan tiap tokoh. Guru dapat
mendeskripsikan perilaku tokoh, materi tersebut terdapat dalam pembahasan
unsur intrinsik. Guru dapat mengajarkan bagaimana tokoh remaja berjuang
demi mencapai cita-cita meskipun ditentang oleh kedua orang tua. Guru juga
dapat mengajarkan kepada peserta didik bahwa untuk mencapai suatu cita-cita
tidaklah semudah membalikkan kedua tangan, banyak terjadi rintangan.
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa simpulan yang telah dijelaskan, ada beberapa saran
yang diajukan oleh penulis, yakni:
1. Diharapkan naskah lakon AAIIUU ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan bagi pendidik untuk
dapat memanfaatkan naskah lakon ini sebagai media pembelajaran sastra
nantinya.
2. Pembelajaran tentang orientasi masa depan tokoh remaja yang telah didapat
dalam naskah lakon diharapkan dapat menjadi bekal dan pegangan dalam
mewujudkan cita-cita peserta didik, sehingga peserta didik lebih bijaksana
dalam menghadapi rintangan-rintangan yang akan mereka hadapi.
DAFTAR PUSTAKA
viii
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
Majalah Femina. Jakarta. 2-8 November 1995
Marliani, Rosleny. Hubungan Antara Religiustas dengan Orientasi Masa Depan
Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi,
Volume 9 Nomor 2, Desember 2013
Maslihah, Sri. Pelatihan Orientasi Masa Depan untuk Meningkatkan Kemampuan
Remaja dalam Menyusun Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Bidang Keahlian: Psikologi
Klinis dan Remaja
Minderop, Albertine. Psikologi Sastra (karya sastra, metode, teori dan contoh
kasus). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011
Noer, Arifin C. AAIIUU. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2006
Nurmi, J.E. Age, Sex, Social Class,and Quality of Family Interaction as
Determinant’s Future Orientation: A Developmental Task Interpretation.
Adolescence, Vol. XXII No.88, Libra Publishers Inc.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2012
Pratista, Himawan. Memahami film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008
Prihatiningsih, Nandya Ratna. Skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam
Naskah Drama Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C. Noer dan
Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2013
Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:
Bumi Aksara. 2010
Puji Sentosa. Biografi Arifin C. Noer. http://pujies-
pujies.blogspot.com/2010/01/arifin-c-noer.html.diunduh 30 Desember
2015 Pukul.15.00 Wib.
Purba, Johana. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Burnout pada Guru. Jurnal
Psikologi Vol. 5 No. 1 Juni 2007 (Dosen Fakultas Psikologi Universitas
Indonusa Esa Unggul, Jakarta)
ix
Rachmawati, Nahdliyah. Wacana Gay dalam Skenario Film Arisan.
Commonline, Jurnal Online Departemen Komunikasi FISIP Unair.Vol.2
No.3/2013-06.
Rahayu, Yunia Ria. Skripsi berjudul “Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama
Mega, Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Pada Pembalajaran
Sastra Di SMA”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2014
Riduwan. Metode dan Teknis Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta, 2010
Rufaidah, Izzah Pengaruh Iklim Sosial Keluarga terhadap Orientasi Masa Depan
dalam Bidang Pekerjaan dan Karir pada Remaja. Skripsi. 2010.
Santrock , John. W. Psikologi Pendiidkan Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika.
2009
Santrock, John W. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. 2011.
Satoto, Soediro. Stilistika. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012
Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.1998
Sides Sudyarto. Teater sebagai Kebaktiann. Dokumen HB. Jassin. Jakarta:
Siwalan 3
Sinar Harapan. Jakarta. Sabtu, 24 Maret 1984. Tahun ke :XXII h. 8 kolom 1-6.
No. 7455
Sindonews.com. Disfiyant Glienmourinsie. Diakses dari
http://ekbis.sindonews.com/read/997601/34/jumlah-pengangguran-
bertambah-jadi-7-45-juta-orang-1430816593. Diunduh Selasa, 5 januari
2016 pukul 15.00 WIB
Siregar, Eveline & Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2010.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008
Slameto. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
2010
Sobandi. Mamdiri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
2012
Sumadinata, Nana Syaodi. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005
x
Suralaga, Fadhilah & Solicha. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010
Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1989
Tarigan, Henry Gunur., Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 2011
Wellek, Rene & Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1993
xi
Sinopsis Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
Dalam naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C.Noer bercerita tentang keluarga Rustam
yang kaya dan terhormat bertempat tinggal di pusat kota Jakarta. Rustam memiliki istri dan 3
orang anak yakni Aa, Ii dan Uu. Si sulung bernama Aa kuliah mengambil jurusan ekonomi
dengan harapan dapat menggantikan Rustam di kantor dagang, dan Ii mengambil jurusan
farmasi, sedangkan anak bungsu Rustam yakni Uu yang berbeda dengan kedua kakaknya, ia
berniat masuk kuliah jurusan sejarah karena ingin menjadi ahli sejarah. Kehidupan keluarga
Rustam dibilang harmonis, namun karena pemikiran Rustam yang menilai sesuatu
berdasarkan hukum dagang untung dan rugi, maka hal ini menjadi masalah.
Suatu malam Uu mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin menjadi Ahli Sejarah dan
masuk perguruan tinggi mengambil Jurusan Sejarah. Mendengar pernyataan anak bungsunya
tersebut ibu kaget, namun ia tidak juga menentang cita-cita anaknya tersebut, ia hanya
bertanya lalu menyuruh Uu untuk beristirahat. Akhirnya ibu memberitahukan suaminya
tentang keinginan anak bungsunya tersebut. Rustam langsung marah dan memicu pedebatan
antara Ibu Rustam dan Bapak Rustam. Bapak dengan tegas menentang cita-cita UU yang
ingin menjadi ahli sejarah, dengan pertimbangan bahwa bidang pekerjaan tersebut dari segi
material tidak menjamin kehidupan anaknya. Namun berbeda dengan Ibu yang mendukung
dan memberi kebebasan terhadap Uu untuk memilih jalan hidupnya, termasuk cita-cita yang
Uu pilih. Ibu berasumsi bahwa setiap manusia berhak menentukan jalan hidupnya masing-
masing, dan sebagai orangtua tidak berhak memaksakan kehendak bahwa seorang anak harus
menjadi apa. Rupanya keluarga ini merupakan keluarga yang keras kepala, baik ibu, Rustam,
Aa, Ii, dan Uu sama-sama memiliki watak keras kepala. Oleh karena itu masing-masing tetap
pada pendiriannya.
Aa dan Ii yang merupakan kakak Uu walaupun tidak secara tegas menentang Uu
yang memilih jurusan sejarah, namun sesungguhnya watak mereka berdua sama seperti
ayahnya yang memandang sesuatu selalu dari segi materil uang. Teman-teman sekolah Uu
semasa SMA juga ternyata memandang rendah profesi ahli sejarah. Sampai akhirnya Uu
mengadu pada ayah dan ibunya. Namun tidak disangka, bukannya mendapat dukungan dari
ayahnya. Ayah lebih berpihak pada teman-teman Uu. Uu kesal, sampai akhirnya ia
memutuskan untuk mengurung diri di kamar dan mogok makan sampai ayah mengizinkannya
untuk mengambil Jurusan Sejarah. Segala upaya telah ayah, Aa, dan Ii lakukan untuk
membujuk Uu agar tidak mengambil Jurusan Sejarah. Namun Uu tetap pada pendiriannya
bahwa ia akan tetap mengambil Jurusan Sejarah bagaimanapun konsekuensinya. Sampai
akhirnya Rustam menghubungi meminta bantuan Oom dan Tante untuk datang ke rumahnya
dan membujuk Uu agar mau nurut dengan ayahnya. Segala upaya juga dilakukan oleh Oom
dan Tante, namun sia-sia
Keadaaan semakin kacau tatkala Uu hilang dari kamarnya dan disusul oleh hilangnya
Aa dan Ii. Seorang pembantu menyarankan untuk memanggil dukun. Sempat terjadi
perdebatan antar tokoh, baik itu Rustam dengan Oom, Rustam dengan Dukun, Rustam
dengan Pembantu, dan lainnya. Dukun menyarankan agar Rustam dapat dengan lapang dada
mengabulkan keinginan anak-anaknya, terutama keinginan Uu yang ingin masuk Jurusan
Sejarah. Awalnya Rustam tetap pada pendiriannya menolak saran dari Dukun, sampai pada
akhirnya ia menyerah lalu merelakan Uu mengambil Jurusan Sejarah. Tidak lama kemudian
Uu terbangun dari igauannya, lalu ibu berkata kepada Uu bahwa semua mengizinkan ia
mengambil Jurusan Sejarah. Lalu mereka saling berpelukan, hidup dengan bahagia.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nilai Budaya
Kewirausahaan/
Indikator Pencapaian Kompetensi Dan Karakter
Ekonomi Kreatif
Bangsa
Menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama Mandiri Kepemimpinan
yang didengar melalui pembacaan Kreatif Percaya diri
Mendiskusikan unsur intrinsik teks drama yang Bersahabat/
didengar komunikatif
ALOKASI WAKTU 3 x 45 menit ( 1 pertemuan)
TUJUAN PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN
V Ceramah
V Diskusi Kelompok
V Tanya Jawab
V Penugasan
V Presentasi
V Peragaan model
KEGIATAN PEMBELAJARAN
SUMBER BELAJAR
V Pustaka rujukan Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia untuk
SMA/MA Kelas XII karya Sobandi terbitan Erlangga tahun
2006 h. 144-152
Endah Tri Priyatni. Membaca Sastra Dengan Ancangan
Literasi Kritis. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010). h. 182
Budianta, Melani dkk. Memabaca Sastra.(Magelang:
Indonesia Tera. 2003). h. 99
Suroto., Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 1989).
h. 88
Burhan Nurgiyantoro., Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta:
UGM Press. 2012). h. 45
V Material: VCD VCD cuplikan drama/sinetron tv yang sedang digemari
V Media cetak Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer. (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 2006)
V Model peraga Siswa peraga pembaca naskah lakon AAIIUU
PENILAIAN
--------------------------------- ------------------------------
NIP : NIP :
URAIAN MATERI
A. Hakikat Drama/Lakon
1. Pengertian drama/lakon
Istilah drama berasal dari kata drame (Perancis) yang digunakan untuk
menjelaskan lakon-lakon tentang kehiduoan kelas menengah. Drama adalah salah satu
bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan
atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai action.1 Sebuah drama pada hakikatnya hanya
terdiri atas dialog. Mungkin dalam drama ada pertunjuk pementasan, namun petunjuk ini
sebenarnya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan pemain. Oleh karena itu, dialog
para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama dan petunjuk lakuannya disebut teks
sampingan.
Di samping istilah drama ditemukan juga istilah teater atau theatre (bahasa
Inggris). Meskipun kedua istilah tersebut dari asal katanya berbeda, namun dalam bahasa
Indonesia, kedua istilah tersebut tidak dibedakan. Drama dan teater adalah sebuah lakon
yang dipentaskan baik dengan naskah atau tanpa naskah.2 Sebagai istilah “drama” dan
“teater” ini datang atau kita pinjam dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus,
asal kedua istilah ini adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada
Awalnya di Yunani baik “drama” maupun “teater” muncul dari rangkaian upacara
keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.3
Satu hal yang tetap menjadi ciri lakon/drama adalah bahwa kemungkinan itu harus
disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh. Akibat dari hal inilah maka
seandainya seorang pembaca yang membaca suatu teks drama tanpa menyaksikan
pementasan drama tersebut mau tidak mau harus membayangkan jalur peristiwa di atas
pentas. Dari beberapa pengertian drama yang dimaksudkan dapatlah disebutkan bahwa
drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan
tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.
2. Menemukan unsur-unsur intrinsik drama/lakon
Secara garis besar, benuk sastra terdiri atasprosa, puis, dan drama. Prosa ditulis ke
dalam bentuk paragraf, puisi ditulis ke dalam bentuk bait, dan drama ditulis ke dalam
bentuk dialog. Ketiganya memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam drama terdapat
unsur tema, amanat, latar, alur, dan penokohan.
1
Endah Tri Priyatni. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010). h. 182
2
Ibid. h. 185
3
Budianta, Melani dkk. Memabaca Sastra.(Magelang: Indonesia Tera. 2003). h. 99
Tema adalah pokok pikiran atau ide yang melandasi suatu cerita.4 Tema
menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh
bagian cerita itu. Tema terletak di balik pokok cerita tersebut. Itulah sebabnya dapat
dikatakan bahwa tema adalah pokok pikiran atau pokok persoalan di balik pokok
cerita.5 Sehubungan dengan pengertian di atas maka tema cerita hanya dapat
diketahui dan ditafsirkan setelah membaca cerita serta menganalisisnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengetahui alur cerita serta penokohan dan dialog-
dialognya.
Latar adalah segala keterangan yang berhubungan dengan waktu, tempat,
dan suasana yang tergambar ketika peristiwa berlangsung. 6 Hakikat drama yang
ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan menyebabkan latar pada drama berbeda
dengan latar pada cerpen dan novel. Pada cerpen atau novel, ada banyak cara yang
dimanfaatkan pengarang dalam menjelaskan waktu terjadinya peristiwa, demikian
pula mengenai tempat dan ruang. Di dalam drama umumnya tidak demikian,
keterbatasan karena peristiwa harus dipentaskan, menyebabkan biasanya sebuah
cerita pada drama atau deretan peristiwa dinyatakan dalam suatu latar tertentu.
Misalnya penggarapan waktu di dalam drama biasanya bersifat kronologis.
Alur disebut juga plot atau jalan cerita adalah rangkaian peristiwa atau urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan cerita.7 Peristiwa dalam sebuah drama adalah
kejadian yang berlangsung dalam suatu adegan. Suatu peristiwa dapat diamati
melalui kehadiran tokoh, dialog, dan gerak tokoh, perpindahan latar, atau pergantian
kostum tokoh. Rangkaian alur dapat disusun dengan pola permulaan, pertengahan,
serta penutupan.
1. Tahap Permulaan
Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis dalam
sebuah cerita film karena dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah
ditentukan aturan permainan cerita film. Pada tahap ini biasanya telah
ditetapkan pelaku utama dan pendukung, pihak protagonis dan antagonis,
masalah dan tujuan, serta aspek ruang dan waktu cerita (eksposisi).8 Jika
4
Sobandi. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. (Jakarta:
Erlangga. 2006). h. 144
5
Suroto., Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 1989). h. 88
6
Sobandi.Op.Cit. h. 144
7
Ibid., h. 144
8
Burhan Nurgiyantoro., Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: UGM Press. 2012). h. 45
seorang pelaku cerita baik protagonis maupun antagonis membutuhkan
apapun, pada tahap inilah tuntutan tersebut biasanya dipenuhi.
2. Tahap Pertengahan
Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh utama atau
protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah yang telah ditentukan
pada tahap permulaan. Pada tahap inilah alur cerita mulai berubah arah dan
biasanya disebabkan oleh aksi di luar perkiraan yang dilakukan oleh karakter
utama atau pendukung.9 Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya
konflik.
Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara pihak protagonis
dengan antagonis. Pada tahap ini juga umumnya karakter utama tidak mampu
begitu saja menyelesaikan masalahnya karena terdapat elemen-elemen
kejutan yang membuat masalah menjadi lebih sulit atau kompleks dari
sebelumnya. Pada tahap inilah tempo cerita semakin meningkat hingga
klimaks cerita. Pada tahap ini hinggga menjelang klimaks, tokoh utama
sering kali mengalami titik terendah (putus asa) baik dari segi fisik maupun
mental.
3. Tahap Penutupan
Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari konflik
atau konfrontasi akhir. Pada titik inilah cerita film mencapai titik ketegangan
tertinggi. Setelah konflik berakhir maka tercapailah penyelesaian masalah,
kesimpulan cerita, atau resolusi. Tokoh utama berhasil mencapai tujuannya
dan bisa pula tidak. Mulai titik inilah tempo cerita makin menurun hingga
cerita berakhir.
Tokoh dan Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam drama.10 Ini
berkaitan dengan perwatakan atau karakterisasi, yaitu cara sutradara
mendeskripsikan tokoh-tokohnya. Seorang tokoh dapat dideskripsikkan berwatak
baik, jahat, pemberani, pemarah, penakt, dan lain-lain. Karakter tokoh dalam drama
dapat diamati melalui dialog, gerakan, kostum, pikiran (monolog), dan cara
menghadapi masalah.
9
Ibid., h. 45
10
Sobandi.Op.Cit h. 145
Lembar Pengamatan Sikap
Skor
No. Aspek yang Dinilai Keterangan
1 2 3 4
1. Memulai aktivitas belajar
dengan berdoa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
2. Menunjukkan rasa
bersyukur atas anugerah
yang telah diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa
3. Menghormati sesama
walaupun memiliki
keyakinan agama yang
berbeda
*) Aspek yang dinilai dapat ditambahkan sesuai dengan sikap yang diharapkan dalam
proses pembelajaran.
Petunjuk:
a) 4 = selalu, apabila selalu melakukan dalam aktivitas,
b) 3 = sering, apabila sering melakukan dalam aktivitas dan kadang-kadang tidak melakukan,
c) 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dalam aktivitas dan sering tidak
melakukan,
d) 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.
Petunjuk:
Siswa memperoleh nilai:
baik sekali : apabila memperoleh skor 16-20
baik : apabila memperoleh skor 11-15
cukup : apabila memperoleh skor 6-10
kurang : apabila memperoleh skor 1-5
Lembar Pengamatan Observasi
Kelompok ke- :
Anggota kelompok :
Kelas :
Tanggal penilaian :
No. Aspek-aspek yang dinilai Nilai
A B C D
1. Antusiasme peserta kelompok dalam
penyusunan tugas.
2. Kemampuan bekerjasama atau berdiskusi.
3. Ketuntasan menyelesaikan tugas.
4. Keberanian dalam mengemukakan pendapat.
5. Tingkat perhatian pada kelompok lain yang
sedang mempresentasikan hasil diskusi.
Petunjuk:
Lembar ini diisi oleh guru untuk menilai kelompok dalam menyelesaikan tugas dan
mengemukakan pendapat. Berilah tanda ceklis (√) pada kolom skor sesuai dengan sikap
sosial yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam kelompok dengan kriteria sebagai berikut:
Baik sekali (A) : skor 81-90
Baik (B) : skor 71-80
Cukup (C) : skor 61-70
Kurang (D) : skor 51-60
Tes Tulis
Soal
1. Apa yang dimaksud dengan drama?
2. Jelaskan unsur-unsur yang membangun sebuah drama?
3. Apa yang membedakan drama dengan karya lain, seperti cerpen dan novel?
4. Jelaskan perbedaan prolog, dialog, monolog, dan epilog?
5. Apa yang dimaksud dengan babak atau adegan?
Jawaban
1. Drama merupakan karya sastra yang mengisahkan kehidupan manusiaa melalui dialog dan
gerak di atas pentas.
2. Naskah, pelaku, pentas, kostum, prolog, dialog, epilog, adegan, babak, akting, mimik.
3. Dalam naskah drama terdapat petunjuk pemanggungan.
4. Prolog : pengantar cerita
Dialog : percakapan antar tokoh
Monolog : percakapan tokoh dengan dirinya sendiri
Epilog : penutup cerita
5. Babak/adegan : bagian cerita atau gerakan
Pengamatan Penilaian Tes Tulis
PENILAIAN KEGIATAN SISWA DALAM PELAJARAN NASKAH DRAMA/LAKON
Nama:
Tanggal:
Skor Kriteria Keterangan
Sangat baik—sempurna: menguasai topik tulisan;
27—30
substansif; relevan dengan topik yang dibahas
Cukup—baik: cukup menguasai permasalahan;
22—26 cukup memadai; pengembangan tesis terbatas;
relevan dengan topik, tetapi kurang terperinci
ISI
Jawaban
Keputusannya untuk
mengunci diri bukan berarti “Uu :Setuju dulu dong Uu
masuk jurusan
sikap atau karakter Uu yang sejarah.
manja. Namun lebih kepada Tante : Dilemma. Dilemma.
Itu tidak mungkin
sikap pemberontakan untuk sayang. Itu akan
mempertahankan haknya mencelakakan
masa depan.
sebagai anak. Di antara hak- Uu :Ini masalah hak
hak anak antara lain adalah azasi” (Arifin C.
hak mendapat kehidupan, Noer, h. 32)
Aa
Ia dituntut ketika dewasa “Ibu :Kalian keliru. Yang
nanti dapat menggantikan seharusnya kalian
ayahnya bekerja di kantor lakukan bukan
membujuk UU tapi
dagang. Maka dari itu Aa
meyakinkan Papa
kuliah mengambil jurusan bahwa UU tidak salah
ekonomi. Akibat bentuk pilih.
didikan Rustam yang otoriter AA : Tapi Papa benar, Ma.
menjadikan menjadi anak Yang kita perlukan
yang memiliki sifat realistis sekarang adalah
lapangan yang
sebanyak mungkin
untuk memberikan
keuntungan
materil.(Arifin C.
Noer, h. 23)
Ii
Ii memiliki rasa tanggung Ii :Saya akan membujuknya
jawabnya sebagai seorang untuk yang pertama
kakak, khususnya kakak kalinya sebagai
perempuan. Ia mencoba kakaknya. Barangkali
untuk membujuk Uu pertama saya akan mendapat
kali agar mengurungkan tempat yang istimewa di
niatnya untuk mengunci diri hatinya. (Arifin C. Noer,
di kamar h. 19)
Rustam “Rustam : Artinya
digambarkan memiliki watak membiarkan Uu jatuh kepada
yang keras kepala, pilihan yang keliru! semua
materialistis, egois serta orang mengejar uang dan
realistis kamu biarkan Uu mengejar
angin yang bernama
lamunan sejarah. Sebagai
Ibu seharusnya kamu
menyadarkan Uu yang baru
tahu AIUEO itu bahwa
sejarah tidak akan
menyelesaikan hidup ini.
Hanya uang yang punya
kemampuan tidak terbatas
untuk menyelesaikan apa
saja” (Arifin C. Noer, h. 11)
Ibu “Ibu : Kamu tidak
selalu memberikan sendirian U. Mama juga
kebebasan terhadap minat akan berusaha sekuat tenaga
dan bakat anak-anaknya untuk meyakinkan mereka
bahwa kamu berhak
mewujudkan impian kamu”
(Arifin C. Noer, h. 20)
Tante “Tante : Sebaiknya kita
Sifat tante sangat protektif siapkan satu tabung besar
dan pemikirannya terlalu zat asam murni udara dalam
sempit sehingga masalah kamarnya. Nanti lama-lama
yang kecil menjadi dibesar- pasti kotor dan UU pasti
besarkan. kepayahan”(Arifin C. Noer,
h. 29)
Oom “Oom : Dalam filsafatnya
memiliki karakter yang rumit adalah , „kebenaran rupanya
atau bisa dibilang banyak lebih betah di rumah
pertimbangan. tetangga, karena kita sendiri
sebenarnya lebih betah di
rumah tetangga‟ (sebentar
menelan wafer atau apalah).
Lalu pertanyaannya adalah
apa yang akan digunakan
sebagai landasan usaha kita
dalam memecahkan
persoalan. Perasaankah?
pikirankah?” (Arifin C.
Noer, h. 35)
Berlin, Ketua, dan teman lain- “Ketua: Memasuki jurusan
lain sejarah atau jurusan
digambarkan mereka fakultas-fakultas lainnya
memiliki sifat materialistis. yang sejenis adalah sia-sia.
Karena ditinjau dari segi
lapangan kerja sangat
sempit. Di republik ini tidak
perlu banyak-banyak ahli
sejarah. Cukup seorang saja
untuk mengepalai satu
departemen dengan seorang
pelayan sebagai
pembantunya. Jelas? Yang
dibutuhkan sekarang adalah
tenaga-tenaga yang terampil
laksana komputer untuk
perputaran roda ekonomi”
(Arifin C. Noer, h. 16)
Pembantu “Pembantu : Coba? Apa
digambarkan memiliki sifat yang terjadi barusan?
yang lucu. Sifat si mbok Ngomong marah-marah lalu
yang lucu bukan berarti si pergi. Ndak jelas semuanya.
mbok suka melawak, Ini yang namanya
melainkan melalui celotehan- pemborosan terselubung.
celotehannya secara tidak Dan kalau boleh kasar
langsung terdapat pesan yang simbok bisa bilang ini
ingin disampaikan pembunuhan tanpa jejak.
Nah, makanlah” (Arifin C.
Noer, h. 62)
Dukun “Dukun : Kalian tidak
memiliki sifat yang bijaksana akan menemukan mereka
karena mereka begitu dekat
dengan kalian. Hanya saja
dengan sikap kalian telah
melenyapkan UU. Kalian
sendirilah yang melenyapkan
Uu, maka hanya kalian
sendiri yang mampu
memunculkan Uu kembali”
(Arifin C. Noer, h.103)
Rubrik penilaian
Penskoran
No. Aspek yang dinilai
3 2 1
1. Penentuan tema
2. Penentuan latar
3. Penentuan penokohan
4 Penentuan alur
5 Penentuan amanat
Jumlah skor maksimum 15
Keterangan:
3 = jelas/tepat/kuat 2 = kurang jelas/kurang tepat/kurang 1 = tidak jelas/tidak tepat/tidak
Nama : 1na1ia
Nll4 :1111013000055
Judul Skripsi : Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon
AAIIUU Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kelas XII
17. Keraf, CIorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi berjudul "Orientasi Masa
Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kelas XII" yang disusun oleh IRMALIA, NIM
1111013000055, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah
disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada 17 Juli 2016
alErowati. M. Hum
NIP. 19771030 2008012 009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP