Anda di halaman 1dari 163

ORIENTASI MASA DEPAN TOKOH REMAJA

DALAM NASKAH LAKON AAIIUU KARYA ARIFIN C. NOER


DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KELAS XII

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)

oleh
IRMALIA

NIM 1111013000055

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
LE11BAR PERSETUJUAN PEMBI]\IBING SKRIPSI

ORIENTASIMASA DEPAN TOKOH REMAJA


DALAM NASKAH LAKON AAIIUU KARYA ARIFIN C. NOER
DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBEL4JARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KELAS XII

S KRIP S I
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh
Irma ha
1111013000055

Mengetahui

Hum.

NIP. 19771030 2008012 009

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UN! VERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 HI 2016M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul "Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah


Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer clan Implikasinya Pada Pembelajaran
Bahasa clan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII"
diajukan kepada Fakultas Tarbiyah clan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, clan telah dinyatakan lulus dalam ujian
niunaqasah pada tangga 15 September 2016 di hadapan dewan penguji, karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 19 September 2016

PanitiaUjianMunaqasah Tanggal TandaTangan

Ketua Panitia (Ketua.JurusanlProdi)


Makyun Subuki, M. Hum. 22-er aO IC --- - - -

NIP. 19800305 200901 1 015

Penguji 1
Nuryati Dj ihadah, M.Pd., M.A. i Scp'frrt'- 2-0 1 G --

NIP. 19660829 199903 2 003

Penguji 2
Novi Diah Haryanti, M.Hum. ~4~Ltr 24
NIP. 198411262015032007

Mengetahui

Dekan Ilmu Tarbiyah

Prof. Dr bRava.M.A.

NIP. 19542l\1203 1 007


KEMENTERIAN AGAJIA I No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UN JAKARTA FORM (1)
I Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK I No. Revisi: : 01
.11. In H. Juanda No 93 cipulal 15412 Indonesia - Hal 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRL

Saya yang bertanda tangan di bawah mi,


Nama : Irmalia
TempatiTgl.Lahir : Indramayu, 16 Mei 1993
NIM : 1111013000055
Jurusan / Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam
Naskah Lakon AAIJUU Karya Arifin C. Noer dan
Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Ihdonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas
XII .
Dosen Pembimbing Rosida Erowati, M.Hum
NIP : 19771030 2008012 009

Dengan mi menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pemyataan mi dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,

ahasiswa Ybs.

NIM. 1111013000055
ABSTRAK

Irmalia, 1111013000055, “Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam


Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kelas XII”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dosen
Pembimbing: Rosida Erowati, M.Hum.
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer merupakan salah satu naskah
lakon yang menggambarkan orientasi masa depan tokoh remaja. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan tentang orientasi masa depan tokoh remaja dalam
naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer yang diharapkan menjadi referensi
tambahan dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah
Menengah Atas (SMA) kelas XII. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif deskripstif.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam proses orientasi masa depan tokoh remaja terdapat
tiga proses yakni motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Selain itu adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan dipengaruhi oleh faktor internal
(konsep diri dan kognitif) dan faktor eksternal (jenis kelamin, status sosial
ekonomi, usia, teman sebaya, hubungan dengan orang tua), serta adanya peranan
sosial keluarga. Dalam pembelajaran naskah lakon ini dapat diajarkan sebagai
pembelajaran karya sastra, berdasarkan standar kompetensi yaknimemahami
pembacaan naskah drama dan berdasarkan kompetensi dasar yakni menemukan
unsur-unsur intrinsik naskah drama yang didengar melalui pembacaan, diharapkan
dapat menambah wawasan kepada guru, pembaca, khususnya dunia sastra dan
orientasi masa depan tersebut dapat diimplikasikan kepada siswa dalam tindakan
nyata.

Kata kunci: Orientasi masa depan, Tokoh remaja, Naskah lakon AAIIUU, Arifin
C. Noer.

i
ABSTRACT

Irmalia, 1111013000055, "Future Orientation of adolescent character in


the script of AAIIUU drama created by Arifin C. Noer and its implication in the
learning of Indonesian language and literature in senior high school Class of XII".
Department of Indonesian Language and Literature Education, Faculty of
Teaching and Tarbiyah Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University.
Supervisor: Rosida Erowati, M.Hum.
AAIIUU drama script created by Arifin C. Noer is one drama that describe
the future orientation of adolescent characters. The purpose of this study is to
describe the future orientation of adolescent characters in the script of AAIIUU
which is expected to be an additional reference in the learning of Indonesian
language and literature in senior high school class of XII. The method used in this
study is descriptive qualitative.
Based on the analysis that has been done, the results of this study show
that in the process of future orientation of adolescent character there are three
processes namely motivation, planning, and evaluation. In addition, the factors
that affect the future orientation areaffected by internal factors (self-concept and
cognitive) and external factors (gender, socioeconomic status, age, peers,
relationship with parents), as well the role of family social. In learning. This
drama script can be taught as literature learning, by competency standar is
understand the drama script reading and basic comperency is found the intrinsic
elements of the play that was heard through reading, is expected to add the insight
to the teachers, readers, especially to the literature field and future orientation can
be implemented to students in real action.

Keywords: Future orientation, Adolescent character, AAIIUU drama script, Arifin


C. Noer.

ii
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, serta kesehatan jasmani dan rohani
kepada penulis sehingga diberi kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon AAIIUU
Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII”. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. beserta para
keluarga dan sahabatnya.
Penulisan skripsi ini ditujukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai
hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran seta berbagai pihak, skripsi ini
tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang memudahkan dalam segala proses baik formal
maupun informal;
3. Dona Aji Karunia Putra, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang memudahkan dalam segala proses administrasi;
4. Rosida Erowati, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
berusaha meluangkan waktu untuk penulis dalam proses bimbingan skripsi,
sabar dalam membimbing dan memberikan masukan untuk referensi tulisan
hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya
dan dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya yang telah
iii
memberikan ilmu dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta;
6. Ucapan teristimewa ditujukan kepada kedua orang tua tercinta yaitu
ayahanda Hamim Aminuddin dan ibunda Warniti yang telah merawat,
membimbing, tidak henti-hentinya memberikan doa dan dorongan baik
moril, materil, dan ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai tanda bakti;
7. Ucapan teristimewa juga ditujukan kepada kakak dan adik tersayang yaitu
Deris Ade Fani, S.H., Yofie Andriansyah dan Nurfatihah yang telah
memberikan motivasi, keceriaan, kehangatan di tengah perjalanan hidup
hingga saat selesainya skripsi ini;
8. Ucapan teristimewa juga ditunjukkan untuk yang terkasih penuh kisah yaitu
Anggi Meiri, S.E., M.Si., yang selalu memberikan komentar, sabar dan
memberikan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
9. Keluarga Besar Kalacitra yang telah memberikan ruang berkreativitas
bahkan ruang emosional, sehingga penulis selalu bersemangat dalam
menjalani seluruh aktifitas di kampus UIN tercinta;
10. Seluruh mahasiswa/i PBSI kelas A, B, dan C, terutama untuk Syifa
Fauziyah Sholihah, Amalia Rosyidah, Nova Liana, Madhensia Putri Pertiwi,
Astri Pertiwi, Sukaesih, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran
berharga yang penulis dapatkan selama ini;
11. Keluarga besar SMP Islam Cikal Harapan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk praktik mengajar, menambah pengalaman
dan ilmu untuk bekal di masa depan.

iv
Terima kasih pula kepada pihak-pihak yang telah memudahkan penulis
dalam mempermudah penyelesaian skripsi ini, baik secara struktural ataupun
kultural. Semoga limpahan rahmat Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, terhikmat
kepada kita semua. Tentunya sangat besar harapan penulis agar penelitian ini
dapat bermanfaat baik secara pribadi maupun pembaca.

Jakarta, 27 Juli 2016


Penulis

Irmalia

v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 5
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
1.7 Metode Penelitian ............................................................................ 7
1. Fokus Penelitian .......................................................................... 7
2. Objek Penelitian .......................................................................... 8
3. Data dan Sumber Data Penelitian .............................................. 8
4. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 8
5. Teknik Analisis Data ................................................................... 9
1.8 Penelitian yang Relevan ................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 13
2.1 Orientasi Masa Depan ....................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan ........................................... 13
2.1.2 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan . 14
2.1.3 Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan .......................... 16
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan 20
2.1.5 Peranan Sosia Keluarga .......................................................... 25
2.2 Hakikat Lakon/Drama ...................................................................... 26
2.2.1 Pengertian Lakon/Drama ........................................................ 26
2.2.2 Unsur Intrinsik dalam Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C.
Noer ........................................................................................ 32
2.3 Pendekatan Psikologi Sastra ............................................................. 39

vi
2.4 Pembelajaran Sastra .......................................................................... 41
BAB III PROFIL ARIFIN C. NOER .................................................................... 45
3.1 Biografi Arifin C. Noer .................................................................... 45
3.2 Karya Arifin C. Noer ........................................................................ 46
3.3 Pemikiran Arifin C.. Noer ................................................................. 48
BAB IV ANALISIS dan PEMBAHASAN NASKAH LAKON AAIIUU ............ 51
4.1 Unsur Intrinsik Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer ........ 51
4.2 Analisi Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon
AAIIUU Karya Arifin C. Noer ......................................................... 88
4.3 Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah Menengah Atas kelas XII................................................... 109
BAB V PENUTUP............................................................................................... 112
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 112
5.2 Saran ................................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... viii
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sinopsi Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer
Lampiran 2 : RPP Bahasa Indonesia SMA/SMK Kelas XII
PROFIL PENULIS

vii
1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan masa mempersiapkan diri memasuki
dunia kerja. Proses mempersiapkan diri memasuki dunia kerja bukanlah
suatu hal yang terjadi dengan sendirinya. Selain dituntut untuk berprestasi,
ternyata banyak faktor yang turut mempengaruhi kejelasan orientasi masa
depan khususnya dalam bidang pekerjaan.
Dalam hal ini dukungan keluarga merupakan salah satu dimensi
orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir. Keluarga
merupakan sarana sosialisasi yang utama. Untuk itu, remaja sangat
membutuhkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama
orang tua. Hal ini dikarenakan orang tua dapat dijadikan sebagai role
model bagi individu tersebut untuk menentukan minat dan pengetahuannya
tentang penyelesaian hambatan yang dihadapinya saat mewujudkan minat
tersebut. Dukungan orang tua juga dapat mempengaruhi rasa optimis dan
internalitas anak dalam menghadapi masa depannya.
Dukungan orang tua atas keputusan dan rencana yang disusun oleh
anak dapat tercermin dari berbagai perlakuan yang diberikan orang tua
kepada anak tersebut. Misalnya saja, memberikan masukan-masukan
mengenai pilihan mana yang terbaik, serta mengawasi segala usaha yang
anak lakukan untuk meraih pekerjaan yang akan dipilihnya di masa depan.
Untuk menunjukan penghargaan kepada anak, orang tua memberikan
kepercayaan kepada anak untuk memilih bidang studi yang disukainya
setelah lulus SMA/SMK dan pada gilirannya anak diberi kebebasan untuk
menentukan pilihan pekerjaan sesuai dengan latar belakang studinya ketika
lulus dari perguruan tinggi. Dengan demikian anak merasakan adanya
dukungan dari orang tuanya akan mendorong untuk memantapkan tujuan
mengenai pekerjaan dimasa depan, sehingga pemikiran dan persiapan pun
terarah pada tujuan tersebut.

1
2

Berbeda halnya dengan anak yang tidak merasakan adanya


dukungan dari orang tuanya, ia akan merasa tidak percaya diri akan
kemampuan dalam menghadapi kehidupan dimasa depan sehingga ia pun
menjadi kurang termotivasi untuk memikirkan dan mempersiapkan
berbagai hal yang menyangkut masa depan, termasuk mengenai pekerjaan
yang akan ditekuninya di masa depan.
Dalam kenyataan, tidak sedikit remaja yang seolah membiarkan
kehidupannya berjalan seperti air mengalir. Mereka berprinsip bahwa
hidup harus dijalani sebagaimana adanya, sehingga untuk memikirkan
masa depan dan membuat perencanaan pencapaian bukan suatu hal yang
diprioritaskan. Padahal seorang remaja harus sudah membuat perencanaan
yang teratur semenjak sebelum memasuki sekolah jenjang SMA/SMK
dengan memilih jurusan atau program studi yang tepat, karena merupakan
sebuah keputusan penting bagi remaja untuk menentukan masa depan
pekerjaan dan karir.
Bekerja atau belajar pada bidang-bidang yang diminati, apalagi
didukung dengan bakat yang sesuai sudah barang tentu akan memberi
gairah dan kenikmatan dalam melakukannya, sehingga tidak akan terjadi
missing link. Missing link merupakan istilah yang digunakan untuk
melukiskan tidak bersinerginya dunia pendidikan yang ditemukan pada
dunia kerja saat ini. Sebagai fenomena yang muncul yakni seorang yang
bergelar dokter memiliki profesi musisi, atau seseorang yang bergelar
insinyur memiliki profesi sebagai penyanyi, sehingga menimbulkan
dampak yang besar seperti pengangguran.
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa dampak dari missing link
tersebut mengakibatkan jumlah pengangguran di Indonesia (Februari
2014-Februari 2015) meningkat 300 ribu orang, sehingga total mencapai
7,45 juta orang.1 Salah satu penyebab dari tingginya tingkat pengangguran
adalah karena kalangan terdidik tidak memiliki rencana hidup. Sejak kecil
1
Sindonews.com, Disfiyant Glienmourinsie, diakses dari
http://ekbis.sindonews.com/read/997601/34/jumlah-pengangguran-bertambah-jadi-7-45-juta-
orang-1430816593,diunduh Selasa, 5 Januari 2016 pukul 15.00 WIB
3

mereka belum terlatih untuk merencanakan masa depan sehingga tidak


mampu melihat hubungan antara apa yang dipelajari di bangku pendidikan
dengan masa depan yang di impikan.
Data BPS juga menjabarkan bahwa tingkat pengangguran terbuka
(TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebesar 9,05% disusul jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)
8,17%, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49%.2
Permasalahan inilah yang diangkat Arifin C. Noer melalui naskah
lakonnya berjudul AA II UU yang terbit tahun 1994.Naskah ini secara
tidak langsung memiliki muatan kritik sosial, dimana naskah lakon ini
menggambarkan tentang sikap orang tua yang sering kali memaksakan
kehendaknya pada anak-anak, termasuk dalam hal pendidikan dan
menentukan masa depan. Lakon yang menggambarkan seorang anak yang
dijadikan robot oleh orang tuanya, direbut hak serta dibatasi
kreativitasnya, sehingga menjadikan anak tidak berkembang dengan
kemampuan yang ia miliki. Perlu diingat bahwa memahami pendidikan
adalah memahami tentang manusia dengan segala potensi yang
dimilikinya. Jika potensi yang dimiliki anak itu dibatasi oleh orang tua, si
anak itu akan sulit berproses menjadi manusia. Mereka akan tumbuh
menjadi anak yang tidak percaya diri dan senang menyendiri.
Lakon AAIIUU juga mencerminkan pandangan Arifin C. Noer
terhadap kondisi sosial di Indonesia pada tahun 1990 an. Dijelaskan dalam
penelitian Eka Sri Wahyuningsih bahwa krisis multidimensi yang melanda
Indonesia dalam kurun waktu tahun 1997 sampai 1998 memberikan
dampak yang besar terhadap dinamika kehidupan ekonomi, politik, dan
sosial bangsa. Dimulai dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia
pada tahun 1997, efek domino pun langsung mendera masyarakat
Indonesia. Penurunan tingkat daya beli, munculnya krisis sosial dan
meningkatnya pengangguran karena PHK menjadi permasalahan sosial

2
Ibid.
4

yang krusial. Krisis politik, krisis sosial dan krisis legitimasi atas
pemerintahan Orde Baru kemudian bermunculan sebagai reaksi utama.3
Situasi di atas mengakibatkan pola pikir masyarakatpada saat itu,
khususnya para orang tua, memandang bahwa pendidikan yang mampu
menghasilkan pekerjaan dengan nilai komersial tinggi lebih baik
dibandingkan dengan pendidikan humaniora. Dalam konteks yang lebih
luas adanya pemaksaan kehendak dalam naskah lakonAAIIUU
menyimbolkan pemaksaan kehendak dari penguasa pada saat itu. Bentuk
pemaksaan tersebut adalah adanya penindasan terhadap mereka-mereka
yang dianggap mempunyai pandangan yang berbeda dengan penguasa.
Pandangan seperti inilah yang dikritisi oleh Arifin C. Noer melalui tokoh
“Uu”.
Sebagai seorang seniman, Arifin C. Noer adalah seorang saksi. Ia
menjadi saksi zaman atas segala persoalan, perkembangan, dan perubahan
yang muncul dalam masyarakat. Kesaksiannya itu, lebih tepat jika disebut
sebagai sebuah reaksi, ia tuliskan dalam bentuk puisi dan lakon. Selain itu
ia wujudkan pula melalui pementasan lakon-lakon karyanya.
Dalam pemaparannya di sebuah majalah Panji Masyarakat rubrik
Seni dan Budaya, ia mengaku bahwa lakon yang dipentaskan berdasarkan
atas pengalaman yang ia lihat di sekitarnya dan dituangkan dalam bentuk
lakon. “Saya dengan kesenian saya, dengan teater saya. Saya bagian
pengalaman-pengalaman kemanusiaan saya. Saya juga realistis, bahwa
saya dengan teater saya tentu mempunyai kekuatan yang sangat terbatas
untuk bisa mempengaruhi masyarakat atau dunia. Atau setidaknya, saya
telah menyampaikan pengalaman-pengalaman kepada semua pihak”.4
Pada kenyataannya teater merupakan alat yang digunakan pengarang untuk
menggambarkan apa yang telah terjadi dalam masyarakat pada masa
tertentu.

3
Ekasriwahyuningsih.blogspot.com, Perekonomian di Era Reformasi, diakses dari
http://ekasriwahyuningsih.blogspot.co.id/2012/04/perekonomian-indonesia-di-era-
reformasi.html.diunduh 5 Januari 2015 pukul 15.00 WIB.
4
Panji Masyarakat, Jakarta. No. 646, Tahun xxx, 6 – 16 Syawal 1410 H, 1 -10 Mei 1990. H. 38
5

Itu sebabnya pembelajaran sastra yang bersumber dari analisis


naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer dapat manfaatkan oleh guru
untuk membangun kreativitas dan motivasi siswa siswa dalam menghadapi
masa depannya. Dengan mengetahui orientasi tentang pekerjaan apa yang
akan digeluti di masa yang akan datang dengan minat dan bakat yang
mereka miliki, orang tua dan lingkungan memberikan dukungan penuh
kepada masa depan yang anak cita-citakan.
Sehubungan dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti naskah lakon AAIIUUkarya Arifin C. Noer
yang menggambarkan keegoisan orang tua terhadap anaknya, dengan
mengambil judul “Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah
LakonAAIIUU karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas
XII”. Penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi semua orang,
khususnya orang tua dalam mendampingi remaja dalam menjalani tugas-
tugas perkembangannya.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang menjadi pembahasan mencakup seluruh
variabel sastra yang memungkinkan untuk diteliti:
1. Kurangnya persiapan remaja dalam menghadapi orientasi masa depan
2. Kurangnya dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan anak
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas,
peneliti membatasi masalah hanya pada orientasi masa depan tokoh remaja
dalam naskah lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer dan implikasinya
terhadap pembelajaran bahasa dan sastra di Sekolah Menengah Atas kelas
XII.
1.4 Rumusan Masalah
Agar penelitian lebih terfokus dan terarah maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
6

1. Bagaimana orientasi masa depan tokoh remaja dalam naskah


lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer?
2. Bagaimana implikasi pembahasan orientasi masa depan dalam naskah
lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer dan implikasinya pada
pembelajaran sastra di SMA?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan orientasi masa depan tokoh remaja dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer.
2. Menjelaskan implikasi pembahasan orientasi masa depan tokoh
remaja dalam naskah lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer pada
pembelajaran sastra di SMA kelas XII.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat dari
segi teoretis maupun praktik. Manfaat teori dari penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan dan memperkaya wawsan terkait sastra
Indonesia, khususnya pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terkait penelitian
lintas ilmu yakni psikolog sastra serta memberi sumbangan dalam
mengkaji lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer.
Sedangkan manfaat secara praktik, diharapkan penelitian ini dapat
membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer terutama menguraikan cara pandang
pengarang yang terdapat dalam karya terkait perilaku anak dan orang tua
dengan menggunakan lintas disiplin ilmu yaitu psikologi dan sastra.
1.7 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif dengan teknik analisis isi. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
7

secara individual maupun kelompok.5 Dengan analisis kualitatif akan


diperoleh gambaran mengenai isi naskah lakon. Naskah lakon tersebut
diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau pola
tertentu. Tujuan yang hendak dicapai adalah menjelaskan pokok-pokok
penting dalam sebuah manuskrip.
Analisis terdiri atas sekumpulan teknik untuk analisis teks secara
6
sistematis. Analisis isi dapat diartikan sebagai analisis yang digunakan
untuk mengungkapkan, memahami, dan menangkap isi karya sastra. Isi
yang dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui
karyanya.
Penelitian kualitatif bertujuan membangun persepsi alamiah sebuah
objek, jadi peneliti mendekatkan diri kepada objek secara utuh.7 Penelitan
kualitatif juga cenderung menekankan pada kontekstual. Penelitian ini
mengandung keseksamaan dan kesungguhan, dilakukan secara terus
menerus dan berkepanjangan, yang membuat seseorang memiliki ciri-ciri
perilaku tertentu sebagai bagian dari sebuah kelompok akademisi:
1. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada orientasi masa depan tokoh
remaja dalam skenario film AAIIUU karya Arifin C. Noer dan
Implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra di SMA.
Adapun orientasi masa depan yang akan diteliti adalah motivasi,
perencanaan, evaluasi dan faktor-faktor pendukung orientasi masa
depan. Fokus penelitian ini dilakukan agar pembahasan lebih fokus
dan terarah, sehingga dapat dengan mudah diteliti dan dipahami oleh
pembaca.

5
Nana Syaodi Sumadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h. 60
6
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), h. 284
7
Rachmat Djoko Pradopo, dkk.,Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya, 2002), h. 32
8

2. Objek Penelitian
Skripsi ini menggunakan objek penelitian berupa naskah
lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer dengan mengkaji “Orientasi Masa
Depan Tokoh Remaja dalam Naskah LakonAAIIUUKarya Arifin C.
Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII”.
3. Data dan Sumber Data Penelitian
a. Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan.8 Data juga merupakan
keterangan yang telah dikumpulkan oleh peneliti guna
mempermudah proses analisis. Data penelitian ini berupa kutipan
kata, kalimat serta dialog yang terdapat dalam lakon AAI UU
karya Arifin C. Noer.
b. Sumber Data
Sumber data penelitian terbagi menjadi dua, yakni sumber
data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer
Penelitian ini adalah naskah lakon AAIIUU karya Arifin
C. Noer yang diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti tahun
2006.
2. Sumber data sekunder
Penelitian ini yaitu buku-buku, jurnal maupun artikel yang
berkaitan dengan penelitian dan karya-karya Arifin C.
Noer.
4. Teknik Pengumpulan Data
Skripsi menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan
kajian kepustakaan (library reserch) dengan mengacu pada buku-
buku, artikel, jurnal, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan
dengan naskah lakon dan orientasi masa depan tokoh remaja. Dalam

8
Riduwan, Metode dan Teknis Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 106
9

hal ini kajian terhadap naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
menjadi sumber primer dalam penelitian ini. Data sekunder atau data
penunjang yang dijadikan alat penunjang penelitian yaitu berupa
buku-buku atau sumber-sumber dari penulis lain yang berbicara
tentang orientasi masa depan, teori skenario film, dan pembelajaran
sastra. Penulis menggunakan teknik inventarisasi, teknik baca simak,
dan teknik pencatatan.
a. Teknik Inventarisasi
Teknik inventarisasi dilakukan dengan cara mencari dan
mengumpulkan sejumlah data dalam hal ini adalah naskah lakon
AAIIUU yang menjadi sumber data penelitian.
b. Teknik Baca Simak
Teknik baca simak dilakukan secara seksama terhadap
naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer yang menjadi subjek
penelitian. Teknik ini dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh
informasi yang akurat. Informasi ini berkenaan dengan seluruh isi
naska lakon yang berkaitan dengan orientasi masa depan dalam
naskah lakonAAIIUU.
c. Teknik Pencatatan
Setelah melakukan teknik baca simak. Hasil yang diperoleh
dicatat dalam buku. Pencatatan dilakukan mulai dari bagian-bagian
dalam tiap kalimat hingga kebagian-bagian terbesar secara
keseluruhan isi naskah lakon. Fokus data yang dicatat berupa unsur
intrinsik dan orientasi masa depan dalam naskah lakonAAIIUU.
5. Teknik Analisis Data
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis
data adalah:
a. Menganalisis data yakni lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
berdasarkan struktur naskah meliputi tema, tokoh dan penokohan,
alur, latar cerita, dan gaya bahasa.
10

b. Analisis dalam penelitian ini menggunakan tinjauan ilmu


psikologi sastra. Analisis ini dilakukan dengan membaca dan
memahami buku yang berkaitan dengan penelitian dan
mengumpulkan berbagai teks berkaitan dengan orientasi masa
depan tokoh remaja kemudian menganalisisnya sesuai rumusan
yakni orienntasi masa depan tokoh remaja dalam lakon AAIIUU
karya Arifin C. Noer.
c. Mengimplikasikan naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
dalam pembelajaran sastra di sekolah dilakukan dengan cara
menghubungkannya dengan materi pembelajaran sastra di SMA.
1.8 Penelitian yang Relevan
Dalam melakukan Penelitian ini, penulis menggunakan
penelitian yang relevan dengan judul skripsi “Perwatakan dan watak
tokoh yang didasarkan pada pendekatan psikologis dalam naskah
AAIIUU karya Arifin C. Noer” karya Elisabeth mahasiswi Universitas
Negeri Jakarta. Dari hasil penelitiannya Elisabeth menemukan 3,1%
perwatakan tokoh melalui pemerian atau deskripsi bentuk lahir serta
tempramen pelaku, 9,2% melukiskan jalan pikiran atau apa yang
terlintas di dalam pikiran pelaku, 29,9% melukiskan reaksi pelaku
terhadap peristiwa tertentu, 27,8% secara langsung menganalisis atau
melukiskan watak pelaku, 15,5% melukiskan keadaan sekitar pelaku
sehingga pembaca dapat menyimpulkan watak pelaku tersebut, 7,2%
melukiskan pandangan-pandangan tokoh atau pelaku lain tentang
pelaku utama, 7,2% melukiskan watak pelaku utama melalui
perbincangan atau dialog dengan para pelaku lainnya. Dapat dilihat
perwatakan yang palinng domian dalam naskah drama ini adalah
melukiskan reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu sebanyak 29,9%.
Watak tokoh yang ditemukan yaitu 16% manusia ekonomis, 18%
manusia teoretis, 10% manusia estetis, 18% manusia religi, 24%
11

manusia berkuasa, dan 14% manusia sosial. Watak yang paling


dominan adalah manusia berkuasa berjumlah 24%.9
Penelitian kedua yang relevan dengan judul skripsi “Nilai
Akhlak Karimah dalam Naskah Drama Telah Pergi Ia Telah Kembali
Ia Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra
di SMA” karya Nandya Ratna Prihatiningsih Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi nilai akhlak
karimah yang ada dalam naskah drama Telah Pergi Ia Telah Kembali
Ia karya Arifin C. Noer yang diharapkan digunakan sebagai bahan
pembelajaran di sekolah nantinya. Hasil dari penelitian tersebut
meliputi: 1) akhlak terhadap Allah, 2) akhlak terhadap Rasulullah
Saw, meliputi: mengucapkan salawat dan salam, mencintai dan
memuliakan rasul, dan mengikuti dan menaati rasul, 3) akhlak
terhadap manusia, meliputi jujur, tawaduk, sabar, penolong, berani,
sederhana, dermawan dan istikamah, 4) akhlak bernegara, meliputi
musyawarah, adil, dan hubungan pemimpin dan yang dipimpin.10
Penelitian ketigayang relevan dengan judul skripsi “Perilaku
Masyarakat Urban dalam Drama Mega, Mega Karya Arifin C. Noer
dan Implikasinya Pada Pembelajaran Sastra Di SMA” karya Yunia
Ria Rahayu Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islan Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Penelitian tersebut bertujuan
mendeskripsikan perilaku masyarakat urban dalam drama Mega,
Mega karya Arifin C. Noer yang diharapkan digunakan sebagai bahan
pembelajaran di sekolah nantinya. Hasil dari penelitian tersebut

9
Elisabeth, Skripsi berjudul “Perwatakan dan Watak Tokoh yang didasarkan pada Pendekatan
Psikologis dalam Naskah Drama AAIIUU karya Arifin C. Noer”, Universitas Negeri Jakarta.
2003. h.i
10
Nandya Ratna Prihatiningsih, Skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam Naskah Drama
Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Sastra di SMA” . UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2013. h.i
12

menunjukkan bahwa kemiskinan sangat berpengaruh terhadap


perilaku masyarakat urban. Kemiskinan tersebut disebabkan dari
berbagai unsur antara lain: kemiskinan yang disebabkan aspek
badaniah atau mental seseorang, kemiskinan yang disebabkan oleh
bencana alam dan kemiskinan buatan serta struktural. Akibat
kemiskinan tersebut maka muncullah perilaku-perilaku negatif
masyarakat urban disebabkan tekanan untuk pemenuhan kebutuhan
mereka, akan tetapi kesempatan untuk mendapat pekerjaan tidak ada.
Perilaku negatif tersebut antara lain: menjadi pengemis, mencuri dan
menjadi wanita tunasusila.11
Berdasarkan penelitian relevan tersebut dapat diketahui adanya
perbedaan dan kesamaan dari hasil analisis yang telah dilakukan dari
masing-masing penulis. Perbedaan terletak pada masing-masing objek
yang dianalisis oleh para penulis dan sumber data yang digunakan.
Sedangkan persamaannya yaitu para penulis menganalisis karya sastra
dari pengarang yang sama yakni drama karya Arifin C. Noer.

11
Yunia Ria Rahayu, Skripsi berjudul “Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama Mega, Mega
Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Pada Pembalajaran Sastra Di SMA”. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2014. h.i
13

BAB II

Kajian Teori

2.1 Orientasi Masa Depan


2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan merupakan bagaimana seseorang
merumuskan dan menyusun visi ke depan dengan membagi orientasi
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Di mana representasi
mental tentang masa depan, yang dibangun oleh individu pada titik-titik
tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh kontekstual
pribadi sosial.
Menurut Nurmi (2004), ia memaparkan “future orientation during
this second decade of life is important because crucial decisions
concerning education and occupation must be made. Although young
people usually make these decisions during late adolescence or early
adulthood, much of their earlier preoccupation relates to similar concerns,
e.g., school work and their parent lifestyle.”1 Orientasi masa depan
merupakan kemampuan seorang individu untuk merencanakan masa depan
yang merupakan salah satu dasar dari pemikiran manusia. Orientasi masa
depan menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya di masa
yang akan datang, gambaran tersebut membantu individu dalam
menempatkan dan mengambil keputusan karirnya. Orientasi tentang
pekerjaan apa yang akan digeluti di masa yang akan datang merupakan
faktor penting yang harus dimiliki remaja karena hal ini berhubungan
dengan pemilihan bidang pendidikan yang akan dipilih. Oleh karena itu
remaja membutuhkan orientasi masa depan karena akan membantu remaja
untuk mengarahkan perilakunya dalam mencapai tujuan masa depan yang
diharapkan.

1
J.E. Nurmi, Age, Sex, Social Class,and Quality of Family Interaction as Determinant’s Future
Orientation: A Developmental Task Interpretation. Adolescence, Vol. XXII No.88, Libra
Publishers Inc, h. 976

13
14

Dalam jurnal Nurmi (1989) yang berjudul Adolescent’s Orientation


To The Future: Development Of Interest and Plant, Related Atributions
and Effects in the Life Span Context. Helsinski: Finish Society of Science,
pada penelitian Sri Maslihah memaparkan pada umumnya orientasi masa
depan remaja berkisar pada tugas-tugas perkembangan yang dihadapi pada
masa remaja dan dewasa awal yang mencakup berbagai lapangan
kehidupan terutama bidang pendidikan, pekerjaan dan perkawinan.2 Dalam
penelitian ini hanya satu bidang yang diteliti ialah mengenai pekerjaan.
Oleh karena itu, definisi orientasi masa depan dalam area pekerjaan
dalam penelitian ini adalah sikap, asumsi mengenai pekerjaan yang
terbentuk dari pengalaman masa lalu. Sikap, dan asumsi tersebut
berinteraksi dengan informasi yangberasal dari lingkungan untuk
membentuk ekspektansi tujuan dan aspirasi serta memberikan makna
pribadi pada pekerjaan di masa mendatang.
2.1.2 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan
Secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.3
Sebagai kelanjutan langsung dari masa anak akhir, maka remaja
merupakan masa transisi untuk menuju masa dewasa. Masa remaja
memiliki ciri pertumbuhan fisik yang relatif cepat. Sementara itu, remaja
mulai merasa tak mau dikekang atau dibatasi secara kaku oleh aturan
keluarga. Mereka ingin memperoleh kesempatan untuk mengembangkan
diri guna mewujudkan jati diri, hanya saja cara berpikir mereka cenderung
egosentris dan sulit untuk memahami pola pikir orang lain.
Secara umum yang tergolong remaja adalah mereka yang berada
pada usia 13-21 tahun. Ciri lain yang cukup menonjol pada diri remaja

2
Sri Maslihah, Pelatihan Orientasi Masa Depan untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam
Menyusun Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011,
h. 2
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga), h. 206
15

ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin


mengubah kondisi yang mapan.4 Apabila ini terarah dengan baik, maka
mereka dapat menjadi pemimpin yang baik di masa depan, sebaliknya bila
tidak terbimbing dengan baik, mereka cenderung akan merusak tatanan
dan nilai-nilai sosial masyarakat.
Identitas yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Dalam usaha mencari perasaan
kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus
memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk
melakukannya mereka harus menunjuk secara artifisial orang-orang yang
baik hati untuk berperan sebagai musuh, dan mereka selalu siap untuk
menempatkan idola mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas
akhir. Identitas yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah
lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak.
Peningkatan kesadaran diri pada masa remaja sering disebut
egosentrisme remaja, dibagi menjadi 2 bagian yakni imaginary audience
dan personal fable.5 Imaginary audience adalah keyakinan remaja bahwa
orang lain tertarik terhadap mereka sebagaimana mereka tertarik pada diri
mereka sendiri, dan perilaku untuk menarik perhatian. Sedangkan personal
fable adalah bagian dari egosentrisme remaja yang melibatkan rasa
keunikan dan tidak terkalahkan.6 Perasaan tidak terkalahkan dapat
menyebabkan remaja untuk percaya bahwa mereka sendiri kebal terhadap
bahaya dan bencana yang terjadi pada orang lain. Akibatnya beberapa
remaja melakukan perilaku berisiko seperti balapan, menggunakan
narkoba dan berhubungan seks tanpa menggunakan kontrasepsi atau
pelindung terhadap infeksi menular seksual.
Dalam masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak
cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang. Juga

4
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama, (Bandung: Refika
Aditama. 2011), h. 40
5
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika. 2011), h. 348
6
Ibid., h. 348
16

karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja
yang lebih tua dan berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati,
maka remaja yang lebih besar terpaksa harus membatasi minatnya.
Semua remaja muda sedikit banyak memiliki minat dan ia juga
memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari berbagai kategori,
yang terpenting di antaranya adalah minat rekreasi, minat sosial, minat
pribadi, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat pada agama,
dan minat pada simbol status. Besarnya minat remaja terhadap pendidikan
sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Kalau remaja
mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka
pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja lebih
menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna
dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Pada akhir masa remaja, minat
pada karier seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar
membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan
yang dicita-citakan.7
2.1.3 Proses pembentukan orientasi masa depan
Menurut Jurnal Nurmi tahun 1991 yang berjudul The Development
of Future Orientation In Life Span Contect. Helsinski: Finish Society of
Science pada penelitian Laura dan Sonja dijelaskan orientasi masa depan
dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu:
“Described future orientation through three basic proceses:
motivation, planning, and evaluation.”8 .
Proses itu berlangsung secara bertahap dan saling berinteraksi satu
sama lainnya. Individu menentukan tujuan mereka dengan
mempertimbangkan minat, nilai dan harapan masa depan. Selanjutnya
mereka akan melakukan upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut
dengan melakukan berbagai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Ketiga proses ini akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut:
7
Elizabeth B. Hurlock, op.cit, h. 221
8
Laura Holopalnen dan Sonja Sulinto, Adolescents’ Health Behaviour and Future
Orientation.Department of Psychology, University of Jyvaskyla, Spring 2005, h. 4
17

1. Motivasi
Wlodkowski (1985) dalam Eveline Siregar & Hartini Nara
menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta
ketahanan (persistence).9 Tahap motivasi merupakan dimensi awal
dari proses pembentukan orientasi masa depan. Mencakup motif,
minat dan tujuan yang berkaitan dengan orientasi masa depan. Pada
mulanya individu menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan antara
motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah dimiliki
tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat
diantisipasi. Ketika keadaan masa depan beserta faktor pendukungnya
telah menjadi sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, maka
pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan tersebut menjadi
dasar penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa
depan.
Dengan kata lain semakin tinggi tingkatan tujuan maka
semakin umum dan abstrak, begitu juga sebaliknya. Prinsip utama dari
tingkatan kerja ini adalah tingkatan motif, nilai atau pencapaian yang
semakin tingggi membutuhkan tingkatan tujuan yang lebih rendah,
yang bekerja melalui beberapa tujuan kecil. Dengan kata lain, untuk
mencapai satu tujuan besar diperlukan tujuan-tujuan kecil (tujuan
perantara). Sebelum mencapai tuuan besar individu terlebih dahulu
harus mencapai tujuan perantara dan ini merupakan strategi
merealisasikan tujuan yang lebih besar.
Motivasi juga melibatkan proses yang memberikan energi,
mengarahkan, dan mempertahankan perilaku.10 Dengan demikian,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi,
memiliki arah, dan dapat dipertahankan. Ada tiga komponen utama
dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan
9
Eveline Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia.
2010), h. 49
10
John. W. Santrock, Psikologi Pendiidkan Edisi 3, (Jakarta: Salemba Humanika. 2009), h.199
18

terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia


miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental
untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan serta
kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau
pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang
individu.11
Perkembangan motivasi dari orientasi masa depan merupakan
suatu proses yang kompleks yang melibatkan beberapa subtahap,
yaitu:
1. Pertama, munculnya pengetahuan baru yang relevaan dengan
motif umum atau penilaian individu yang menimbulkan minat
yang lebih spesifik.
2. Kedua, individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang
berkaitan dengan minat baru tersebut
3. Ketiga, menentukan tujuan spesifik, kemudian memutuskan
kesiapannya untuk membuat komitmen yang berisikan tujuan.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan kedua dari hasil proses pembentukan
orientasi masa depan individu, yaitu bagaimana individu membuat
perencanaan tentang perwujudan minat dan tujuan mereka. Tahap
perencanan menekankan bagaimana individu merencanakan realisasi
dari tujuan dan minat mereka dalam konteks masa depan.
Pada tahap ini individu membuat sejumlah rencana untuk
merealisasikan minat dan tujuan. Berdasarkan psikologi kognitif dan
action theory karakteristik perencanaan adalah proses menentukan
sub-sub tujuan, menyusun rencana atau strategi, dan merealisasikan
rencana-rencana yang telah dibuat.12 Kemudian ketiga tahap di atas
dapat diaplikasikan dengan cara sebagai berikut:

11
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta. 2006), h.80-81
12
Rosleny Marliani, Hubungan Antara Religiustas dengan Orientasi Masa Depan Bidang
Pekerjaan pada Mahasiswa Tingkat Akhir, (Jurnal Psikologi, Volume 9 Nomor 2, Desember
2013), h. 134
19

a) Individu membuat gambaran mengenai tujuan yang akan


diwujudkan dan konteks masa depan, di mana tujuan ingin
direalisasikan. Antisipasi terhadap realisasi tujuan dalam konteks
aktivitas yang dilakukan di masa depan.
b) Membuat perencanaan, proyek atau strategi untuk merealisasikan
tujuan. Selain itu, mencari dan menentukan cara yang paling
efisien dalam mewujudkan tujuan tersebut, melihat apakah tujuan
yang ditetapkannya sesuai dengan kondisi nyata yang dihadapi
atau tidak, dan menyiapkan berbagai solusi atau strategi apabila
menemui kondisi yang tidak mendukung terealisasinya tujuan.
c) Pelaksanaan rencana dan strategi yang telah dibuat, pelaksanaan
perencanaan ini dikontrol dengan membandingkan refresentasi
tujuan dengan kenyataan yang ada. Dengan kata lain, dalam
menetapkan tahap perencanaan tersebut individu harus meninjau
kembali bahwa tujuan sebenarnya akan tercapai melalui cara yang
tersusun secara sistematis.13
Untuk menilai sebuah perencanaan yang dibuat oleh individu,
dapat dilihat dari tiga komponen yang tercakup di dalamnya, yaitu
pengetahuan (Knowledge), perencanaan (Plans), dan realisasi
(Realization). Pengetahuan disini berkaitan dengan proses
pembentukan subtujuan dalam proses perencanaan. Perencanaan ini
berkaitan dengan hal-hal yang telah ada dan akan dilakukan individu
dalam usaha untuk merealisasikan tujuan.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian individu terhadap kemungkinan
tercapai tidaknya tujuan.14 Evaluasi merupakan dimensi akhir dari
hasil proses pembentukan orientasi masa depan. Tahap evaluasi ini
adalah derajat dimana minat dan tujuan diharapkan dapat terealisir.
Evaluasi sebagai proses yang melibatkan pengamatan dan melakukan

13
Ibid., h. 135
14
Ibid., h. 135
20

penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan


penguat bagi diri sendiri. Jadi, meskipun tujuan dan perencanaan
orientasi masa depan belum diwujudkan, tetapi pada tahap ini individu
telah harus melakukan evaluasi terhadap kemungkinan-kemungkinan
terwujudnya tujuan dan rencana tersebut.
Evaluasi dipengaruhi oleh faktor emosi yang diikuti perasaan
spesifik. Hal ini biasanya didasari oleh penghayatan individu terhadap
pengalaman akan kesuksesan dan kegagalan yang pernah dialami,
sehingga mempengaruhi keyakinan (optimisme) individu terhadap
kemungkinan tercapai tujuan tersebut.15 Hasil dari evaluasi ini akan
menjadi umpan balik terhadap tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
dapat memperkuat atau melemahkan tujuan.
Pada dasarnya digunakan mengevaluasi hasil dari kejadian
dimasa lalu. namun pada kenyataannya model ini juga dapat
dimanfaatkan untuk mengevaluasi tujuan dan rencana yang dibuat
individu akan masa depannya.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan
Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi
perkembangan orientasi masa depan, kedua faktor itu adalah faktor
internal individu (person related factor) dan faktor konteks sosial (social
contex-related factor).
1. Faktor intenal individu
Beberapa faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu (internal). Faktor-faktor tersebut adalah:
- Konsep diri
Konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki
seseorang mengenai dirinya sendiri.16 Konsep ini merupakan suatu
kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang relatif sulit
diubah. Konsep diri tumbuh dari interakksi seseorang dengan

15
Ibid., h. 135
16
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 182
21

orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya


orang tua, guru, dan teman-teman.
G.H. Mead (1934) dalam bukunya Slameto menyebut
konsep diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui
proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman
psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan
hasil eksplorasi individu terhadap lingkuungan fisiknya dan
refleksi dari”dirinya sendiri” yang diterima dari orang-orang yang
berpengaruh pada dirinya.17 Konsep diri tumbuh dari interkasi
seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam
kehidupannya.
William H. Fitts (1971) dalam buku Hendriati Agustiani
mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam
diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka
acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan.18
Ketika individu bereaksi terhadap dirinya, memebrikan arti dan
penilaian tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran
diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk
melihat dirinya. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah
laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita
akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang
tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan
gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri.
Fitts juga menerangkan bahwa konsep diri seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
- Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang
memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga.
- Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang
lain,

17
Ibid., h. 182
18
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Refika Aditama. 2009), h. 138
22

- Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi


pribadi yang sebenarnya.19
Hendriati dalam bukunya menjelaskan bahwa konsep diri
bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari
pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi.20 Dasar dari
konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan
anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di
kemudian hari. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan
gambaran yang dimiliki tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan.
- Perkembangan kognitif
Kognisi merupakan aktivitas dan tingkah laku mental
sebagai sarana yang digunakan manusia untuk mendapatkan dan
memproses segala pengetahuan tentang dunia.21 Teori
perkembangan kognitif Piaget mencoba menjelaskan bagaimana
seorang anak beradaptasi dan menginterprestasikan objek-objek
dan kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya.22 Manusia
mempunyai kebutuhan dalam dirinya untuk mengetahui bagaimana
dunia bekerja dan mendapatkan jawaban atas urutan, struktur serta
prediksi tentang keberadaan dunia ini.
Piaget mengatakan bahwa anak memegang peranan aktif
dalam mengkonstruksikan pengetahuannya tentang realitas.23
Mereka secara aktif mencari informasi dan menginterpetasikan
informasi yang didapat dari pengalamannya yang kemudian
mengadaptasikan informasi tersebut ke dalam khasanah
pengetahuan dan konsep yang sudah dimiliki sebelumnya. Kuhn

19
Ibid., h. 139
20
Ibid., h. 138
21
Fadhilah Suralaga & Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2010), h. 16
22
Ibid., h. 16
23
Ibid., h. 17
23

(2009) menyatakan lebih lanjut bahwa perubahan kognitif yang


paling penting pada masa remaja adalah peningkatan pemfungsian
eksekutif yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi seperti
penalaran, pengambilan keputusan, pemantauan berpikir kritis dan
memantau perkembangan kognitif orang.24
Beberapa ahli menjelaskan perkembangan kognitif dapat
mempengaruhi rencana masa depan remaja. Hal ini karena masa
remaja berada dalam tahap formal operation. Dalam tahap ini
remaja kemampuan metakognisi remaja berkembang dan
kemampuan ini sangat memungkinkan remaja untuk memikirkan
kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan
dan memberikan solusinya. Kematangan kognitif sangat erat
kaitannya dengan kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor
individu yang mempengauhi orientasi masa depan.
2. Faktor Eksternal
Berikut ini adalah faktor-faktor keksternal yang dapat mempengaruhi
orientasi masa depan:
- Jenis kelamin, berdasarkan tinjauan literatur ditemukan adanya
perbedaan jenis kelamin yaang signifikan antara domain-domain
pada orientasi masa depan, tetapi pola perbedaan yang muncul
akan berubah seiring berjalannya waktu. Perempuan lebih
berorientasi ke arah masa depan keluarga sedangkan laki-laki lebih
berorieentasi ke arah masa depan karir.
- Status sosial ekonomi. Kemiskinan dan status sosial ekonomi yang
rendah berkaitan dengan perkembangan orientasi masa depan yang
menyebabkannya menjadi terbatas. Individu yang memiliki latar
belakang status sosial ekonomi yang tinggi cenderung untuk
memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih jauh
dibandingkan individu dengan latar belaang sosial ekonomi rendah.

24
John. W. Santrock, op.cit, h. 349
24

- Usia. Pada remaja wanita yang duduk dibangku sekolah menengah


pertama, menengah ke atas dan kuliah menemukan terdapat
perbedaan orientasi masa depan berdasarkan kelompok usia pada
semua dominan kehidupan prospektif (karir, keluarga dan
pendidikan).
- Teman sebaya dalam konteks ini, teman sebaya dapat
mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara yang bervariasi.
Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan jenjang usia yang
sama dan berada pada tingkat perkembangan yang sama, dimana
teman sebaya dapat saling bertukar informasi pada pemikiran
mengenai tugas perkembangannya. Kelompok teman sebaya (peer
group) juga memberikan individu kesempatan untuk
membandingkan tingkah lakunya dengan temannya yang lain.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kehadiran teman sebaya
dalam situasi pengambilan risiko meningkatkan kemungkinan
bahwa remaja akan membuat keputusan berisiko. Salah satu
pandangan menyatakan bahwa kehadiran teman sebaya
mengaktifkan sistem reward otak, terutama jalur dopaminnya.25
Remaja perlu lebih banyak kesempatan untuk melatih dan
mendiskusikan pengambilan keputusan yang tealistis. Banyak
keputusan duia nyata mengenai hal-hal seperti seks, narkoba, dan
mengemudi ugal-ugalan terjadi dalam suasanayang menekan yang
mencakup pembatasan waktu dan keterlibatan emosional. Salah
satu strategi untuk meningkatkan pengambilan keputusan remaja
dalam keadaan seperti itu adalah untuk memberi lebih banyak
kesempatan bagi mereka untuk terlibat dalam permainan peran dan
pemecahan masalah kelompok.
- Hubungan dengan orang tua. Semakin positif hubungan orang tua
dengan remaja maka akan semakin mendorong remaja memikirkan
masa depan. Keluarga merupakan model bagi remaja dan

25
Ibid., h. 353
25

merupakan wadah yang tepat dalam menyelesaikan tugas


perkembangan yang sedang dihadapi ataupun akandihadapi.
Asumsi umum dalam teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa
orang tua yang memberikan penghargaan positif terhadap anak-
anaknya dan konsisten dalam praktek sosialisasi mengarahkan
anaknya memiliki harapan yang positif mengenai dunia luar,
mempercayai orang lain, yakin akan kemampuannya sendii
danoptimis. Kondisi keluarga dan interaksi antara orang tua dengan
anak mempengaruhi orientasi masa depan setidak-tidaknya dalam
tiga hal pertama orang tua menetapkan standar normatif, sekaligus
mempengaruhi perkembangan minat, nilai, dan tujuan hidup
anaknya. Ketiga dukungan orang tua membantu anak untuk
mengembangkan sikap optimis dan internal terhadap masa depan.
2.1.5 Peranan Sosial Keluarga
Dalam suatu keluarga biasanya terdapat tipe yang berbeda-beda.
Misalnya dalam keluarga Jerman, seorang ayah adalah yang berkuasa.
Sedangkan keluarga Negro seorang ibulah yang berkuasa. Demikian juga
di dalam hubungan kulturnya terdapat perbedaan-perbedaan. Contohnya
dalam keluarga Katholik berbeda dengan keluarga Protestan dalam
pengajarannya. Begitupun Orang Jawa mengajar anaknya dengan bahasa
Jawa, sedangkan orang Perancis mengajarnya anak dengan bahasa
Perancis, dan sebagainya.
Masyarakat bermula terdiri atas keluarga kecil yakni suatu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pada keluarga kecil ini anak-anak
lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi, dan lebih banyak
diperhatikan oleh orang tuanya dan yang terpenting adalah agar anak
mendapatkan kualitas yang baik. Probbins dalam buku Abu Ahmadi
membagi susunan keluarga menjadi 3 bagian, yakni:
1. Keluarga yang bersifat otoriter : Perkembangan anak itu semata-mata
ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribai anak yang otoriter biasanya
26

suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu


di dalam semua tindakan, serta lambat berinisiatif.
2. Keluarga demokrasi : Sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan
diri, sifatnya fleksibel, dapat menguasai diri, mau menghargai
pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan terbuka, aktif di dalam
hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab.
3. Keluarga yang liberal : Anak-anak bebas bertindak dan berbuat. Sifat-
sifat dari keluarga ini biasanya agresif, tak dapat bekerja sama dengan
orang lain, sukar menyesuaikan doro, emosi kurang stabil serta
mempunyai sifat selalu curiga.26
2.2 HAKIKAT LAKON/DRAMA
2.2.1 Pengertian Lakon/Drama
Istilah drama berasal dari kata drame (Perancis) yang digunakan
untuk menjelaskan lakon-lakon tentang kehiduoan kelas menengah. Drama
adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action
tokoh-tokohnya. Percakapan atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai
action.27 Pendapat mengenai pengertian drama menurut Sudjiman dalam
Wahyudi Siswanto menyatakan bahwa drama adalah karya sastra yang
bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan
emosi lewat lakuan dan dialog.28
Sebagai sebuah bentuk karya sastra, penyajian drama berbeda
dengan bentuk kesusastraan lainnya, misalnya cerpen dan novel. Novel
dan cerpen masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-
tokoh melalui kombinasi antara dialog dan narasi dan merrupakan karya
yang dicetak. Sebuah drama pada hakikatnya hanya terdiri atas dialog.
Mungkin dalam drama ada pertunjuk pementasan, namun petunjuk ini
sebenarnya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan pemain. Oleh

26
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 112
27
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara.
2010), h. 182
28
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo:2008), h. 163
27

karena itu, dialog para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama dan
petunjuk lakuannya disebut teks sampingan.
Jika dicermati secara seksama, drama mempunyai dua aspek
esensial, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan
dengan seni lakon atau teater. Apabila dirinci lebih dalam lagi, sebenarnya
drama memiliki tiga dimensi, yaitu sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh
sebab itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca seperti novel
atau cerpen, tetapi lebih dari itu dalam penciptaan naskah drama sudah
dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Di samping istilah drama ditemukan juga istilah teater atau
theatre (bahasa Inggris). Meskipun kedua istilah tersebut dari asal katanya
berbeda, namun dalam bahasa Indonesia, kedua istilah tersebut tidak
dibedakan. Drama dan teater adalah sebuah lakon yang dipentaskan baik
dengan naskah atau tanpa naskah.29
Dalam kenyataan tidak semua karya drama ternyata
berkesempatan untuk dipentaskan. Kesempatan dan di berbagai tempat.
Sebaliknya, banyak pula karya drama yang berhenti sebagai semata-mata
bacaan, tanpa pernah dipentaskan sama sekali. Drama cenderung lebih
tepat untuk dibaca saja, meskipun secara verbal juga memperlihatkan
adanya cakapan dan petunjuk pemanggungan, lazim disebut sebagai closet
drama atau “drama baca” dalam istilah Indonesia.
Sebagai istilah “drama” dan “teater” ini datang atau kita pinjam
dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus, asal kedua istilah
ini adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada Awalnya
di Yunani baik “drama” maupun “teater” muncul dari rangkaian upacara
keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.30
Banyak pementasan drama yang tidak didasarkan pada karya
drama tertentu, melainkan berdasaran novel, cerpen, puisi, atau bahkan
lagu. Namun demikian, jika kembali kepada pengertian umum yang

29
Endah Tri Priyatni, op.cit., h. 185
30
Melani Budianta, dkk., Memabaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera. 2003), h. 99
28

bahkan kemudian juga menjadi semacam pembeda dengan genre prosa


dan puisi misalnya, maka niscaya akan diperoleh jatidiri dari drama itu,
bahwa drama telah diniatkan dari awal oleh penulisnya sebagai karya
sastra yang sesungguhnya dimaksudkan untuk dipertunjukkan.
Drama tidak dapat diperlukan sebagai puisi ketika mencoba
mendekatinya, karena puisi penekanannya sebagai suatu hasil cipta intuisi
31
imajnasi penyair. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis
pengarangnya tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan
peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh para pembacanya,
namun mesti diteruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan dalam
suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat disaksikan.
Kekhususan drama inilah yang kemudian menyebabkan pengertian drama
sebagai suatu genre sastra lebih terfokus sebagai suatu karya yang lebih
berorientasi kepada seni pertunjukan, dibandingkan sebagai genre sastra.
Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam
bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh
pengarangnya dengan mempergunakan bahasa seagaimana sebuah sajak.
Penuh iramaa dan kaya akan bunyi yang indah, namun sekkaligus
menggambarkan watak-watak manusia secara tajam, serta menampilkan
peristiwa yang penuh kesuspenan. 32
Satu hal yang tetap menjadi ciri lakon/drama adalah bahwa
kemungkinan itu harus disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para
tokoh. Akibat dari hal inilah maka seandainya seorang pembaca yang
membaca suatu teks drama tanpa menyaksikan pementasan drama tersebut
mau tidak mau harus membayangkan jalur peristiwa di atas pentas.
Pementasan sebagai satu dimensi lain dari drama, memberikan kekuatan
sekaligus kelemahan bagipenikmat untuk menangkap makna yang terdapat
pada teks. Kekuatannya terletak pada visualisasi langsung, kelemahannya

31
Hassanuddin, WS, Drama Karya Dalam Dua Dimensi, (Bandung: Angkasa. 1996), h. 1
32
Ibid., h. 5
29

tidak ada pementasan yang sama untuk suatu teks drama meskipun oleh
sutradara yang sama dan sutradara itu pengarang drama itu sendiri.
Mengenai peristilahan, misalnya istilah sandiwara, drama atau
juga teaterr dapat dijelaskan sebagai berikut. Istilah sandiwara merupakan
istilah yang lebih dikenal pada awal perkembangan drama sampai dengan
masa penjajahan Jepang. Sedangkan untuk masa-masa selanjutnya, istilah
drama dan teater lebih sering dipergunakan oleh banyak pihak. Istilah
drama untuk lebih memfokuskan drama sebagai genre sastra
(permasalahan naskah, teks, unsur cerita), dan istilah teater untuk
menunjukkan persoalan pementasan (tentang seni pertunjukkan, seni
peran). Dari beberapa pengertian drama yang dimaksudkan dapatlah
disebutkan bahwa drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam
bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni
pertunjukkan.
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ditunjukkan untuk
skenario film, maka ada beberapa istilah yang terdapat dalam
penyutradaraan sebuah film. Pengertian skenario adalah media yang
menyampaikan pesan berupa dialog-dialog, dari penulis skenario ke awak
pembuat film dan disampaikan ke khalayak. Menurut Syd Field (The
Foundations of Screenwriting, 1994) dalam jurnal Nahdliyah Rahmawati
mengungkapkan “A screenplay is a story told with picture, in dialogue
and placed within the context of dramatic structure. A Screenplay is a
noun – it is about a person, or persons, in a place or places, doing his or
her or their thing. All screenplays execute this basic premise. The person
is the character, and doing his or her thing is the action (1994, 8)”33
Sedangkan menurut lewis Herman (1952) dalam jurnal Nahdliyah
Rahmawati, skenario film adalah komposisi tertulis yang dirancang sebagai
panduan bagi seorang sutradara film. Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa skenario film adalah sebuah naskah cerita

33
Nahdliyah Rachmawati, Wacana Gay dalam Skenario Film Arisan. Commonline, Jurnal Online
Departemen Komunikasi FISIP Unair, Vol.2 No.3/2013-06, h. 147
30

yang menguraikan adegan-adegan, tempat, keadaan, dan dialog yang


disusun dalam konteks struktur dinamik. Skenario merupakan naskah cerita
yang harus dilakonkan oleh para pelakon dalam bentuk tertulis menjadi
bentuk visual audio.
Skenario menjadi dasar dan rancangan dalam perbuatan sebuah film.
Menurut Herman (1952) dalam jurnal Nahdliyah Rahmawati menjelaskan
bahwa dalam sebuah skenario terdapat unsur-unsur sebuah film, seperti
dramaturgi, konsep visual, montase, karakterisasi, pengadeganan, dialog,
dan tata suara.34 Skenario film merupakan salah satu karya sastra yang
memiliki kesamaan struktur dengan drama. Sebuah skenario film juga
memiliki plot, latar, penokohan, dan tema. Hanya saja teknik penulisan
berbeda dengan penulisan drama. Dalam sebuah skenario film tidak terlalu
banyak monolog dan penokohan lebih banyak digambarkan dengan dialog-
dialog antar tokoh dalam skenario tersebut.
Skenario menjadi dasar dalam pembuatan sebuah film. Jika skenario
itu buruk, maka tidak mungkin menhasilkan film yang baik. Namun jika
skenario itu baik, besar kemungkinan filmnya pun akan baik. Hal ini
membuktikan bahwa betapa pentingnya skenario bagi kualitas sebuah film.
Seperti halnya sebuah karya literature yang dapat dipecah menjadi
bab (chapter), alinea dan kalimat, film jenis apapun, panjang atau pendek
juga memiliki struktur fisik. Secara fisik sebuah film dapat dipecah menjadi
unsur-unsur yakni Shot, scene (adegan), dan sekuen. Pemahaman tentang
shot, scene, sekuen nantinya banyak berguna ntuk membagi urut-urutan
(segmentasi) plot sebuah film secara sistematik. Segmentasi plot akan
banyak membantu kita melihat perekmbangan plot sebuah film secara
menyeluruh dari awal hingga akhir.
a. Shot
Shot merupakan unsur terkecil dari film.35 Dalam novel shot bisa
diibaratkan satu kalimat. Sekumpulan beberapa shot biasanya dapat

34
Ibid., h. 147
35
Himawan Pratista, Memahami film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008), h. 29
31

dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Shot selama produksi film


memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan (on)
hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering diistilahkan satu kali take
(pengambilan gambar). Sementara shot setelah film telah jadi (pasca
produksi) memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak
terinterupsi oleh potongan gambar (editing).
b. Scene (Adegan)
Scene adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,
waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif.36 Satu adegan umumnya
terdiri dari beberapa shot yang berhubungan. Biasanya film cerita terdiri
dari tiga puluh sampai lima puluh buah adegan. Adegan adalah yang
paling mudah kita kenali sewakttu kita menonton film. Kita biasanya
lebih mengingat sebuah adegan ketimbang shot atau sekuen.
c. Sekuen (Sequence)
Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu
rangkaian peristiwa yang utuh.37 Satu sekuen umumnya terdiri dari
beberapa adegan yang saling berhubungan. Dalam karya literatur, sekuen
bisa diibaratkan seperti sebuah bab atau sekumpulan bab. Dalam
pertunjukkan teater, sekuen bisa dinamakan dengan satu babak. Satu
sekuen biasanya dikelompokkan berdasarkan satu periode (waktu),
lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang. Biasanya film cerita terdiri
delapan sampai lima belas sekuen. Dalam beberapa kasus film, sekuen
dapat dibagi berdasarkan usia karakter utama, yakni masa balita, kanak-
kanak, remaja, dewasa, serta lanjut usia. Dalam film-film petualangan
yang umumnya mengambil banyak tempat, sekuen biasanya dibagi
berdasarkan lokasi cerita.

36
Ibid., h. 29
37
Ibid., h. 29
32

2.2.2 Unsur Intrinsik dalam Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri.38 Tidak hanya dalam novel dan puisi, dalam naskah lakon pun
terdapat unsur intrinsik yang turut serta membangun cerita dalam naskah
lakon tersebut. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah
membuat sebuah cerita berwujud. Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang
akan dibahas adalah judul, tema, tokoh dan penokohan, alur/plot, latar, dan
gaya bahasa.
1. Judul
Ketika membaca sebuah karya sastra baik itu novel, cerpen, puisi,
naskah drama, ataupun naskah skenario film, aspek pertama yang selalu
ingin kita temukan pertama kali adalah judul. Hampir tidak pernah
ditemukan karya sastra yang tanpa judul. Judul bukan sekadar pelengkap
karya sastra karena dari judul inilah secara eksplisit akan mengetahui
karya sastra itu berbicara tentang apa dan mengekspresikan atau
menyuarakan tentang apa.
Judul yang baik adalah judul yang bisa menggambarkan
keseluruhan isi. Ini berarti bahwa judul dan isi memiliki kesatuan atau
keutuhan makna.39 Biasanya judul pada karya karya sastra bersifat mana
suka, dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita,
dengan syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik
perhatian.
2. Tema
Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan
pengarang dalam karyanya.40 Oleh sebab itu tema merupakan hasil
konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan

38
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2012), h. 23
39
Endah Tri Priyatni, op.cit, h. 186
40
Hasanuddin WS, op.cit, 103
33

latar. Dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang masing-


masingnya mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema
sebagai intisari dari permasalahan-permasalahan tersebut.
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun
bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema terletak di balik pokok
cerita tersebut. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa tema adalah
pokok pikiran atau pokok persoalan di balik pokok cerita.41 Sehubungan
dengan pengertian di atas maka tema cerita hanya dapat diketahui dan
ditafsirkan setelah membaca cerita serta menganalisisnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengetahui alur cerita serta penokohan dan dialog-
dialognya. Dapat disimpulkan bahwa tema merupakan ide gagasan
utama atau sentral dalam sebuah cerita. Menentukan tema merupakan
aktivitas memilih, mempertimbangkan dan menilai di antara sejumlah
makna yang ditafsirkan ada dalam karya sastra yang bersangkutan.
3. Setting atau Latar
Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya
fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan dan alur.42
Latar memperjelas suasana, tempat serta waktu peristiwa itu berlaku.
Latar di dalam drma memeperjelas pembaca untuk mengidentifikasikan
permasalah drama.
Latar ikut membangun permasalahan drama dan menciptakan
konflik. Latar memeperjelas keadaan suasana, tempat, dan waktu
terjadinya peristiwa. Hakikat drama yang ditulis dengan tujuan untuk
dipentaskan menyebabkan latar pada drama berbeda dengan latar pada
cerpen dan novel. Pada cerpen atau novel, ada banyak cara yang
dimanfaatkan pengarang dalam menjelaskan waktu terjadinya peristiwa,
demikian pula mengenai tempat dan ruang. Di dalam drama umumnya
tidak demikian, keterbatasan karena peristiwa harus dipentaskan,
menyebabkan biasanya sebuah cerita pada drama atau deretan peristiwa

41
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 88
42
Endah Tri Priyatni, op.cit, h. 94
34

dinyatakan dalam suatu latar tertentu. Misalnya penggarapan waktu di


dalam drama biasanya bersifat kronologis
Menurut Hasanuddin dijelaskan latar merupakan identitas
permasalahan drama seagai karya fiksionalitas yang secara samar
diperlihatkan penokohan dan alur. Jika permasalahan drama sudah
diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar dan ruang
memperjelas suasana, tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku. Latar
dan ruang di dalam drama memperjelas pembaca untuk
mengidentifikasikan permsalahan drama.43
Fungsi utama setting atau latar adalah sebuah penunjuk ruang dan
waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita.44
Selain berfungsi sebagai latar cerita, setting juga mampu membangun
mood sesuai dengan tuntutan cerita. Diantara fungsi utama setting adalah
sebagai penunjuk ruang dan wilayah, penunjuk waktu, penunjuk status
sosial.
a. Penunjuk ruang dan wilayah, salah satu fungsi utama setting adalah
untuk menentukan ruang. Setting yang sempurna adalah setting yang
sesuai dengan konteks ceritanya.45 Setting yang digunakan harus
mampu meyakinkan penonton bahwa seluruh peristiwa dalam cerita
benar-benar terjadi dalam lokasi cerita yang sesungguhnya. Lokasi
cerita di rumah tinggal tentu berbeda dengan apartemen, kantor,
hotel, restoran dan lain sebagainya.
b. Penunjuk waktu, setting mampu memberikan informasi waktu. era,
atau musim sesuai konteks naratifnya.46 Unsur waktu keseharian,
yakni pagi, siang, petang, dan malam mutlak harus dipenuhi untuk
menjelaskan konteks cerita. Setting juga mampu memberi informasi
tentang masa atau periode kapan cerita film berlangsung.

43
Hasanuddin, WS, op.cit. h. 94
44
Himawan, op.cit, h. 66
45
Ibid., h. 66
46
Ibid., h. 67
35

c. Penunjuk status sosial, dekor setting dapat menentukan status sosial


para pelaku ceritanya.47 Setting untuk kalangan atas (bangsawan)
pasti sangat kontras dengan setting kalangan bawah. Setting
kalangan atas lazimnnya memiliki wujud megah, luas, terang,
mewah, properti (perabot) yang lengkap, serta ornamen-ornamen
yang sangat detil (untuk setting masa lalu). Sedangkan setting untuk
kalangan bawah umumnya kecil, sempit, gelap dengan properti yang
minim dan sederhana.
4. Alur/Plot
Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan
sebab-akibat. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa
adalah unsur utama alur.48 Sebagai rangkaian peristiwa-peristiwa
yang saling berhubungan akan menunjukkan kaitan sebab-akibat.
Jika hubungan peristiwa terputus dengan peristiwa yang lain maka
dapat dikatakan bahwa alur tersebut kurang baik. Alur yang baik
adalah alur yang memiliki hubungan sebab-akibat sesama peristiwa
yang ada di dalam sebuah teks drama.
Berdasarkan urutan waktu menunjuk pada pola berjalannya
waktu cerita. Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang
bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan peristiwa-
peristiwa yang ditampilkan. Urutan waku, dalam hal ini berkaitan
dengan logika cerita. Dengan demikian urutan waktu kejadian ini
ada kaitannya dengan tahap-tahap pemplotan di atas. Oleh karena
pengarang memiliki kebebasan kreativitas, dapat memanipulasi
urutan waktu kejadian sekreatif mungkin, tidak harus bersifat linear
kronologis.
Dari sinilah secara teoretis kita dapat membedakan plot ke
dalam dua kategori: kronologis dan tak kronologis. Yang pertama

47
Ibid., h. 68
48
Endah Tri Priyatni, op.cit, h. 112
36

disebut sebagai plot lurus, maju atau juga dinamakanprogresif,


sedang yang kedua adalah sorot-balik, mundur, flash-back, atau
dapat juga disebut sebagai regresif.49 Plot lurus, progresif. Plot
sebuah dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan
bersifat kronologis. Plot sorot-balik, flash-back. Urutan kejadian
yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak
bersifat kronologis. Pola struktur naratif dalam naskah lakon secara
umum dibagi menjadi tiga tahapan yakni permulaan, pertengahan,
serta penutupan.
1. Tahap Permulaan
Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling
kritis dalam sebuah cerita film karena dari sinilah segalanya
bermula. Pada titik inilah ditentukan aturan permainan cerita film.
Pada tahap ini biasanya telah ditetapkan pelaku utama dan
pendukung, pihak protagonis dan antagonis, masalah dan tujuan,
serta aspek ruang dan waktu cerita (eksposisi).50 Jika seorang
pelaku cerita baik protagonis maupun antagonis membutuhkan
apapun, pada tahap inilah tuntutan tersebut biasanya dipenuhi.
Kadang pada tahap ini terdapat sekuen pendahuluan atau
prolog yang merupakan latar belakang cerita film. Prolog bukan
merupakan bagian dari alur cerita utama namun adalah peristiwa
yang terjadi sebelum cerita sebenarnya terjadi. Prolog sering ali
digunakan untuk memperkuat figur sosok protagonis atau bisa
pula antagonis.
2. Tahap Pertengahan
Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh
utama atau protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah
yang telah ditentukan pada tahap permulaan. Pada tahap inilah
alur cerita mulai berubah arah dan biasanya disebabkan oleh aksi

49
Burhan Nurgiyantoro, op.cit, h. 153
50
Himawan, op.cit, h. 45
37

di luar perkiraan yang dilakukan oleh karakter utama atau


pendukung.51 Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya
konflik.
Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara pihak
protagonis dengan antagonis. Pada tahap ini juga umumnya
karakter utama tidak mampu begitu saja menyelesaikan
masalahnya karena terdapat elemen-elemen kejutan yang
membuat masalah menjadi lebih sulit atau kompleks dari
sebelumnya. Pada tahap inilah tempo cerita semakin meningkat
hingga klimaks cerita. Pada tahap ini hinggga menjelang klimaks,
tokoh utama sering kali mengalami titik terendah (putus asa) baik
dari segi fisik maupun mental.
3. Tahap Penutupan
Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari
konflik atau konfrontasi akhir. Pada titik inilah cerita film
mencapai titik ketegangan tertinggi. Setelah konflik berakhir
maka tercapailah penyelesaian masalah, kesimpulan cerita, atau
resolusi. Tokoh utama berhasil mencapai tujuannya dan bisa pula
tidak. Mulai titik inilah tempo cerita makin menurun hingga cerita
berakhir.
5. Tokoh dan Penokohan
Dalam hal penokohan, di dalamnya termasuk hal-hal yang
berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspek
psikologis_, keadaan sosial tokoh (aspek sosialogi), serta karakter
tokoh.52 Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan penokohan
ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan-
permasalahan atau konflik-konflik kemanusiaan yang merupakan
persyaratan utama drama.

51
Ibid., h. 45
52
Hassanuddin WS, op.cit, h. 76
38

Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan


tokoh-tokoh cerita, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis (tak
53
berkembang) dan tokoh berkembang. Tokoh-tokoh di dalam
drama telah dipersiapkan sebelumnya, maka hal-hal yang melekat
pada seorang tokoh dapat dijadikan sumber data atau sinyal
informasi guna membuka selubung makna drama secara
keseluruhan. Aspek-aspek penokohan ini akan saling berhubungan
dan berkaitan dalam upaya membentuk dan membangun
permasalahan dan konflik di dalam drama.
Dalam penggambaran watak tokoh, seorang pengarang dapat
melakukannya dengan dua cara; cara eksposisi dan cara dramatik.
Cara penggambaran dikatakan eksposisi apabila pengarang
menerangkam secara langsung sifat-sifat watak itu baik yang bersifat
batiniah maupun lahiriah. Pengarang menggambarkan secara
langsung kondisi badannya, umurnya, kesukaannya, kesopanannya,
dan sebagainya. Cara penggambaran dikatakan dramatik apabila
pengarang tidak secara langsung menjelaskan secara langsung sifat-
sifat watak tokoh, tetapi hanya memberikan gambaran tindakan-
tindakan atau gerak-gerak setiap tokoh.54 Dengan penggambaran
gerak dapat disimpulkan bagaimana sifat watak tokoh, karena cara
ini merupakan gambaran watak secara tidak langsung. Maka cara
inilah yang paling sukar dikerjakan oleh pengarang.
6. Gaya Bahasa
Bahasa adalah bahan mentah sastrawan.55 Pembicaraan
tentang gaya bahasa menyangkut kemahiran pengarang
mempergunakan bahasa sebagai medium drama. Bahasa dapat
menimbulkan suasana yang tepat guna adegan yang seram, adegan

53
Burhan Nurgiyantoro, op.cit. h. 188
54
A. Hayati dan Winarno Adiwardoyo, Latihan Apresiasi Sastra, (Malang: Yayasan Asih Asah
Asuh, 1990), h. 12
55
Rene Wellek & Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993),
h. 217
39

cinta, ataupun peperangan, keputusan maupun harapan. Bahasa dapat


pula digunakan pengarang adalah untuk menandai karakter
seseorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan
jelas melalui kata-kata yang digunakannya. Demikian pula dengan
tokoh anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata
ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh yang
bersangkutan.56
Gaya bahasa sebenarnya bagian dari pilihan kata atau diksi
yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata. Menurut
Gorys Keraf 1981 dalam buku Soediro Satoto mensyaratkan bahwa
sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur dasar:
kejujuran, sopan-santun, dan menarik.57 Gaya bahasa cenderung
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu penegasan, pertentangan,
perbandingan, dan sindiran. Sebagaimana di dalam karya sastra
lainnya, di dalam drama para pengarang pun memanfaatkan hal ini.
Masing-masing jenis itu dapat pula diperinci lebih lanjut,
misalnya metafora, personifikasi, asosiasi, paralel, dan lain-lain
untuk jenis bahasa perbandingan, ironis, sarkas, dan sinis, untuk
jenis gaya bahasa sindiran;pleonasme, repetisi, klimaks, retoris, dan
lain-lain untuk jenis gaya penegasan dan paradoks, antitesis, dan
lain-lain, untuk jenis gaya bahasa pertentangan. Penggunaan jenis
gaya bahasa ini akan membantu pembaca mengidentifikasi
perwatakan tokoh.
2.3 Pendekatan Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah kajian yang memandang karya sebagai
aktivitas kejiwaan.58 Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya
dalam berkarya. Pengarang juga akan menangkap gejala jiwa kemudian
diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi

56
E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012), h. 72
57
Soediro Satoto, Stilistika, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), h. 151
58
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra,(Yogyakarta: Caps. 2013), h. 96
40

pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan


terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra.
Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan
menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan
teks berupa drama. film maupun prosa. Jatman dalam bukunya Suwardi
Endaswara berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang
memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional.59
Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama
untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi
gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif.
Pada dasarnya psikologi sastra dibangun atas dasar asumsi-asumsi
genesis, dalam kaitannya dengan asal-usulnya karya, artinya psikologi
sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psiko dengan aspek-aspek
kejiwaan pengarang. Secara definitif tujuan psikologi sastra adalah
memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung di dalam suatu karya
melalui pemahaman terhadap para tokoh, misalnya masyarakat dapat
memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan lain
yang terjadi di masyarakat, khususnya yang terkait dengan psike.
Ada tiga cara yang dilakukan untuk memahami hubungan antara
psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan
pengarang sebagai penulis, biasa disebut dengan pendekatan ekspresif. b)
memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam karya sastra,
biasa disebut pendekatan tekstual. c) memahami unsur-unsur kejiwaan
pembaca, biasa disebut pendekatan reseptif-pragmatik.60
Daya tarik psikologi sastra ialah masalah pada masalah manusia
yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam
sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap
menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman
pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain.
59
Ibid., h. 97
60
Albertine Minderop, Psikologi Sastra (karya sastra, metode, teori dan contoh kasus), Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, h. 54
41

Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan,


kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Kecerdasan sastrawan yang
sering melampaui batas kewajaran mungkin bisa dideteksi lewat psikologi
sastra. Itulah sebabnya pemunculan psikologi sastra perlu mendapat
sambutan. Setidaknya sisi lain dari sastra akan terpahami secara
proporsional dengan penelitian psikologi sastra.
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer sarat dengan
masalah-masalah psikologi, terutama konsep tokoh remaja UU dan naluri
kehidupan sebagai ungkapan untuk mempertahankan hidup. Analisis
psikologis sastra dalam naskah lakon ini menggunakan pendekatan tekstual
yakni memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam
skenario. Pemaparan perwatakan para tokoh disampaikan melalui metode
showing yakni memperlihatkan pengarang menempatkkan diri di luar
kisahan dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk
menampilkan perwatakan mereka melalui dialog dan action.61
2.4 Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra sudah diterapkan di jenjang pendidikan SD,
SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi dan tentunya harus disesuaikan
dengan kompetensi yang hendak dicapai. Pendidikan sastra adalah
pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi
sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sasttra.62 Kompetensi apresiasi
sastra yang diasah dalam pendidikan ini adalah kemampuan menikmati
dan menghargai karya sastra. Dengan pendidikan semacam ini, peserta
didik diajak unuk langsung membaca, memhami, menganalisis, dan
menikmati karya sastra secara langsung. Tidak hanya itu saja, peserta
didik diajak untuk memahami dan menganalisis berdasarkan bukti nyata
yang ada di dalam karya sastra dan kenyataan yang ada di luar sastra,
tetapi juga diajak untuk mengembangkan sikap posistif karya sastra.

61
Ibid., h. 77
62
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo. 2008), h. 168
42

Kegunaan sastra termasuk drama tidak perlu ditawar-tawar lagi,


antara lain mendidik manusia agar memahami kehidupan lebih baik.63
Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2004 agar peserta didik mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memeperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, serta peserta didik menghargai
dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
inteletual manusia Indonesia.64
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok
pengajaran sastra adalah untuk mencapai kemampuan apresiasi kreatif.
Respon ini menyangkut aspek kejiwaan, terutama berupa perasaan,
imajinasi, dan daya kritis. Dengan memiliki respon sastra siswa
diharapkan mempunyai bekal untuk mampu merespon kehidupan ini
secara artistik imajinatif, karena sastra itu sendiri dari pengolahan tentang
kehidupan kehidupan secara artistik dan imajinatif dengan menggunakan
bahasa sebagai mediumnya.
Apresiasi kreatif yang menjadi tujuan pengajaran sastra itu dalam
wujud kegiatan belajar sastra terdiri dari tiga tingkatan:
a. Penerimaan : siswa memperlihatkan bahwa dia mau belajar, mau
bekerja sama, dan menyelesaikan tugas membaca dan tugas-tugas
lain yang berkaitan dengan itu.
b. memberi respon: suka terlibat dalam kegiatan membaca dan
menunjukkan minat pada kegiatan penelaahan sastra.
c. Apresiasi: menyadari kemanfaatan pengajaran, sehingga dengan
kemauan sendiri ingin menambah pengalamnnya, ingin membaca
karya sastra baik dianjurkan atau tidak, ingin berpartisipasi dalam

63
Suwardi Endraswara, op.cit, h.288
64
Ibid., h. 170
43

kegiatan diskusi, memeberikan ulasan, dan bahkan berkeinginan


untuk dapat menghasilkan karya sastra65.
Sastra itu benda budaya yang bisa dijadikan tauladan, di
dalamnya terungkap nilai-nilai, kaidah-kaidah, tindak-tanduk yang baik
dan buruk. Dalam hal ini sastra dianggap sebagai alat pendiidkan. Sastra
ditulis berdasarkan tata nilai tertentu. Nilai itu bergeser tiap zaman,
dengan demikian mencermati drama akan dapat memetik nilai didik
tertentu. Dan secara umum kajian sastra mempunyai peranan yang sangat
penting dalam dunia pendidikan.
Studi sastra dalam hubungannya dengan pengajaran sastra telah
melahirkan berbagai macam pendekatan, antara lain sebagai berikut:66
a. Pendekatan kesejarahan yakni pendekatan pengajaran yang
memusatkan perhatian kepada aspek sejarah kehadiran sastra,
priodisasi sastra, dan ciri-ciri khas yang menandai perkembangan
sastra dari zaman ke zaman. Diharapkan siswa memeperoleh
pengetahuan mengenai proses kejadian suatu karya sastra, latar
belakang yang mewarnai karya sastra tersebut, dan perkembangan
sastra dari masa ke masa.
b. Pendekatan sosiopsikologis yakni pendekatan yang memusatkan
perhatian kepada masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang ada di
dalam karya sastra. Diharapkan siswa memahami sastra dalam
konteks kemasyarakatan tempat sastra tersebut dilahirkan.
c. Pendekatan emotif yakni dalam pengajaran sastra berupa upaya guru
manipulasi emosi tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk
menentukan sendiri atau menikmati sendiri karya tersebut.
Diharapkan siswa mampu menggunakan suatu sikap emosi.
d. Pendekatan didaktif yakni memusatkan perhatian kepada aspek
pendiidkan dan moral yang terdapat dalam suatu karya sastra.

65
Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya.1998), h. 195
66
Ibid., h. 196
44

e. Pendekatan analisis yakni memusatkan perhatian kepada analisis


segi-segi intrinsik karya sastra. Dengan pendekatan ini guru
cenderung untuk menunjukkan komponen-komponen yang terdapat
dalam suatu karya sastra. Drama menjadi wahana pendidikan
bangsa.
Kajian drama dan pendidikan dapat diarahkan dengan pendekatan
ekstrinsik drama. Pendidikan terbagi mejadi dua hal setidak-tidaknya,
yaitu: a) pendidikan akhlak dan b) pendidikan kecerdasan. Keduanya ada
dalam pentas drama67.
Dapat disimpulkan bahwa pengajaran sastra memiliki 4 manfaat,
diantaranya: membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan
pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang
pembentukan watak.

67
Suwardi Endraswara, op.cit, h. 289
45

BAB III
PROFIL ARIFIN C. NOER
3.1 Biografi Arifin C. Noer
Bernama lengkap Arifin Chairin Noer, ia seorang dramawan, penulis
sajak, penulis skenario, serta sutradara film dan sinetron. Orang tuanya hanya
penjagal kambing dan ahli memasak daging tersebut menjadi sate dan gulai
kambing. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat Arifin menjadi
terbelakang dan tertinggal pendidikannya dari teman-teman seangkatannya.
Satu dari delapan bersaudara, Arifin lahir di Cirebon 10 Maret 1941.
Anak kedua dari Mohammad Adnan, penjual sate, dari keturunan kiai.
Pekerja seni yang tekun menangkap perjalanan hidup manusia di dalam
melakoni hidup ini. Dia meninggal di Jakarta 28 Mei 1995.1
Sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama diselesaikan di kota
kelahirannya Cirebon (1957). Minatnya kepada kesenian telah tumbuh sejak
masih duduk di bangku SMP. Ia mengarang cerpen dan puisi, lalu
mengirimkannya ke majalah mingguan yang terbit di Cirebon dan Bandung.
Honor yang diperoleh dari menulis ia pergunakan untuk membeli buku-buku
sastra, terutama kisah petualangan yang sangat disukainya. Mat Ipin sapaan
kecil Arifin, pernah menulis naskah dan menyutradarai dramanya yang
pertama, Dunia jang retak, ketika masih sekolah di SMP Muhammadiyah,
Cirebon pada tahun 1957.
SMA Negeri di kotanya ditinggalkannya tanpa lulus. Dunia sastra
menyeretnya ke Surakarta, ke SMA Jurnalistik. Lalu meneruskan kuliah ke
Yogyakarta, pada 1960, di Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto.
Di kota inilah dia mengenal dunia teater dan bergabung dengan teater muslim
pimpinan Mohammad Diponegoro dan kemudian bergabung dengan “bengkel
teater” pimpinan WS. Rendra. Dia menulis sajaknya yang pertama Langgar
Purwodiningratan, tentang masjid kecil tempatnya sering melakukan tafakur.

1
Ali Said, “Arifin C. Noer: dari Teater Muslim hingga Sinetron” Republika. Jakarta, Senin, 29
Mei 1995. Tahun III No. 138, h. 5

45
46

Pada 1967 dia mendapat dua gelar sekaligus. Gelar sarjana dari
universitasnya, dan memenangkan sayembara penulisan naskha drama yang
diselenggarakan oleh Teater Muslim pimpinan Mohammad Diponegoro,
Judul karyanya: Nenek Tertjinta atau Lampu Neon.2 Pada 1968 dia hijrah ke
Jakarta dan mendirikan kelompok dramanya sendiri bernama teater kecil.
Sempat mengikuti Program Penulisan Internasional di Universitas Iowa,
Amerika Serikat, pada 1972. Sekembalinya dari Amerika ia terus melahirkan
naskah naskah seperti Madekur dan Tarkeni (1974), Orkes Madun (1974),
Umang-umang (1976), Sandek Pemuda Pekerja (1979), dan Dalam
Bayangan Tuhan atawa Interogasi (1984).3
Arifin menggubah dan mementaskan enam naskah drama selama
dasawarsa 1970-an. Kapai-kapai (1970) adalah salah satu yang paling
istimewa. Naskah ini pernah dimainkan orang dalam bahasa Inggris dan
Belanda di Amerika Serikat, Belgia, dan Australia. Kritikus sastra dan drama
menganggap Arifin merupakan salah satu pembaharu dunia drama Indonesia
dan antara karya-karya dramanya dengan puisi-puisinya terdapat jalinan
hubungan yang erat. Puisi-puisinya kuat dengan unsur-unsur dramatik
sedangkan drama-dramanya puitis sekali.
3.2 Karya Arifin C. Noer
Sejak masih sekolah SMP ia sudah menggeluti bidang ini, tak kurang
dari 21 lakon sandiwara telah ia tulis. Beberapa naskahnya belum disiarkkan
tapi hampir seluruhnya pernah dipentaskan. Aminah (1961), Sepasang
pengantin (1962), Nenek Tercinta (1963), Mega-Mega (1964-1966), Karir
Kita (One man play 1964), Sumur Tanpa Dasar (1963-1971), Kapai-kapai
(1968-1970), dll4.
Beberapa di antaranya memenangkan hadiah misalnya dari : Panitia
Sayembara Penulisan Drama Nasional (Teater Muslim 1964), Badan Pembina
Teater Nasional Indonesia (BPTNI 1967). Pada tahun 1971 ia juga
2
Ibid., h.5
3
Majalah Femina, Jakarta: 2-8 November 1995, h. 78-83
4
Sinar Harapan, Jakarta: Sabtu 24 Maret 1984, Tahun ke :XXII No. 7455, h. 8
47

mendapatkan Anugerah Seni dari Pemerintah kita untuk naskah Kapai-Kapai.


Selain itu telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling
(dosen Monash University Australia) maupun diterbitkan oleh Oxford
University Press.5
Selain menulis sajak dan naskah lakon, Arifin berhasil menulis banyak
skenario film dan dan sinetron serta kritik dan esai drama dan seni pentas
yang lain. Adapun buku kumpulan sajak karyanya adalah: Nurul Aini (1963),
Siti Aisyah (1964), Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi (1967), Selamat Pagi,
Jajang (1979), dan Nyanyian Sepi (1995). Buku dramanya adalah Lampu
Neon (1960), Matahari di Sebuah Djalan Ketjil (1963), Nenek Tertjinta
(1963), Prita Istri Kita (1967), Mega, Mega (1967), Sepasang Pengantin
(1968), Kapai-Kapai (1970), Sumur Tanpa Dasar ( 1971), Kasir Kita (1972),
Tengul (1973), Orkes Madun 1atawa Madekur dan Tarkeni (1974), Umang-
Umang (1976), Sondek, Pemuda Pekerja (1979), Dalam Bayangan Tuhan
atawa Interogasi 1(1984), Ari-Ari atawa Interogasi II (1986), dan Ozon
atawa Orkes Madun IV (1989)
Sukses di teater, sepanjang dasawarsa 1970-an Arifin juga mulai
melirik dunia film. Mengaku otodidak di bidang sinematografi, dia menulis
sembilan skenario film antara 1971-1977. Pemberang (1972), Rio Anakku
(1973), Melawan Badai (1974), Petualang-Petualang (1974), Suci Sang
Primadona (1978), Harmoniku (1979), Lingkaran-Lingkaran (1980),
Serangan Fajar (1981), Pengkhianatan G.30 S/PKI (1983), Matahari-
Matahari (1985), Sumur Tanpa Dasar (1989), Taksi (1990), dan Keris
(1995).6
Lewat film Pemberang, Arifin dinyatakan sebagai penulis skenario
terbaik di Festival Film Asia 1972, dan mendapatkan piala The Golden
Harvest. Dia memperoleh Piala Citra Festival Film Indonesia untuk penulisan
skenario terbaik dalam Rio Anakku (1973) dan Melawan Badai (1974).

5
Ibid., h. 8
6
Puji Sentosa.,Biografi Arifin C. Noer, diakses melalui http://pujies-
pujies.blogspot.com/2010/com/2010/01/arifin-c-noer.html, diunduh Desember 2015 Pukul.15.00
Wib.
48

Arifin akhirnya mencebur lebih dalam ke dunia film menjadi


sutradara. Film perdananya Suci Sang Primadona (1977), melahirkan
pendatang baru: Joice Erna, yang memenangkan Piala Citra sebagai Aktris
Terbaik FFI 1978. Sekitar 10 film disutradarai setelah itu. Tiga di antaranya
merupakan doku-drama yang diangkat dari kisah nyata: Serangan Fajar
(tentang Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta), Pengkhianatan G-30-
S/PKI (Kudeta PKI yang gagal) dan Jakarta 66 (demonstrasi mahasiswa
1966). Serangan Fajar memperoleh gelar film terbaik pada 1982.
Pengkhianatan yang hampir setiap tahun diputar di televisi, memperoleh
Citra untuk penulisan skenario terbaik pada 1985.7
Seperti karya-karya teaternya hampir semua film Arifin kental
bernuansakan ke-Indonesiaan. Dalam arti selalu menggali nilai-nilai
tradisional milik bangsa untuk dipentaskan dalam sebuah film, selalu
menggali idiom-idiom yang berbau tradisi.
3.3 Pemikiran Arifin C. Noer
Kesenian yang diusung Arifin C. Noer lebih membeberkan persoalan-
persoalan, membuka persoalan dan jarang sekali secara global menunjukkan
jalan keluar, membeberkan kebenaran-kebenaran, pengalaman-pengalaman,
memeberikan kebaktiannya kepada hidup dan kepada masyarakat.
Lakon-lakon yang ditawarkan penuh dengan isyarat pemecahannya.
Semua naskah drama Arifin selalu berbicara tentang kaum marjinal.
Contohnya Ozone, kritiknya terhadap abad ke-20 memang tidak bicara
langsung. Dia perlakukan Ozone sebagai isu, dia menjelaskan bahwa akibat
dari peperangan, lingkungan hidup, bumi jadi melepuh. Pada abad ke-20
“Ozone” itu baru isyarat-isyarat tentu saja isyarat-isyarat yang ia berikan ini
harapan akan direspon berupa penelitian-penelitian akan berupa lanjutan dari
pikiran-pikirannnya, mungkin jauh lebih lengkap apa yang ia sajikan.
Sesuatu yang ingin ia sampaikan bagaimana dengan teater, ia ingin
membagi pengalaman-pengalaman manusiawi untuk orang lain dalam bahasa
keindahan lewat bahasa teater. Merupakan sebagian pegalaman kemanusiaan

7
Republika, Op.Cit, h. 6
49

yang ia tuangkan di dalam lakon-lakonnya, misalnya pengalaman ekonomi


yang kemudian ia tuangkan ke dalam karya-karyanya.
Ia juga seorang realistik, bahwa ia dan teaternya tentu saja mempunyai
kekuatan yang sangat terbatas untuk bisa mempengaruhi masyarakat atau
dunia. Naskah dama protes sosialnya yang ber-setting kehidupan orang susah
dan tersingkir, seperti pencopet, pelacur, orang-orang kolong, buruh pabrik,
dikemasnya dalam pementasan yang satire dan kocak. Betapa timpang
masyarakat Indonesia yang visinya adalah visi ekonomi melulu. Skala
prioritas pembangunan harus diselaraskan kembali dengan memperhatikan
dasar politik kebudayaan Indonesia.
Arifin mengawinkan lenong, stambul, boneka (marionet), wayang
kulit maupun golek, serta melodi pesisiran pantai Jawa, ke dalam teater
modern. Tak aneh pula jika kemudian karya Arifin sangat kuat dalam bentuk.
Baginya kesenian itu sendiri ataupun karya seni itu sendiri diciptakan bukan
berdasarkan pada kebohongan, tetapi berdasar pada pemahaman atas
kehidupan yang dialami si pengkarya seni tersebut.
Arifin memiliki dua profil yang terpenting. Pertama ia pecinta
masyarakat dimana ia hidup, kedua ia suka sekali bergulat dengan persoalan
keagamaan, ke Tuhanan. Tercium sekali jiwa ke-Tuhanan Arifin mulai
dengan karyanya yangg berjudul “Sumur Tanpa Dasar”.
Menurut Sides Sudyarto dalam Dokumentasi HB. Jassin
mengemukakan bahwa karya Arifin ini adalah suatu realisme Sosial, tetapi
juga realisme relijius. Sebab teater telah dipilih oleh Arifin untuk tempat
khotbah. Hanya Arifin tidak mau khotbah yang terlalu memuakkan, karena
tidak bisa atau sulit dimengerti. Arifin pilih dakwah dengan bahasa awam,
namun manusiawi.8
Arifin telah menemukan cara dakwah yang tersendiri. Dakwah yang
akan mendekatkan para pemeluk agama dengan agamanya, para Insan dengan
Allahnya. Kiranya bisa dikemmbalikan kepada latar belakang di mana Arifin
dibesarkan. Alam pikiran yang meliputi daerah Arifin besar adalah alam

8
Sides Sudyarto, Teater sebagai Kebaktiann, Dokumen HB. Jassin, Jakarta: Siwalan 3
50

pikiran yang percaya kepada anutan Taqlid sambil tidak menutup


kemungkinan untuk berijtihad.
“Dalam bidang pemikiran barangkali saya termasuk agak
terbelakang. Setidak-tidaknya saya tidak termasuk orang yang
tangkas dalam mengungkapkan fikiran-fikiran. Sejak 1972 setahun
setelah saya menulis Kapai-Kapai, saya mulai betul-betul menyadari
bahwa teater yang saya bangga-banggakan sebenarnya teater
pinjaman atau teater cangkokan. Memang bagaimanapun juga saya
tidak akan pernah mengingkari keadan ini , namun sebagai orang
yang berfikir sehat saya harus memikirkan dan merenungkannya
secara seksama. Paling tidak saya harus selalu mempelajarinya
sejauh mana teater semacam ini mampu merefleksikan
masyarakatnya.”9

Dari ungkapannya di atas jelas bahwa Arifin adalah orang yang peduli
dengan sekitarnya. Bahkan hampir semua karyanya berlandaskan kehidupan
asli masyarakat di Indonesia. Protes sosialnya yang bersetting kehidupan
orang susah dan tersingkir, seperti pencopet, pelacur, orang-orang kolong,
buruh pabrik, namun dikemasnya dalam pementasan yang satire dan kocak.
Teaternya juga akrab dengan publik. Ia masukkan unsur-unsur lenong,
stambul, boneka (marionet), wayang kulit maupun golek, dan melodi pesisir
untuk mencuatkan protes sosial secara transendental, kocak, dan religius.
Arifin adalah salah satu ujung tombak perangkat lunak dalam peta teater
Indonesia modern. Ia sudah membawa pembaharuan dalam penulisan lakon
dan pencarian idiom pengucapan panggung. Karya-karyanya bahkan sudah
keluar dari konvensi penulisan teater Barat dan idiom-idiom pentasnya
merupakan usaha pencarian celah-celah baru yang berkiblat pada tradisi teater
Indonesia.

9
Sinar Harapan, op.cit, h. 8
51

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Unsur Intrinsik Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
1. Judul
Lakon karya Arifrin C. Noer berjudul AAIIUU. Kata AAIIUU
bukan sekedar huruf vokal AIUEO, namun AAIIUU merupakan nama
anak-anak dari keluarga Rustam. Aamerupakan anak pertama berjenis
kelaminlaki-laki, Ii anak kedua berjenis kelamin perempuan, dan Uu anak
ketiga berjenis kelamin perempuan. Jika ditilik dari pengertian dalam kbbi
online anak berarti seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa
atau belum mengalami masa pubertas. Namun kenyataanya seorang anak
harus menuruti semua keinginan dan kehendak orang tua, mulai dari
pendidikan, pekerjaan, sampai dengan jodoh.
Kata AAIIUU yang tertera pada naskah lakon ini memang hendak
menyuarakan masalah dukungan orang tua terhadap anak, terhadap minat
dan bakat anak, khususnya terhadap masa depan si anak. Tentunya dalam
perkembangannya, anak harus mendapat dukungan dan kasih sayang orang
tua, agar lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
di masa depan.
Secara kodrat, pada hakikatnya anak lelaki dan perempuan itu
berbeda, begitu pun dengan pola asuh yang didapat. Biasanya orang tua
akan lebih mengarahkan dan mengatur anak perempuan dibandingkan
dengan anak laki-laki, yang lebih dibebaskan dalam membuat keputusan
termasuk memilih masa depannya. Hal ini tercermin secara jelas dalam
lakon yang berjudul AAIIUU berikut:
“ Ibu : Terserah kamu mau ngomong apa. Tapi saya tetap
berpihak kepada Uu.
Rustam : Artinya membiarkan Uu jatuh kepada pilihan yang
keliru! Semua orang mengejar uang dan kamu biarkan
Uu mengejar angin yang bernama lamunan sejarah.
Sebagai Ibu seharusnya kamu menyadarkan Uu yang
baru tahu AIUEO itu bahwa sejarah tidak akan
menyelesaikan hidup ini. Hanya uang yang punya

51
52

kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa saja.”1

Dalam percakapan tersebut terlihat bahwa orang tua tidak


memberikan dorongan terhadap anak tentang bakat dan minat anak, juga
atas pilihan-pilihan yang sebenarnya anak cita-citakan sampai mengenai
pekerjaan yang Uusendiri inginkan menjadi ahli sejarah. Jika dilihat dari
judul naskah lakon ini memang sangat unik. Arifin mengambil sebagian
ejaan dari huruf vokal yakni AIU. Pilihannya menggunakan huruf vokal
pastilah memiliki maksud dan tujuan. Pertama, dengan menggunakan judul
yang unik, orang yang membacanya akan penasaran dan tentunya mudah
diingat. Kedua, orang-orang sudah tidak asing lagi mendengar huruf
vokal.
Huruf vokal memiliki arti yakni huruf hidup yang memberikan
suara. Dari pengertian tersebut Arifin menyimbolkan dari setiap ejaan
yang dipakai AIU sebagai makhluk hidup yang hendak menyuarakan
tentang kritik sosial yang terjadi pada tahun 1994 di Indonesia. Arifin
melihat pada zaman itu semua masyarakat harus nurut dan manut terhadap
pemerintahan Orde Baru, di mana masyarakat tidak diperbolehkan
menyuarakan suaranya sedikitpun dan dari peristiwa tersebut membawa
dampak terhadap pemikiran masyarakatnya sendiri. Arifin sangat jeli
melihat kondisi ini lewat lakonnya dan mengambil potret sebuah keluarga
serta permasalahannya, sehingga secara tidak langsung menggambarkan
kondisi Indonesia pada masa itu.
Jika diperhatikan huruf vokal ejaan dalam judul lakon Arifin C.
Noer AAIIUU, bila dilafalkan terkesan seperti terbata-bata. Terbata-bata
atau gugup diartikan gangguan bicara dari proses keluarnya suara. Orang
yang mengalaminya biasanya akan memperpanjang atau mengulang suku
kata dalam berbicara, misalnya “aa..aa..apa”. Terdapat beberapa faktor
penyebab seseorang berbicara terbata-bata di antaranya kelainan medis,
faktor genetik, faktor psikis salah satunya stress, takut, memiliki terlalu

1
Arifin C. Noer, AA II UU, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2006), h.11
53

banyak ide dan kelainan neurologi. Bicara gagap menjadi sebuah masalah
yang begitu berat bagi seseorang yang mengalaminya, karena menjadi
ketakutan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Melalui judul lakon AA,II,UU yang jika dilafalkan seperti terbata-
bata, Arifin memberikan pesan tersirat bahwa hal yang terjadi pada tokoh-
tokoh dalam naskah mengalami gangguan dalam proses mengeluarkan
suara. Maksud dari proses mengeluarkan suara di sini adalah si tokoh tidak
memiliki daya untuk menyuarakan pendapatnya. Terutama digambarkan
jelas oleh Arifin bahwa tokoh UU tidak mendapatkan tempat di
lingkungan keluarganya untuk menyuarakan apa yang ingin menjadi
minat dan cita-citanya. Selain itu juga tokoh Ibu yang selalu disela oleh
ayah jika ia memberikan pendapatnya. Selain itu hal ini juga
menggambarkan kondisi pada masa pemerintahan Orde Baru, di mana
masyarakat merasa takut untuk menyuarakan pendapatnya, dikarenakan
tidak diberikan ruang untuk bersuara.
2. Tema
Setiap karya sastra memiliki tema yang merupakan hasil konklusi
dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Tema
adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam
karyanya. Dapat disimpulkan bahwa tema adalah inti dari berbagai
peristiwa dalam suatu karya sastra.
Seperti sudah dijelaskan dalam judul skenario filmAAIIUU karya
Arifin C. Noer, tema yang diangkat secaratersurat jelas bahwa pengarang
hendak menyuarakan perlunya dukungan orang tua terhadap anak akan
mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif terhadap masa depan,
percaya akan keberhasilan yang akan dicapainya serta termotivasi untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan di masa depan. Kurangnya
dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan remaja tersurat jelas
dari dialog dalam skenario filmAAIIUU. Anak diharuskan lebih memilih
pilihan orang tua, dan tidak dapat menentukan pendidikan sampai nantinya
54

akan bekerja di mana dan akan menjadi apa. Hal itu dapat dilihat pada
dialog berikut,
“Rustam : Mau jadi ahli sejarah?
Ibu : Yaa.. kan nanti sama-sama jadi dokteranda kalau
selesai kelak.
Rustam :Kamu betul-betul kurang memahami jaman sekarang.
Dokteranda apapun memang sama, tapi nilai
komersilnya berbeda-beda. Insinyur juga macam-
macam dan boleh dikatakannya satu sama lain, tapi
tetap saja masing-masing memiliki nilai komersil yang
berbeda-beda!”2

Gambaran secara jelas bahwa orang tua, terutama ayah tidak


mendukung Uu untuk mencapai cita-citanya melanjutkan kuliah di jurusan
sejarah dan bekerja sebagai ahli sejarah. Sang ayah berpikir bahwa kuliah
di jurusan sejarah akan membuang-buang waktu karena dinilai masa
depannya tidak akan jelas misalnya ketika lulus nanti tidak akan ada
perusahaan yang mau memperkerjakan lulusan sejarah. Di samping itu,
dilihat dari nilai komersialnya lulusan sejarah akan susah untuk
mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan lulusan kedokteran ataupun
lulusan teknik, yang secara otomatis akan mempengaruhi tingkat strata
sosial di lingkungan masyarakat. Bahkan tidak hanya ayahnya yang tidak
mendukung Uu, melainkan teman-teman Uupun malah mentertawakan
atas sikap Uu yang ingin melanjutkan jurusan sejarah. Menurut mereka,
itu akan menambah jumlah pengangguran dan orang miskin di Indonesia.
Hal ini tercantum dalam dialog berikut,
“ Uu : Semua sudah menjadi pedagang. (melihat pada AA dan II)
Masa mereka ngetawain UU.
Ibu :Kenapa memangnya?
Uu :UU ditanya sama si Chandra, UU mau daftar kemana, lalu
UU bilang ke jurusan sejarah. Eh, semua kawan-kawan
ketawa. UU sama sekali tidak mengerti. Apa yang lucu?”3

Uu merasa kesal dan kecewa atas sikap teman-temannya yang


mentertawakan keputusannya untuk melanjutkan ke jurusan sejarah.

2
Ibid., h.5-6
3
Ibid., h. 14
55

Dalam percakapannya dengan ibu, ketika dia bilang “semua sudah menjadi
pedagang” secara tidak langsung Uu mengkritik dan menyindir kondisi
masyarakat pada saat itu di mana pemikiran mereka tidak lebih dari
berniaga yang selalu memikirkan untung dan rugi, semua yang dilakukan
haruslah memiliki nilai untung yang tinggi. Dan hal tersebut juga dialami
termasuk keluarganya sendiri dan juga teman-temannya.
Selain menyuarakan tentang kurangnya dukungan orang tua
terhadap minat dan bakat anak, lewat lakon ini Arifin juga hendak
menyuarakan tentang sebuah keluarga yang menganggap diri sebagai
keluarga modern. Mereka bertempat tinggal di pusat kota Jakarta, bekerja
di gedung perkantoran tinggi namun mereka masih kolot. Kolot yang
dimaksud bukan berarti tidak berpendidikan, namun masih bersikap
mempercayai dukun atau masih mempercayai hal-hal mistis yang konon
hanya dilakukan oleh mereka yang tidak melek sekolah. Hal ini terlihat
dari cara pemikiran keluarga tersebut, sebuah keluarga yang tidak
demokratis, yang mana tidak memberikan kebebasan dan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan bakat dan minat anak-anaknya.
Cerminan tersebut persis seperti pemerintahan pada masa itu, yang kerap
membungkam kritik.
Dibungkamnya pers dapat dilihat dalam jurnalnya Dwi Wahyono
dan Gayung Kasuma.4 Selain dibungkamnya pers, pada masa itu juga
keadaan perekonomian mengalami pasang surut. Indonesia mengalami
krisis yang diakibatkan besarnya hutang luar negeri, hingga akhir masa
pemerintahannya terjadi krisis berkpanjangan, krisisnya perekonomian
Indonesia dapat dilihat dalam jurnal Muhammad Ihsan Syahaf Nasution.5
Jadi dalam naskah lakonAAIIUU secara langsung menjadi cermin untuk
menggambarkan kondisi sosial Indonesia.

4
Dwi Wahyono Hadi dan Gayung Kasuma., Propaganda Orde Baru, (Jurnal politik. Verleden,
vol.1 No.1, Desember 2012:1-109)
5
Muhammad Ihsan Syahaf Nasution, Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Perekonomian
di Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1968-1998), ( Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2013).
56

Dapat disimpulkan bahwa tema utama dalam lakon ini adalah


tentang mengkritisi hak-hak dasar manusia yakni hak mengembangkan
diri, hak atas kebebasan pribadi, hak memperoleh keadilan, serta hak anak
untuk menentukan cita-cita dan masa depan. Penghargaan terhadap anak
hanya bisa dicapai apabila semua orang, termasuk anak-anak sendiri,
mengakui bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, dan
menerapkannya dalam sikap dan perilaku yang menghormati,
mengikutsertakan dan menerima orang lain.
3. Tokoh dan Penokohan
Gambaran tokoh tercermin lewat dialog dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer, tergambar tokoh beserta wataknya. Tokoh
biasanya ditandai dengan nama sedangkan penokohan atau karakter
biasanya ditandai dengan sikap dan watak. Terdapat tujuh tokoh dalam
cerita AA II UU karya Arifin C. Noer yaitu: Aa, Ii,Uu, Rustam, ibu, tante,
oom, serta beberapa tokoh tambahan yakni Berlin, ketua, yang lain-lain,
Pembantu, dan dukun. Masing-masing dari ketujuh tokoh tersebut
memiliki peranan yang berbeda serta karakter yang kuat dalam setiap
cerita yang ditampilkan.
Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita
secara keseluruhan, tokoh dibedakan ke dalam tokoh utama: tokoh utama
yang utama dan tokoh utama tambahan serta tokoh tambahan: tokoh
tambahan utama dan tokoh tambahan yang tambahan.
1) Uu
Dilihat dari awal kemunculan tokoh UU masuk ke dalam tokoh
utama yang utama. Dia adalah anak ketiga dari bapak Rustam dan Ibu
Rustam. Diperkirakan Uu berumur menjelang 18 tahun. Di dalam lakon
AAIIUU tokoh Uu diceritakan masih sekolah dibangku SMA kelas 3 yang
sedang mengikuti ujian akhir sekolah. Uu memiliki keinginan untuk
meneruskan kuliah di jurusan sejarah dan bekerja menjadi ahli sejarah.
Namun dilarang oleh keluarganya terutama oleh ayahnya. Ketika Uu
mengetahui hal itu, ia langsung pergi meninggalkan mereka dan langsung
57

pergi mengunci diri di kamar. Hal tersebut dibuktikan pada kutipan di


bawah ini:
“Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri dalam
kamar dan mogok makan!”6

Kutipan di atas menunjukkan jika Uu memiliki sifat keras kepala.


Demi mempertahankan keinginannya, ia sampai berani mengunci diri di
kamar, hal yang tidak pernah dilakukan oleh kedua kakaknya. Bentuk
pengancaman seperti itu tidak lain hanya gertakan agar mendapat simpati
dari orang lain, dan hanya akan dilakukan oleh orang yang belum bisa
berpikir dewasa. Berhubung sudah tidak ada cara untuk mendapatkan izin
dari keluarganya. Maka yang dapat dilakukan Uu adalah mengancam
keluarganya, karena dengan begitu ia beranggapan akan berhasil mengajak
keluarga menyetujui keinginannya.
Keputusannya untuk mengunci diri bukan berarti sikap atau
karakter Uu yang manja. Namun lebih kepada sikap pemberontakan untuk
mempertahankan haknya sebagai anak. Di antara hak-hak anak antara lain
adalah hak mendapat kehidupan, hak berhak mendapatkan nama dan
kewarganegaraan, hak berkarya dan berpendapat, hak berpikir dan
beragama, hak mendapat perlindungan dari tindakan kekerasan dan
perlakuan yang seenaknya.
“Uu : Setuju dulu dong Uu masuk jurusan sejarah.
Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak mungkin sayang. Itu akan
mencelakakan masa depan.
Uu : Ini masalah hak azasi.”7

Lewat percakapannya dengan tante, Uu menyampaikan bahwa apa


yang dilakukannya bukan semata-mata memunculkan bentuk kekanak-
kanakan yang keras kepala. Akibat keegoisan orangtuanyalah, ia merasa
tidak memperoleh hak-hak sebagai anak. Setelah menyadari hak-haknya,
ia melakukan pemberontakan kepada keluarganya.

6
Arifin C. Noer. op.cit. h.18
7
Ibid., h. 32
58

Meski demikian tokoh Uu tidak melulu digambarkan negatif, ada


satu hal yang dapat dicermati dari sifat Uu yakni sifat berani dalam
mempertahankan haknya untuk melanjutkan kuliah di jurusan sejarah.
Keinginan yang dipertahankan Uu tidak lain adalah sikap yang sepatutnya
dilakukan oleh individu sebagai makhluk sosial dalam memperoleh hak-
hak dasar manusia antara lain hak mengembangkan diri, hak memperoleh
keadilan, dan hak atas kebebasan pribadi.
Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa tokoh Uu
merupakan tokoh protagonis dan mengalami konflik baik dengan tokoh
lain maupun dengan dirinya sendiri. Tokoh Uu termasuk tokoh statis
karena tidak mengalami perubahan karakter dengan perkembangan
peristiwa yang dikisahkan. Dari awal cerita sampai akhir cerita Uu tetap
mempertahankan pilihannya kuliah di jurusan sejarah dan akan menjadi
ahli sejarah. Lewat penokohan Uu, Arifin menyampaikan bahwa setiap
anak memiliki hak-hak atas dirinya dan orang tua seharusnya menyadari
akan hak-hak anaknya.
2) Aa
Kakak laki-laki Uu yang pertama, termasuk ke dalam tokoh utama
yang tambahan. Aa digambarkan sebagai anak laki-laki dan anak pertama
dari keluarga Rustam. Usianya diperkirakan 22 tahun. Ia dituntut ketika
dewasa nanti dapat menggantikan ayahnya bekerja di kantor dagang. Maka
dari itu Aa kuliah mengambil jurusan ekonomi. Akibat bentuk didikan
Rustam yang otoriter menjadikan Aa tumbuh menjadi anak yang memiliki
sifat realistis. Sifat realistis Aa digambarkan pada dialog di bawah ini,
“Aa : Pertama karena Lydia cantik.
Rustam : Bagus. Jawaban yang jujur.
Aa : Kedua.. karena dia pintar.
Rustam : Kamu mencintainya?
Aa : Sangat.
Rustam : Kenapa?
Aa : Karena ukuran-ukuran tadi.
Rustam : Tepat. Karena ukuran-ukuran yang menguntungkan.
Karena kepintaran Lydia yang diharapkan untuk bisa
59

menguntungkan rumah tangga kalian secara ekonomis.


Begitu kan?
Aa : Saya kira begitu.
Rustam : Kamu betul-betul seorang realis yang mengagumkan!
Tidak sia-sia kamu jadi anak saya. Sekarang Ii.”8

Dalam dialog di atas menunjukkan bahwa Aa memiliki sifat yang


realistis. Terlihat dari ukuran-ukuran Aa untuk memilih calon istri. Tidak
dipungkiri bahwa hal yang pertama kali dilihat dari seorang laki-laki
terhadap perempuan adalah kecantikan. Kemudian barulah merujuk
kepada sifat dan karakter si perempuan. Sifat realistis Aa juga ditunjukkan
pada saat ia bercakap dengan ibu.
“Ibu : Tapi dia telah menyiapkan dirinya untuk segala risiko atas
pilihannya. Dengarkan mama. Kalian terbalik. Yang
seharusnya kalian lakukan bukan membujuk Uu tapi
meyakinkan Papa bahwa Uu tidak salah pilih.
Aa : Tapi Papa benar, Ma. Yang kita perlukan sekarang
adalah lapangan yang sebanyak mungkin untuk
memberikan keuntungan materil.”9

Seperti halnya Rustam, Aa juga keberatan dengan pilihan Uu yang


menginginkan kuliah di jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah. Ia
menganggap bahwa hal yang harus dicari sekarang adalah pendidikan
yang sekiranya ketika lulus nanti tidak menyusahkan untuk mencari
pekerjaan dan banyak peluang untuk bekerja. Alasannya sangat realistis
karena pada zaman itu sedang terjadi krisis moneter yang mengakibatkan
ratusan perusahaan baik skala kecil dan besar bertumbangan, PHK tak
terelakkan dan ratusan ribu orang menjadi pengangguran. Dengan
demikian maka tidak salah jika Aa memiliki pandangan bahwa pendidikan
harus memberikan keuntungan materil.
Berdasarkan pemaparan di atas, tokoh Aa merupakan tokoh
antagonis dan termasuk tokoh yang berkembang karena seiring
berjalannya cerita mengalami perkembangan karakter dari awal sampai
akhir cerita. Pada awalnya Aa digambarkan tidak mendukung keinginan

8
Ibid., h. 8-9
9
Ibid., h. 23
60

Uu, namun pada akhirnya ia sadar bahwa Uu memiliki hak atas masa
depannya dan mengembangkan minat dan bakat.
3) Ii
Ii adalah Kakak perempuan Uu, dan termasuk tokoh utama yang
tambahan. Dalam lakon ini Ii digambarkan seorang mahasiswi jurusan
farmasi, yang diperkirakan berumur 20 tahun. Selain itu ia juga
digambarkan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dan perannya
sebagai penengah keluarga dan menjadi titik harmonisasi keluarga di mana
penyatuan keluarga tergantung padanya. Oleh karena itu Ii membantu
meringankan beban ayahnya untuk berusaha membujuk Uu yang mulai
melakukan mogok mengunci diri di kamar.
“Ii :Saya akan membujuknya untuk yang pertama kalinya
sebagai kakaknya. Barangkali saya akan mendapat tempat
yang istimewa di hatinya.”10

Dalam kutipan tersebut Ii menunjukkan tanggung jawabnya


sebagai seorang kakak, khususnya kakak perempuan. Ia mencoba untuk
membujuk Uu pertama kali agar mengurungkan niatnya untuk mengunci
diri di kamar. ia berangggapan bahwa dengan dia yang pertama kali
membujuk akan mendapatkan tempat di hati Uu dan meluluhkan hati Uu.
Ii juga digambarkan tidak jauh berbeda dengan tokoh Aa yakni memiliki
sifat yang realistis. Sifat realistis itu ia tunjukkan dalam dialognya bersama
ibu.
“Ibu : Dia tidak mau mendengarkan pendapat siapapun karena
dia tidak melakukan kesalahan apapun dalam pilihannya.
Ii : Mama tahu dia akan mendapat kesukaran kelak kalau cari
kerja.”11

Pada dialog di atas menunjukkan bahwa Ii juga keberatan atas


pilihan Uu yang menginginkan menjadi ahli sejarah. Dengan menjadi ahli
sejarah tidak akan ada orang yang menerima jasanya, dan pada akhirnya
akan menyusahkan Uu mendapatkan pekerjaan.

10
Ibid., h.19
11
Ibid., h. 23
61

Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tokoh Ii merupakan


tokoh antagonis dan termasuk ke dalam tokoh berkembang karena
mengalami perubahan karakter sejalan dengan perkembangan peristiwa
yang dikisahkan. Pada awalnya Ii digambarkan keberatan atas pilihan Uu,
namun pada akhirnya Ii menyadari bahwa Uu berhak untuk meningkatkan
minat dan bakat.
4. Rustam
Rustam merupakan ayah dari Aa, Ii, Uu. Usianya diperkirakan 50
tahun. Ia digambarkan sebagai seorang yang bekerja di kantor dagang
yang bertempat di pusat kota Jakarta. Ia merupakan tokoh tambahan yang
utama, digambarkan memiliki watak yang keras kepala, materialistis,
egois serta realistis. Hal ini tercermin ketika dia menentang Uu untuk
kuliah mengambil jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah.
“Rustam : Artinya membiarkan Uu jatuh kepada pilihan yang
keliru! semua orang mengejar uang dan kamu biarkan
UU mengejar angin yang bernama lamunan sejarah.
Sebagai Ibu seharusnya kamu menyadarkan UU yang
baru tahu AIUEO itu bahwa sejarah tidak akan
menyelesaikan hidup ini. Hanya uang yang punya
kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa
saja”12

Dalam kutipan di atas membuktikan bahwa ayah seorang yang


bersifat materialistis. Sifat tersebut ia tunjukkan ketika mengatakan bahwa
hanya uanglah yang mampu menyelesaikan semua masalah, apalagi di
zaman ketika semua sudah menjadi pedagang dan zaman di mana nilai
pendidikan dikesampingkan. Orang tua lebih memilih pendidikan yang
kesempatan kerjanya lebih besar ketika lulus nanti dan tentunya memiliki
pendapatan yang besar.
“Rustam : Ii! Ini bukan diskusi kosong. Ini menyangkut masa
adikmu, Uu! Coba kita bicara terang-terangan saja.
Mana yang lebih menguntungkan buat UU, jurusan

12
Ibid., h. 11
62

sejarah atau jurusan ekonomi. Misalnya ini dipandang


dari segi keuntungan dagang”13

Pada kutipan di atas menunjukkan sifat ayah yang realistis. Sifat


realistis ia tunjukkan melalui pemikirannya bahwa pada saat itu zamannya
berlomba-lomba mengejar uang, dikarenakan semua bahan-bahan pokok
mahal dan ekonomi sedang melemah, tanpa uang maka tidak akan hidup.
Pemikiran realistis ayah tidak dapat dipungkiri, karena latar belakang ayah
yang bekerja di kantor dagang sehingga menjadikan pemikirannya hanya
memikirkan untung dan rugi, memikirkan bagaimana mendapat untung
yang besar di saat persaingan dagang semakin ketat. Rustam memiliki
pemikiran yang kosisten dengan sifatnya yang egois dan keras kepala.
Sifat egois ayah menjadikannya ingin menang sendiri, tidak
menghargai pendapat orang lain. Ditambah sifat keras kepala, kukuh
terhadap pendiriannya tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dengan orang
lain. Sifat keegoisan dan keras kepala ayah juga tercermin dalam dialog
berikut:
“Rustam : Makin banyak kamu bicara, makin kelihatan bahwa
kamu itu bodoh!”14
“Rustam :Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan
mengizinkan”15

Dari dialog tersebut terlihat bagaimana watak ayah sangat egois


dan keras kepala. Semua anak-anaknya termasuk istrinya harus
mendengarkan dan menuruti apa yang dikatakannya, sehingga tidak
memberikan kesempatan orang lain untuk memberikan pendapatnya.
Rustam menganggap dirinya lebih pandai dan berpengalaman dalam
hidup.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa Rustam merupakan
tokoh antagonis dan termasuk tokoh berkembang karena mengalami
perubahan karakter sejalan dengan perkembangan peristiwa yang

13
Ibid., h.12
14
Ibid., h. 6
15
Ibid., h. 18
63

dikisahkan. Pada awalnya ia digambarkan tokoh yang egois, keras kepala


dan memiliki pemikiran yang materialistis. Namun ketika mendapat
teguran dan sindiran dari seorang dukun, ia menyadari bahwa seorang
anak hendaklah tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Lewat tokoh Rustam, Arifin ingin menyampaikan kepada semua orang tua
untuk mengakui hak-hak anaknya, tidak menghalangi atau menghambat
cita-cita anak.
5. Ibu Rustam
Ibu Rustam merupakan ibu dari Aa, Ii, Uu. Usianya diperkirakan
46 tahun.Ia merupakan tokoh tritagonis dan termasuk ke dalam tokoh
tambahan yang utama. Dalam naskah ibu digambarkan sebagai ibu rumah
tangga yang mengurusi suami dan ketiga anaknya.Sebagai seorang ibu
yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan ketiga anaknya yakni
Aa, Ii, Uu. Sebenarnya tokoh ibu selalu memberikan kebebasan terhadap
minat dan bakat anak-anaknya, namun di lain sisi dia juga harus
mendengarkan dan menuruti ayah, sebagai bukti taat terhadap suami.
“Ibu : Kamu tidak sendirian U. Mama juga akan berusaha sekuat
tenaga untuk meyakinkan mereka bahwa kamu berhak
mewujudkan impian kamu.”16

Kutipan di atas membuktikan bahwa ibu memberikan dukungan


terhadap minat dan bakat anaknya, yang ditunjukkan dengan memberi
pembelaan terhadap anaknya ketika ayah tidak memberikan dukungan
terhadap keinginan Uu. Kebebasan dan kebaikan yang dilakukan oleh ibu
selama ini hanyalah kamuflase agar anak-anaknya tidak lepas dari
pengawasannya. Namun berbeda dengan ayah, seorang ibu pandai
mendekatkan diri dengan anak-anaknya. Seorang ibu tentunya lebih
menggunakan perasaan untuk bisa mempengaruhi anak-anak agar mau
menuruti perkataannya.
“Ibu : Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan!17

16
Ibid., h. 20
17
Ibid., h. 35
64

Tante : Jelaskan! Siapapun akan sependapat bahwa masalah


perasaan memang benar sekali”18

Dalam dialog di atas, ibu dan tante menegaskan bahwa melalui


perasaan adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah yang sedang
terjadi. Hati merupakan sumber kemanusiaan bagi seseorang dan dengan
hati, manusia dapat merasakan pilihan mana yang harus dijalani dan mana
yang harus ditinggalkan. Jadi memang tepat rasanya jika seorang ibu harus
bersikap lemah lembut, karena melalui perasaanlah hati anak akan luluh.
Maka dari itu ibu mempengaruhi UU dengan dongeng yang dibacakannya
sebelum tidur berharap dia terpengaruh dalam cerita yang dibacakannya.
Dalam dongengnya ia bercerita bahwa ada seorang gadis manis yang
sangat patuh terhadap orang tuanya, dan semakin manis jika mengatakan
“ya ma” kepada ibunya. Ibu bermaksud mempengaruhi bahwa gadis yang
dimaksud adalah Uu.
Sebagai ibu, ia harus mampu memberikan keturunan sekaligus
mendidik anak-anak agar berguna. Segala ketidakberhasilan dalam rumah
tangga akan ditimpakan kesalahannya pada perempuan.
“Bapak : Kamu yang harus bertanggung jawab jika ada apa-apa.
Ibu : Kok saya?
Bapak :Lalu siapa? Saya? Atau AA II? Kamu sebagai Mamanya
yang seharusnya bertindak bijaksana.”19

Dari dialog bapak dan ibu di atas menunjukkan bahwa peran


sebagai ibu berpengaruh besar terhadap semua perkembangan yang ada di
dalam rumah, termasuk masalah yang terjadi kepada anak. Seorang ibu
bagaikan soko guru di dalam rumah, ia sangat penting untuk membangun
rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia. Dari
segi kejiwaan dan kependidikan ibu harus bekerja keras mendidik anak
dan mengawasi tingkah laku mereka, serta mengajarkan berbagai perilaku
terpuji dan tujuan-tujuan mulia. Maka jika terjadi sesuatu di dalam rumah

18
Ibid. h. 37
19
Ibid., h. 31
65

ataupun terjadi sesuatu kepada anak-anak, biasanya ibu lebih sering


disalahkan.
Ayah cenderung menyalahan ibu, seolah masalah Uu adalah
kesalahan ibu. Ibu memang soko guru di rumah, namun tanggung jawab
pengasuhan itu seharusnya ada di ayah dan ibu. Akibat ideologi patriarki
berlaku di dalamnya berupa keberadaan kepemimpinan di sektor ini pada
tangan laki-laki. Kontruksi sosial selama ini dianggap sangat berpihak
kepada laki-laki dan pada saat yang sama sangat menyudutkan kaum
perempuan.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa ibu termasuk tokoh
berkembang karena seiring berjalannya cerita mengalami perkembangan
karakter dari awal hingga akhir cerita. Pada awalnya digambarkan sebagai
tokoh yang kurang setuju atas pilihan Uu yang ingin menjadi seorang ahli
sejarah, meskipun ibu memberikan kebebasan namun ada rasa ketakutan
dalam dirinya. Namun, akhirnya ibu sadar dan memberikan kesempatan
kepada Uu untuk mengembangkan dirinya.
6. Tante
Tante adalah tante dari Aa,Ii,Uu. Ia merupakan tokoh antagonis dan
termasuk tokoh tambahan yang utama. Usianya diperkirakan 40 tahun.
Tante digambarkan tidak memiliki anak, maka ia sudah menganggap
ketiga keponakannya seperti anak kandung sendiri. Ia sangat sayang dan
peduli terhadap ketiga ponakannya, terutama kepada Uu karena ia anak
terakhir. Ketika ada masalah dengan ketiga keponakannya, tante ikut andil
dalam menyelesaikan masalah itu. Sifat tante sangat protektif dan
pemikirannya terlalu sempit sehingga masalah yang kecil menjadi dibesar-
besarkan. Sifat protektif tante ditunjukkan ketika membujuk Uu untuk
keluar dari kamar, sebagaimana tercantum dalam percakapan berikut,
“Tante : Sebaiknya kita siapkan satu tabung besar zat asam
murni udara dalam kamarnya. Nanti lama-lama pasti
kotor dan Uu pasti kepayahan”20

20
Ibid., h. 29
66

Tante menunjukkan seberapa besar kasih sayangnya terhadap Uu


yang sedari tadi mengurung diri terus di kamar. Ia takut terjadi sesuatu
terhadap keponakan kesayangannya. Ia berinisiatif agar segera
mempersiapkan tabung berisi zat asam murni supaya Uu di kamar tidak
kehabisan udara. Sifat protektif yang dimiliki tante dapat dimaknai sebagai
salah satu bentuk kasih sayang tante terhadap keponakannya. Di samping
sifat tante yang protektif, ia juga termasuk orang yang mudah panik.
Terlihat ketika Uu sudah tidak lagi terdengar suaranya di kamar, tante
dengan paniknya memikirkan terjadi sesuatu sama Uu.
“Bapak : Kalian jangan menambah gugup dong. Kalian kuminta
datang mengendorkan ketegangan ini dan bukan
menambah kepanikan. Pikir! Cari akal buat suasana ini.
Dia selamat, kita senang.
Tante : Sama sekali dia tidak menyahut. Jangan-jangan sudah
pingsan.”21

Kepanikan yang dilakukan tante justru membuat masalah yang


terjadi semakin runyam. Ia berpikir bahwa keponakannya sudah terkapar
di kamarnya, karena sedari tadi Uu tidak menunjukkan respon dari balik
kamarnya. Ada satu hal yang menjadi ciri khas tante dalam naskah
tersebut, dia selalu mengulang-ngulang kata “dilema” sebagaimana
tercantum dalam percakapannya dengan beberapa tokoh.
“Uu : Setuju dulu dong Uu masuk juruan sejarah.
Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak ungkin sayang. Itu akan
mencelakakan masa depan.”22
“Tante : Dilemma.. Dilemma..
Bapak : Tentu saja pikiran!
Ibu : Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan!
Tante : Dilemma.. Dilemma...”23

Kata dilema yang diucapkan tante bukan berarti sekedar ungkapan


kosong. Tante merasa dalam situasi tersebut, membuatnya dilanda dilema.
Ia bingung antara memilih untuk menuruti permintaan Uu atau mencegah
keinginan Uu. Di satu sisi tante merasa tidak tega jika permintaan
21
Ibid., h.30
22
Ibid., h. 32
23
Ibid., h.36
67

keponakannya itu tidak dipenuhi, namun jika dipenuhi itu sama saja
membawa Uu masuk ke dalam jurang kesengsaraan ketika dewasa nanti.
Suatu masalah yang harus dipikirkan dengan matang, tidak bisa
mengambil keputusan dengan terburu-buru. Sebagai seorang tante yang
sudah menganggap Uu layaknya anak kandung sendiri, membujuk Uu
dengan berbicara lemah lembut menjadi salah satu cara untuk meluluhkan
Uu agar melupakan keinginannya tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tante termasuk
dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya ia digambarkan
keberatan atas pilihan Uu yang ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah
dan menjadi ahli sejarah, namun pada akhirnya ia menyadari bahwa
pilihan ponakannya tidaklah salah dan merupakan hak bagi Uu untuk
menentukan masa depannya.
7. Bahar
Bahar adalah Oom dari Aa,Ii,Uu. Usianya diperkirakan 43 tahun. Ia
merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh tambahan yang utama. Ia
digambarkan memiliki karakter yang rumit atau bisa dibilang banyak
pertimbangan. Sebagaimana terdapat dalam kutipan di bawah ini ketika ia
memberikan pendapatnya untuk menyelesaikan masalah Uu.
“Oom : Dalam filsafatnya adalah , „kebenaran rupanya lebih
betah di rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya
lebih betah di rumah tetangga‟ (sebentar menelan wafer
atau apalah). Lalu pertanyaannya adalah apa yang akan
digunakan sebagai landasan usaha kita dalam
memecahkan persoalan. Perasaankah? pikirankah?”24

Dalam kutipan di atas, menunjukkan jika oom memiliki sifat yang


terlalu banyak pertimbangan.Meski begitu ia berusaha untuk memberikan
masukan untuk memecahkan masalah yang ada. Ia berpikir bahwa dalam
menyelesaikan sebuah masalah harus dengan sebuah landasan, antara
menggunakan perasaan atau pikiran. Ia tidak memandang suatu masalah

24
Ibid., h.35
68

secara hitam putih, setiap pilihan tindakan memiliki penalaran dan


landasan etik. Jika penyelesaiannya menggunakan perasaan maka
sebaiknya harus menurunkan ego, tidak ada paksaan, berbicara dari hati ke
hati, dan memberikan nasihat-nasihat dengan lemah lembut. Jika dilakukan
dengan landasan yang mengaitkan pikiran, maka yang dilakukan adalah
memutuskan secara logika misalnya bersikap secara realistis. Berhubung
Uu anak terakhir dan anak terakhir diidentikkan dengan sifat yang manja,
maka landasan yang menggunakan perasaan dirasa tepat untuk
mempengaruhi Uu agar mengurungkan niatnya untuk kuliah di jurusan
sejarah dan menjadi seorang ahli sejarah.
Seperti halnya dengan Rustam, Aa, Ii, ibu dan tante. Ia pun
memiliki pemikiran yang realistis maka dari itu ia pun keberatan atas
pilihan Uu. Baginya menjadi seorang ahli sejarah adalah sebagai sampah
masyarakat. Sebagaimana dalam kutipan di bawah ini.
“Oom : Semua Pintu! Ahli sejarah dan sejenisnya telah dianggap
penderita sampah dan dijauhi masyarakat.”25

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Oom keberatan atas pilihan


Uu. Ia beranggapan bahwa Uu telah salah menafsirkan zamannya. Saat
orang-orang telah berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan namun Uu
malah memilih pekerjaan yang justru dijauhi masyarakat. Semua
perusahaan tidak akan membukakan pintu untuk menerima Uu bekerja,
bahkan pintu belakang dan pintu wc-nya pun tidak dibuka. Ini
menandakan bahwa pekerjaan ahli sejarah hanya dianggap sampah di
Indonesia.
Berdasarkan pemaparan di atas, Oom termasuk dalam tokoh
berkembang karena mengalami perubahan karakter sejalan dengan
perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya Oom memandang
negatif terhadap pekerjaan sebagai ahli sejarah. Namun pada akhirnya
Oom menyadari bahwa Uu memiliki potensi dalam bidang sejarah dan
pilihan Uu merupakan haknya untuk menentukan masa depannya.

25
Ibid., h. 42
69

8. Berlin, Ketua, yang lain dan lain lagi.


Mereka adalah teman sekolah Uu. Usia mereka diperkirakan 17-18
tahun, sama seperti usia Uu. Mereka merupakan tokoh antagonis, dan
termasuk tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah digambarkan
mereka memiliki sifat materialistis. Terbukti ketika mereka dengan
mudahnya mentertawakan dan meremehkan Uu di pesta perpisahan
sekolah. Mereka menganggap jika pilihan Uu itu akan sia-sia saja dan akan
menambah jumlah orang miskin di Indonesia. Di bawah ini percakapan
mereka bersama Uu ketika berada di pesta:
“ Uu : Kalau saya mau pilih jurusan sejarah
memangnya kenapa? Yang penting kan
mau.
Berlin : Mau sih boleh saja. Saya juga banyak
maunya.
Ketua : Sebentar Uu, bagaimanapun saya tetap dan
akan selalu menjadi bekas ketua kelas kita.
Jadi sedikit banyak saya punya saran pasti
akan berharga. Begini
Seseorang : Mudah-mudahan dia insyaf.
Yang lain : Milih kok daerah gundul.
Lain lagi : Tenang. Ketua sedang bicara.
Ketua : Betul kamu mau masuk jurusan sejarah
Uu : Iya.
Ketua : Kamu tahu kenapa kita ketawa?
Uu : Nggak.
Ketua : Karena tidak setuju. Kita semua tidak rela
kamu sebagai teman akan meningkatkan
jumlah orang-orang miskin di negeri kita.
Uu : Kok!
“Ketua : Memasuki jurusan sejarah atau jurusan
fakultas-fakultas lainnya yang sejenis
adalah sia-sia. Karena ditinjau dari segi
lapangan kerja sangat sempit. Di republik
ini tidak perlu banyak-banyak ahli sejarah.
Cukup seorang saja untuk mengepalai satu
departemen dengan seorang pelayan
sebagai pembantunya. Jelas? Yang
dibutuhkan sekarang adalah tenaga-tenaga
yang terampil laksana komputer untuk
perputaran roda ekonomi.”26

26
Ibid., h. 15-16
70

Percakapan-percakapan di atas jelas menunjukkan bahwa sifat


mereka memang realistis, terlihat dari pemikiran ketua bahwa sebagai
generasi penerus bangsa yang masih memiliki semangat yang tinggi untuk
meneruskan pendidikan, namun dalam hal ini untuk memasuki jurusan
yang diinginkan dan dicita-citakan harus menimbang dengan seksama.
Apakah jurusan yangdiambil memiliki profit yang bagus untuk ke
depannya atau malah semakin buruk dan akan menambah beban negara
seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran. Dengan usaha
menjelaskan seperti ini mereka berharap Uu terbuka pikirannya dan tidak
akan menjadi domba kecil yang sedang tersesat, seperti apa yang
dikatakan Berlin untuknya.
Berdasarkan pemaparan di atas, Berlin, ketua serta teman yang lain
termasuk dalam tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang sama.
Mereka tidak mengalami perubahan karakter selama jalannya cerita. Pada
awal kemunculan mereka tidak mendukung atas pilihan Uu. Mereka tidak
mempengaruhi alur secara keseluruhan, namun berpengaruh terhadap
sikap Uu yang semakin kesal dengan jalan pemikiran mereka yang sudah
menjadi pedagang.
9. Pembantu
Ia adalah asisten rumah tangga di rumah Rustam. Usianya
diperkirakan 55 tahun karena lebih tua dari semua tokoh. Ia merupakan
tokoh protagonis dan tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah ia
digambarkan memiliki sifat yang lucu. Sifat si mbok yang lucu bukan
berarti si mbok suka melawak, melainkan melalui celotehan-celotehannya
secara tidak langsung terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
naskah. Inilah yang menjadi keunikan Arifin C. Noer dalam membentuk
karakter setiap tokoh dalam naskahnya. Dari tokoh yang dianggap tidak
begitu penting seperti asisten rumah tangga, justru banyak mengandung
pesan dari inti cerita yang dibuat. Sebagaimana terdapat dalam kutipan di
bawah ini,
71

“Pembantu : Coba? Apa yang terjadi barusan? Ngomong marah-


marah lalu pergi. Ndak jelas semuanya. Ini yang
namanya pemborosan terselubung. Dan kalau boleh
kasar simbok bisa bilang ini pembunuhan tanpa
jejak. Nah, makanlah.”27

Kutipan di atas, si mbok menyayangkan sikap yang dilakukan


majikannya yakni Rustam dan istrinya. Mereka hanya mampu marah-
marah. Dalam menyelesaikan sesuatu masalah haruslah dengan hati yang
tenang dan pikiran yang jernih sehingga tidak akan menimbulkan
kemarahan. Kemarahan yang membuat anak akan semakin membangkang.
Kalau tidak dengan itu, orang lain yang tidak bersalah akan ikut kena
imbas dari kemarahan tersebut. Hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang
tua kepada anaknya, karena bagaimanapun orang tua haruslah bersikap
lemah lembut dalam mendidik anak.
Si mbok mengatakan jika perbuatan yang dilakukan majikannya
merupakan pemborosan terselubung karena sia-sia saja jika orang tua
selalu marah-marah, orang yang di sekitarnya menjadi imbas kemarahan
dan tidak juga akan menyelesaikan masalah jika hanya dengan banyak
bicara dan marah-marah. Selain itu, ia juga menyindir bahwa masalah
yang terjadi di rumah itu bisa dikatakan pembunuhan tanpa jejak, karena
secara tidak langsung Rustam sebagai orang tua telah membunuh anak-
anaknya, dalam artian membunuh karakter anak, cita-citanya, bakatnya,
masa depannya, serta kepercayaan dirinya. Hal ini juga berakibat akan
keharmonisan si anak dengan orang tua. Membunuh bukan hanya berarti
mematikan jasad manusia, melainkan membunuh sifat dan karakater si
anak. Sikap anak untuk menghargai orang tua akan berkurang, karena akan
selalu melawan dan membangkang orang tua, sehingga kepercayaan
terhadap orang tua menghilang.
Di samping memiliki sifat lucu, si mbok juga memiliki sifat yang
penyayang. Terbukti ketika Aa,Ii,Uu sudah mulai “tidak beres” yakni
ketika si Uu selalu mengatakan “ya ma”, dan si Aa,Ii selalu menuruti apa

27
Ibid., h. 62
72

yang dikatakan lawan bicara. Ia merasakan jika di rumah sudah tidak


ramai lagi dan keceriaan anak-anak menghilang. Si mbok sudah mengasuh
Aa,Ii,Uu sedari kecil, sehingga ia sudah menganggap mereka sebagai
anak kandungnya sendiri. Tidak heran jika si mbok sangat menyayangi
mereka, dan ketika ada sesuatu yang terjadi dari ketiga anak tersebut, si
mbok merasa sedih melihatnya.
“Pembantu : Tapi mereka sekarang lenyap?
Bapak : Lenyap? Apa nggak lihat mereka seger buger seperti
ini?
Pembantu : Mereka nggak lucu lagi. Ada yang macet mesinnya.
Mereka Cuma bisa bilang ya saja. Uu juga.”28

Kesedihan yang dirasakan si mbok bukan tanpa alasan. Si mbok


yang setiap harinya mendengar keceriaan kini sepi yang dirasa. Kegiatan
rutin yang dilakukan si mbok ketika menyiapkan sarapan sebelum
berangkat ke sekolah dirasakannya hambar. Semua itu karena sudah tidak
ada lagi kegiatan di meja yang hangat penuh kekeluargaan. Majikannya
sibuk saling menyalahkan satu sama lain tanpa memikirkan bahwa akar
dari permasalahan yang terjadi adalah sikap dirinya sendiri yang sangat
mengekang anaknya.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa si mbok termasuk
tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang tetap, cenderung tidak
berkembang sejak awal hingga akhir cerita. Sejak awal hingga akhir
kemunculannya si mbok mendukung pilihan Uu memilih jurusan sejarah
bahkan membela Uu di saat keluarga besarnya tidak menyetujui
keinginannya.
10. Dukun
Ia adalah dukun yang membantu mencari hilangnya Aa,Ii, Uu.
Usianya diperkirakan 60 tahun. Ia merupakan tokoh protagonis dan
termasuk dalam tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah
digambarkan memiliki sifat yang bijaksana. Melalui tokoh dukun juga

28
Ibid., h. 77
73

Arifin menyampaikan kritik kepada pembaca tentang bagaimana


sebenarnya peran orang tua yang baik.
“Dukun : Kalian tidak akan menemukan mereka karena mereka
begitu dekat dengan kalian. Hanya saja dengan sikap
kalian telah melenyapkan Uu. Kalian sendirilah yang
melenyapkan Uu, maka hanya kalian sendiri yang
mampu memunculkan Uu kembali.”29

Perkataan dukun di atas memperingatkan kepada semua orang tua,


bahwa tidak semua kehendak dan keinginan orang tua harus dituruti oleh
anak, jika anak memiliki bakat dan minat sendiri seharusnya orang tua
mendukung. Orang tua memberikan kepercayaan kepada anak sehingga
anak mendapatkan haknya. Anak juga tidak merasa terasingkan dalam
keluarga jika orang tua memberikan perhatian tanpa harus menuntut yang
sekiranya anak tidak mampu. Ketika anak sudah mulai pergi menjauhi
dekapan orang tua karena merasa tidak nyaman dengan orang tuanya
sendiri serta merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari
orang tua, maka orang tuanyalah yang harus memperbaiki sikapnya itu
sehingga anak kembali mendapatkan kasih sayang orang tua yang
sesungguhnya.
“Dukun : Jangan sok tahu tentang kebahagiaan seseorang, Tuan.
Tapi sudahlah jangan kita berdebat terlalu panjang.
Saya takut kita akan kehabisan waktu. Ketahuilah UU
dan kakak-kakaknya tanpa mereka sadari sedang
membuat lubang kuburan mereka sendiri”30

Dialog di atas memperlihatkan sisi bijaksana si dukun, bahwa kita


semua tidak mengetahui masa depan dan kebahagiaan seseorang, termasuk
anak kita sendiri. Yang dapat menentukan masa depan dan kebahagiaan
adalah anak itu sendiri. Sebagai orang tua tugasnya hanya mengawasi dan
meluruskan jika ada yang melenceng dari si anak. Si dukun juga
mengatakan bahwa Uu dan kakak-kakaknya sedang membuat lubang
kuburan mereka sendiri, yang berarti secara tidak sadar akan masuk ke

29
Ibid., h. 103
30
Ibid., h. 104
74

dalam keterpurukan karena menjadi korban dari keegoisan orang tuanya.


Semua akan kembali seperti sedia kala jika orang tua yang bersangkutan
tidak lagi menghalangi keinginan anak dan tidak lagi egois yang hanya
mementingkan kepentingan pribadi.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa si dukun termasuk
tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang tetap, cenderung tidak
berkembang sejak awal hingga akhir kemunculannya. Si dukun
mendukunng Uu memilih jurusan sejarah, karena baginya anak harus
tumbuh sesuai dengan minat dan bakatnya.
Lewat karakter tokoh-tokoh dari setiap lakon AAIIUUkarya Arifin
C. Noer menggambarkan sebuah keluarga yang mencoba mempertahankan
nilai-nilai keluarga yang sudah tertanam sejak dulu dalam keluarga
tersebut. Keluarga merupakan unit terkecil dari bagian masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal di bawah satu
atap dengan saling ketergantungan satu sama lain. Nilai kekeluargaan
adalah hubungan yang terbentuk dalam suatu keluarga yang bertujuan
menanamkan bentuk kebaikan yang akan menjadi sarana penyatuan dalam
sebuah keluarga. Nilai-nilai itu seperti nilai keagamaan, kejujuran, saling
menghargai, kesusilaan dan sopan santun. Meskipun kadang kala
penerapan nilai itu mengalami kesulitan atau hambatan, akan tetapi nilai-
nilai itu kiranya sangat mendukung suatu keluarga dalam mempersiapkan
dan mewujudkan sumber daya yang berkualitas.
Keluarga memegang peranan penting dalam mendukung minat
anak. Namun kadang masih ada keluarga yang tidak memberikan
kebabasan kepada anaknya. Di sinilah nilai-nilai keluarga harus
dipertahankan. Sebuah perbedaan karakter dalam setiap tokoh lakon
AAIIUU disatukan lewat nilai-nilai keluarga yang diterapkan dalam
keluarga Rustam yakni nilai saling menghargai satu sama lain, sehingga
yang awalnya orang tua maupun keluarga besar Uu tidak menyetujui apa
yang dicita-citakan Uu, namun karena adanya nillai saling menghargai
maka masalah yang terjadi pada keluarga Rustam dapat terselesaikan.
75

4) Alur/Plot
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer menggunakan alur non
linier. Rangkaian peristiwa cerita yang ditampilkan dimulai dari percakapan
Uudan Ibu di kamar, ketika Uu telah selesai belajar dan membereskan buku-
bukunya, sementara ibu sedang menyiapkan tempat tidurnya. Kemudian cerita
pun ditutup dengan ibu berada di kamar Uuyang sedangmendekap Uu.
Tahapan alur tersebut dipaparkan sesuai dengan pola struktur naratif dalam
film yakni tahap permulaan, tahap pertengahan, dan tahap penutupan.
1) Tahap Permulaan
Tahap yang memberi pelukisan situasi latar, tokoh-tokoh utama serta
memberi pengenalan terhadap permulaan konflik. Tahap ini merupakan tahap
pembukaan cerita berfungsi melandastumpui cerita yang dikisahkan pada
tahap berikutnya.
Dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ini dimulai dari
pembukaan bagian pertama. Pada tahap awal ini dibuka dengan percakapan
dua tokoh perempuan yaitu tokoh Uudan Ibu yang berlatar di sebuah kamar
menjelang tidur malam. Kemudian situasi selanjutnya adegan yang melukiskan
beberapa murid-murid yang sedang ujian akhir, mereka diantaranya termasuk
Uu. Mereka lantas membaca hasil ujian, Uu senang karena ia pun lulus dengan
hasil yang memuaskan.
Adegan selanjutnya terjadi saat bapak dan ibu selesai makan malam dan
minum kopi. Ibu menceritakan tentang keinginan Uu yang ingin melanjutkan
kuliah di jurusan sejarah dan bekerja menjadi ahli sejarah. Tentunya bapak
tidak setuju akan hal itu. Mengingat sifat keras kepala bapak dengan latar
belakang seorang yang bekerja di kantor dagang yang otomatis pemikirannya
sangatlah realistis. Tidak ada dunia khayalan di kamus bapak, baginya hidup
itu bagaikan neraca dagang harus melihat untung dan ruginya.
kemudian datanglah Aa dan Ii ke ruang tengah. Rustam menyuruh
mereka berdua untuk mengikuti diskusi untuk mendapatkan jalan keluar agar
keinginan Uu yang dianggap ia sangat konyol dan tidak masuk akal dibatalkan.
Pada tahap ini berisi sejumlah informasi yang berkaitan dengan hal yang akan
76

dikisahkan pada tahap selanjutnya. Tahap ini memberikan penjelasan khusunya


berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Bahwa latar yang dikisahkan
adalah di sebuah rumah dan tokoh-tokoh yang muncul pada tahap permulaan
merupakan tokoh utama yang utama seperti Ii, dan tokoh utama yang tambahan
yakni Aa, Ii, Bapak, dan Ibu. Pada tahap ini juga menjadi pengenalan masalah
yang terjadi dalam cerita naskah tersebut.
2) Tahap Pertengahan
Tahap ini merupakan tahap pertikaian, memampilkan pertentangan
atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya. Munculnya
konflik dan pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu masalah pokok. Masalah
itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi masalah-masalah
pada tahap selanjutnya. Sebagian besar isi cerita berisi usaha dari tokoh utama
untuk menyelesaikan solusi dari masalah.
Konflik pertama, tahap pemunculan masalah yang terjadi pada naskah
lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer adalah terjadi ketika adeganUu baru saja
datang dari pesta perpisahan sekolah, dan Uu bercerita jika dia ditertawakan
oleh teman-temannya hanya karena akan melanjutkan sekolah di jurusan
sejarah. Mereka menganggap Uu sudah gila dalam mengambil keputusan untuk
memilih jurusan sejarah, yang nantinya akan menambah jumlah penduduk
miskin di Indonesia.
Konflik kedua,konflik mulai terlihat ketika adeganBapak menasihati
dan mencoba mengajak berdiskusi tentang rencana Uu. Bapak mencoba untuk
membuka pikiran Uu bahwa apa yang menjadi kesukaannya yakni suka
membaca dongeng-dongeng telah mempengaruhi dan menggelapkan
pikirannya. Perdebatan pun terjadi tat kala Uu mengetahui jika bapak tidak
setuju dengan pilihan jurusan yang Uu pilih. Sebenarnya bapak tidak keberatan
dengan Uu menyukai dongeng-dongeng ataupun pelajaran sejarah, namun
bapak keberatan jika hal disukai itu menjadi pilihan Uu untuk menentukan
masa depannya.
Konflik ketiga, melihat semua keluarga tidak ada yang mendukung
dengan keinginan Uu. Ia mengancam akan mengurung diri kalau semua tidak
77

ada setuju dengan pilihannya. Ia mengunci diri di kamar dan melakukakn


mogok makan. Melihat tidak ada yang berhasil untuk membujuk Uu, akhirnya
Bapak, Ibu, Tante dan Oom melakukan diskusi untuk mencari jalan keluar
masalah ini. Langkah selanjutnya adalah membujuk ibu agar mau
mempengaruhi Uu dengan membacakan dongeng-dongeng. Segera ibu
menemui Uu di kamar dan segera membacakan dongeng itu.
Mulailah ibu mendongeng mengantarkan Uu sebelum tidur. Ibu
bercerita jika ada seorang gadis sangat penurut terhadap keluarganya terutama
terhadap ibunya. Ibu mempengaruhi Uu dengan cerita yang dikarangnya bahwa
seorang gadis itu semakin manis dan cantik jika selalu berkata “ya ma”. Dari
cerita itu akhirnya Uu mulai terpengaruh, sehingga ia ingin seperti gadis yang
diceritakan ibu. Akhirnya ibu pun menyakinkan jika Uu pun bisa menjadi
seperti gadis itu. Ibu mengarahkan Uu bahwa Ia akan menjadi gadis yang
menuruti permintaannya, akan meninggalkan jurusan sejarah dan tidak akan
mengunci diri di kamar. Uu pun mengiyakan semua perkataan ibu dengan
selalu berkata “ya ma”. Dari sinilah puncak permasalahan bermula.
Kemudian terjadinya peningkatan konflik di mana peristiwa yang
muncul sebelumnya semakin berkembang intentitasnya. Terjadinya persoalan
baru dalam cerita, beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan saling
memengaruhi dan berkeinginginan membawa kebenaran ke pihak masing-
masing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis kecenderungan
melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan oleh yang lain, cerita
pun semakin mencekam dan menegangkan.
Peningkatan konflik terlihat setalah Ibu mempengaruhi Uu dengan
dongeng yang dibacakannya. Dengan memberikan dongeng seperti itu, mereka
berpikir Uu akan melupakan niatnya untuk kuliah jurusan sejarah dan semua
persoalan akan beres. Namun nyatanya justru menimbulkan masalah yang lebih
rumit. Uu terus-menerus mengatakan “ya ma” setiap ditanya bahkan mereka
menganggap bahwa Uu kesurupan.
Situasi semakin kacau kala si mbok memberitahu bahwa Uu
menghilang. Ketika mendengar kabar bahwa Uu menghilang, mereka langsung
78

menuju ke kamar Uu. Namun alangkah terkejutnya ketika yang berada dibalik
selimut itu adalah Aa, dan Ii. Bapak semakin marah melihat yang ada di
depannya sekarang bukanlah Uu. Namun terlihat ada yang aneh dari Aa dan Ii,
mereka berubah bagaikan robot. Hanya berbicara sesuai dengan siapa yang
memanggil seperti “ya ma”, “ya pa”, “ya oom”, “ya tante”, dan melakukan
sesuatu sesuai dengan yang diperintah.
Sementara itu Aa dan Ii masih seperti robot yang kaku. Mereka akan
menuruti semua yang diperintahkan, misalnya jika disuruh pukul mereka akan
memukul, jika disuruh menangis mereka akan menangis, jika disuruh
menyanyi mereka akan menyanyi, jika disuruh tertawa mereka akan tertawa,
dan seterusnya. Tiba-tiba Aa dan Ii bangkit berdiri laksana robot dan
melangkah keluar. Mereka seperti kena sihir, tidak lama bapak pun
mengejarnya.
Berdasarkan pemaparan konflik-konflik yang terjadi dalam naskah di
atas, kejadian dan konflik yang dialami Uu, lebih bersifat eksternal. Kejadian
dan konflik lebih banyak berhubungan oleh adanya kontak sosial antar manusia
seperti penindasan oleh teman-temannya dan keluarganya yang tidak
mendukung cita-cita Uu, sehingga menimbulkan konflik batin
3) Tahap Penutupan
Pada tahap ini konflik yang telah mencapai klimaks diadakan
penyelesaian dan dicarikan jalan keluar. Tahap ini berisi bagaimana kesudahan
cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Penyelesaian
bisa sedih bisa juga menggembirakan.
Mengingat masalah awal keluarga ini adalah keingingan Uu yang
ditentang oleh keluarganya terutama oleh ayah yang akhirnya Uu memutuskan
untuk mengurung diri di kamar. Lalu ditambah dengan keanehan Aa dan Ii.
Bapak, Ibu, Tante, dan Oom akhirnya menuruti pendapat si mbok untuk
meminta bantuan ke dukun agar bisa mengembalikan anak-anaknya yang
hilang. Dukun mengatakan bahwa hilangnya anak-anaknya adalah kesalahan
mereka dan akan kembali tergantung pada sikap bapak dan semuanya.
Kemudian mereka menuju ke kamar terakhir anak-anak menghilang.
79

Cerita pun berakhir dengan kebahagiaan yakni ketika Uu berada di


dekapan ibu yang berlatar di kamar Uu. Semua keluarga menyetujui apa yang
menjadi keinginan dan cita-cita Uu, karena memang seharusnya tugas orang
tua adalah mendukung apa yang menjadi dicita-citakan anak. Bukan malah
menghambat minat dan bakat mereka sehingga apa yang dicita-citakan si anak
akan sirna begitu saja. Kebahagiaan anak bukan dari seberapa besar materi
yang orang tua berikan, namun memberikan kepercayaan diri menjadi satu hal
yang penting untuk memebntuk karakter anak yang bertanggung jawab.
Berdasarkan pemaparan alur di atas, alur naskah lakon AAIIUU karya
Arifin C. Noer berdasarkan kriteria urutan waktu alur di atas tergolong kepada
alur sorot-balik. Cerita keseluruhan dalam naskah lakonAAIIUUberlangsung
secara progresif, namun di dalamnya terdapat adegan cerita flasback dan hanya
terjadi sekali. Adegan flasback terjadi saat Uu menceritakan kembali atau flash
back kejadian di pesta perpisahan sekolah saat ditertawakan oleh teman-
temannya atas pilihannya yang tidak umum.
Berdasarkan kriteria kepadatan naskah lakon AAIIUU karya Arifini C.
Noer tergolong plot padat. Karena setiap peristiwa yang ditampikan terasa
penting dan berperanan menentukan dalam rangkaian cerita itu.
4) Latar
Pada hakikatnya sebuah cerita baik dalam cerita fiksi maupun drama
berhadapan dengan sebuah dunia yang sudah dilengkkapi dengan tokoh
penghubung dan permasalahan. Namun tentu hal itu tidak lengkap sebab tokoh
degan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukam ruang lingkup,
tempat dan waktu. Latar memeberikan pijakan secara konkret dan jelas, hal ini
penting untuk memberikan kesan realistis. Dibawah ini latar lakon AAIIUU
akan dianalisis sesuai dengan teori Burhan Nurgiyantoro.
a. Penunjuk tempat
Secara garis besar latar tempat yang digunakan dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer adalah di pusat kota Jakarta. Hal ini dibuktikan
ketika di kantor Rustam, digambarkan tentang suasana kota besar yang ramai
dengan padat penduduk dan gedung-gedung perkantoran.
80

“Ext. Jalan Thamrin, Siang


Lalu lintas yang ramai sekali! dan cepat sekali! dan pencakar-pencakar
langit. Dan salah satunya adalah kantor Tokoh kita. Zoom in
jendelanya!”31

Kutipan di atas membuktikkan secara garis besar latar lakon karya


Arifin ini berpusat di ibu kota Jakarta. Nama jalan Thamrin yang penuh dengan
gedung-gedung pencakar langit serta penuh dengan keramaian lalu lintas, di
mana lagi kalau bukan berada di pusat kota Jakarta. Orang yang tinggal di kota
besar cenderung bersifat egois, kurang memperdulikan orang lain, selain itu
juga mudah emosi. Hal ini tercermin hampir seluruh tokoh dalam lakon
AAIIUU seperti ayah, Aa, Ii, Uu, oom, tante, teman-teman Uu, pembantu.
Namun selain di Jalan Thamrin, terdapat latar tempat yang lainnya yakni di
rumah Rustam. Di antaranya kamar UU, ruang tengah, ruang makan, ruang
tamu, dan kompleks kuburan yang sudah dijelaskan di alur.
Arifin memiliki alasan tersendiri kenapa latar naskah lakon AAIIUU di
rumah. Rumah merupakan simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi
penghuninya atau dengan kata lain sebagai pengejawantahan jati diri, sebagai
wadah keakraban dimana rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih dan
rasa aman tercipta didalamnya, tempat untuk kembali pada akar dan
menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan. Jika
ditinjau dari segi psikologis sebagai tempat untuk berlindung dari pengaruh
keadaan alam sekitar dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan
bagi penghuninya. Berhubung masalah di dalam naskah ini terjadi pada
seorang anak yang tidak memiliki dukungan dari orang tuanya dalam
menentukan masa depannya, maka sangatlah tepat latar tempat berada di
rumah untuk menyelesaikan masalah.
Di antara ruang bangunan di rumah yang lebih dominan diceritakan
adalah di kamar Uu. Dari awal cerita diceritakan di kamar Uu hingga akhir
cerita berlatar diceritakan di kamar Uu pula. Kamar yang seharusnya ruang
tempat privasi individu justru dalam lakon ini menjadi tempat memecahkan

31
Ibid., h. 50
81

permasalahan. Padahal dalam lakon diceritakan pula berlatar di ruang tengah


yang seharusnya menjadi tempat untuk berkumpulnya keluarga dan juga untuk
memecahkan masalah jika ada sesuatu yang terjadi. Dalam hal ini tentunya ada
yang salah di dalam nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga Rustam, sehingga
di ruang tengah menemukan jalan buntu sehingga tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah Uu.
b. Penunjuk Waktu
Latar waktu yang terdapat dalam lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
diperkirakan tahun 1994, sesuai dengan pembuatan naskah. Di mana pada
tahun tersebut telah terjadi krisis moneter. Sebagian besar produksi terhenti dan
buruknya ekonomi Indonesia masa transisi juga disebabkan oleh besarnya
defisit neraca perdagangan dan utang luar negeri. Selain itu perekonomian
Indonesia cukup terganggu dengan adanya aruspembelian dollar Amerika yang
bersifat spekulatif karena beredar isu akan adanya devaluasi rupiah. Hal inilah
yang menjadikan pemikiran masyarakat pada saat itu memiliki pandangan
bahwa semuanya harus ditilik dari segi keuntungan. Entah itu dari segi
pendidikan, pekerjaan, bahkan jodoh sekalipun. Terlihat dalam kutipan di
bawah ini:
“Rustam : Ii! Ini bukan diskusi kosong. Ini menyangkut masa depan
adikmu, Uu! Coba kita bicara terang-terangann saja. Mana
yang lebih menguntungkan buat Uu, jurusan sejarah atau
jurusan ekonomi. Misalnya ini dipandang dari segi
keuntungan dagang.”32
Dalam naskah juga digambarkan waktu pada saat ujian nasional sampai
dengan perpisahan sekolah yang diperkirakan terjadi sekitar bulan April
sampai Mei. Situasi tersebut tergambar pada kutipan di bawah ini:
“Shot-shot pendek ini sekaligus sebaga latar kredit taitel. beberapa
shot yang melukiskan murid-murid sedang ujian akhir, diantara mereka
adalah Uu. Beberapa shot ketia mereka membaca pengumuman hasil
ujian. Uu lulus, dia senang sekali. Shot-shot tersebut akan diiringi
dengan sebuah nyanyian. Adegan tersebut harus merupakan adegan
sekolahan yang mulus namun hening menyimpan banyak harapan”33

32
Ibid., h. 12
33
Ibid., h. 5
82

Selain terjadi pada tahun 1994, tergambarkan secara gamblang waktu


yang terjadi melalui prolog. Dalan naskah diceritakan waktunya terjadi pada
malam hari dan siang hari. Penggambaran latar waktu ini berfungsi memberi
kesan dan memperkuat isi cerita. Waktu siang hari menandakan waktunya
orang-orang yang sibuk bekerja, sibuk dengan segudang aktivitas. Maka dari
itu dalam naskah digambarkan bahwa watak dan karakter tokoh dalam naskah
penuh dengan keegoisan dan tiak perduli dengan lingkungan. Terdapat dalam
kutipan di bawah ini:
“11. Int. Kantor Rustam, Ruang Administrasi, Siang.
Shot-shot dalam scene ini harus melukiskan dan sekaligus
melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin rapi dan
dingin. Tersusun namun kehilangan perasaan”34
Begitu pun dengan malam hari, waktu ini menandakan waktuya orang-
orang untuk beristirahat dan tidur untuk bermimpi. Bermimpi tentang cita-cita
dan masa depan yanng diinginkan. Berikut seperti halnya dikatakan oleh si
Oom:
“Oom : Sekarang marilah kita tidur dan bermimpi merancang masa
depan”35

Dalam kutipan di atas bahwa dalam naskah digambarkan bahwa setiap


tokoh digambarkan memiliki mimpi di antaranya Uu yang memiliki mimpi
untuk menjadi ahli sejarah, sedangkan tokoh lain bertolak berlakang dengan
mimpi Uu.
c. Penunjuk Status Sosial
Latar sosial budaya menunjuk pada hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat. Latar sosial yang terdapat pada lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer menggambarkan kehidupan masyarakat pusat
perkotaan di Jakarta. Latar sosial yang menjadi sorotan adalah kebiasaan hidup,
tradisi, serta cara berpikir dan bersikap. Mata pencaharian masyarakat di pusat
perkotaan Jakarta pada umumnya bekerja di gedung-gedung perkantoran,

34
Ibid., h. 51
35
Ibid., h. 50
83

seperti halnya tokoh Rustam yang bekerja di kantor dagang. Penggambaran


kebiasaan masyarakat kota pusat Jakarta tercantum dalam kutipan di bawah ini:
“Int. Kantor Rustam. Ruang administrasi. Siang.
Shot-shot dalam scene ini harus melukiskan dan sekaligus
melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin, rapi dan
dingin. Tersusun namun kehilanga perasaan.”36

Secara fisik penggambaran sebuah pusat kota Jakarta dipenuhi dengan


gedung-gedung perkantoran tinggi, lalu lintas yang ramai dan penuh dengan
kemacetan. Penggambaran secara fisik tersebut diperlihatkan dalam kutipan di
bawah ini:
“Ext. Jalan Thamrin. Siang
Lalu lintas yang ramai sekali! dan cepat sekali!
Dan pencakar-pencakar langit, dan salah satunya adalah kantor tokoh
kita zoom in jendelanya!”37

Di samping riuhnya pemandangan pusat kota Jakarta, dalam lakon


digambarkan cara bersikap dan berpikir masyarakatnya yang cenderung egois.
Masyarakat yang memiliki pemikiran Kehidupan yang melukiskan bagai mesin
dan robot dan memiliki sikap yang dingin. Tidak pernah adanya bersosialisasi,
mereka hidup sendiri-sendiri bahkan mereka memiliki penilaian bahwa semua
diukur dengan uang. Mereka mengagungkan uang, bahwa dengan adanya uang
semua masalah akan cepat terselesaikan dan mereka semua mengukur sesuatu
sesuai dengan nilai keuntungan yang besar, termasuk tentang pendidikan.
Mereka tega menggadaikan kebahagiaan anak dan cita-cita anak demi
kepuasaan sendiri. Hal tersebut terlihat ketika Rustam tidak setuju Uu masuk
jurusan sejarah dan ingin menjadi seorang ahli sejarah, karena hal itu tidak ada
nilai komersil yang tinggi untuk masa depan.
“Ibu : Pokoknya dagang seperti kamu.
Bapak : Yak! Jaman sekarang memnag jamannya pedagang. Dan
jaman yang akan datang..
Ibu : - Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikkan sekali.
Bapak : Kamu boleh bilang menjijikkan, tapi yang pasti bukan
jamannya pengkhayal”38
36
Ibid., h. 51
37
Ibid., h. 50
38
Ibid., h. 10-11
84

Dari dialog di atas jelas menggambarkan pemikiran masyarakat


perkotaan yang sudah termakan zaman. Semuanya dinilai hanya dari segi
keuntungan tanpa memikirkan kebahagiaan dan cita-cita yang diinginkan anak.
Hal lain yang menunjukkan bahwa lakon ini merupakan gambaran masyarakat
kota Jakarta yang penuh berfikiran dengan otak dagang dan lebih bersifat
realistis.
Selain dari pemikiran masyarakatnya, bisa dilihat dari tingkat status
sosial ekonomi dari keluarga Rustam. Status sosial ekonomi dalam suatu
keluarga dapat mempengaruhi dalam mendidik anak. Dalam lakon
AAIIUUterlihat bahwa latar keluarga dari keluarga upper class, yang mana
orang tua menaruh harapan terhadap anak agar dapat menjungjung nama baik
keluarga. Terlihat bahwa ayah Uu menaruh harapan besar terhadap Uu untuk
bisa melanjutkan kuliah di jurusan yang memiliki nilai komersialnya lebih
tinggi, contohnya jurusan ekonomi ataupun kedokteran.
Dilihat dari pemilihan nama dan bahasa yang digunakan dalam naskah
lakonAAIIUU memakai bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia yang pada umumnya dipakai oleh masyarakat pusat kota Jakarta,
seperti halnya panggilan orang tua di dalam skenario menggunakan kata
mamah, papah, tante dan oom. Panggilan tersebut menjadi panggilan khas
masyarakat pusat kota Jakarta.
5) Gaya Bahasa
Penggunaan bahasa dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
terlihat menggunakan bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Berbeda dengan
karyanya yang lain seperti Mega, Mega Arifin menyelipkan bahasa Jawa
karena latar tempatnya berada di Yogyakarta, Jawa Tengah. Hampir seluruh
naskah lakon AAIIUU tokoh-tokohnya berbicara menggunakan bahasa
Indonesia, dikarenakan latar tempat berada di pusat kota Jakarta. Seperti
diketahui kota Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia, maka dari itu Arifin
dalam lakon ini menggunakan bahasa Indonesia. Selain penggunaan bahasa
85

Indonesia, dalam naskah terdapat beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam
naskah lakon AAIIUUkarya Arifin C. Noer antara lain : retoris, dan simbolik.
Retoris
Retoris merupakan semacam pertanyaan yang digunakan dalam tulisan
dengan tujuan mendapat efek penekanan yang lebih mendalam dan sama sekali
tidak memerlukan jawaban.39 Penggunaan retoris dapat dilihat dalam kutipan:
“Oom : Dalam filsafatnya adalah, “kebenaran rupanya lebih betah di
rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya lebih betah di
rumah tetangga” (sebentar menelan wafer atau apalah). Lalu
pertanyaannya adalah apa yang akan digunakan sebagai
landasan usaha kita dalam memecahkan persoalan.
Perasaankah? Pikirankah?”40

Melalui majas retoris menggambarkan kegelisahan hati Oom dalam


memecahkan permasalahan Uu. Lewat gaya bahsa ini terlihat sifat Oom yang
terlalu banyak pertimbangan.
Simbolik
Majas simbolik merupakan sesuatu yang abstrak bisa dijadikan lebih
konkrit, dan dengan simbolik dapat pula memberikan kesan yang dalam dan
pengalaman luas tentang sesuatu keadaan atau hal yang mempunyai sifat
bermacam-macam. Simbolik pada dasarnya ialah kiasan, tapi isinya lebih luas,
tidak hanya menggantikan benda atau hal yang disimbolkan saja, tetapi juga
memberi tambahan konotasi.41 Majas simbolik ini terdapat pada bagian scene 3
dalam dialog Rustam dan tiba-tiba datanglah Aa, Iiyang kemudian diajak untuk
ikut berdiskusi.
“Rustam : Kebetulan sekali! Benih-benih masa depan muncul pada
saatnya.42
Berdasarkan kutipan tersebut terlihat bagaimana seorang ayah yang
terlihat bangga kepada anak-anaknya yakni Aa dan Ii yang memasuki jurusan
ekonomi dan jurusan farmasi yang akan memiliki masa depan yang cerah.

39
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 134.
40
Arifin C. Noer, op.cit. h. 35
41
Atar Semi, op.cit. h. 133
42
Arifin C. Noer, op.cit, h. 7
86

Ayah menggunakan kata benih-benih masa depan sebagai kata kiasan untuk
menggambarkan kebanggaan dan penuh harapan terhadap Aa dan Ii. Majas
metafora menguatkan tokoh dan penokohan Ayah yang memang sangat
komersial dan melihat sesuatu dari segi keuntungan dan kerugian. Maka dari
itu ia bangga terhadap Aa dan Ii karena mereka berdua kuliah di jurusan yang
ketika lulus nanti bisa mendapatkan gaji besar. Selain itu majas simbolik juga
terdapat dalam dialog Rustam saat berdebat dengan ibu.
“Rustam : Yak! Jaman sekarang memang jamannya pedagang. Dan
jaman yang akan datang.”43
“Ibu : -Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikkan
sekali!”44
Rustam dan ibu menggambarkan bahwa zaman yang terjadi merupakan
zaman pedagang, zaman robot dan zaman angka. Artinya semua orang hanya
memikirkan keuntungan untung dan rugi, selain itu kehidupan orang-orang
bagaikan robot dalam menjalani hidupnya sehari-hari. Pagi berangkat kerja,
bekerja hampir seluruh waktunya di depan komputer, kemudian pulang kerja
tengah malam dan itu dilakukan setiap hari demi mengejar angka-angka rupiah.
Berlin yang tidak lain adalah teman sekolah Uu, dalam dialognya yang terjadi
saat di pesta perpisahan sekolah sempat menyindir Uu.
“Berlin: Sebagai penutup, marilah kita berdoa agar malam ini Tuhan
memberi petunjuk bagi domba kecil yang sesat ini.”45

Berlin menggambarkan Uu sebagai domba kecil yang maknanya


sebagai anak kecil bodoh yang sedang tersesat di jalan dan tidak tahu arah.
Berbeda dengan tante yang menyimbolkan Uu dengan kata permata dan bunga,
yang mana memiliki makna anak yang manis dan penuh dengan kebanggaan.
“Tante : Permataku.. Bungaku. Jangan mogok dong.”46
Gaya bahasa simbolik menguatkan tokoh dan penokohan Rustam,
Berlin, Tante, dan Ibu. Simbolik menguatkan sifat ayah dan Berlin yang
materialistis, mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus dipertimbangkan

43
Ibid., h. 11
44
Ibid., h. 11
45
Ibid., h. 16-17
46
Ibid., h.29
87

untung dan rugi baik dari segi pekerjaan hingga segi pendidikan, sedangkan
sifat Ibu dan Tante yang mengayomi Uu. Simbolik juga menguatkan latar
cerita pada skenario film itu, bahwa pada tahun 1994 perekonomian Indonesia
sedang terpuruk sehingga mempengaruhi pemikiran masyarakatnya yang
semua selalu diperhitungkann untung dan rugi.
88

4.2 Analisis Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon
AAIIUU Karya Arifin C. Noer
Analisis berikutnya digunakan penulis untuk menemukan bentuk
orientasi masa depan tokoh remaja dalam naskah lakonAAIIUUkarya
Arifin C. Noer. Dalam analisis ini orientasi masa depan hanya terfokus
pada bidang pekerjaan dan tokoh remaja yang dianalisis dalam naskah
yakni tokoh Uu. Penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra dalam
upaya menemukan orientasi masa depan. Orientasi masa depan tersebut
dianalisis berdasarkan teori proses pembentukan orientasi masa depan oleh
Nurmi.
4.2.1 Proses PembentukanOrientasi Masa Depan Tokoh Remaja
a. Motivasi
Tahap motivasi merupakan awal dari proses pembentukan
orientasi masa depan.Suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu
untuk mencapai tujuannya. Berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan
yang ingin dicapai,waktu pencapaian, dan dorongan/motif mencapai
tujuan dimasa depan. Bahwa hal yang menjadi dasar motivasi Uu ingin
mengambil kuliah jurusan sejarah danbekerja sebagai ahli sejarah
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal didorong karena Uu memiliki minat besar di
bidang literasi (baca-tulis), maka dari itu Uu menyukai pelajaran
sejarah. Sejarah membuatnya tekun membaca dan memberi inspirasi
menulis. Ilmu sejarah memberikan dasar dan latar belakang yang bagus
untuk minat Uu. Literasi secara sederhana adalah kemampuan untuk
mencari, memilah, memahami, dan menggunakan informasi atau
pengetahuan. Jadi intinya hal positif dari jurusan sejarah dapat
mengasah dan mengembangkan daya nalar secara ilmiah. Kemampuan
ini penting untuk diasah. Selain itu dalam diri Uu memiliki jiwa kritis,
teliti, tekun, dan terampil berliterasi, potensi-potensi itulah yang
menjadi modal Uu masuk kuliah sejarah.
89

Disamping didorong oleh faktor internal, motivasi Uu juga


didorong oleh faktor eksternal diantaranya karena Uu sedari kecil sudah
akrab dengan dongeng-dongeng. Ia terlalu dipengaruhi oleh cerita-cerita
dongeng sehingga menjadikan pemikirannya terlalu jauh memikirkan
hal berat, yang tidak pernah dipikirkan oleh orang pada umumnya.
Seperti pada kutipan di bawah ini:
“Uu : Atau cobalah sedikit menghayal. Apakah mungkin
pertempuran pertama akan meletus di sebuah desa kecil
di Benua Afrika.”47

Kutipan di atas menunjukkan bahwa pemikiran Uu memang


berbeda dengan pemikiran masyarakat pada umumnya. Ia memiliki
daya khayal bahwa perang pertempuran pertama akan terjadi di Benua
Afrika, sebuah pemikiran yang orang lain mungkin tidak pernah
terlintas seperti pemikiran Uu tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh
pernyataan Ayah dalam percakapannya dengan Uu.
“Bapak : Uu suka dongeng-dongeng?
Uu : Suka. Papa juga tahu Uu suka sekali baca buku-buku
cerita sejak dulu.
Bapak : Tuh! Itulah sebabnya kenapa Uu ingin masuk jurusan
sejarah. Uu sangat dipengaruhi dongeng-dongeng!
Otak Uu bagaikan diliputi kabut yang menggelapi
istana-istana jaman dahulu”48

Dialog di atas menegaskan bahwa motivasi Uu kuliah jurusan


sejarah dikarenakan Uu sudah dekat dengan yang namanya dongeng. Ia
juga sudah terbiasa membaca buku-buku cerita, sehingga ayah
menyimpulkan bahwa motivasi Uu masuk jurusan dikarenakan
pemikiran Uu yang penuh diliputi oleh dunia khayal.
Akhirnya kembali lagi pada satu hal yang mendasar, yakni
minat besar. Bermula dari minat dan niat itulah Uu untuk melangkah ke
masa depan. Dia ingin membuktikan dengan usaha-usaha
mengembangkan passion itu berbekal ilmu sejarah, maka yang nantinya

47
Ibid., h.3
48
Ibid., h. 18
90

akan menjadi bukti bahwa lulusan sejarah tak cuma jadi sejarawan.
Bahwa lulusan sejarah bisa berkarya dan sukses di mana pun.
b. Perencanaan
Dalam perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada
dan akan dilakukan individu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan,
menekankan bagaimana individu merencanaan realisasi dari tujuan dan
minat dalam konteks masa depan. Dalam proses Uu mempersiapkan
tentang masa depan, sesuai dengan keinginannya untuk menjadi
seorang ahli sejarah, dia sudah menyusun strategi dengan matang.
Terdapat dua perencanaan yang dilakukan Uu yakni perencanaan positif
dan perencanaan negatif.
Adapun perencanaan positif itu ia tunjukkan ketika hendak
mengikuti ujian sekolah. Pada malam harinya ia belajar dengan
sungguh-sungguh hingga larut malam. Tercantum dalam kutipan di
bawah ini:
“Int. Rumah Rustam, kamar, malam
Uu sedang membereskan buku-bukunya, sementara ibunya
sedang menyiapkan tempat tidurnya. Malam sudah lewat jam
dua belas.”49

Kutipan di atas menunjukkan jika Uu telah usai belajar untuk


persiapan mengikuti ujian sekolah. Ia belajar hingga lewat jam 12
malam berharap ketika besok mengerjakan soal-soal ujian tidak
mendapatkan kesukaran dalam menjawabnya. Ia sudah bertekad akan
mengikuti ujian dengan sebaik-baiknya agar terwujud cita-citanya
menjadi ahli sejarah. Hal demikian tercantum pada kutipan di bawah
ini:
“Uu : Ya, suatu hari Uu jadi ahli sejarah, sebab itu besok Uu
akan ujian sebaik-baiknya dan begitu lulus Uu akan
masuk jurusan sejarah.”50

49
Ibid., h.3
50
Ibid., h. 4
91

Kutipan di atas memperlihatkan tekad Uu yang berkeinginan


menjadi ahli sejarah. Ia sudah merencakan dengan matang tentang masa
depannya, perencanaan itu ia rencanakan dari sebelum mengikuti ujian.
Mulai dari belajar dan sampai mengikuti ujian sekolah dengan sebaik-
baiknya. Hal tersebut tercantum pada kutipan berikut:
“Flashes
Shot-shot pendek ini sekaligus sebagai latar kredit taitel.
Beberapa shot yang melukiskan murid-murid sedang ujian
akhir, diantara mereka adalah Uu. Beberapa shot ketika mereka
membaca pengumumam hasil ujian. Uu lulus, dia senang sekali.
Shot-shot tersebut akan diiringi dengan sebuah nyanyian yang
segera liriknya akan disusulkan. Yang penting adegan tersebut
harus.”51

Kutipan di atas memperlihatkan Uu yang sedang mengikuti


ujian sekolah. Betapa senang Uu ketika melihat pengumuman bahwa ia
dinyatakan lulus, yang berarti pertanda ia akan segera mewujudkan
keinginannya untuk kuliah di jurusan sejarah. Namun perencanaan-
perencanaan yang dilakukan Uu tidak selamanya berjalan lancar.
Rustam, ayah Uu tidak mendukung keinginannya, sehingga
perencanaan-perencanaan yang sudah ia susun dengan matang tidak
berjalan sesuai dengan yang ia rencanakan.
Demi tercapai keinginannya itu, maka timbullah perencanaan
negatif yang direncanakan Uu. Adapun perencanaan negatif itu, ia
mengancam akan merencanakan mogok makan dan mengurung diri di
kamar jika semua keluarganya tidak mendukung atas cita-citanya. Hal
ini tercantum dalam kutipan di bawah ini:
“ Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri dalam
kamar dan mogok makan!”52

Perencanaan negatif yang dilakukan Uu bukan tanpa alasan.


Untuk tercapainya suatu cita-cita yang ia inginkan dan sudah
direncanakan, ia sudah tidak ada pilihan lagi untuk mendapatkan

51
Ibid., h. 5
52
Ibid., h. 18
92

dukungan dari orang tuanya. Selain itu juga ia melakukan hal itu karena
ia sadar hak-haknya sebagai anak.
c. Evaluasi
Berdasarkan kondisi tersebut perencanaan perlu adanya kegiatan
evaluasi untuk menilai penyebab tidak tercapainya target sesuai dengan
waktu yang ditetapkan dan apakah target yang telah ditetapkan masih
relevan dengan kondisi yang telah berkembang. Dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer, digambarkan proses evaluasi tokoh Uu
melibatkan casual atribution yakni mengenai kesempatan yang dimiliki
tokoh dalam mewujudkan keinginannya.
Dalam naskah terlihat bahwa Uu banyak mendapat pertentangan
dari keluarganya atas pilihannya untuk memasuki jurusan sejarah dan
menjadi ahli sejarah, terutama oleh ayahnya, yang menimbang bahwa
pekerjaan seorang ahli sejarah tidak memiliki nilai komersial tinggi dan
tentunya akan menyusahkan putrinya dalam mencari pekerjaan. Dengan
pertimbangan itu maka tokoh Uu tidak memiliki kesempatan dan
dukungan penuh dalam mewujudkan cita-citanya. Hal ini tercantum
pada dialog di bawah ini:
“Rustam : Mau jadi ahli sejarah?
Ibu : Yaa.. kan nantinya sama-sama jadi dokteranda
kalau selesai kelak.
Rustam :Kamu betul-betul kurang memahami jaman
sekarang. dokteranda apapun memang sama, tapi
nilai komersilnya berbeda-beda. Insiyur juga
macam-macam dan boleh dikatakan sama
tingkatannya satu sama lain, tapi tetap saja masing-
masing memiliki nilai komersil yang berbeda-
beda!”53

Pada dialog di atas memperlihatkan tidak adanya kesempatan


yang penuh untuk Uu mewujudkan cita-citanya menjadi ahli sejarah.
Hanya karena pemikiran orang tua yang masih menilai sesuatu dengan
uang, makacita-cita serta bakat anak harus tergadaikan.

53
Ibid., 5-6
93

4.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan


Faktor Internal
a. Konsep Diri
Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk
berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.Konsep diri biasanya bertambah stabil dalam periode
masa remaja. Hal ini memberi perasaan kesinambungan dan
memungkinkan remaja memandang diri sendiri dalam cara yang
konsisten, tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain. Hal
ini juga meningkatkan harga diri dan memperkecil perasaan tidak
mampu.
Saat membuat keputusan mengenai apa yang akan dilakukan,
hal yang pertama dilakukan adalah biasanya menilai kemampuan diri
sendiri. Secara keseluruhan, konsep diri terdiri dari:54
1. Extant self: siapa saya pada saat ini.
2. Desired self: diri yang saya inginkan.
3. Presenting self: diri yang saya tampilkan dilingkungan.
Saat seseorang manusia lahir, manusia tidak memiliki konsep
dri karena tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak ada
harapan, dan tidak ada evaluasi terhadap dirinya sendiri. Terdapat
hubungan antara extant self dan desire self pada remaja. Remaja
adalah masa dimana seseorang memiliki idola tertentu atau memiliki
gambaran yang ideal mengenai sesuatu yang akhirnya membentuk
desired self.
Ada 3 kemungkinan yang muncul jika kita menghubungkan
antara extant self dan desired self. 1) Bila kesenjangan antara extant
self dan desire self kecil, berarti seseorang merasa puas pada dirinya

54
PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta. Mengenal dan menemukan konsep diri. diakses dari
http://pkbi-diy.info/?page_id=3558., Pada Minggu,17 September 2016 pukul 14.00 WIB.
94

dan mungkin tidak ingin mengembangkan diri untuk menjadi lebih


baik. 2) Bila kesenjangan antara extant self dan desired self besar,
berarti bahwa seseorang mempunyai keinginan yng sangat tinggi
untuk berubah dan mungkin tidak realistik. 3) Bila kesenjangan antara
extant self dan desire self moderat (sedang-sedang saja). Kondisi ini
adalah yang paling bagus, karena orang itu menyadari keadaan dirinya
sekarang dan menentukan tujuan yang masuk akal sehingga
membuatnya terpacu untuk mengembangkan dirinya.
Dalam naskah lakon AAIIUUkarya Arifin C. Noer tokoh UU
memiliki kesenjangan antara extant self dan desire self besar,
dikarenakan dia memiliki keinginan yang kuat dan besar dalam
dirinya yang memiliki cita-cita sebagai seorang ahli sejarah, sehingga
setelah lulus sekolah nanti dia ingin melanjutkan ke jurusan sejarah.
Terdapat dalam kutipan berikut ini:
“Uu : Ya, suatu hari Uu akan jadi ahli sejarah. Sebab itu
besok UU akan ujian sebaik-baiknya dan begitu lulus
UU akan masuk jurusan sejarah.”55
Tokoh Uu juga ternyata menanamkan sikap konsep diri yang
positif sehingga dia lebih percaya diri dan lebih bersemangat untuk
mencapai segala tujuannya yakni menjadi ahli sejarah. Meskipun dia
dengan bersikap berontak kepada keluarganya dengan melakukan
mengunci diri di kamar dan mogok makan, namun itulah bentuk
semangatnya untuk mempertahankan cita-citanya. Terdapat dalam
dialog berikut,
“Bapak : Ma, lama-lama Uu juga akan insyaf. dengar Uu!
Uu : Pokoknya Papa tidak setuju, begitu kan?
Bapak : Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan
mengizinkan.
Uu :Kalau semua tidak setuju UU akan mengunci diri
dalam kamar dan mogok makan!”56
Dalam dialog di atas Uu mencoba mempertahankan haknya
untuk mencapai cita-cita sebagai ahli sejarah. Sikap lebih percaya diri

55
Ibid., h. 4
56
Ibid., h.18
95

dan bersemangat Uu juga terlihat ketika dia ditanya oleh teman-


temannya dan ditertawakan karena dia akan melanjutkan kuliah di
jurusan sejarah dan akan menjadi seorang ahli sejarah.
Konsep diri terbagi menjadi konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Remaja yang meiliki konsep positif akan sangat memiliki
konsep diri positif akan sangat mengenali dirinya, kelebihan dan juga
kelemahannya disamping itu ia tidak terpaku pada kelemahannya. Ia
dapat mengakui dan menerima kelemahannya tersebut tanpa rasa
rendah diri dan hal itu justru memacunya untuk menjadi individu yang
lebih baik dengan cara mengembangkan kelebihannya, dan remaja
dengan konsep diri positif akan lebih percaya diri dan merasa yakin
bahwa dirinya memiliki andil terhadap segala sesuatu yang terjadi
pada dirinya. Akibatnya akan lebih bersemangat untuk berusaha
mencapai segala tujuaannya.
Sedangkan pada remaja yang memiliki konsep diri negatif, ia
hanya akan terpaku pada kelemahannya dan menjadi rendah diri.
Konsep diri yang negatif membuat remaja cenderung memusatkan
perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, sehingga sulit
menemukan hal-hal positif dan pantas dihargai dalam dirinya.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa konsep diri mempunyai
pengaruh besar dalam kehidupan remaja. Konsep diri yang baik dapat
berakibat baik pada diri yang buru dapat berdampak negatif pada diri
remaja.
b. Perkembangan Kognitif
Kematangan kognitif sangat erat kaitannya dengan
kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor individu yang
mempengauhi orientasi masa depan. Perkembangan kognitif juga
berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir,
memecahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan, serta
bakat. Dalam tahap ini kemampuan metakognisi Uu berkembang dan
kemampuan ini sangat memungkinkan Uu untuk memikirkan
96

kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan


memberikan solusi.
Perubahan kemampuan Uu telah memiliki kemampuan yang
lebih baik dalam berpikir mengenai situasi secara hipotesis,
memikirkan sesuatu yang belum terjadi tetapi akan terjadi. Ia pun
telah mampu berpikir tentang konsep-konsep yang abstrak seperti
pertemanan, demokrasi, moral. Ia pun telah mampu berpikir secara
logis tentang kehidupannya seperti kehidupan apa yang akan ia
tempuh dikemudian hari. Ia sudah merencanakan dengan matang
ketika lulus sekolah, ia akan melanjutkan kuliah jurusan sejarah dan
akan menjadi seorang ahli sejarah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan di
bawah ini:
“Uu : Ya. Suatu hari Uu jadi ahli sejarah. Sebab itu besok
Uu akan ujian baik-baik. Dan begitu lulus Uu akan
masuk Jurusan Sejarah.”57

Minat ini berfokus pada gagasan motivasi internal Uu untuk


menjadi seorang ahli sejarah. Persepsi mengenai penyebab
keberhasilan atau kegagalan, khususnya persepsi bahwa usaha
merupakan faktor penting. Kemampuan Uu untuk berpikir secara
hipotesis dan untuk mengevaluasi apa yang ideal mengarahkan Uu
untuk melakukan protes karena keinginan ia tidak didukung oleh
keluarga besar terutama oleh ayah.
Faktor Eksternal
a. Jenis Kelamin
Faktor eksternal yang memepengaruhi orientasi masa depan
adalah jenis kelamin. Jelas terlihat antara laki-laki dan perempuan
berbeda, baik dari perubahan fisik sampai perubahan sosial. Begitu
pun dilihat dari minat masing-masing yakni minat teman sebaya,
minat rekreasi, minat pekerjaan,minat pendidian, dan masih bnyak
faktor lain. Karena anak perempuan diharapkan berperilaku feminin

57
Ibid., h. 4
97

dan anak laki-laki diharapkan maskulin, tidaklah mengherankan


bahwa minat anak perempuan sangat berbeda dari minat anak laki-laki
selama masa remaja.
Penulis akan lebih fokus membahas tentang minat pekerjaan
antara laki-laki dan perempuan.Anak laki-laki menginginkan
pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa memperhatikan
kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang
ada untuk memperoleh pekerjaan. Mereka juga menginginkan
pekerjaan yang bermartabat tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit
dari pada pelbagai pekerjaan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak
anak laki-laki dari keluarga yang statusnya rendah berharap mencapai
status sosial yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya anak
perempuan memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang
tidak banyak menuntut waktu.
“Bapak: Zaman sekarang tidak mau membedakan lagi mana
perempuan mana laki-laki, palagi soal pendidikan.
Jangan berpikiran kolot dong.
Ibu : Saya kira saya tidak kolot! Coba saja misalnya Uu
betul-betul jadi ahli sejarah, yang kata kamu tidak
komersil dan tidak menghasilkan uang itu, apa akan
merubah nasibnya sebagai seorang istri kelak?”58

Dalam dialog di atas menjelaskan meskipun Uu sebagai


perempuan dan memilih menjadi seorang ahli sejarah, itu tidak akan
merubah nasibnya sebagai perempuan dan istri kelak ketika dia
dewasa. Dan bahwa pekerjaan apapun dan setinggi apapunn
pendidikannya tidak akan merubah nasib kodrat sebagai perempuan,
dia akan tetap menjadi istri, mengandung, melahirkan, mengurus anak,
dan melakukan pekerjaan ibu rumah tangga lainnya.
Pada masa remaja minat pada karir seringkali menjadi sumber
pikiran. Begitu juga bagi Uu¸ namun karena dia berjenis kelamin
perempuan lebih memilih pekerjaan yang tidak banyak menuntut

58
Ibid., h. 6
98

waktu dan memberikan rasa aman, menurutnya pekerjaan itu adalah


sebagai ahli sejarah. Dia berpikir dengan menjadi seorang ahli sejarah
tidak akan banyak merugikan orang lain dan karena sesuai dengan
minat pada pelajaran yang dia sukai yakni pelajaran sejarah,
disamping itu juga UU sangat suka dengan dongeng-dongeng.
b. Status Sosial Ekonomi
Keluarga sebagai institusi merupakan kelompok sosial kecil
yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak. Namun kerap kali
keluarga itu tidak hanya terdiri atas suami istri dan anak-anak,
melainkan juga nenek, kakek, paman, bibi, kemenakan dan saudara-
saudara. Dalam tiap keluarga biasanya terdapat tipe yang berbeda-
beda. Tipe keluarga Jerman misalnya Ayah adalah yang berkuasa,
sedangkan keluarga negro ibulah yang berkuasa. Begitu juga di
Indonesia, peran ayah yang berkuasa dalam keluarga.
Masyarakat pada mulanya terdiri keluarga kecil, yaitu suatu
keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anaknya. Pada keluarga kecil ini
anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi, dan lebih
banyak diperhatikan oleh orang tuanya. Bossard mempelajari kelas-
kelas sosial yang ada hubungannya dengan cara mendidik anak.
Bahwa kelas-kelas sosial dapat dibedakan menjadi 3 macam:59
1. Upper class : dalam kelas ini sikap terhadap anak adalah bangga
dan menaruh penghargaan. Anak diharapkan untuk
membantu keluarganya, mereka berjuang agar
mereka dapat mendidik anak sebaik mungkin, baik
secara jasmani, sosial maupun intelektual.
2. Middle class : di sini tidak diadakan penyelidikan.
3. Lower class : di sini keinginan-keinginan seperti upper class itu
kurang karena alasan-alasan ekonomi dan sosial.
Anak-anak dari lower class biasanya disiplinnya itu ditandai
dengan ciri fisik, jika marah biasanya bersifat badaniah yaitu

59
Abu Ahmadi, Sosilogi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 110
99

memukul atau meninju. Sedangkan pada midle class tidak dengan cara
fisik, tetapi dengan cara kompetisi misalnya dalam pertandingan olah
raga.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kedudukan keluarga di masyarakat, maka orang tua lebih banyak
berharap terhadap anak terutama dalam segi pendidikan. Pada
keluarga Upper class, orang tua akan lebih banyak ikut andil dalam
pendidikan anak dan masa depan anak, tujuannya agar meingkatkan
nilai sosial strata keluarga. Dibandingkan dengan keluarga lower
class, biasanya orang tua akan menyerahkan sepenuhnya kepada anak.
Anak dibebaskan untuk memilih pendidikannya bahkan bebas
menentukan masa depannya, karena dalam keluarga lower class orang
tua tidak akan mempermasalahkan minat dan bakat anak.
Dalam naskah lakon AAIIUU terlihat bahwa latar keluarga
dari keluarga upper class, dimana orang tua menaruh harapan terhadap
anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga. Terlihat bahwa
ayah Uu menaruh harapan besar terhadap Uu untuk bisa melanjutkan
kuliah di jurusan yang memiliki nilai komersialnya lebih tinggi,
contohnya jurusan ekonomi ataupun kedokteran. Ayah Uu
menganggap bahwa di zaman sekarang adalah jamannya pedagang.
Jika dilihat jurusan sejarah dengan jurusan ekonomi, jurusan ekonomi
dinilai memiliki keuntungan komersil lebih tinggi dibandingkan
jurusan sejarah yang hanya dianggap sebagai tukang khayal.
Posisi kelas seseorang mungkin juga dievaluasi secara berbeda
oleh para tetangga, rekan sekerja, kerabat, dan lain-lain. Masyarakat
memiliki pemahaman sendiri mengenai sistem kelas, mengenai
jenjang prestis dan mengenai cara kekuasaan.
“10.Ext. Jalan Thamrin, siang
Lalu lintas yang ramai sekali1 dan cepat sekali!
Dan pencakar-pencakar langit. Dan salah satunya adalah
kantor tokoh kita zoom in jendelanya!”

“11. Int. Kantor Rustam, ruang administrasi, siang.


100

Shot-shot scene ini harus melukiskan dan sekaligus


melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin rapi
dan dingin. Tersusun namun kehilangan perasaan”60

Kutipan-kutipan di atas pada naskah lakon


AAIIUUmencerminkan masyarakat Indonesia secara tidak langsung
tertindas zaman. Melalui naskah ini Arifin mencerminkan pandangan
terhadap kondisi sosial di Indonesia pada tahun 1990-an. Pada saat itu
pemikiran masyarakat, khususnya para orang tua memandang bahwa
pendidikan yang mampu mengahasilkan pekerjaan dengan nilai
komersial tinggi lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
humaniora maupun sejarah. Dan kelas sosial mempengaruhi
pemikiran orang tua terhadap masa depan serta pendidikan anak.
Terlihat dari ayah Uu yang seorang pedagang, maka ia berpandangan
bahwa anak-anaknya harus memiliki pendidikan yang memiliki nilai
komersil atau keuntungan lebih tinggi sama halnya dengan
berdagang, karena ia menganggap hanya uang yang memiliki
kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa saja dan segi
pendidikan akan dipandang dari segi keuntungan dagang. Pandangan
keliru inilah yang dikritis oleh Arifin C. Noer melalui tokoh “Uu”
dalam karyanya yang dibuat pada tahun 1994 tersebut.
c. Usia
Awal masa remaja remaja berlangsung kira-kira tiga belas
sampai tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 17
tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum.
Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat
singkat.
Awal masa remaja biasanya disebut sebagai “usia belasan”
kadang bahkan disebut “usia belasan yang tidak menyenangkan”.
Meskipun remaja yang lebih tua biasanya masih tergolong “anak
belasan tahun” sampai ia mencapai usia dua puluh satu tahun, namun

60
Arifin C. Noer, op.cit. h. 50-51
101

istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola


perilaku khas remaja muda jarang dikenakan pada remaja yang lebih
tua. Biasanya disebut pemuda atau pemudi atau malah disebut kawula
muda yang menunjukkan bahwa masyarakat saat belum adanya
perilaku yang matang selama awal masa remaja.
“Bapak: Uu.. umur kamu berapa?
Uu : (heran) Jalan delapan belas tahun. Papa kan tahu.
Bapak : Uu suka dongeng-dongen?
Uu : Suka. Papa juga tahu Uu suka sekali baca buku-
buku cerita sejak dulu.
Bapak : Tuh! Itulah sebabnya kenapa Uu ingin masuk
jurusan sejarah. Uu sangat dupengaruhi dongeng-
dongeng! Otak UU bagaikan diliputikabut yang
menggelapi istana-istana jaman dahulu.”61

Usia Uudalam naskah lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer


digambarkan usia 17 tahun sedang jalan 18 tahun, usia yang terbilang
remaja. Usia dimana sebagai masa periode perubahan. Perubahan
terhadap minat, peran, emosi, sampai ke dalam bentuk fisik. Bagi
sebagian besar anak muda berependapat merupakan tahun kehidupan
yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan
perkembangan.
“Uu : Ya, suatu hari UU akan jadi ahli sejarah. Sebab itu
besok UU akan ujian sebaik-baiknya dan begitu lulus
UU akan masuk jurusan sejarah.”62

Minat Uu terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat


pada pekerjaan. Karena memang anak sekolah menengah atas mulai
memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh, terbukti
tokoh Uu sangat kekeh dalam pendiriannya dan dia akan bersungguh-
sungguh melakukan segala apapun agar cita-citanya tercapai. Disebut
jg sebagai masa mencari identitas, sama halnya dengan tokoh Uu yang
sedang mencari jati dirinya di usianya yang sudah menginjak masa

61
Ibid., h. 18
62
Ibid., h. 3
102

dewasa. Dia memikirkan cara untuk memperoleh pekerjaan yang


diinginkan.
Dengan Ia berminat pada mata pelajaran sejarah dan
relevansinya mata pelajaran tersebut ketika masa depan. Karena Uu
suka dengan dongeng-dongen sedari kecil, dia pun berniat ingin
melanjutkan kuliah ke jurusan sejarah agar cita-cita menjadi seorang
ahli sejarah dapat terwujud, karena dengan berfikir dia masuk ke
jurusan itu maka pekerjaan yang dia inginkan akan terwujud.
Termaasuk dimulai dia sangat bersungguh-sungguh dalam menjalani
ujian dan dia lulus, lalu melanjutkan kuliah di jurusan yang dia
anggap sebagai jembatan masa depan dia. Pada umumnya anak
perempuan memilih pekerjaan yang memeberikan rasa aman dan yang
tidak banyak menuntut waktu.
d. Teman Sebaya
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
teman-teman sebaya sebagai kelompok. Maka dapatlah dimengerti
bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh
keluarga. Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda,
yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan
orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan
memperbaiki konsep dirinya, di sinilah ia dinilai oleh orang lain yang
sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-
sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari.
“Ketua : Kamu tahu kenapa kita ketawa?
UU : Nggak.
Ketua : Karena tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu
sebagai teman akan meningkatkan jumlah orang-
orang miskin di negeri kita.”63
Di dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh
dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan di situ pulalah ia

63
Ibid., h. 16
103

dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai


pemimpin apabila ia mampu melakukannya bertinndak sebagai
pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Namun dalam naskah
lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer tokoh Uu tidak mendapatkan
dukungan oleh teman sebayanya tentang pilihannya. Uu dicibir dan
dikatakan gila oleh teman-temannya. Seorang teman yang seharusnya
memberikan dukungan, mereka justru menghakimi Uu bahwa
pilihannya adalah pilihan yang gundul dan menambah orang miskin
di Indonesia.
e. Hubungan dengan Orang Tua
Orang tua tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan sehubungan
dengan pertentangan yang berkembang antara mereka dan anak
remaja mereka. Remaja muda adalah anak yang paling tidak
bertanggung jawab, paling sulit dihadapi, paling tidak dapat diramal
dan paling menjengkelkan. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
dengan orang tua semakin memperbesar kesenjangan antara mereka.
Orang tua sulit menerima keengganan remaja untuk mengikuti
larangan-larangan yang dipandang penting, dan mereka tidak sabar
menghadapi kegagalan remaja memikul tanggung jawab yang sesuai
dengan usia remaja. Sumber-sumber kejengkelan ini biasanya
mencapai puncaknya antara usia empat belas dan lima belas tahun,
setelah itu biasanya hubungan orang tua mulai membaik.
“Ibu :Pa...
Bapak : Ma, lama-lama Uu juga akan insyaf. Dengar Uu!
Uu : Pokoknya Papa tidak setuju, begitu kan?
Bapak :Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan
mengizinkan.
Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri
dalam kamar dan mogok makan!”64

Pada dialog lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer di atas


menjelaskan bahwa banyak remaja merasa bahwa orang tua tidak

64
Ibid., h. 18
104

“mengerti mereka” dan bahwa standar perilaku orang tua dianggap


kuno. Hal ini lebih disebabkan karena kesenjangan budaya, seperti
sudah dijelaskan dan bukan karena perbedaan dalam usia.
“Bapak : Uu. Ini suara Papa. Dengar tidak, Uu?
Uu : (os) Dengar.
Bapak : Kalau begitu buka pintunya dong.
Uu : (os) Tidak mau. Kecuali kalau Papa setuju Uu
masuk jurusan sejarah.
Bapak : Kita berunding dulu sayang.
Uu : (os)Tidak ada perundingan. Soalnya kita sama-
sama keras kepala.
Bapak : Betul-betul kartu mati dia. Penyakit keras kepala
itu betul-betul gampang menular.”65

Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang


ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota keluarga,
terutama sama anak. Kalau hubungan keluarga ditandai dengan
pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan
remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangankan pola
perilaku yang tenang dan lebih matang. Terlihat adanya pertentangan
antara Uu dan ayah, yang mengakibatkan Uu tidak merasa aman pada
keluarganya sendiri. Seorang anak memerlukan bimbingan dan
bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja, agar
dapat lebih bisa mengontrol emosi dan lebih matang dalam
mengambil sikap.
“Tante : Uu sayang
Uu : Ya tante
Tante : Keluar dong
Uu : Setuju dulu dong Uu masuk jurusan sejarah.
Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak mungkin
sayang.Itu akan mencelakakan masa depan.
Uu : Ini masalah hak azazi.”66

“Ibu : Uu! Uu! Bangun, sayang!


Uu : (terjaga) Ogah! UU tetap mau jurusan sejarah!

65
Ibid., h. 24-25
66
Ibid., h. 32
105

Ibu : Iyaa sayang. Semua sekarang setuju UU masuk


jurusan sejarah, jurusan apapun asal UU emmang
punya cita-cita.
Uu : Papa?
Ibu : Semua!
Uu : Ma!
Ibu : Sayang!
Lalu mereka berpelukan dan selesai.”67

Dalam dialog di atas mencerminkan hubungan remaja dan


orang tua yang membaik bermula ketika orang tua mulai menyadari
bahwa anak-anak mereka bukan anak kecil lagi. Meskipun awalnya
ada pertentangan dengan keluarga, dalam naskah lakon AAIIUU karya
Arifin. C. Noer terlihat Uu dan tante beradu keinginan namun setelah
itu mereka menyadari sikap mereka terlalu mengekang anak dan
membatasi kreatifitas anak. Orang tua memberi lebih banyak
keistimewaan kepada anak dan sekaligus mengharapkan tanggung
jawab yang lebih besar sertaprestasi kerja yang lebih baik. Selanjutnya
hubungan orang tua dan anak lebih menyenangkan pada saat orang tua
berusaha untuk mengerti remaja dan nilai budaya-budaya baru dari
kelompok remaja. Hubungan antara remaja dengan anggota-anggota
keluarga cenderung merosot pada awal masa remaja meskipun
hubungan-hubungan ini seringkali membaik menjelang berakhirnya
masa remaja, terutama hubungan remaja-remaja putri dengan
keluarganya.
4.2.3 Peranan sosial keluarga
Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya
terhadap proses sosialisasi manusia. Oleh karenanya pentingnya peranan
keluarga dalam proses berfikir dan sosialisasi anak. Orang tua memberikan
kesempatan yang unik kepada anak untuk menyadari dan memperkuat
nilai kepribadiannya. Dalam keluarga individu memproleh kebebasan yang
luas untuk menampakkan kepribadiannya.

67
Ibid., h. 107
106

Institusi sosial pada hakikatnya kumpulan dari norma atau struktur


sosial yang telah diciptakan untuk melaksanakan suatu fungsi dari
masyarakat. Banyak yang memandang keluarga sebagai suatu kelompok
sosial tetapi tidak boleh mengacaukan konsep ini dengan keluarga, sebagai
suatu institusi sosial. Sebagai institusi sosial keluarga bukanlah sebuah
kelompok melainkan serangkaian pola tingkah laku yang berhubungan
dengan fungsi untuk melahirkan keturunan dan berfungsi sebagai
perlengkapan masyarakat di dalam membentuk warga yang mencerminkan
identitas setempat. Keluarga sebagai sebuah kelompok sosial menjalankan
banyak fungsi institusi yang berhubungan dengan institusi sosial di luar
keluarga.
Adapun mengenai susunan keluarga, Probbins membagikan
menjadi 3 macam, yaitu:68
1. Keluarga yang bersifat otoriter: di sini perkembangan anak semata-mata
ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya
suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu di
dalam semua tindakan, serta lambat berinisiatif.
2. Keluarga demokrasi: di sini sikap pribadi anak lebih dapat
menyesuaikan diri, sifatnya fleksibel, dapat menguasai diri, mau
menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan terbuka, aktif
di dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung
jawab.
3. Keluarga yang liberal: di sini anak-anak bebsa bertindak dan berbuat.
Sifat-sifat dari keluarga ini biasanya agressif, tak dapat bekerja sama
dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kuran gstabil serta
mempunyai sifat selalu curiga.
Dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer digambarkan
bentuk keluarga yang otoriter, yakni keinginan anak semua ditentukan oleh
orang tua. Mulai dari perkawinan, pergaulan, pendidikan, sampai
pekerjaan. Tokoh Uu dalam menentukan masa depannya ditentukan oleh

68
Abu Ahmadi, op.cit, h. 112
107

orang tuanya terutama oleh ayahnya. Padahal Uu memliki harapan sendiri,


dia ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah karena dia bercita-cita
ingin menjadi ahli sejarah, namun itu ditentang oleh ayahnya karena dia
berpikir dengan Uu kuliah dijurusan sejarah akan menyengsarakan
hidupnya kelak di masa depan.
Dari perilaku orang tuanya seperti itu, mengakibatkan si Uu
menjadi kemunduran dalam kematangan emosinya, terbukti dia menjadi
tidak mampu mengendalikan emosinya. Dia memutuskan untuk mengunci
diri di kamar dan mogok makan, dan tidak mendengarkan nasihat apapun.
Dialog yang menunjukkan keluarga Rustam merupakan keluarga
yang otoriter terbukti dalam dialog di bawah ini:
“Bapak : Tuh! Itulah sebabnya kenapa Uu ingin masuk jurusan
sejarah. Uu sangat dipengaruhi dongeng-dongeng! Otak
Uu bagaikan diliputi kabut yang menggelapi istana-
istana jaman dahulu.
Ibu : Pa..
Bapak : Ma, lama-lama Uu juga akan insyaf. Dengar Uu!
Uu : Pokoknya Papa tidak setuju, begitu kan?
Bapak : Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan mengizinkan.
Uu : Kalau semua tidak setuju UU akan mengunci ciri dalam
kamar dan mogok makan!”69

Perlawanan dilakukan Arifin C. Noer terhadap pola asuh yang yang


otoriter dalam mengasuh anak. Pola asuh yang didasari pada otoritarisasi
orang tua, bukan didasarkan pada pemikiran dan perasaan juga logika dan
naluri orang tua. Pola asuh yang yang didasarkan pada materi. Hal ini
menunjukkan bahwa kasih sayang yang dicurahkan orang tua terhadap
anaknya atas dasar hitung-hitungan untung rugi. Biaya yang dikeluarkan
orang tua untuk menyekolahkan anak harus sebanding dengan pendapatan
yang nanti diperoleh setelah selesai sekolah.
Keluarga yang seharusnya selalu menjadi entitas yang di dalamnya
berlangsung banyak aktivitas diantaranya produksi ekonomi, konsumsi
bersama, berketurunan, sosiali anak dan kegiatan rekreasi. Keluarga

69
Ibid., h. 18
108

sebuah sistem tindakan yang terdiri dari pelaku-pelaku purposif yang


saling berhubungan. Namun, dalam beberapa kapasitas keluarga boleh
dianggap sebagai pelaku purposif, karena keluarga adalah entitas dalam
hal mempunyai kepentingan-kepentingan yang dirasakan sebagai dasar
tindakan pelaku orang. Misalnya ada kalanya orang berkata dirinya sedang
bertindak untuk “menegakkan kehormatan keluarga” dan dalam kasus
tertentu keluarga memang bertindak sebagai satu unit untuk mencapai
tujuan-tujuan yang dapat disebut sebagai tujuan atau sasaran keluarga itu.
109

4.3 Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah


Menengah Atas Kelas XII
Analisis orientasi masa depan tokoh remaja dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran
bahasa dan sastra di sekolah yaitu melalui materi unsur intrinsik dan
ekstrinsik lakon/drama. Melalui pembelajaran unsur-unsur tersebut maka
siswa akan mempelajari apa saja yang terdapat dalam lakon/drama yang
ditujukan untuk skenario film. Tujuan pengajaran sastra tentulah merupakan
bagian dari tujuan pendidikan keseluruhannya, karena proses belajar dan
mengajarkan sastra merupakan bagian dari proses pendidikan agar si terdidik
dapat menghayati nilai-nilai luhur. Si terdidik siap melihat dan mengenal
nilai dengan tepat dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik.
Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2013, yaitu: 1) agar peserta didik
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, 2) peserta didik menghargai dan
mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.70 Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut, peserta didik
diharapkan dapat memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuannya. Jika
peserta didik dapat menghargai kebudayaan dan warisan intelektual berupa
karya sastra.
Dalam pembelajaran sastra, peserta didik tidak hanya diberikan ilmu
begitu saja, tetapi dituntut untuk mengapresiasikan berbagai jenis karya
sastra baik puisi, novel, drama, maupun film. Melalui media karya sastra,
guru dapat menyelipkan pembelajaran mengenai kepribadian dan watak
sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam karya sastra
tersebut pada dirinya. Melalui keterampilan berbahasa yang terdiri dari
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Guru harus

70
Wahyudi Siswanto, op.cit, h. 170
110

berperan aktif untuk menumbuhkan kecintaan terhadap pembelajaran sastra


dengan metode bervariasi. Hal ini agar memudahkan siswa menangkap
pesan-pesan positif dalam karya sastra yang ia baca atau pelajari.
Naskah lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer ini dijadikan sebagai
sumber untuk pembelajaran di SMA kelas XII semester 2. Dalam silabus
terdapat SK yang harus dikuasai oleh peserta didik yaknimemahami
pembacaan naskah drama. Kemudian KD yang harus dicapai ialah
menemukan unsur-unsur intrinsik naskah lakon yang didengar melalui
pembacaan. Guru bahasa dan sastra Indonesia dituntut untuk kreatif
menggunakan berbagai strategi, pendekatan dan metode dalam
menyampaikan materi pelajaran. Semua ini harus diupayakan dengan baik
agar siswa menguasai materi tersebut dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Jika dikaitkan dengan kompetensi dasar, naskah lakon AAIIUU karya
Arifin C. Noer dapat dijadikan bahan pembelajaran dari setiap dialog yang
dihadirkan tiap tokoh. Selain itu lakon AAIIUU juga menceritakan tentang
tokoh ramaja yakni Uu yang tidak mengenal putus asa untuk mencapai cita-
citanya sebagai ahli sejarah. Meski banyak yang menentang dengan
keputusannya, namun Uu tetap meyakinkan orang tua serta keluarga besarnya
bahwa apa yang menjadi pilihannya tidak salah. Karena semua ilmu
pengetahuan memiliki kelebihan masing-masing dan janganlah mengukur
nilai pendidikan dari segi komersil. Siswa diharapkan dapat terus
bersemangat dalam menuntut ilmu setinggi mungkin, dan bekerja keras dalam
mencapai cita-cita.
Dalam lakon ini, bukan hanya memberikan pesan terhadap siswa,
melainkan terhadap para orang tua atau guru agar memberikan dukungan
terhadap anak untuk menggapai cita-citanya selama impian mereka tidak
merugikan banyak orang.Guru juga harus dapat menggunakan metode
pembelajaran bervariatif agar siswa tidak merasa bosan di setiap pertemuan.
Dengan adanya variasi metode ini diharapkan siswa dapat lebih nyaman dan
antusias dalam menerima pelajaran, sehingga pesan yang disampaikan oleh
guru dalam pembelajaran dapat ditangkap dengan baik oleh siswa.
111

Jika dikaitkan pula dengan indikator pencapaian kompetensi yakni


menemukan unsur-unsur instrinsik teks drama yang didengar melalui
pembacaan dan mendiskusikan unsur instrinsik teks drama yang didengar.
Guru dapat mendeskripsikan perilaku tokoh, materi tersebut terdapat dalam
pembahasan unsur intrinsik. Guru dapat mengajarkan bagaimana tokoh
remaja berjuang demi mencapai cita-cita meskipun ditentang oleh kedua
orang tua. Guru juga dapat mengajarkan kepada peserta didik bahwa untuk
mencapai suatu cita-cita tidaklah semudah membalikkan kedua tangan,
banyak terjadi rintangan. Maka sebagai seorang guru sudah seharusnya
memberikan semangat siswa untuk terus berusaha mewujudkan setiap mimpi
dan cita-cita yang diinginkan agar menuai kesuksesan di masa depan. Melalui
lakonini guru juga dapat menceritakan bagaimana keadaan masyarakat di
perkotaan besar pada tahun 1994-an khususnya pemikiran orang tua terhadap
orientasi masa depan anak terutama dalam bidang pekerjaan.
112

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dianalisis, dari lakon AAIIUU karya Arifin C.
Noer , maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut,
1. Penjabaran orientasi masa depan pada tokoh remaja dalam naskah
lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer, bahwa proses pembentukan orientasi
masa depan pada tokoh Uu meliputi 3 tahap, yakni pertama motivasi internal
dan eksternal. Motivasi internal didorong karena Uu memiliki minat besar di
bidang literasi (baca-tulis), maka dari itu Uu menyukai pelajaran sejarah.
Motivasi eksternal di antaranya karena Uu sedari kecil sudah akrab dengan
dongeng-dongeng. Kedua perencanaan positif dan negatif. Perencanaan positif
itu ia tunjukkan ketika hendak mengikuti ujian sekolah. Pada malam harinya ia
belajar dengan sungguh-sungguh hingga larut malam. perencanaan negatif itu,
ia mengancam akan merencanakan mogok makan dan mengurung diri di kamar
jika semua keluarganya tidak mendukung atas cita-citanya. Ketiga Evaluasi,
proses evaluasi tokoh Uu melibatkan casual atribution yakni mengenai
kesempatan yang dimiliki tokoh dalam mewujudkan keinginannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan terdiri dari
faktor internal meliputi konsep diri dan kognitif. Konsep diri dalam tokoh Uu
memiliki kesenjangan antara extant self dan desire self besar, dikarenakan dia
memiliki keinginan yang kuat dan besar dalam dirinya yang memiliki cita-cita
sebagai seorang ahli sejarah, sehingga setelah lulus sekolah nanti dia ingin
melanjutkan ke jurusan sejarah. Kognitif, kemampuan metakognisi Uu
berkembang dan kemampuan ini sangat memungkinkan Uu untuk memikirkan
kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan
memberikan solusi. faktor eksternal meliputi jenis kelamin, karena Uu berjenis
kelamin perempuan sehingga lebih memilih pekerjaan yang tidak banyak
menuntut waktu dan memberikan rasa aman, menurutnya pekerjaan itu adalah
sebagai ahli sejarah. Kedua status sosial ekonomi, dalam naskah lakon AAIIUU
terlihat bahwa latar keluarga dari keluarga upper class, dimana orang tua

112
113

menaruh harapan terhadap anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga.
Ketiga usia, teman sebaya, hubungan dengan orang tua.
Peranan sosial keluarga, dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C.
Noer digambarkan bentuk keluarga yang otoriter, yakni keinginan anak semua
ditentukan oleh orang tua. Namun dengan kesungguhan Uu dalam
mempertahankan cit-citanya, Uu mampu menyakinkan kedua orang tua dan
keluarga besarnya bahwa pilihannya sebagai ahli sejarah adalah tepat.
2. Adapun implikasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, Naskah
lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ini dijadikan sebagai sumber untuk
pembelajaran di SMA kelas XII semester 2. Dalam silabus terdapat SK yang
harus dikuasai oleh peserta didik yakni memahami pembacaan naskah drama.
Kemudian KD yang harus dicapai ialah menemukan unsur-unsur intrinsik
naskah lakon yang didengar melalui pembacaan. Jika dikaitkan dengan
kompetensi dasar, naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer dapat dijadikan
bahan pembelajaran dari setiap dialog yang dihadirkan tiap tokoh. Guru dapat
mendeskripsikan perilaku tokoh, materi tersebut terdapat dalam pembahasan
unsur intrinsik. Guru dapat mengajarkan bagaimana tokoh remaja berjuang
demi mencapai cita-cita meskipun ditentang oleh kedua orang tua. Guru juga
dapat mengajarkan kepada peserta didik bahwa untuk mencapai suatu cita-cita
tidaklah semudah membalikkan kedua tangan, banyak terjadi rintangan.
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa simpulan yang telah dijelaskan, ada beberapa saran
yang diajukan oleh penulis, yakni:
1. Diharapkan naskah lakon AAIIUU ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan bagi pendidik untuk
dapat memanfaatkan naskah lakon ini sebagai media pembelajaran sastra
nantinya.
2. Pembelajaran tentang orientasi masa depan tokoh remaja yang telah didapat
dalam naskah lakon diharapkan dapat menjadi bekal dan pegangan dalam
mewujudkan cita-cita peserta didik, sehingga peserta didik lebih bijaksana
dalam menghadapi rintangan-rintangan yang akan mereka hadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama. 2009


Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendiidkan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007
Ali Said, “Arifin C. Noer: dari Teater Muslim hingga Sinetron” Republika.
Jakarta, Senin, 29 Mei 1995. Tahun III No. 138
Budianta, Melani dkk. Memabaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera. 2003
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama.
Bandung: Refika Aditama. 2011
Dimyati & Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2006
Djoko Pradopo, Rachmat, dkk. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Hanindita Graha Widya, 2002
E. Kosasih. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya, 2012
Ekasriwahyuningsih.blogspot.com. Perekonomian di Era Reformasi. Diakses dari
http://ekasriwahyuningsih.blogspot.co.id/2012/04/perekonomian-
indonesia-di-era-reformasi.html. Diunduh 5 Januari 2015 pukul 15.00 wib.
Elisabeth. Skripsi berjudul “Perwatakan dan Watak tokoh yang didasarkan pada
pendekatan psikologis dalam naskah AAIIUU karya Arifin C. Noer”.
Universitas Negeri Jakarta. 2003
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010
Endraswara, Suwardi. Metodologi Pembelajaran Drama. Yogyakarta: Caps.
2011
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps. 2013
Hassanuddin, WS. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. 1996
Hayati, A dan Winarno Adiwardoyo. Latihan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan
Asih Asah Asuh, 1990
Holopalnen, Laura dan Sonja Sulinto. Adolescents’ Health Behaviour and Future
Orientation.Department of Psychology. University of Jyvaskyla. Spring
2005.
Hurlock , Elizabeth B.. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

viii
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
Majalah Femina. Jakarta. 2-8 November 1995
Marliani, Rosleny. Hubungan Antara Religiustas dengan Orientasi Masa Depan
Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi,
Volume 9 Nomor 2, Desember 2013
Maslihah, Sri. Pelatihan Orientasi Masa Depan untuk Meningkatkan Kemampuan
Remaja dalam Menyusun Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Bidang Keahlian: Psikologi
Klinis dan Remaja
Minderop, Albertine. Psikologi Sastra (karya sastra, metode, teori dan contoh
kasus). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011
Noer, Arifin C. AAIIUU. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2006
Nurmi, J.E. Age, Sex, Social Class,and Quality of Family Interaction as
Determinant’s Future Orientation: A Developmental Task Interpretation.
Adolescence, Vol. XXII No.88, Libra Publishers Inc.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2012
Pratista, Himawan. Memahami film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008
Prihatiningsih, Nandya Ratna. Skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam
Naskah Drama Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C. Noer dan
Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2013
Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:
Bumi Aksara. 2010
Puji Sentosa. Biografi Arifin C. Noer. http://pujies-
pujies.blogspot.com/2010/01/arifin-c-noer.html.diunduh 30 Desember
2015 Pukul.15.00 Wib.
Purba, Johana. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Burnout pada Guru. Jurnal
Psikologi Vol. 5 No. 1 Juni 2007 (Dosen Fakultas Psikologi Universitas
Indonusa Esa Unggul, Jakarta)

ix
Rachmawati, Nahdliyah. Wacana Gay dalam Skenario Film Arisan.
Commonline, Jurnal Online Departemen Komunikasi FISIP Unair.Vol.2
No.3/2013-06.
Rahayu, Yunia Ria. Skripsi berjudul “Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama
Mega, Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Pada Pembalajaran
Sastra Di SMA”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2014
Riduwan. Metode dan Teknis Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta, 2010
Rufaidah, Izzah Pengaruh Iklim Sosial Keluarga terhadap Orientasi Masa Depan
dalam Bidang Pekerjaan dan Karir pada Remaja. Skripsi. 2010.
Santrock , John. W. Psikologi Pendiidkan Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika.
2009
Santrock, John W. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. 2011.
Satoto, Soediro. Stilistika. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012
Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.1998
Sides Sudyarto. Teater sebagai Kebaktiann. Dokumen HB. Jassin. Jakarta:
Siwalan 3
Sinar Harapan. Jakarta. Sabtu, 24 Maret 1984. Tahun ke :XXII h. 8 kolom 1-6.
No. 7455
Sindonews.com. Disfiyant Glienmourinsie. Diakses dari
http://ekbis.sindonews.com/read/997601/34/jumlah-pengangguran-
bertambah-jadi-7-45-juta-orang-1430816593. Diunduh Selasa, 5 januari
2016 pukul 15.00 WIB
Siregar, Eveline & Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2010.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008
Slameto. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
2010
Sobandi. Mamdiri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
2012
Sumadinata, Nana Syaodi. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005

x
Suralaga, Fadhilah & Solicha. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010
Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1989
Tarigan, Henry Gunur., Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 2011
Wellek, Rene & Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1993

xi
Sinopsis Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
Dalam naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C.Noer bercerita tentang keluarga Rustam
yang kaya dan terhormat bertempat tinggal di pusat kota Jakarta. Rustam memiliki istri dan 3
orang anak yakni Aa, Ii dan Uu. Si sulung bernama Aa kuliah mengambil jurusan ekonomi
dengan harapan dapat menggantikan Rustam di kantor dagang, dan Ii mengambil jurusan
farmasi, sedangkan anak bungsu Rustam yakni Uu yang berbeda dengan kedua kakaknya, ia
berniat masuk kuliah jurusan sejarah karena ingin menjadi ahli sejarah. Kehidupan keluarga
Rustam dibilang harmonis, namun karena pemikiran Rustam yang menilai sesuatu
berdasarkan hukum dagang untung dan rugi, maka hal ini menjadi masalah.
Suatu malam Uu mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin menjadi Ahli Sejarah dan
masuk perguruan tinggi mengambil Jurusan Sejarah. Mendengar pernyataan anak bungsunya
tersebut ibu kaget, namun ia tidak juga menentang cita-cita anaknya tersebut, ia hanya
bertanya lalu menyuruh Uu untuk beristirahat. Akhirnya ibu memberitahukan suaminya
tentang keinginan anak bungsunya tersebut. Rustam langsung marah dan memicu pedebatan
antara Ibu Rustam dan Bapak Rustam. Bapak dengan tegas menentang cita-cita UU yang
ingin menjadi ahli sejarah, dengan pertimbangan bahwa bidang pekerjaan tersebut dari segi
material tidak menjamin kehidupan anaknya. Namun berbeda dengan Ibu yang mendukung
dan memberi kebebasan terhadap Uu untuk memilih jalan hidupnya, termasuk cita-cita yang
Uu pilih. Ibu berasumsi bahwa setiap manusia berhak menentukan jalan hidupnya masing-
masing, dan sebagai orangtua tidak berhak memaksakan kehendak bahwa seorang anak harus
menjadi apa. Rupanya keluarga ini merupakan keluarga yang keras kepala, baik ibu, Rustam,
Aa, Ii, dan Uu sama-sama memiliki watak keras kepala. Oleh karena itu masing-masing tetap
pada pendiriannya.
Aa dan Ii yang merupakan kakak Uu walaupun tidak secara tegas menentang Uu
yang memilih jurusan sejarah, namun sesungguhnya watak mereka berdua sama seperti
ayahnya yang memandang sesuatu selalu dari segi materil uang. Teman-teman sekolah Uu
semasa SMA juga ternyata memandang rendah profesi ahli sejarah. Sampai akhirnya Uu
mengadu pada ayah dan ibunya. Namun tidak disangka, bukannya mendapat dukungan dari
ayahnya. Ayah lebih berpihak pada teman-teman Uu. Uu kesal, sampai akhirnya ia
memutuskan untuk mengurung diri di kamar dan mogok makan sampai ayah mengizinkannya
untuk mengambil Jurusan Sejarah. Segala upaya telah ayah, Aa, dan Ii lakukan untuk
membujuk Uu agar tidak mengambil Jurusan Sejarah. Namun Uu tetap pada pendiriannya
bahwa ia akan tetap mengambil Jurusan Sejarah bagaimanapun konsekuensinya. Sampai
akhirnya Rustam menghubungi meminta bantuan Oom dan Tante untuk datang ke rumahnya
dan membujuk Uu agar mau nurut dengan ayahnya. Segala upaya juga dilakukan oleh Oom
dan Tante, namun sia-sia
Keadaaan semakin kacau tatkala Uu hilang dari kamarnya dan disusul oleh hilangnya
Aa dan Ii. Seorang pembantu menyarankan untuk memanggil dukun. Sempat terjadi
perdebatan antar tokoh, baik itu Rustam dengan Oom, Rustam dengan Dukun, Rustam
dengan Pembantu, dan lainnya. Dukun menyarankan agar Rustam dapat dengan lapang dada
mengabulkan keinginan anak-anaknya, terutama keinginan Uu yang ingin masuk Jurusan
Sejarah. Awalnya Rustam tetap pada pendiriannya menolak saran dari Dukun, sampai pada
akhirnya ia menyerah lalu merelakan Uu mengambil Jurusan Sejarah. Tidak lama kemudian
Uu terbangun dari igauannya, lalu ibu berkata kepada Uu bahwa semua mengizinkan ia
mengambil Jurusan Sejarah. Lalu mereka saling berpelukan, hidup dengan bahagia.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH SMA/MA .......................


MATA PELAJARAN Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS /SEMESTER XII (dua belas) / 2 (satu)
PROGRAM IPA/IPS/Bahasa
ASPEK Mendengarkan
PEMBELAJARAN
STANDAR 13. Memahami pembacaan naskah drama
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR 13.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik naskah drama yang
dididengar melalui pembacaan

Nilai Budaya
Kewirausahaan/
Indikator Pencapaian Kompetensi Dan Karakter
Ekonomi Kreatif
Bangsa
 Menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama  Mandiri  Kepemimpinan
yang didengar melalui pembacaan  Kreatif  Percaya diri
 Mendiskusikan unsur intrinsik teks drama yang  Bersahabat/
didengar komunikatif
ALOKASI WAKTU 3 x 45 menit ( 1 pertemuan)

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN  Siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama


yang dididengar melalui pembacaan dengan bukti yang
meyakinkan
MATERI POKOK  Pengertian naskah drama
PEMBELAJARAN
 Unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama
 Pembacaan naskah drama dengan intonasi dan ekspresi
sesuai karakter

METODE PEMBELAJARAN

V Ceramah
V Diskusi Kelompok
V Tanya Jawab
V Penugasan
V Presentasi
V Peragaan model
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Alokasi Waktu Nilai Budaya Dan


TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN
Karakter Bangsa
PEMBUKA  Guru mengucapkan salam dan 25 menit  Mandiri
(Apersepsi) menanyakan kabar peserta didik.
 Guru dan peserta didik berdoa
bersama sebelum pembelajaran.
 Guru melakukan absensi kelas.
 Guru memberikan informasi
kompetensi, meteri, tujuan,
manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
 Guru memutar rekaman cuplikan
lakon AAIIUU.
 Guru menanyakan siapa saja
siswa yang mengikuti cerita film
tersebut. Kepada siswa yang
menonton, guru mengajukan
sejumlah pertanyaan seputar isi
ceritanya: siapa tokoh utama,
karakternya, tema, amanat, latar
cerita, dsb.
 Guru menyatakan bahwa dalam
cerita sinetron, film, drama, dan
cerita fiksi lain selalu memiliki
unsur intrinsik dan ekstrinsik.

INTI  Eksplorasi  40 menit  Kreatif


 Guru menyiapkan konsentrasi
siswa untuk mendengarkan
pembacaan naskah lakon
AAIIUU dan difokuskan pada
unsur intrinsik yang akan
dibahas
 Siswa menyimak pembacaan
naskah lakon AAIIUU yang
dilakukan oleh beberapa siswa
yang ditunjuk Guru.
 Siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan pemahaman isi
cerita naskah lakon AAIIUU
yang disampaikan secara lisan
oleh Guru.
 Siswa saling menukarkan
pekerjaan /jawabannya untuk
diperiksa secara silang di
bawah bimbingan Guru
 Elaborasi 40 menit
 Guru mengulas lebih
mendalam dua unsur intrinsik,
yaitu alur dan konflik.
 Siswa berdiskusi kelompok
untuk mengungkap alur dan
jenis konflik yang ada dalam
naskah lakon AAIIUU yang
didengarkan.
 Guru mengamati kinerja siswa
dalam mengikuti diskusi
kelompok dan membuat
catatan penilaian
 Secara bergiliran, setiap
kelompok ke depan kelas
untuk mempresentasikan
hasil diskusinya. Kelompok
lain diwajibkan untuk
memberikan tanggapan kritis
atas isi presentasi.
 Guru memberikan ulasan dan
komentar terhadap hasil
presentasi semua kelompok.
Guru juga mengomentari
kinerja individu dalam
memberikan tanggapan.
Ditunjukkan tanggapan yang
bagus berikut alasannya.
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi,
20 menit
Siswa:
 Menyimpulkan tentang hal-
hal yang belum diketahui
 Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum diketahui.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik.
 Memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber.
 Memfasilitasi peserta didik
melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan.
 Memfasilitasi peserta didik
untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi
dasar:
⁻ Berfungsi sebagai
narasumber dan fasilitator
dalam menjawab
pertanyaan peserta didik
yang menghadapi
kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang
baku dan benar.
⁻ Membantu menyelesaikan
masalah.
⁻ Memberi acuan agar
peserta didik dapat
melakukan pengecekan
hasil eksplorasi.
⁻ Memberi informasi untuk
bereksplorasi lebih jauh.
⁻ Memberikan motivasi
kepada peserta didik yang
kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
 Guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang belum diktahui
siswa.
 Guru bersama siswa bertanya
jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.
PENUTUP Dalam kegiatan penutup, guru: 10 menit Bersahabat/
(Internalisasi komunikatif
dan refleksi)  Bersama-sama dengan peserta
didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran.
 Melakukan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram.
 Memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
 Merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik.
 Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran dan
menyampaikan tugas mandiri
untuk menyaksikan suatu cerita
sinetron/drama di radio atau
televisi dan mengungkap unsur-
unsur intrinsiknya
 Guru meminta ketua kelas
memimpin doa

SUMBER BELAJAR
V Pustaka rujukan Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia untuk
SMA/MA Kelas XII karya Sobandi terbitan Erlangga tahun
2006 h. 144-152
Endah Tri Priyatni. Membaca Sastra Dengan Ancangan
Literasi Kritis. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010). h. 182
Budianta, Melani dkk. Memabaca Sastra.(Magelang:
Indonesia Tera. 2003). h. 99
Suroto., Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 1989).
h. 88
Burhan Nurgiyantoro., Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta:
UGM Press. 2012). h. 45
V Material: VCD VCD cuplikan drama/sinetron tv yang sedang digemari
V Media cetak Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer. (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 2006)
V Model peraga Siswa peraga pembaca naskah lakon AAIIUU

PENILAIAN

TEKNIK dan BENTUK V Tes Tertulis


 Peserta didik menjawab “Kuis Uji Teori” untuk
mengukur pemahaman mengenai konsep-konsep yang
telah dipelajari.
V Observasi Kinerja/Demontrasi
 Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara
bergantian.
 Kelompok lain menyimak dan menanggapi setiap hasil
presentasi kelompok.
V Pengukuran Sikap
V Tugas
 Peserta didik diminta mendengarkan naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer
 Peserta didik diminta berdiskusi untuk memahami
unsur intrinsik (karakter tokoh, alur cerita, tema dan
latar) dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C.
Noer
 Secara kelompok peserta didik diminta untuk
mengidentifikasi dan menganalisis keterkaitan unsur
intrinsik (karakter tokoh, alur cerita, tema dan latar)
dalam naskah lakon AIIUU karya Arifin C. Noer
Tugas untuk mendengarkan pembacaan teks drama
INSTRUMEN /SOAL Tugas untuk menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur
intrinsik cerita drama
Daftar pertanyaan Kuis Uji Teori untuk mengukur
pemahaman siswa atau konsep-konsep yang telah dipelajari
Ciputat, 16 Mei 2016
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

--------------------------------- ------------------------------
NIP : NIP :
URAIAN MATERI
A. Hakikat Drama/Lakon
1. Pengertian drama/lakon
Istilah drama berasal dari kata drame (Perancis) yang digunakan untuk
menjelaskan lakon-lakon tentang kehiduoan kelas menengah. Drama adalah salah satu
bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan
atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai action.1 Sebuah drama pada hakikatnya hanya
terdiri atas dialog. Mungkin dalam drama ada pertunjuk pementasan, namun petunjuk ini
sebenarnya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan pemain. Oleh karena itu, dialog
para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama dan petunjuk lakuannya disebut teks
sampingan.
Di samping istilah drama ditemukan juga istilah teater atau theatre (bahasa
Inggris). Meskipun kedua istilah tersebut dari asal katanya berbeda, namun dalam bahasa
Indonesia, kedua istilah tersebut tidak dibedakan. Drama dan teater adalah sebuah lakon
yang dipentaskan baik dengan naskah atau tanpa naskah.2 Sebagai istilah “drama” dan
“teater” ini datang atau kita pinjam dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus,
asal kedua istilah ini adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada
Awalnya di Yunani baik “drama” maupun “teater” muncul dari rangkaian upacara
keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.3
Satu hal yang tetap menjadi ciri lakon/drama adalah bahwa kemungkinan itu harus
disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh. Akibat dari hal inilah maka
seandainya seorang pembaca yang membaca suatu teks drama tanpa menyaksikan
pementasan drama tersebut mau tidak mau harus membayangkan jalur peristiwa di atas
pentas. Dari beberapa pengertian drama yang dimaksudkan dapatlah disebutkan bahwa
drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan
tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.
2. Menemukan unsur-unsur intrinsik drama/lakon
Secara garis besar, benuk sastra terdiri atasprosa, puis, dan drama. Prosa ditulis ke
dalam bentuk paragraf, puisi ditulis ke dalam bentuk bait, dan drama ditulis ke dalam
bentuk dialog. Ketiganya memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam drama terdapat
unsur tema, amanat, latar, alur, dan penokohan.

1
Endah Tri Priyatni. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010). h. 182
2
Ibid. h. 185
3
Budianta, Melani dkk. Memabaca Sastra.(Magelang: Indonesia Tera. 2003). h. 99
Tema adalah pokok pikiran atau ide yang melandasi suatu cerita.4 Tema
menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh
bagian cerita itu. Tema terletak di balik pokok cerita tersebut. Itulah sebabnya dapat
dikatakan bahwa tema adalah pokok pikiran atau pokok persoalan di balik pokok
cerita.5 Sehubungan dengan pengertian di atas maka tema cerita hanya dapat
diketahui dan ditafsirkan setelah membaca cerita serta menganalisisnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengetahui alur cerita serta penokohan dan dialog-
dialognya.
Latar adalah segala keterangan yang berhubungan dengan waktu, tempat,
dan suasana yang tergambar ketika peristiwa berlangsung. 6 Hakikat drama yang
ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan menyebabkan latar pada drama berbeda
dengan latar pada cerpen dan novel. Pada cerpen atau novel, ada banyak cara yang
dimanfaatkan pengarang dalam menjelaskan waktu terjadinya peristiwa, demikian
pula mengenai tempat dan ruang. Di dalam drama umumnya tidak demikian,
keterbatasan karena peristiwa harus dipentaskan, menyebabkan biasanya sebuah
cerita pada drama atau deretan peristiwa dinyatakan dalam suatu latar tertentu.
Misalnya penggarapan waktu di dalam drama biasanya bersifat kronologis.
Alur disebut juga plot atau jalan cerita adalah rangkaian peristiwa atau urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan cerita.7 Peristiwa dalam sebuah drama adalah
kejadian yang berlangsung dalam suatu adegan. Suatu peristiwa dapat diamati
melalui kehadiran tokoh, dialog, dan gerak tokoh, perpindahan latar, atau pergantian
kostum tokoh. Rangkaian alur dapat disusun dengan pola permulaan, pertengahan,
serta penutupan.
1. Tahap Permulaan
Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis dalam
sebuah cerita film karena dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah
ditentukan aturan permainan cerita film. Pada tahap ini biasanya telah
ditetapkan pelaku utama dan pendukung, pihak protagonis dan antagonis,
masalah dan tujuan, serta aspek ruang dan waktu cerita (eksposisi).8 Jika

4
Sobandi. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. (Jakarta:
Erlangga. 2006). h. 144
5
Suroto., Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 1989). h. 88
6
Sobandi.Op.Cit. h. 144
7
Ibid., h. 144
8
Burhan Nurgiyantoro., Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: UGM Press. 2012). h. 45
seorang pelaku cerita baik protagonis maupun antagonis membutuhkan
apapun, pada tahap inilah tuntutan tersebut biasanya dipenuhi.
2. Tahap Pertengahan
Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh utama atau
protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah yang telah ditentukan
pada tahap permulaan. Pada tahap inilah alur cerita mulai berubah arah dan
biasanya disebabkan oleh aksi di luar perkiraan yang dilakukan oleh karakter
utama atau pendukung.9 Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya
konflik.
Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara pihak protagonis
dengan antagonis. Pada tahap ini juga umumnya karakter utama tidak mampu
begitu saja menyelesaikan masalahnya karena terdapat elemen-elemen
kejutan yang membuat masalah menjadi lebih sulit atau kompleks dari
sebelumnya. Pada tahap inilah tempo cerita semakin meningkat hingga
klimaks cerita. Pada tahap ini hinggga menjelang klimaks, tokoh utama
sering kali mengalami titik terendah (putus asa) baik dari segi fisik maupun
mental.
3. Tahap Penutupan
Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari konflik
atau konfrontasi akhir. Pada titik inilah cerita film mencapai titik ketegangan
tertinggi. Setelah konflik berakhir maka tercapailah penyelesaian masalah,
kesimpulan cerita, atau resolusi. Tokoh utama berhasil mencapai tujuannya
dan bisa pula tidak. Mulai titik inilah tempo cerita makin menurun hingga
cerita berakhir.
Tokoh dan Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam drama.10 Ini
berkaitan dengan perwatakan atau karakterisasi, yaitu cara sutradara
mendeskripsikan tokoh-tokohnya. Seorang tokoh dapat dideskripsikkan berwatak
baik, jahat, pemberani, pemarah, penakt, dan lain-lain. Karakter tokoh dalam drama
dapat diamati melalui dialog, gerakan, kostum, pikiran (monolog), dan cara
menghadapi masalah.

9
Ibid., h. 45
10
Sobandi.Op.Cit h. 145
Lembar Pengamatan Sikap
Skor
No. Aspek yang Dinilai Keterangan
1 2 3 4
1. Memulai aktivitas belajar
dengan berdoa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
2. Menunjukkan rasa
bersyukur atas anugerah
yang telah diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa
3. Menghormati sesama
walaupun memiliki
keyakinan agama yang
berbeda
*) Aspek yang dinilai dapat ditambahkan sesuai dengan sikap yang diharapkan dalam
proses pembelajaran.

Petunjuk:
a) 4 = selalu, apabila selalu melakukan dalam aktivitas,
b) 3 = sering, apabila sering melakukan dalam aktivitas dan kadang-kadang tidak melakukan,
c) 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dalam aktivitas dan sering tidak
melakukan,
d) 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.

Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab


Petunjuk:
Lembaran penilaian ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial siswa dalam bertanggung
jawab. Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditunjukkan
siswa, yaitu dengan kriteria sebagai berikut:
a) 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan,
b)3 =sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan,
c) 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan,
d) 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.
Nama Siswa : ....................................
Kelas dan NIS : ....................................
Tanggal Pengamatan : ....................................
Materi Pokok : ....................................
Aspek Skor
No. Keterangan
Pengamatan 1 2 3 4
1. Melaksanakan
tugas individu
dan kelompok
dengan baik
2. Menyelesaikan
tugas secara
mandiri
3. Menyelesaikan
soal ujian atau
tes dalam proses
pembelajaran
dengan mandiri
4. Meminta maaf
jika melakukan
kesalahan
5. Melaksanakan
proses belajar
mengajar
dengan tertib
Jumlah Skor

Petunjuk:
Siswa memperoleh nilai:
baik sekali : apabila memperoleh skor 16-20
baik : apabila memperoleh skor 11-15
cukup : apabila memperoleh skor 6-10
kurang : apabila memperoleh skor 1-5
Lembar Pengamatan Observasi

Kelompok ke- :
Anggota kelompok :
Kelas :
Tanggal penilaian :
No. Aspek-aspek yang dinilai Nilai
A B C D
1. Antusiasme peserta kelompok dalam
penyusunan tugas.
2. Kemampuan bekerjasama atau berdiskusi.
3. Ketuntasan menyelesaikan tugas.
4. Keberanian dalam mengemukakan pendapat.
5. Tingkat perhatian pada kelompok lain yang
sedang mempresentasikan hasil diskusi.

Petunjuk:
Lembar ini diisi oleh guru untuk menilai kelompok dalam menyelesaikan tugas dan
mengemukakan pendapat. Berilah tanda ceklis (√) pada kolom skor sesuai dengan sikap
sosial yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam kelompok dengan kriteria sebagai berikut:
Baik sekali (A) : skor 81-90
Baik (B) : skor 71-80
Cukup (C) : skor 61-70
Kurang (D) : skor 51-60
Tes Tulis
Soal
1. Apa yang dimaksud dengan drama?
2. Jelaskan unsur-unsur yang membangun sebuah drama?
3. Apa yang membedakan drama dengan karya lain, seperti cerpen dan novel?
4. Jelaskan perbedaan prolog, dialog, monolog, dan epilog?
5. Apa yang dimaksud dengan babak atau adegan?

Jawaban
1. Drama merupakan karya sastra yang mengisahkan kehidupan manusiaa melalui dialog dan
gerak di atas pentas.
2. Naskah, pelaku, pentas, kostum, prolog, dialog, epilog, adegan, babak, akting, mimik.
3. Dalam naskah drama terdapat petunjuk pemanggungan.
4. Prolog : pengantar cerita
Dialog : percakapan antar tokoh
Monolog : percakapan tokoh dengan dirinya sendiri
Epilog : penutup cerita
5. Babak/adegan : bagian cerita atau gerakan
Pengamatan Penilaian Tes Tulis
PENILAIAN KEGIATAN SISWA DALAM PELAJARAN NASKAH DRAMA/LAKON
Nama:
Tanggal:
Skor Kriteria Keterangan
Sangat baik—sempurna: menguasai topik tulisan;
27—30
substansif; relevan dengan topik yang dibahas
Cukup—baik: cukup menguasai permasalahan;
22—26 cukup memadai; pengembangan tesis terbatas;
relevan dengan topik, tetapi kurang terperinci
ISI

Sedang—cukup: penguasaan permasalahan


17—21 terbatas; substansi kurang; pengembangan topik
tidak memadai
Sangat kurang—kurang: tidak menguasai
13—16 permasalahan; tidak ada substansi; tidak relevan;
tidak layak dinilai
Sangat baik—sempurna: ekspresi lancar; gagasan
18—20 terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik;
urutan logis; kohesif
STRUKTUR TEKS

Cukup—baik: kurang lancar; kurang terorganisasi,


14—17 tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas;
logis, tetapi tidak lengkap
Sedang—cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau
10—13
tidak terkait; urutan dan pengembangan kurang logis
Sangat kurang—kurang: tidak komunikatif; tidak
7—9
terorganisasi; tidak layak dinilai
Sangat baik—sempurna: penguasaan kata canggih;
18—20 pilihan kata dan ungkapan efektif; menguasai
pembentukan kata; penggunaan register tepat
Cukup—baik: penguasaan kata memadai; pilihan,
14—17 bentuk, dan penggunaan kata/ungkapan kadang-
KOSAKATA

kadang salah, tetapi tidak mengganggu


Sedang—cukup: penguasaan kata terbatas; sering
terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan
10—13
kosakata/ungkapan; makna membingungkan atau
tidak jelas
Sangat kurang—kurang: pengetahuan tentang
7—9 kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah;
tidak layak nilai
Sangat baik—sempurna: konstruksi kompleks dan
efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan
18—20 bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina,
preposisi)
KALIMAT

Cukup—baik: konstruksi sederhana, tetapi efektif;


terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks;
14—17 terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa
(fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi)
tetapi makna cukup jelas
Sedang—cukup: terjadi kesalahan serius dalam
konstruksi kalimat tunggal/kompleks (sering terjadi
10—13
kesalahan pada kalimat, urutan/fungsi kata, artikel,
pronomina, makna membingungkan atau kabur
Sangat kurang—kurang: tidak menguasai tata
7—9 kalimat; terdapat banyak kesalahan; tidak
komunikatif; tidak layak nilai
Sangat baik—sempurna: menguasai aturan
penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda
9—10
baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan
paragraf
Cukup—baik: kadang-kadang terjadi kesalahan
7—8 ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan
MEKANIK

penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna


Sedang—cukup: sering terjadi kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan
4—6
paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna
membingungkan atau kabur
Sangat kurang—kurang: tidak menguasai aturan
penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda
1—3
baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan
paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai

Lembar Tes Tertulis


Buku Siswa “Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia”, untuk SMA/MA
Kelas XII. Penerbit Erlangga
Tugas Kelompok
SOAL
Analisislah unsur intrinsik tema, alur, latar, tokoh dan penokohan dari naskah lakon AAIIUU
karya Arifin C. Noer!
Unsur Intrinsik Jawaban Bukti
Tema
Alur
Latar
Tokoh dan Penokohan

Jawaban

Unsur Intrinsik Jawaban Bukti


Tema tema yang diangkat secara “Rustam : Mau jadi ahli
tersurat jelas bahwa sejarah?
pengarang hendak Ibu : Yaa.. kan nanti
sama-sama jadi
menyuarakan perlunya
dokteranda
dukungan orang tua terhadap kalau selesai
anak akan mengembangkan kelak.
rasa percaya dan sikap yang Rustam :Kamu betul-
positif terhadap masa depan, betul kurang
percaya akan keberhasilan memahami
yang akan dicapainya serta jaman sekarang.
Dokteranda
termotivasi untuk mencapai
apapun memang
tujuan yang telah sama, tapi nilai
direncanakan di masa depan. komersilnya
Kurangnya dukungan orang berbeda-beda.
tua terhadap orientasi masa Insinyur juga
depan remaja tersurat jelas macam-macam
dari dialog dalam skenario dan boleh
dikatakannya
film AAIIUU. Anak satu sama lain,
diharuskan lebih memilih tapi tetap saja
pilihan orang tua, dan tidak masing-masing
dapat menentukan memiliki nilai
pendidikan sampai nantinya komersil yang
akan bekerja di mana dan berbeda-beda!”
(Arifin .C. Noer,
akan menjadi apa
h. 5-6)

Alur Tahap Permulaan


Dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer
ini dimulai dari pembukaan
bagian pertama. Pada tahap
awal ini dibuka dengan
percakapan dua tokoh
perempuan yaitu tokoh Uu
dan Ibu yang berlatar di
sebuah kamar menjelang
tidur malam
Tahap Pertengahan
Konflik pertama, tahap
pemunculan masalah yang
terjadi pada naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer
adalah terjadi ketika scene
Uu baru saja datang dari
pesta perpisahan sekolah, dan
Uu bercerita jika dia
ditertawakan oleh teman-
temannya hanya karena akan
melanjutkan sekolah di
jurusan sejarah. Mereka
menganggap Uu sudah gila
dalam mengambil keputusan
untuk memilih jurusan
sejarah, yang nantinya akan
menambah jumlah penduduk
miskin di Indonesia

Konflik kedua, konflik mulai


terlihat ketika scene Bapak
menasihati dan mencoba
mengajak berdiskusi tentang
rencana Uu. Bapak mencoba
untuk membuka pikiran Uu
bahwa apa yang menjadi
kesukaannya yakni suka
membaca dongeng-dongeng
telah mempengaruhi dan
menggelapkan pikirannya.
Perdebatan pun terjadi tat
kala Uu mengetahui jika
bapak tidak setuju dengan
pilihan jurusan yang Uu
pilih. Sebenarnya bapak tidak
keberatan dengan Uu
menyukai dongeng-dongeng
ataupun pelajaran sejarah,
namun bapak keberatan jika
hal disukai itu menjadi
pilihan Uu untuk menentukan
masa depannya.

Konflik ketiga, melihat


semua keluarga tidak ada
yang mendukung dengan
keinginan Uu. Scene ketiga
terlihat jika Uu mengancam
akan mengurung diri kalau
semua tidak ada setuju
dengan pilihan Uu. Ia
mengunci diri di kamar dan
melakukakn mogok makan.
Melihat tidak ada yang
berhasil untuk membujuk
Uu, akhirnya Bapak, Ibu,
Tante dan Oom melakukan
diskusi untuk mencari jalan
keluar masalah ini. Langkah
selanjutnya adalah
membujuk ibu agar mau
mempengaruhi Uu dengan
membacakan dongeng-
dongeng. Segera ibu
menemui Uu di kamar dan
segera membacakan
dongeng itu.
Tahap Penutupan
Cerita pun berakhir dengan
kebahagiaan yakni ketika Uu
berada di dekapan ibu yang
berlatar di kamar UU. Semua
keluarga menyetujui apa
yang menjadi keinginan dan
cita-cita Uu, karena memang
seharusnya tugas orang tua
adalah mendukung apa yang
menjadi dicita-citakan anak.
Bukan malah menghambat
minat dan bakat mereka
sehingga apa yang dicita-
citakan si anak akan sirna
begitu saja
Latar a. Penunjuk tempat “Ext. Jalan Thamrin, Siang
Lalu lintas yang ramai
Secara garis besar latar
sekali! dan cepat sekali! dan
tempat yang digunakan pencakar-pencakar lanagit.
dalam lakon AAIIUU Dan salah satunya adalah
karya Arifin C. Noer kantor Tokoh”(Arifin C.
Noer, h. 50)
adalah di pusat kota
Jakarta. Hal ini
dibuktikan ketika di
kantor Rustam,
digambarkan tentang
suasana kota besar yang
ramai dengan padat
penduduk dan gedung-
gedung perkantoran.
b. Penunjuk Waktu “Rustam : Ii! Ini bukan
Latar waktu yang terdapat diskusi kosong. Ini
menyangkut masa depan
dalam lakon AAIIUU adikmu, Uu! Coba kita
karya Arifin C. Noer bicara terang-terangann
saja. Mana yang lebih
diperkirakan tahun 1994, menguntungkan buat Uu,
sesuai dengan pembuatan jurusan sejarah atau
jurusan ekonomi. Misalnya
naskah. Di mana pada ini dipandang dari segi
tahun tersebut telah keuntungan dagang”(Arifin
C. Noer, h. 12)
terjadi krisis moneter.
Sebagian besar produksi
terhenti dan buruknya
ekonomi Indonesia masa
transisi juga disebabkan
oleh besarnya defisit
neraca perdagangan dan
utang luar negeri. Selain
itu perekonomian
Indonesia cukup
terganggu dengan adanya
aruspembelian dollar
Amerika yang bersifat
spekulatif karena beredar
isu akan adanya devaluasi
rupiah. Hal inilah yang
menjadikan pemikiran
masyarakat pada saat itu
memiliki pandangan
bahwa semuanya harus
ditilik dari segi
keuntungan. Entah itu
dari segi pendidikan,
pekerjaan, bahkan jodoh
sekalipun.
c. Penunjuk Status Sosial “Int. Kantor Rustam. Ruang
administrasi. Siang.
Latar sosial budaya
Shot-shot dalam scene ini
menunjuk pada hal yang harus melukiskan dan
sekaligus melambangkan
berhubungan dengan
kehidupan sekarang yang
perilaku kehidupan sosial bagaikan mesin, rapi dan
dingin. Tersusun namun
masyarakat. Latar sosial
kehilanga perasaan” (Arifin
yang terdapat pada lakon C. Noer, h. 51)
AAIIUU karya Arifin C.
Noer menggambarkan
kehidupan masyarakat
pusat perkotaan di
Jakarta. Latar sosial yang
menjadi sorotan adalah
kebiasaan hidup, tradisi,
serta cara berpikir dan
bersikap. Mata
pencaharian masyarakat
di pusat perkotaan Jakarta
pada umumnya bekerja di
gedung-gedung
perkantoran, seperti
halnya tokoh Rustam
yang bekerja di kantor
dagang.
Tokoh dan Penokohan Uu
Uu memiliki sifat keras “Uu : Kalau semua tidak
kepala. Demi setuju Uu akan mengunci diri
mempertahankan dalam kamar dan mogok
keinginannya, ia sampai makan”(Arifin C. Noer, h.
berani mengunci diri di 18)
kamar, hal yang tidak pernah
dilakukan oleh kedua
kakaknya.

Keputusannya untuk
mengunci diri bukan berarti “Uu :Setuju dulu dong Uu
masuk jurusan
sikap atau karakter Uu yang sejarah.
manja. Namun lebih kepada Tante : Dilemma. Dilemma.
Itu tidak mungkin
sikap pemberontakan untuk sayang. Itu akan
mempertahankan haknya mencelakakan
masa depan.
sebagai anak. Di antara hak- Uu :Ini masalah hak
hak anak antara lain adalah azasi” (Arifin C.
hak mendapat kehidupan, Noer, h. 32)

hak berhak mendapatkan


nama dan kewarganegaraan,
hak berkarya dan
berpendapat, hak berpikir
dan beragama, hak mendapat
perlindungan dari tindakan
kekerasan dan perlakuan
yang seenaknya.

Aa
Ia dituntut ketika dewasa “Ibu :Kalian keliru. Yang
nanti dapat menggantikan seharusnya kalian
ayahnya bekerja di kantor lakukan bukan
membujuk UU tapi
dagang. Maka dari itu Aa
meyakinkan Papa
kuliah mengambil jurusan bahwa UU tidak salah
ekonomi. Akibat bentuk pilih.
didikan Rustam yang otoriter AA : Tapi Papa benar, Ma.
menjadikan menjadi anak Yang kita perlukan
yang memiliki sifat realistis sekarang adalah
lapangan yang
sebanyak mungkin
untuk memberikan
keuntungan
materil.(Arifin C.
Noer, h. 23)
Ii
Ii memiliki rasa tanggung Ii :Saya akan membujuknya
jawabnya sebagai seorang untuk yang pertama
kakak, khususnya kakak kalinya sebagai
perempuan. Ia mencoba kakaknya. Barangkali
untuk membujuk Uu pertama saya akan mendapat
kali agar mengurungkan tempat yang istimewa di
niatnya untuk mengunci diri hatinya. (Arifin C. Noer,
di kamar h. 19)
Rustam “Rustam : Artinya
digambarkan memiliki watak membiarkan Uu jatuh kepada
yang keras kepala, pilihan yang keliru! semua
materialistis, egois serta orang mengejar uang dan
realistis kamu biarkan Uu mengejar
angin yang bernama
lamunan sejarah. Sebagai
Ibu seharusnya kamu
menyadarkan Uu yang baru
tahu AIUEO itu bahwa
sejarah tidak akan
menyelesaikan hidup ini.
Hanya uang yang punya
kemampuan tidak terbatas
untuk menyelesaikan apa
saja” (Arifin C. Noer, h. 11)
Ibu “Ibu : Kamu tidak
selalu memberikan sendirian U. Mama juga
kebebasan terhadap minat akan berusaha sekuat tenaga
dan bakat anak-anaknya untuk meyakinkan mereka
bahwa kamu berhak
mewujudkan impian kamu”
(Arifin C. Noer, h. 20)
Tante “Tante : Sebaiknya kita
Sifat tante sangat protektif siapkan satu tabung besar
dan pemikirannya terlalu zat asam murni udara dalam
sempit sehingga masalah kamarnya. Nanti lama-lama
yang kecil menjadi dibesar- pasti kotor dan UU pasti
besarkan. kepayahan”(Arifin C. Noer,
h. 29)
Oom “Oom : Dalam filsafatnya
memiliki karakter yang rumit adalah , „kebenaran rupanya
atau bisa dibilang banyak lebih betah di rumah
pertimbangan. tetangga, karena kita sendiri
sebenarnya lebih betah di
rumah tetangga‟ (sebentar
menelan wafer atau apalah).
Lalu pertanyaannya adalah
apa yang akan digunakan
sebagai landasan usaha kita
dalam memecahkan
persoalan. Perasaankah?
pikirankah?” (Arifin C.
Noer, h. 35)
Berlin, Ketua, dan teman lain- “Ketua: Memasuki jurusan
lain sejarah atau jurusan
digambarkan mereka fakultas-fakultas lainnya
memiliki sifat materialistis. yang sejenis adalah sia-sia.
Karena ditinjau dari segi
lapangan kerja sangat
sempit. Di republik ini tidak
perlu banyak-banyak ahli
sejarah. Cukup seorang saja
untuk mengepalai satu
departemen dengan seorang
pelayan sebagai
pembantunya. Jelas? Yang
dibutuhkan sekarang adalah
tenaga-tenaga yang terampil
laksana komputer untuk
perputaran roda ekonomi”
(Arifin C. Noer, h. 16)
Pembantu “Pembantu : Coba? Apa
digambarkan memiliki sifat yang terjadi barusan?
yang lucu. Sifat si mbok Ngomong marah-marah lalu
yang lucu bukan berarti si pergi. Ndak jelas semuanya.
mbok suka melawak, Ini yang namanya
melainkan melalui celotehan- pemborosan terselubung.
celotehannya secara tidak Dan kalau boleh kasar
langsung terdapat pesan yang simbok bisa bilang ini
ingin disampaikan pembunuhan tanpa jejak.
Nah, makanlah” (Arifin C.
Noer, h. 62)
Dukun “Dukun : Kalian tidak
memiliki sifat yang bijaksana akan menemukan mereka
karena mereka begitu dekat
dengan kalian. Hanya saja
dengan sikap kalian telah
melenyapkan UU. Kalian
sendirilah yang melenyapkan
Uu, maka hanya kalian
sendiri yang mampu
memunculkan Uu kembali”
(Arifin C. Noer, h.103)

Rubrik penilaian
Penskoran
No. Aspek yang dinilai
3 2 1
1. Penentuan tema
2. Penentuan latar
3. Penentuan penokohan
4 Penentuan alur
5 Penentuan amanat
Jumlah skor maksimum 15

Keterangan:
3 = jelas/tepat/kuat 2 = kurang jelas/kurang tepat/kurang 1 = tidak jelas/tidak tepat/tidak

Penghitungan nilai akhir

Skor yang diperoleh


Nilai = ------------------------ X 100 =
Skor Maksimum
UJI REFERENSI

Nama : 1na1ia

Nll4 :1111013000055

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon
AAIIUU Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kelas XII

Dosen Pernbiinbing : Rosida Erowati, M. Hum

No. Judul Buku dan Pengarang Paraf

1. Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika


Aditama. 2009

2. Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendiidkan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

3. Ali Said, "Ar/In C. Noer: dari Teater Muslim hingga Sinetron"


Republika. Jakarta, Senin, 29 Mel 1995. Tahun III No. 138
4. Budianta, Melani dkk. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.
- 2003

5. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun


Pertania. Bandung: Refika Aditama. 2011
6. Dimyati & Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta. 2006

7. Djoko Pradopo, Rachmat, dkk. Metodologi Penelitian Sastra.


Yogyakarta: Hanindita Graha Widya, 2002
8. E. Kosasih. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung:
YramaWidya, 2012
9. Ekasriwahyuningsih.blogspot.com . Perekonomian di Era
Reformasi. diakses dan
http://ekasriwahyuningsih.b1ogspot.co.id/201 2/04/perekonomian-i
ndonesia-di-era-reformasi.html. Diunduh 5 Januari 2015 pukul
15.00 wib.
10. Elisabeth, skripsi berjudul "Perwatakan dan Watak watak tokoh
yang didasarkan pada pendekatan psikologis dalam naskah AA II
UU karya Arifin C. Noer dalam Drama AA II UU Karya Arifin
C. Noer" Universitas Negeri Jakarta. 2003, tidak dipublikasikan.
CP
11. Emzir. Metodologi Penelitian KualitatifAnalisis Data. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010
12 Endraswara, Suwardi. Metodologi Pembelajaran Drama.
Yogyakarta: Caps. 2011
13. Hasanuddin, WS. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung:
Angkasa. 1996
14. Hayati, A dan Winamo Adiwardoyo. Latilian Apresiasi Sastra.
Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990
15. Holopalnen, Laura dan Sonja Sulinto. Adolescents' Health
Behaviour and Future Orientation.Department of Psychology.
University of Jyvaskyla. Spring 2005
16. Hurlock, Elizabeth B.. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

17. Keraf, CIorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004

18. MajalahFemina. Jakarta. 2-8 November 1995

19. Marliani, Rosleny . Hubungan Antara Religiustas dengan


Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Tingkat
Akhir. Jurnal Psikologi, Volume 9 Nomor 2, Desember 2013
20. Maslihah, Sri. Pelatihan Orientasi Masa Depan untuk
Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam Menyusun Orientasi
Masa Depan Bidang Pekerjaan. Universitas Pendidikan Indonesia.
2011. Bidang Keahlian: Psikologi Klinis dan Remaja
21. Albertine Minderop. Psikologi Sastra (karya sastra, metode, teori
dan contoh kasus). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011
22. Noer, Arifin C. AA II UU. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2006 q9l
23. Nurmi, J.E. Age, Sex, Social Class,and Quality of Family
Interaction as Determinant's Future Orientation: A Developmental
Task Interpretation. Adolescence, Vol. XXII No.88, Libra
____ Publishers Inc.
24. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 2012 CV
25. Pratista, Himawan. Memahami film. Yogyakarta: Homerian
Pustaka. 2008
26. Prihatiningsih, Nandya Ratna, skripsi berjudul "Nilai Akhlak
Karimah dalam Naskah Drama Telah Pergi la Telah Kembali la
Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra
di SMA". UN SyarifHidayatullah Jakarta. PBSI. 2013
27. Priyatni, Endah Tn. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi
Kritis. Jakarta: Bumi Aksara. 2010
28. Puji Sentosa.,Biografi ArfIn C. Noer.
http://pulies-puiies.blo gspot.com/2Ol0/0l/arifn-c-_ noer.htmLdiund
uh 30 Desember 2015 Pukul. 15.00 Wib.
29. Purba, Johana. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Burnout pada
Guru. Jumal Psikologi Vol. 5 No. 1 Juni 2007 (Dosen Fakultas
Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta)
30. Rachmawati, Nandliyah. Wacana Gay dalam Skenario Film
Arisan. Commonline, Junnal Online Departemen Komunikasi FISIP
Unair.Vol.2 No.3/2013-06
31. Rahayu, Yuma Ria. skripsi berjudul "Penilaku Masyarakat Urban
dalam Drama Mega, Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya
Pada Pembalajaran Sastra Di SMA". UN Syarif Hidayatullah
Jakarta. PBSI. 2014
32. Riduwan. Metode dan Teknis Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta,
2010
33. Rufaidah, Izzah Pengaruh Iklim Sosial Keluarga terhadap
Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan dan Karir pada
Remaja. Skripsi. 2010. UN SyarifHidayatullah Jakarta. PsikOlogi
34. Santrock, John. W. Psikologi Pendidikan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Humanika. 2009
35. Santrock, John W. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba
Humanika. 2011
36. Satoto, Soediro. Stilistika. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012
37. Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1998

39. Sides Sudyarto. Teater sebagai Kebaktian. Dokumen HB. Jassin.


Jakarta: Siwalan 3
40. SinarHarapan. Jakarta. Sabtu, 24 Maret 1984. Tahun ke :XXII h. 8
kolom 1-6. No. 7455
41. Sindonews.com . Disfiyant Glienmourinsie. Diakses dan
http://ekbis.sindonews.com/read/997601/34/ jumlah-pengangguran
-
-bertambah-i adi-7-45-iuta-orang- 1430816593. Diunduh Selasa, 5
Januari 2016 pukul 15.00 WIB
42. Siregar. Eveline & Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Bogor: Ghalia Indonesia. 2010
43. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
2008
44. Slameto. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010
45. Sobandi. Mandiri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Erlangga. 2012
46. Sumadinata, Nana Syaodi. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
47. Suralaga, Fadhilah & Solicha. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN SyanfHidayatullah Jakarta. 2010
48. Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1989

49. Tarigan, Henry Guntur., Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:


Angkasa. 2011
50. Wellek, Rene & Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 1993
LEMBAR UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi berjudul "Orientasi Masa
Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kelas XII" yang disusun oleh IRMALIA, NIM
1111013000055, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah
disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada 17 Juli 2016

Jakarta, 18 Juli 2016


Dosen Pe1pb1mbing

alErowati. M. Hum
NIP. 19771030 2008012 009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IRMALIA lahir di Indramayu 16 Mei 1993. Anak


pertama dari Bapak Hamim Aminuddin dan Ibu Warniti
ini memulai pendidikan dasar di SD Negeri 3 Anjatan,
lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 1 Anjatan. Setelah lulus, ia kembali melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Anjatan.
Kecintaannya terhadap sastra memutuskan ia untuk
melanjutkan pendidikan jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis termasuk orang yang menyukai kesenian, hal ini terlihat dari bangku
sekolah pertama ia sering bermain teater dan mengikuti sanggar seni teater ketika
duduk di bangku sekolah menengah atas. Hingga akhirnya keinginan untuk
mementaskan naskah besar terwujud, penulis memerankan tokoh Mae dalam naskah
Mega, Mega karya Arifin C. Noer yang diselenggarakan oleh Jurusan PBSI. Selain
menyukai kesenian, penulis juga meyukai dunia fotografi dan sempat mengikuti
pendidikan fotografi di UKM Kalacitra. Baginya kesenian dan fotografi adalah satu
kesatuan yang tak bisa terpisahkan.

Anda mungkin juga menyukai