Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA PERALIHAN HAK ATAS TANAH

LETTER C DI DESA MENUR, KECAMATAN MRANGGEN, KABUPATEN


DEMAK

Ulfi Chasanah, Dhian Indah Astanti, Efi Yulistyowati


Fakultas Hukum Universitas Semarang

ABSTRAK
Tanah merupakan tempat bagi manusia untuk menjalani dan melanjutkan
kehidupannya. Oleh karena itu tanah sangat dibutuhkan setiap anggota
masyarakat sehingga sering terjadi sengketa diantara sesamanya. Salah satu
sengketa dibidang pertanahan yang terjadi adalah sengketa peralihan hak
atas tanah letter c di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten
Demak. Berdasarkan hal tersebut maka, peneliti tertarik untuk membahas
mengenai bagaimana terjadinya sengketa peralihan hak atas tanah letter c
yang terjadi di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak dan
bagaimana proses penyelesaian sengketa peralihan hak atas tanah tersebut.
Jenis penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Data yang dipakai adalah data
primer dan data sekunder kemudian dianalisis secara kualitatif. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya sengketa tanah letter c
yang ada di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak
disebabkan oleh pihak pemilik tanah yang telah melakukan perbuatan
wanprestasi. Pihak pemilik tanah dengan sengaja melakukan wanprestasi
karena pihak pemilik tanah tidak mau menerima kerugian setelah
mengetahui jika tanah yang akan dijual ternyata luasnya tidak sesuai dengan
buku letter c dan proses penyelesaian sengketa tanah tersebut dilakukan
secara musyawarah dengan dibantu Kepala Desa setempat dan hasil
musyawarah tersebut berhasil dengan kesepakatan dan pihak pembeli telah
mengikhlaskan kerugian sebesar Rp 47.750.000,00 kemudian dilakukan
proses peralihan hak.
Kata Kunci: Analisis, PenyelesaianSengketa, Letter C

ABSTRACT

Land is a place for humans to live and continue their lives. Therefore, land is
needed by every member of the community so that disputes often occur among one
another. One of the disputes in the land sector that occurred was a dispute over the
transfer of land rights to letter c in Menur Village, Mranggen District, Demak
Regency. Based on this, the researcher is interested in discussing how the letter c
land rights transfer dispute occurred iLand is a place for humans to live and
continue their lives. Therefore, land is needed by every member of the community
so that disputes often occur among one another. One of the disputes in the land
sector that occurred was a dispute over the transfer of land rights to letter c in
Menur Village, Mranggen District, Demak Regency. Based on this, the researcher
is interested in discussing how the letter c land rights transfer dispute occurred in
Menur Village, Mranggen District, Demak Regency and how the process of

1
resolving the land rights transfer dispute. This type of research is sociological
juridical. The data used are primary data and secondary data and then analyzed
qualitatively. From the results of this study it can be concluded that the occurrence
of letter c land disputes in Menur Village, Mranggen Subdistrict, Demak Regency
was caused by the landowners who had committed a default. The land owner
deliberately defaulted because the landowner did not want to receive losses after
knowing that the land to be sold turned out to be incompatible with the letter c
book and the process of resolving the land dispute was carried out by consultation
with the assistance of the local Village Head and the results of the deliberation
succeeded with agreement and the buyer has agreed to a loss of Rp 47,750,000.00
then a transfer of rights process is carried out
in Menur Village, Mranggen District, Demak Regency and how the process of
resolving the land rights transfer dispute. This type of research is sociological
juridical. The data used are primary data and secondary data and then analyzed
qualitatively. From the results of this study it can be concluded that the occurrence
of letter c land disputes in Menur Village, Mranggen Subdistrict, Demak Regency
was caused by the landowners who had committed a default. The land owner
deliberately defaulted because the landowner did not want to receive losses after
knowing that the land to be sold turned out to be incompatible with the letter c
book and the process of resolving the land dispute was carried out by consultation
with the assistance of the local Village Head and the results of the deliberation
succeeded with agreement and the buyer has agreed to a loss of Rp 47,750,000.00
then a transfer of rights process is carried out
Keywords: Analysis, Dispute Resolution, Letter C

2
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan manusia, keberadaan tanah tidak terlepas dari segala tingkah
laku manusia itu sendiri, sebab tanah merupakan tempat bagi manusia untuk menjalani
dan melanjutkan kehidupannya. Oleh karena itu, tanah sangat dibutuhkan oleh setiap
anggota masyarakat.1 Seiring perkembangan zaman dan perekonomian tumbuh dengan
pesat hak penguasaan atas tanah semakin meningkat, hal tersebut membuat harga
tanah di pasaran mengalami kenaikan karena tanah tersebut akan dijadikan sebagai
Kawasan-kawasan industri, pusat-pusat perdagangan dan perkantoran. Tanah menjadi
barang yang sangat berharga, manusia berusaha dengan sekuat tenaga untuk
mendapatkannya. Untuk mendapatkan tanah manusia melakukannya dengan segala
cara yang akhirnya menimbulkan sengketa.2 Sengketa pertanahan sering terjadi di
wilayah pedesaan karena dalam masyarakat desa banyak yang belum mengerti tentang
arti penting sertifikat hal tersebut yang akan memicu timbulnya sengketa jika terjadi
proses peralihan hak salah satunya terjadi di Desa Menur, Kec Mranggen, Kab
Demak.
B. Perumusan Masalah
1 Bagaimana terjadinya sengketa peralihan hak atas tanah Letter C yang terjadi di
Desa Menur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak?
2 Bagaimana proses penyelesaian sengketa peralihan hak atas tanah Letter C yang
terjadi di Desa Menur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang penulis terangkan di atas, maka tujuan
penelitian ini untuk :
1. Untuk mengetahui terjadinya sengketa peralihan hak atas tanah Letter C di Desa
Menur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
2. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa peralihan hak atas tanah Letter C
yang terjadi di Desa Menur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

1
Adrian Sutedi, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya (Jakarta: Sinar Grafika,
2018), halaman 31.
2
Setyo Wibowo, ”Pelaksanaan Jual-Beli Tanah Bekas Hak Milik (Adat) di Kabupaten
Bekasi” (Tesis Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, 2007), halaman 20

3
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka tujuan adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna serta bermanfaat bagi pengembangan
ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan hukum pertanahan.
2. Manfaat Praktis
a. bermanfaat bagi pemerintah khususnya Desa Menur, Kecamatan Mranggen,
Kabupaten Demak dalam penyelesaian sengketa peralihan hak atas tanah letter
C.
b. menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang keberadaan surat
Letter C yang belum memiliki kekuatan hukum tetap.
D. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum tentang Sengketa Tanah
Dalam ranah hukum sengketa adalah masalah antara dua orang atau lebih
dimana keduanya saling mempermasalahkan suatu objek tertentu. Hal ini terjadi
dikarenakan kesalahpahaman, perbedaan pendapat, atau presepsi antara keduannya
yang kemudian menimbulkan akibat hukum bagi keduannya 3.Berdasarkan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan “sengketa
pertanahan merupakan perselisihan antara orang perseorangan, badan hukum, atau
lembaga yang tidak berdampak luas4”
2. Tinjauan Umum tentang Tanah
Tanah memiliki banyak pengertian, namun dalam hukum tanah sebutan tanah
yang digunakan adalah tanah dalam arti yuridis. Hukum tanah yang merupakan
hukum agraria dalam arti sempit adalah seperangkat hukum yang mengatur
penguasaan atas permukaan tanah. Hal ini harus dibedakan dengan hukum agraria
dalam arti luas yang adalah seperangkat hukum yang mengatur hak penguasaan
atas sumber-sumber alam (resources), yang meliputi bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya termasuk ruang angkasa5 .

3
Bernhard Limbong, Konflik Pertanahan (Jakarta: Rafi Maju Mandiri, 2012), halaman
48.
Sekretariat Negara RI, Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala Badan
4

Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan


(Jakarta, 2016), halaman 5.
5
Arie Hutagalung, Asas-Asas Hukum Agraria, Bahan Bacaan Pelengkap Mata Kuliah
Hukum Agraria (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001),

4
3. Tinjauan Tentang Peralihan Hak atas Tanah
Peralihan hak atas tanah adalah beralihnya atau berpindahnya hak kepemilikan
sebidang tanah atau beberapa bidang tanah dari pemilik semula kepada pemilik
yang baru karena sesuatu atau perbuatan hukum tertentu. Perbuatan hukum
pemindahan hak bertujuan untuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain
untuk selama-lamanya6.
4. Tinjauan Tentang Jenis Peralihan Hak atas Tanah
Jenis-jenis peralihan hak yang diatur dalam PP No 24 Tahun 1997 tentang
pendaftaran tanah adalah: Warisan, Pembagian hak, Pemasukan dalam perusahaan,
Hibah, Tukar-menukar, Jual beli.7
5. Tinjauan Tentang Jual Beli
Menurut Boedi Harsono pengertian jual beli adalah:
“Perbuatan hukum yang berupa penyerahan hak milik (penyerahan tanah
untuk selama-lamanya) oleh penjual dan pembeli, yang pada saat itu pembeli
menyerahkan harganya kepada penjual. Jual beli mengakibatkan beralihnya
hak milik atas tanah dari penjual kepada pembeli itu termasuk dalam hukum
hukum agraria atau hukum tanah”.8

Menurut Burgerlijik Wetboek pengertian jual beli dimuat dalam Pasal 1457
yaitu “suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah
diperjanjikan9
6. Tinjauan Tentang Jual Beli Adat
Menurut hukum adat jual beli tanah adalah: Suatu perbuatan pemindahan
hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti perbuatan
pemindahan hak tersebut harus dilakukan di hadapan kepala adat, yang
berperan sebagai pejabat menanggung keteraturan dan sahnya perbuatan
pemindahan hak tersebut sehingga perbuatan tersebut diketahui oleh umum.
Tunai maksudnya, bahwa perbuatan pemindahan hak dan pembayaran
harganya dilakukan secara serentak atau di bayar secara lunas.

halaman 3
6
Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan (Jakarta: Universitas Trisakti, 2005), halaman 56
7
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah (Jakarta: Kencana, 2013),
halaman 377.
8
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas tanah (Jakarta: Adhitya Bina
Agung, 2015), halaman 360.
9
Ibid., halaman 362.

5
7. Tinjauan Tentang Bukti Kepemilikan atas Tanah
Bukti kepemilikan atas tanah merupakan suatu bukti yang berupa surat
yang menunjukan bahwa seseorang memiliki hak atas tanah tersebut. Bukti
kepemilikan atas sebidang tanah dapat dilihat dari seritifikat. Seritikat
merupakan suatu bukti yang kuat dan sempurna dimata hukum.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis sosiologi. Penelitian hukum
yang berorientasi pada data primer (hasil penelitian lapangan) . Untuk mendukung
penelitian hukum yuridis sosiologis penulis menggunakan data sekunder melalui
studi kepustakaan10.
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu memaparkan dan
menjelaskan data yang ditemukan dalam penelitian. Dimana dalam penelitian ini
penulis akan memberikan gambaran yang jelas mengenai kasus penyelesaian
sengketa peralihan hak atas tanah Letter C di Desa Menur, Kec Mranggen, Kab
Demak. Dan dianalisis berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
Sampling yaitu pemilihan subjek penelitian dengan cara berdasarkan kriteria atau
pertimbangan tertentu. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah Penyelesaian
Sengketa Peralihan Hak atas Tanah Letter C yang terjadi di Desa Menur,
Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak pada tahun 2016. Sedangkan
respondennya adalah pihak-pihak atau orang yang posisinya memiliki
pengetahuan, pengalaman, dan informasi terkait seperti : Notaris, Penjual, Pembeli,
Kepala Desa.

4. Metode Analisis Data


Metode analisis data merupakan metode untuk mencari kesimpulan dari hasil
penelitian yang sudah terkumpul. Dalam penelitian ini metode analisis data yang
digunakan adalah metode analisis kualitatif, yaitu metode yang menjelaskan,
menguraikan, dan menggambarkan permasalahan yang ada di lapangan kemudian
10
Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
halaman 1.

6
data tersebut dianalisis dengan mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan.
F. Hasil dan Pembahasan
1. Sengketa Peralihan Hak atas Tanah Letter C di Desa Menur Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak.
Sebidang tanah adat dengan nomor persil: 62 A, Blok DIII Kohir nomor 1097
yang terletak di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak merupakan
tanah milik Bapak Soleh dengan luas 3.350 m2. Luas tanah tersebut berdasarkan
Bukti Pembayaran Pajak (Letter C). Tanah tersebut merupakan tanah warisan dari
keluarga, tanah yang terletak di Desa Menur merupakan tanah milik kakek Ikhwan
(selaku pemilik pertama) setelah beberapa tahun kemudian tanah tersebut diberikan
kepada anaknya yang bernama Ibu Markisah (Pemilik Kedua) setelah Ibu Markisah
meninggal dunia tanah tersebut diberikan kepada anaknya yang bernama Bapak
Soleh ( Pemilik ketiga). Besaran pajak tanah Letter C yang harus dibayar setiap
tahunnya sebesar Rp 240.000 per tahun. Pada suatu ketika Bapak Soleh memiliki
masalah dalam bidang perekonomian sehingga dengan berat hati tanah yang
terletak di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak tersebut
terpaksa dijual untuk mengurangi masalah perekonomiannya. Bapak Soleh
mendatangi rumah Bapak Amin dan beliau menujuk Bapak Amin sebagai pihak
perantara perdagangan11. Pada tanggal 20 Februari 2016 Bapak Amin tidak sengaja
bertemu kepada Bapak Ahmad, kemudian Bapak Amin menawarkan tanah yang
dimiliki oleh Bapak Soleh ke Bapak Ahmad. Mereka membicarakan tentang tanah
tersebut, dan Bapak Ahmad tertarik dan ingin membelinya.
Tanggal 23 Februari 2016 Bapak Ahmad yang ditemani oleh Bapak Amin
berkunjung ke rumah Bapak Soleh. Dalam kunjungannya untuk menawar harga
tanah yang semula Rp 125.000 per meter menjadi Rp 100.000 per meter. Tetapi
Bapak Soleh menolak hal tersebut Bapak Soleh hanya menginginkan jika tanahnya
dijual dengan harga 125.000 permeter Kemudian Bapak Ahmad setuju dengan
harga permeter tanah yang telah ditetapkan Bapak Soleh. Karena tanah tersebut
merupakan tanah Letter C yang belum mempunyai sertifikat Bapak Ahmad
membuat perjanjian untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan atau kekeliruan,
perjanjian tersebut dilakukan secara lisan dengan saksi Bapak Amin perjanjiannya

11
Bapak Soleh, pihak pemilik tanah, Wawancara (Demak, 10 November 2019).

7
berbunyi: “Bahwa jika luas tanah tersebut tidak sesuai atau kurang dari luas yang
ada dalam bukti pembayaran pajak tanah/ Letter C (kitir) maka jumlah uang yang
akan diterima akan berkurang. Dan jika luas tanah tersebut melebihi dari luas yang
ada dalam bukti pembayaran pajak/Letter C (kitir) maka jumlah uang yang akan
diterima juga lebih sesuai dengan kelebihan permeter tanah tersebut”.
Kemudian kedua belah pihak sepakat atas perjanjian lisan yang dibuat oleh
Bapak Ahmad dan disaksikan oleh Bapak Amin Setelah kedua belah pihak sepakat
dengan perjanjian secara lisan tersebut. Pada tanggal 25 Ferbruari 2016 Bapak
Ahmad berkunjung ke rumah Bapak Soleh untuk memberikan uang DP sebesar
200 juta. Pemberian uang DP tersebut dilakukan secara langsung tanpa ada saksi
serta tidak ada tanda terima seperti kwitansi.
Pada tanggal 27 Februari 2016 Bapak Ahmad mendatangi Kantor Notaris
Endang Dwi Widiyani. S.H.,MKn. untuk mengurus Bukti Kepemilikan Hak
(Sertifikat) karena tanah tersebut merupakan tanah Letter C yang belum memiliki
Bukti Kepemilikan Hak yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Kemudian pihak notaris memberikan penjalasan terkait syarat dan prosedurnya
setelah itu Bapak Ahmad setuju jika yang menurus sertifikat tanahnya yaitu notaris
Endang Dwi Widiyani12. Langkah pertama yang dilakukan oleh notaris yaitu:
melakukan pengukuran tanah terlebih dahulu dan jika pengukuran itu sudah selesai
dan keluar hasil ukurnya kemudian pihak notaris melakukan pembuatan akta jual
beli dan jika pembuatan akta jual beli sudah selesai maka kedua belah pihak
dipanggil untuk menandatangani akta jual beli tersebut, tetapi sebelum akta jual
beli ditanda tangani oleh kedua belah pihak, pihak notaris membacakan isi akta jual
beli pihak notaris membacakan jika sebelumnya tanah tersebut memiliki luas 3.350
m2 tetapi setelah dilakukan pengukuran kembali luasnya berkurang dan menjadi
2.967m2.13 setelah pihak notaris membacakan isi akta jual beli, pihak pembeli
menerima jika tanah yang akan dibelinya luasnya berkurang dan pihak pembeli
akan melakukan pelunasan pembayaran tanah karena tanahnya memiliki luas
2.967m2 maka uang pelunasannya 170.875.000 tetapi jika tanah itu memiliki luas
3.350m2 maka uang pelunasanya 218.750.000. Kemudian pihak pemilik tanah itu
tidak terima jika uang pelunasan hanya dibayar dengan harga 170.875.000 pihak
pemilik menginginkan dan memaksa jika uang pelunasan itu dibayar dengan harga

12
Bapak Ahmad, pihak pembeli, Wawancara (Semarang, 12 November 2019).
13
Endang Widiyani SH., Mkn, Notaris, Wawancara (15 November 2019).

8
218.750.000.14 disini dapat disimpulkan jika terjadinya sengketa tanah disebabkan
pihak pemilik melakukan perbuatan wanprestasi atau ingkar janji yang telah dibuat
oleh pihak pembeli pada tanggal 23 Februari 2016 selain itu akibat hukum yang
ditimbulkan dari perbuatan pemilik tanah, pihak pembeli mengalami kerugian
materil berupa hilangnya uang sebesar 47.875.000 dan faktor yang mempengaruhi
terjadinya sengketa tersebut adalah masih terdapat masyarakat yang belum
mengerti arti penting sertifikat, hanya mengetahui jika tugas PPAT/Notaris hanya
membuat akta tanah saja, dalam masyarakat desa masih mempunyai rasa
kepercayaan yang tinggi walaupun orang itu baru dikenal.
2. Proses Penyelesaian Sengketa Peralihan Hak atas Tanah Letter C yang
Terjadi di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak
Di kalangan masyarakat penyelesaian sengketa secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua macam cara, yaitu melalui pengadilan dan di luar
pengadilan15. Dan proses penyelesaian sengketa peralihan hak atas tanah letter C
yang terjadi di Desa Menur kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak dilakukan
dengan cara non litigasi/musyawarah mufakat dan berikut proses penyelesaiannya:
Sekitar pukul 16.00 WIB semua pihak yang berkepentingan menghadiri proses
penyelesaian sengketa tanah Letter C yang dilaksanakan di rumah pihak pembeli,
penyelesaiannya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dengan dihadiri
kedua belah pihak yang bersengketa, pihak perantara serta saksi dan, pihak kepala
desa. Pihak kepala desa berperan sebagai penengah atau mediator
Pertama dimulai dengan pembacaan doa dan aturan-aturan yang dipimpin oleh
Kepala Desa, setelah pembacaan doa dan aturan selesai dilanjutkan Kepala Desa
menanyakan terkait pokok permasalahan sengketa tanah Letter C yang terjadi di
Desa Menur, kemudian kedua belah pihak menjelaskan secara bergantian setelah
kedua belah pihak menjelaskan secara bergantian ternyata pendapat kedua belah
saling bertentangan dan menimbulkan pemasalah antara kedua belah pihak
sehingga proses penyelesaian sengketanya terpaksa harus dihentikan jika proses
penyelesaiannya dilanjutkan menurut kepala desa tidak akan menemukan titik
terang16. Dan proses penyelesaiannya dilanjutkan keesokan harinya pukul 16.00 di
kediaman pihak pembeli semua pihak yang berkepentingan berkumpul di rumah

Bapak Ahmad, pihak pembeli tanah, Wawancara (Semarang, 12 November 2019).


14

Elza Syarif, Menuntaskan Sengketa Tanah (Jakarta: Gramedia, 2012), Halaman 347
15

16
Bapak Amin, pihak perantara dan ketua Rt Desa Menur, Wawancara (Demak, 21
November 2019).

9
pihak pembeli. Kedatangan para pihak tersebut untuk melanjutkan dan
menyelesaikan sengketa peralihan hak atas tanah Letter C yang ada di Desa Menur,
Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Diawali oleh Kepala Desa dengan
pembacaan doa dan aturan-aturan yang harus ditaati semua pihak, setelah
pembacaan doanya sudah selesai selanjutnya pihak Kepala Desa menanyakan
keinginan dari kedua belah pihak agar mau menyelesaikan pemasalahannya,
setelah kedua belah pihak menjelaskan keinginannya ternyata keinginan kedua
belah pihak masih mementingkan egonya masing-masing kemudian pihak kepala
desa memberikan saran atau nasihat untuk kedua belah pihak. Setelah kedua belah
pihak medengarkan saran dari kepala desa akhirnya pihak pembeli mau mengalah
dan mau membayar jika uang pelunasan tanahnya itu dibayar dengan harga
218.750.000 pihak pembeli mau membayar harga itu karena pihak pembeli sudah
membayar uang DP sebesar 200 juta dan pembayaran DP tersebut tanpa ada saksi
dan bukti. Pihak pembeli takut jika proses penyelesaiannnya tidak segera
diselesaikan maka uang DP sebesar 200 juta akan hilang sehingga disini pihak
pembeli akhirnya mau menggalah dan mau membayar jika pelunasan tanahnya itu
harus dibayar seharga 218.750.000 walapun pihak pembeli harus mengalami
17
kerugian sebesar 47.750.000 dan penyelesaian tersebut berhasil dengan
kesepakan dan akhirnya kedua belah pihak melanjutkan proses jual beli tanah
selain itu jika proses penyelesaiannya diselesaikan lewat pengadilan itu akan
percuma karena jika dilihat dari perjanjiannya perjanjian tersebut hanya terdapat
satu sanksi saja dan berdasarkan pasal 1905 KUHPer jika dalam persidangan yang
hanya terdapat satu keterangan saksi saja maka dimuka peradilan tidak boleh
dipercaya dan hal tersebut diperkuat dalam pasal 169 HIR tentang bukti minimum.
G. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukaan pada bab sebelumnya maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sengketa tanah Letter C yang ada di Desa Menur, Kecamatan Mranggen,
Kabupaten Demak disebabkan karena salah satu pihak pemilik melakukan
perbuatan wanprestasi. Pihak pemilik tanah dengan sengaja melupakan
perjanjian yang dibuat oleh pihak pembeli pada tanggal 23 Februari 2016.
Dengan tujuan pemilik tidak mau menerima kerugian setelah mengetahui jika
17
Bapak Ahmad, pihak pembeli tanah, Wawancara (Semarang, 12 November 2019).

10
tanah yang akan dijual itu ternyata luasnya tidak sesuai dengan buku Letter C.
Dari perbuatan yang dilakukan oleh pihak pemilik tanah mengakibatkan pihak
pembeli mengalami kerugian materil sebesar 47.750.000,00
2. Dalam proses penyelesaian sengketa tanah letter C yang ada di Desa Menur,
Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak itu diselesaikan secara musyawarah
untuk mencapai mufakat dengan melibatkan Kepala Desa sebagai mediator
dalam menyelesaikan permasalah tersebut. Kepala Desa dalam menyelesaikan
permasalahan ini dengan cara meberikan nasihat-nasihat kepada kedua belah
pihak agar mau memafkan kesalahan satu sama lain. Tujuan dari kedua belah
pihak dalam menyelesaikan permasalahan ini secara musyawarah yaitu untuk
menjaga tali persaudaraan agar tidak putus, dapat mempersingkat waktu serta
biaya yang dikeluarkan cukup terjangkau serta hasil dari musyawarah ini yaitu
berhasil dengan kesepakatan dan pihak pembeli telah mengikhlaskan kerugian
sebesar Rp 47.750.000, kemudian dilakukan proses peralihan hak.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti yaitu:
1. Sebaiknya sebelum membeli sebidang tanah atau bangunan terlebih dahulu
untuk meneliti dan memastikan jika dokumen tanah tersebut itu sudah lengkap
dan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undang. Dan jika sebidang tanah
atau bangunan yang akan dibeli belum memiliki dokumen lengkap, sebaiknya
calon pembeli menyuruh pihak penjual untuk melengkapi dan menyesuaikan
dokumen tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Ketika akan membuat suatu perjanjian sebaiknya perjanjian tersebut dilakukan
secara tertulis atau dengan mendatangi Kantor Notaris terdekat. Hal tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi salah satu pihak melakukan
perbuatan wanprestasi.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Hutagalung, Arie. Asas-Asas Hukum Agraria, Bahan Bacaan Pelengkap
Mata Kuliah Hukum Agraria. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Limbong, Bernhard. Konflik Pertanahan Jakarta: Rafi Maju Mandiri, 2012..

11
Santoso, Urip, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah. Jakarta:
Kencana, 2013.]

Sembiring, Rosdinar. Hukum Pertanahan Adat. Depok: Raja Grafindo


Persada, 2017.

Sutedi, Adrian. Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta:


Sinar Grafika, 2018.

Syarif, Elza. Menuntaskan Sengketa Tanah. Jakarta: Gramedia, 2012.

Supranto, J. Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Jakarta: Rineka Cipta,


2003.

B. Perundang-Undangan.

Sekretariat Negara RI. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan. Jakarta, 2016.

C. Karya Ilmiah

Wibowo, Setyo. “Pelaksanaan Jual-Beli Tanah Bekas Hak Milik (Adat) di


Kabupaten Bekasi”. Tesis Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro,
2007.

D. Wawancara

Soleh. Pemilik Tanah Letter C.Wawancara. Demak, 10 November 2019.

Ahmad. Pembeli Tanah Letter C.Wawancara.Semarang, 12 November


2019.

Widiyani, Endang. Notaris. Wawancara. Demak, 15 November 2019.

Amin. Pihak Perantara dan Ketua Rt Desa Menur.Wawancara Demak, 21


November 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai