Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. konseling adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh seorang konselor yang memiliki kemampuan profesional dalam menangani berbagai permasalahan yang berkaitan erat dengan keputusan pribadi, sosial, karier, dan pendidikan serta memahami berbagai proses psikis maupun dinamika perilaku pada diri konseli. Konseling kerapkali melibatkan interaksi dan komunikasi antara konselor dan konseli baik secara verbal maupun nonverbal. Adapun tujuan konseling adalah untuk merubah tingkah laku konseling sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh konseling. Teknik-teknik dasar komunikasi konseling ini meliputi teknik: 1. Attending (perhatian). Attending adalah keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada konseli, agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif, sehingga konseli bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya. Menurut willis perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen perilakun non verbal, bahasa lisan, dan kontak mata. Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatianyang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada konselor. Attending berfungsi agar konselor dapat memperlihatkan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum, khususnya dalam relasi konseling dengan konseli. Attending bermanfaat agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana kondusif saat proses konseling. penampilan konselor yang attending tentu akan membuat konseli senang, betah, dan mauterlibat dalam pembicaraan dengan konselor secara terbuka. Contohnya posisi badan termasuk gerak isyrat dan ekspresi muka serta kontak mata. 2. Opening (pembukaan). Opening (pembukaan) adalah keterampilan untuk membuka atau memulai, atau mengkomunikasi hubungan konseling. Opening merupakan bentuk verbal dari keterampilan attending. Jika seorang konseli tidak mampu menyatakan isi hati dan perasaannya, maka konselor saatnya menggunakan pertanyaan terbuka agar percakapan bisa dilakukan oleh konseli. Namun, kebanyakan calon konselor sulit untuk membuka percakapan dengan konseli. Hal ini karena sulit menduga apa yang dipikirkan konseli sehingga pertanyaan menjadi pas. untuk memudahkan membuka percakapan,seorang calon konselor dilatih keterampilan bertanya dalam bentuk open-ended yang memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dari konseli. Pertanyaan-pertanyaan terbuka (open-ended) yang baik dimulai dengan kata-kata: apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, dapatkah. Untuk memulai bertanya, sebaiknya dengan menggunakan kata-kata yang membuka, bukan menutup seperti mengapa, apa sebabnya dan kenapa. pertanyaan seperti itu akan menyulitkan konseli membuka alasannya. Disamping itu akan menyulitkan konseli jika dia tidak tahu apa sebab suatu kejadian, atau sengaja dia tutupi karena malu. Akibatnya bisa diduga, yaitu konseli akan tertutup dan akhirnya tujuan konseling tidak tercapai. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh konselor dalam menggunakan teknik opening antara lain adalah penyambutan dengan non verbal seperti menghentikan aktivitas, membuka pintu, jabat tangan atau senyum, dan isyarat mempersilahkan duduk, maupun penyambutan secara verbal seperti menjawab salam, menyambut nama dan menanyakan kabar. Setelah penyambutan adalah pembicaraan topik netral, yaitu bahan pembicaraan yang bersifat umum dan tidak menyinggung perasaan konseli seperti menanyakan hobi konseli. Terakhir adalah pemindahan topik netral ke permulaan konseling yang dibagi menjadi dua, yaitu: menggunakan kalimat jembatan (barangkali, sepertinya, kelihatannya, nampaknya, dan lain-lain), serta mengembangkan sebagian isi topik netral. Opening berfungsi untuk membuka proses konseling, serta berfungsi juga untuk menciptakan rasa nyaman bagi konseli, sehingga konseli akan merasa tenang dan percaya bahwa konselor dapat membantu dan menangani masalahnya. Dengan demikian, opening sangat diperlukan oleh seorang konselor agar dapat mempererat hubungan antara konseli dengan konselor saat proses konseling berlangsung. Contohnya menyambut kehadiran klien dan membicarakan topic netral seperti menjwab salam, mempersilakan duduk dll. 3. Acceptance (penerimaan). Acceptance atau penerimaan artinya menerima apa adanya, menerima pribadi konseli sebagai suatu keseluruhan. Acceptance adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli. Tujuan dari teknik acceptance ini adalah: a. Membina hubungan baik antara konseli dan konselor. b. Memperoleh kepercayaan dari konseli. c. Memberikan penghargaan kepada konseli. d. Konseli bebas dan nyaman, serta terbuka dalam mengungkapkan. Fungsi acceptance adalah membangun hubungan lebih dekatdengan konseli, sehingga tercipta suasana hubungan yang akrab ditandai dengan saling mempercayai. Contohnya anggukan kepala dll. 4. Paraphrasing (menangkap pesan utama). Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal: adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor. Tujuan paraphrasing adalah: a. Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien. b. Mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan. c. Memberi arah wawancara konseling. d. Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien. 5. Restatement (pengulangan) Restatement adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengulang atau menyatakan kembali pernyataan klien (sebagian atau seluruhnya ) yang dianggap penting. 6. Reflecting of feeling (pemantulan perasaan) Reflection of fefling (pemantulan perasaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan / sikap yang terkandung dibalik pernyataan klien. Saat kita mendengarkan dengan baik kita tidak hanya saja menangkap isi dari pesan yang disampaikan oleh konseli namun juga perasaan yang mengiringinya. Kita perlu mengungkapkan isi perasaan konseli yang kita tangkap supaya konseli mengetahui bahwa kita mendengarkan dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Sebagian besar konseli yang merasa terganggu akan bersikap defensif dan merasa tidak dipahami. Tetapi ketika konselor menggunakan teknik ini, ketakutan mereka atas perasaan tidak diterima, mulai berkurang. Menurut Okun teknik reflection of feeling ini memberikan sebuah fungsi untuk mendorong dan merupakan teknik yang paling efektif untuk digunakan pada fase awal dan pertengahan konseling. Selain itu, teknik reflection of feeling juga membantu memutuskan lingkaran neuritis yang sering dialami konseli dan juga menantang tiap-tiap konseli untuk mengambil tanggung jawab atas diri mereka sendiri. Manfaat penggunaan reflection of feeling dalam proses konseling menurut Brammer (1995) adalah: a. Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam. b. Konseli merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku, c. Memusatkan evaluasi pada konseli. d. Memberi kekuatan untuk memilih. e. Memperjelas cara berfikir konseli. f. Menguji kedalaman motif-motif konseli. 7. Clarification (klarifikasi). Clafication ( klarifikasi ) adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien. Contohnya pada intinya, pada dasarnya dll. 8. Structuring (pembatasan) Structuring (pembatasan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas / pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Jenis-jenis structuring yaitu: a. Time limit (Pembatasan waktu) b. Role Limit (Pembatasan peran) c. Problem Limit (Pembatasan Masalah) d. Action Limit (Pembatasan tindakan) 9. lead (pengarahan) Lead adalah teknik /ketrampilan yang digunakan konselor untuk mengarahkan pembicaraan konseli dari satu hal ke hal yang lain secara langsung. Ketrampilan ini sering pula disebut ketrampilan bertanya, karena dalam penggunaannya banyak menggunakan kalimat-kalimat tanya. Jenis–jenis Lead: a. Lead umum, Teknik pengarahan/pertanyaan yang memberikan kesempatan kepada klien untuk bebas mengeleborasi, mengeksplorasi, atau memberikan reaksi / jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan konseli. b. Lead Khusus, Teknik pengarahan/pertanyaan untuk memberikan suatu reaksi/jawaban yang spesifik/tertentu. 10. Silence (diam) Silence ( diam ) adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara konselor dan klien dalam proses konseling. 11. Reassurance (penguatan) Reassurance ( penguatan / dukungan ) adalah ketrampilan / teknik yang digunakan oleh konselor untuk memberikan dukungan / penguatan terhadap pernyataan positif klien agar ia menjadi lebih yakin dan percaya diri. 12. Rejection (penolakan) Rejection (penolakan ) adalah ketrampilan / teknik yang digunakan konselor unutuk melarang klien melakukan rencana yang akan membahayakan atau merugikan dirinya atau orang lain. 13. Advice (saran atau nasehat) Advice adalah ketrapilan / teknik yang digunakan konselor untuk memberikan nasehat atau saran bagi konseli agar dia dapat lebih jelas, pasti mengenai apa yang akan dikerjakan. 14. Confrontation (konfrontasi) Konfrontasi adalah ketrampilan / teknik yang digunakan oleh konselor untuk menunjukan adanya kessenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri konseli dan kemudian konselor mengupumpan balikan kepada konseli. 15. Interpretation (penafsiran) Interprestasi adalah ketrampilan / teknik yang digunakan oleh konselor dimana atau karena tingkah laku klien ditafsirkan / diduga dan dimengerti dengan dikomunikasikan pada klien. Selain itu didalam interpretasi konselor menggali dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata klien atau dibelakang perbuatan atau tindakannya yang telah diceritakannya. Bertujuan membantu klien lebih memahami diri sendiri bila mana klien bersedia mempertimbangkannya dengan pikiran terbuka. 16. Summary (kesimpulan) Summary (ringkasan / kesimpulan) adalah ketrampilan / teknik yang digunakan konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenai apa yang telah dikemukakan klien pada proses komunikasi konseling. 17. Termination (pengakhiran). Termination ( pengakhiran ) adalah ketrampilan / teknik yang digunakan konselor untuk mengakhiri komunikasi berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah “berakhir”.