Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

LAPORAN KEUANGAN NERACA

Disusun oleh :

1. ANIS AGUSTINA (16101118)


2. ASIH TRISNAWATI (16101120)
3. AVVINDA DEVIANA (16101121)
4. IID HARTINI (16101150)
5. IZA ANANADIA M (16101153)

Kelompok : 5

STIE AL-ANWAR MOJOKERTO

Jl. Raya Brangkal Nomor 70 Sooko Mojokerto 61361

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami. Makalah yang
berjudul “Laporan Keuangan Neraca” dapat kami selesaikan dengan baik.

Makalah ini tak lepas dari banyaknya pihak-pihak yang turut membantu.
Dengan segala kerendahan hati kami ucapkan terima kasih. Namun, kami pun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik
dari pembacalah yang kami harapkan demi perbaikan makalah ini kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan agama bagi kita semua.

Mojokerto, 22 Maret 2019

2
DAFTAR ISI

Contents
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Topik Permasalahan......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Pengantar Laporan Keuangan.....................................................................................................6
B. JENIS LAPORAN KEUANGAN.....................................................................................................11
C. ISI DAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN KHUSUS NERACA..........................................................15
D. LAPORAN KEUANGAN YANG DIWAJIBKAN SEC (SECURITIES EXCHANGE COMMISION)……….24

E. CATATAN DAN PENJELASAN LAPORAN KEUANGAN……………………………………………………………….24

F. KETERBATASAN LAPORAN POSISI KEUANGAN……………………………………………………………………….26

G. PERISTIWA KEMUDIAN (SUBSEQUENT EVENT)………………………………………………………………………26

BAB III………………………………………………………………………………………………………………………………………………29
PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………………29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaporan keuangan di Indonesia saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi semua
entitas, tak terkecuali entitas nirlaba. Pada perusahaan terbuka atau perusahaan yang mencatatkan
sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan menjadi suatu alat yang digunakan
investor untuk mengambil keputusan penting terhadap sebuah perusahaan, misalnya tentang
pembagian deviden, potensi meningkatnya valuasi saham yang dimiliki investor dan adanya potensi
pertumbuhan berkesinambungan yang positif dari perusahaan tersebut.

Potensi ekonomi di Indonesia yang cukup besar serta mulai tingginya minat investor asing
untuk menanamkan dananya di Indonesia mengisyaratkan adanya penyesuaian terhadap pelaporan
keuangan yang ada di Indonesia, apalagi saat ini sudah banyak Negara yang menerapkan IFRS
(International Financial Reporting Standard), sehingga IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) perlu
melakukan penyesuaian PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) menuju IFRS.

Hampir semua isi dalam pernyataan mengenai laporan posisi keuangan di PSAK No 1 Revisi
2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan meyesuaikan dengan IAS (International Accounting
Standard) 1 tentang Presentation of Financial Statements per 1 Januari 2009. Perubahan istilah pun
banyak terjadi, misalnya perubahan istilah “kewajiban” menjadi “liabilitas”, istilah “laporan neraca”
menjadi “laporan posisi keuangan” dan lain-lain. Diharapkan laporan posisi keuangan dapat
menyajikan informasi yang semakin akurat dan relevan untuk para pengguna laporan laporan
keuangan di Indonesia.

B. Topik Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, tim penyusun membuat topik permasalahan terkait makalah
“Laporan Posisi Keuangan” sebagai berikut:

a Apa saja jenis laporan keuangan?

b. Apa saja elemen dan isi dari laporan posisi keuangan?

c. Apa saja laporan periodik yang diwajibkan oleh SEC (Securities and Exchange Comission)?

d. Bagaimana penjelasan Catatan atas Laporan Keuangan?

e. Bagaimana penjelasan tentang peristiwa kemudian(subsequent event)?

f. Apa saja keterbatasan Laporan Keuangan?

4
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pemahaman pembaca terkait
laporan posisi keuangan. Tim penyusun mengharapkan pembahasan dalam makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca dalam memahami dan menganalisa laporan posisi keuangan
yang dimiliki suatu perusahaan.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengantar Laporan Keuangan
Laporan Keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi atau suatu
penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagai besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping itu, sebagai informasi,
laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban atau accountability. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil dari pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang di
percayakan kepada mereka Dan juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam
mencapai tujuannya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi:

 Asset
 Liabilitas
 Ekuitas
 Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
 Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
 Arus kas

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan,
membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya dalam hal
waktu dan kepastian di perolehnya kas dan setara kas. Catatan atas laporan keuangan itu sendiri
berisi informasi tambahan atas apa yang di sajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan
pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos
yang di sajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

Komponen Laporan Keuangan Lengkap

Berdasarkan PSAK No.1 (Revisi 2009), komponen laporan keuangan mengalami perubahan
dari yang tadinya hanya mencakup lima item, sekarang mencakup enam item. Pada PSAK No. 1
(Revisi 1998), komponen laporan keuangan lengkap meliputi:

 Neraca
 Laporan laba rugi

6
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan

Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 dan
mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang di mulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini:

 Laporan posisi keuangan pada akhir periode


 Laporan laba rugi komprehensif selama periode
 Laporan perubahan ekuitas selama periode
 Laporan arus kas selama periode

Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi pentig dan informasi
penjelasan lain

Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang di sajikan ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Jika kita bandingkan PSAK No. 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1( Revisi 2009), terkait komponen
laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama yaitu:

Perubahan pada laporan laba rugi, dimana sebelumnya hanya mensyaratkan laporan laba rugi,
sekarang harus menyajikan laporan laba rugi komprehensif.

PSAK No. 1(Revisi 1998) tidak mensyaratkan adanya laporan posisi keuangan pada awal periode
komparatif yang di sajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif
atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-
pos dalam laporan keuangannya.

Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi engan laporan laba reugi komprehensif memiliki
perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-
komponen pendapatan komprehensif lain. Sedangkan laporan laba rugi komprehensif termasuk di
dalamnya laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif. Pendapatan komprehensif mencakup:

Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK No.16 (Revisi 2007) : Aset Tetap dan PSAK No. 19
(Revisi 2009) : Aset Tidak Berwujud)

Keuntungan dan kerugian actuarial atas program manfaat pasti yang di akui sesuai dengan PSAK
No. 24: Imbalan Kerja

Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing (lihat
PSAK No. 10 (Revisi 2009) : Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing)

7
Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang di kategorikan sebagai
‘tersedia untuk di jual’ (lihat PSAK NO 55 (Revisi 2006) : Intrumen Keuangan : Pengakuan dan
Pengukuran

Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai
arus kas (lihat PSAK No.55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran)

Penyajian Laporan Keuangan

Penyajian laporan keuangan yang dituangkan dalam PSAK No.1 merupakan adopsi dari IAS 1
Presentation of Financial Statements (2009). Terdapat beberapa perbedaan berdasar PSAK 1 (Revisi
2009) dengan PSAK 1 (Revisi 1998). Beberapa perbedaan terkait penyajian laporan keuangan di
antaranya:

Dalam paragraf 9 PSAK 1 (Revisi 2009), laporan keuangan menyajikan beberapa informasi
mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, serta arus kas sedangkan menurut PSAK 1 (1998), informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan meliputi: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, serta arus kas.

PSAK 1 (Revisi 2009) tidak mengatur kapan entitas sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan,
sedangkan PSAK 1 (1998) mengatur bahwa entitas sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan paling
lama 4 bulan setelah tanggal neraca.

Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) tidak memperkenankan penyajian “pos luar biasa” dalam laporan
laba rugi komprehensif (akan dibahas spada bagian berikutnya).

Dalam paragraf 78 PSAK 1 (Revisi 2009) mensyaratkan bahwa seluruh pos penghasilan dan beban
yang diakui dalam satu periode dapat disajikan dengan dengan memilih salah satu format berikut:

Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau dalam bentuk dua laporan, yaitu:

i. Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah), dan

ii. Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif
lain (laporan laba rugi komprehensif)

Karakteristik Umum

Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap PSAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas
suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi,
peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan, aset, liabilitas, pendapatan
dan beban yang di atur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

8
Penerapan PSAK, dengan pengungkapan tambahan jika di perlukan, di anggap menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.

Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap PSAK membuat pernyataan secara
eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap PSAK tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap PSAK
kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap semua yang di persyaratkan dalam PSAK.

Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik dengan
pengungkapan kebijakan akuntansi yang di gunakan atau pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan atau materi penjelasan.

 Kelangsungan Usaha

Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan


entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas
atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternative lainnya yang realistis selain
melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya
ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan
keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha,
maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika entitas menyusun laporan keuangan
tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut,
bersama dengan dasar yang di gunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa
entitas tidak di pertimbangkan sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan
usaha.

Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah tepat,


manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak di batasi
untuk 12 bulan dari akhir periode pelaporan). Tingkat pertimbangan tergantung pada fakta dari
setiap kasus.. Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber
pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui
analisis rinci.

 Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika
akuntansi berbasis akrual yang digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi
dan kriteria pengakuan unsur-unsur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.

 Materialitas dan Agresi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan
secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material.
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang di
klasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan pengklsifikasian

9
adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat di
gabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan
keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk di sajikan terpisah dalam laporan
keuangan tetapi cukup material untukl di sajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.
Entitas tidak di perlukan untuk memberikan suatu pengungkapan khusus yang di minta oleh suatu
PSAK jika informasi tersebut tidak material.

 Saling Hapus

Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan dan
beban, kecuali di syaratkan atau di ijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara terpisah utuk
aset dan liabiliatas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif
atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika di sajikan) mengurangi
kemampuan penggunaan laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, persitiwa dan kejadian
lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling
hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah di
kurangi dengan penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keuangan atas persediaan dan penyisihan
piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus.

 Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya


secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan di
sajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, sebagai
tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas, mengungkapkan: Alasan
penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau pendek.

Fakta bahwa jumlah yang di sajikan dalam laporan keuangan tidak dapat di perbandingkan secara
keseluruhan.

 Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk


seluruh jumlah yang di laporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali di nyatakan lain
oleh PSAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode
sebelumnya di ungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode
berjalan. Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal dua laporan posisi
keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Jika
entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali secara
retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan, maka entitas menyajikan minimal tiga laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap
jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan keuangan Entitas menyajikan laporan posisi
keuangan pada :

 Akhir periode berjalan


 Akhir periode Sebelumnya ( yang sama dengan awal periode berjalan)

10
 Permulaan dari periode komparasi terawal

 Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten
kecuali :

a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas laporan
keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat
untuk di gunakan dengan mempertimbangkan criteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan
akuntansi dalam PSAK No. 25

b. Perubahan tersebut di perkenankan oleh suatu PSAK.

B. JENIS LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan sebenarnya banyak namun laporan keuangan utama menurut PSAK hanya tiga :

1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

2. Perhitungan Laba Rugi yang menggambarkan jumlah Hasil, Biaya, dan Laba/Rugi perusahaan pada
suatu periode tertentu.

3. Laporan Arus Kas. Di sini di muat sumber dan pengeluaran Kas perusahaan selama satu periode.

Dulu dikenal Laporan Sumber dan Penggunaan Data. Dana di sini diartiakn bermacam-macam:

1. Dana di artikan sebagai Kas

2. Dana di artikan sebagai Aset Cepat ( Quick Assets)

3. Dana di artikan sebagai Monetary Assets

4. Dana di artikan sebagai Aset Lancar

5. Dana di artikan sebagai Modal Kerja ( Aset Lancar di kurangi Utang Lancar)

6. Dana di artikan sebagai keseluruhan aset

Di Indonesia laporan arus kas dimuat dalam PSAK NO. 2 sedangkan di USA dengan keluarnya
FASB NO. 95 yang wajib sekarang adalah Laporan Sumber Penggunaan Dana dalam arti Kas. Laporan
ini ( Cash Flow Statement) merupakan ikhtisar Arus Kas Masuk dan Arus kas Keluar yang di bagi
dalam kelompok-kelompok:

1. Kegiatan Operasi

2. Kegiatan Investasi

3. Kegiatan Pendanaan (Keuangan)

11
Laporan Kas dapat di susun dengan dua cara:

- Direct Method

- Indirect Method

Orang sering memberikan jenis laporan keuangan antara lain:

1. Daftar Laba Ditahan ( Retained Earning Statement)

2. Daftar Peruabahan Modal (Capital Statement)

3. Daftar Perhitungan Harga Pokok ( Cost of Good Manufactured Statement).

Sejak tahun1930 penekenan utama akuntansi adalah pada orientasi pengukuran dan
pengakuan pendapatan( Income Statemen). Namun menurut kerangka konsep yang di kembangkan
FASB yang berdiri tahun 1973, penekanan akuntansi bergerak kepada orientasi Assets Liability
(Balance Sheet). Kemudian setelah mengeluarkan FASB Statement No. 95 dan perkembangan yang
sangat cepat pada konsep Cash Flow Accounting maka penekanan akuntansi mengarah pada
orientasi Arus Kas. Informasi yang di sajikan dalam Laporan Posisi Keuangan minimal harus
mencakup penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut :

1. Aset tetap

2. Properti investasi

3. Aset tidak berwujud

4. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan pada (5), (8) dan (9)

5. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas

6. Aset biolojik

7. Persediaan

8. Piutang dagang dan piutang lainnya

9. Kas dan setara kas

10. Total aset yang di klasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk di jual untuk aset yang
termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk di jual sesuai
dengan PSAK No. 58

11. Utang dagang dan terutang lainnya

12. Kewajiban di estimasi

13. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan dalam (11) dan (12)

14. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana di definisikan dalam PSAK No.46

12
15. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana di definisikan dalam PSAK No. 46

16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang di lepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang
dimiliki untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58

17. Kepentingan non pengendali, di sajikan sebagai bagian dari ekuitas

18. Modal saham dan cadangan yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk.

Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan di sajikan secara terpisah di dasarkan atas
penilaian dari :

a. Sifat dan likuiditas aset

b. Fungsi aset tersebut dalam entitas

c. Jumlah, sifat dan jangka waktu viabilitas

Aset Lancar

Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :

1.Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal

2. Entitas memiliki aset untuk tujuan di perdaganggkan

3. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan atau

4. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 2 : Laporan Arus Kas) kecuali aset
tersebut di batasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk
kategori tersebut sebagai aset tidak lancar.

 Liabilitas Jangka Pendek

Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika :

1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya

2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk bertujuan di perdagangkan

3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan

4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

13
Entitas mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas jangka
panjang.

 Laporan Laba Rugi Komprehensi

Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang di akui dalam satu periode :

1. Alam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif

2. Dalam bentuk laporan :

a. Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah)

b. Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan
komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).

Laporan laba rugi komprehensif, sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos


berikut selama suatu periode :

1. Pendapatan

2. Biaya keuangan

3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan join ventures yang di catat dengan menggunakan
metode ekuitas

4. Beban pajak

5. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari :

a. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang di hentikan

b. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang di akui dengan pengukuran nilai wajar di kurangi
biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi
yang di hentikan.

6. Laba rugi

7. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat
(selain dalam jumlah huruf (8))

8. Bagian pendapatan Komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas

9. Total laba rugi komprehensif.

 Laporan Perubahan Ekuitas

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

14
1. Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total
jumlah yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non
pengendali.

2. Untuk komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara
retrospeksif yang di akui sesuai dengan PSAK No. 25

3. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsialisasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari :

a. Laba rugi

b. Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain.

c. Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah
kontribusi dari pemilik dan distribusikan kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada
entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.

Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan
keuangan, jumlah deviden yang di akui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai
deviden per saham.

 Laporan Arus Kas

Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dan menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut. PSAK No. 2 mengatur persayaratan penyajian dan pengungkapan
informasi arus kas.

Catatan atas Laporan Keuangan:

1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
tertentu yang di gunakan sesuai dengan paragraph 115 – 122

2. Mengungkapkan informasi yang di syaratkan PSAK yang tidak di sajikan di bagian manapun
dalam laporan keuangan.

3. Memberikan informasi yang tidak di sajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi
informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keungan.

(Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Revisi 2009)

C. ISI DAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN KHUSUS NERACA


Ada tiga hal penting yang harus di ingat dalam mempertimbangkan apakah suatu transaksi
dapat di anggap sebagai elemen laporan keuangan atau tidak:

15
1. Konsep income dalam istilah tadi harus di anggap lebih luas dari pada istilah income menurut
akuntansi secara tradisional.

2. Pengertian aset, likuiditas, equity menyangkut pada jumlah kekayaan, klaim terhadap sumber-
sumber tadi pada suatu waktu tertentu (per tanggal tertentu). Sedangkan pengertian Revenues,
expense, gains, dan losses menyangkut pengaruh transaksi, kejadian selama periode tertentu (dari
satu tanggal ke tanggal yang lain).

3. Nilai aset, liabilities, equity di anggap berubah akibat pengaruh revenue, expense, gain, loss.
Dengan demikian laporan keuangan di anggap memiliki kaitan antara satu dengan yang lain.

Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.6 elemen akuntansi itu adalah
Asset, Liabilities, Owners’Equity, Revenues, Gains, Expenses, dan Losses.

Dalam mengkaji elemen akuntansi dan hubungan laporan laba rugi dengan neraca di kenal
dua pendekatan:

1. Articulated Approach : kedua laporan dianggap sebagai memiliki hubungan matematis, dimana
laba rugi hanya merupakan perubahan modal pada periode itu dengan asumsi tidak ada transaksi
modal dan transaksi penyesuaian modal.

2. Non Articulated Approach : hubungan antara neraca dan laba rugi dianggap tidak ada minimal
tidak otomatis dan masing-masing berdiri sendiri antara satu sama lain.

Kendatipun konsep ini tidak banyak di bahas dalam literature, namun bukan tidak ada
pengaruhnya dalam akuntansi kontemporer. Pencatatan unrealized capital atau transaksi lainnya
seperti transaksi valuta asing yang tidak di bukukan langsung ke laporan laba rugi, tetapi langsung di
catat dalam perkiraan modal membuktikan pengaruh konsep ini.

Dalam model artikulasi sistem klasifikasi dalam laporan keuangan adalah sebagai terlihat
dalam gambar berikut :

 Laporan Neraca (Posisi Keuangan)

a. Pengertian

Neraca atau di sebut juga posisi keuangan menggambarkan posisi keuangan perusahaan
dalam suatu tanggal tertentu atau a moment of time, sering disebut per tanggal tertentu misalnya
per tanggal 31 Desember 1999. Posisi yang di gambarkan sesudah tertentu yaitu posisi harta, utang
dan modal. Klasifikasi yang di gambarkan ini memang timbul sebagai akibat dari konsep double entry
accounting system yang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari akuntansi keuangan.

b. Definisi Komponen Neraca

1. Definisi Harta

Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, Definisi aset menurut tiga sumber.
Committee on Terminology (1953, halaman 26) mendefiniskan aset sebagai berikut:

16
Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, mari kita lihat definisi aset menurut tiga
sumber. Committee on Terminology (1953, halaman 26)

“Sesuatu yang akan di sajikan di saldo debit yang akan di pindahkan setelah tutup buku sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi (bukan karena saldo negatif yang akan di nilai sebagai utang), saldo
debit ini merupakan hak milik atau nilai yang di beli atau pengeluaran yang di buat untuk
mendapatkan kekayaan di masa yang akan datang”.

Sedangkan APB Statement (1970, halaman 132) mendefinisikan aset sebagai :

“Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk di dalamnya pembebanan yang di tunda, yang di nilai dan
di akui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.”

Sedangkan FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut :

“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang di peroleh atau di kuasai di masa yang akan
datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlaku”.

Dari definisi ketiga ini diketahui bahwa sesuatu yang di anggap sebagai aset jika di masa yang
akan datang dapat di harapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada perusahaan. Untuk
perkiraan deffered charge di anggap bahwa karena pembayaran telah dilakukan maka di masa yang
akan datang tidak perlu lagi cash flow. Definisi terakhir ini di anggap lebih luas dari definisi pertama.
Mengenai executory contract sering terjadi perdebatan. Executory contract adalah perjanjian yang
belum dilaksanakan. Dalam prinsip akuntansi yang berlaku sekarang tidak ada pencatatan atas jenis
kontrak seperti ini dalam laporan keuangan, misalnya kontrak dengan pegawai, dan kontrak
pembelian jangka panjang.

2. Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban

Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilain aset dan kewajiban sesuai yang
di gariskan APB adalah sebagai berikut :

“Pencatatan aset di dasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan atau aset itu
dari pihak lain sedangkan kewajiban kapan muncul kepada pihak lain. Penilaian keduanya di
dasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan (exchange atau market price) pada pengalihan terjadi.
Nilai ini disebut acquisition cost”.

Dalam hal pengorbanan yang di berikan adalah aset bukan uang (non-moneter) maka niali
yang di pakai adalah harga pasar barang yang di serahkan. Di samping nilai pertukaran ini atau
historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga berbagai nilai yang sering di pakai dalam
penilaian aset. Nilai itu adalah :

a. Book value adalah harga buku yang diperoleh dari nilai perolehan historis di kurangi akumulasi
penyusutan yang telah di bebankan kepada pendapatan.

17
b. Replacement cost adalah nilai barang yang dimaksudkan jika dig anti dengan barang lain yang
sama.

c. Selling price adalah harga penjualan.

d. Net Realizable Value adalah harga jual di kurangi biaya penjualan atau di kurangi tingkat margin
yang normal.

Nilai ini sering dianggap tidak konsisten dengan konsep teori pengukuran ang murni. Nilai-nilai
yang disebutkan di atas telah di terapkan pada berbagai macam jenis aset yang dianggap telah di
bahas dalam akuntansi intermediate.

3. Definisi Kewajiban / Utang ( Liabilities)

Definisi kewajiban telah berkembang terus seperti terlihat dari 3 definisi berikut :

“Kewajiban adalah saldo kredit atau jumlah yang harus dipindahkan dari saat tutup buku ke periode
tahun berikutnya berdasarkan pencatatan yang sesuai dengan prinsip akuntansi ( saldo kredit bukan
akibat saldo negatif aset)”.

Menurut definisi ini semua yang bersaldo kredit dianggap sebagai kewajiban termasuk di dalamnya
perkiraan-perkiraan penyisihan, akumulasi, dan perkiraan modal lainnya. Sehingga tidak semata-
mata uang kepada kreditur. Definisi ini merupakan penjabaran dari entity theory.

Dalam membahas kewajiban ini kita mengenal beberapa istilah penting, yaitu :

 Contractual liabilities, adalah merupakan kewajiban yang di dukung oleh perjanjian tertulis.
 Constructive obligation, adalah kewajiban yang tidak di nyatakan secara tertulis, misalnya
pembayaran cuti atau bonus tertentu.
 Equitable obligation, adalah kewajiban yang tidak di kuatkan kontrak dan hanya karena
kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan.

4. Contigent liabilities, adalah suatu situasi atau kejadian yang menggambarkan ketidakpastian
apakah mungkin menimbulkan keuntungan atau kerugian kepada perusahaan, dimana hanya dapat
di pastikan apabila sesuatu kejadian di masa yang akan datang terjadi atau tidak. Dalam hal ini maka
standar akuntansi yang akan dicatat. Kerugian (kewajiban) ini mempunyai persyaratan untuk bisa di
catat. Persyaratan ini adalah sebagai berikut :

a. Kewajiban itu sangat mungkin terjadi atau kekayaan perusahaan telah digunakan atau telah di
korbankan.

b. Kewajiban itu dapat di ukur secara terpercaya.

18
Contingent liabilities ini misalnya jaminan yang di berikan terhadap produk perusahaan yang di jual,
hadiah yang di tawarkan atau produk yang di jual, tuntutan di pengadilan dan lain-lain.

5. Deferred Credit, adalah sejenis kewajiban tetapi bukan dalam pengertian memberikan
pengorbanan di masa yang akan datang. Deferred credit ini ada dua jenis :

a. Prepaid revenue, adalah penerimaan free di muka yang belum sepenuhnya diimbangi dengan
pemberian jasa atau produk yang di bayar.

b. Deferred revenue akibat peraturan pengakuan pendapatan, misalnya adalah investment tax
credit dan laba rugi dari transaksi lease back.

6. Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan tetapi kita sudah terikat dengan
perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang maupun yang akan menerima
kekayaan atau jasa di masa yang akan datang. Misalnya adalah kontrk pembelian di masa yang akan
datang dimana perusahaan harus menyediakan barang di masa yang akan datang – kontrak
pekerjaan dengan pegawai – dimana perusahaan harus membayar gaji di masa yang akan datang.
Masalah ini sudah lama menjadi bahan controversial di kalangan akuntan. Apakah kontrak di catat
dan di akui dalam laporan keuangan atau tidak. Namun dalam akuntansi konvensional executory
contract ini tidak diakui dalam laporan keuangan.

4. Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban

Menurut APB Statement No. 4 serta SFAC No. 5 kewajiban di nilai sebesar kejadian dalam transaksi,
biasanya jumlah yang akan di bayarkan di masa yang akan datang biasanya di diskontokan (di nilai
berdasarkan present value – untuk yang jangka panjang), sejumlah nilai pertukaran, atau sejumlah
nilai normal.

 Modal Pemilik (Owner’s Equity)

Equity adalah “suatu hak yang tersisa atas aset suatu lembaga (entity) setelah di kurangi
kewajibannya”. Dalam perusahaan, equity adalah modal pemilik. Definisi ini cenderung menganut
proprietory theory.

Dalam perusahaan perseorangan, nilai modal ini merupakan modal pemiliknya sendiri.
Sedangkan dalam perusahaan perseroan perlu di bedakan antara modal setor dengan modal karena
pendapatan (Retained Earning). Deviden hanya di bayarkan dari laba di tahan bukan dari modal
setor. Modal setor atau Contributed Capital dapat di bagi dalam Modal statuter (legal capital) dan
modal lainnya. Modal statute adalah jumlah batas kewajiban pemilik. Modal statute ini di nilai
sebesar harga pari atau harga nominal. Disamping modal statute ini, ada lagi modal lainnya, seperti
agio saham, modal donasi, modal dari pengeluaran kembali treasury stock, stock option, dan
sebagainya. Di Indonesia mungkin juga harus dimasukkan kenaikan modal akibat revaluasi.

 Laba Ditahan

Laba ditahan terdiri dari laba tahunan, peneyesuaian atau koreksi tahun sebelumnya, dan
besaran deviden. Komponen berikutnya darimodal saham ini adalah Laba Rugi yang belum di

19
realisasi. Dalam beberapa hal perubahan aset perusahaan tidak dilaporkan di laba rugi, tetapi
langsung dilaporkan di neraca, misalnya Rugi dari perubahan harga surat berharga jangka panjang,
Laba Rugi dari transaksi luar negri dalam mata uang asing.

 Cadangan (Reserve)

Dalam laporan keuangan di Indonesia sering kita melihat istilah cadangan ini dan terlihat salah
dalam menggunakannnya. Dalam arti umum cadangan berarti sesuatu yang di simpan untuk maksud
tertentu. Dalam akuntansi sering pula dianggap sebagai pos penilaian atau taksiran kewajiban,
misalnya cadangan piutang ragu-ragu, cadangan penghapusan, cadangan utang pajak, dan lain
sebagainya. Pengertian yang sebaiknya dalam akuntansi adalah merupakan laba ditahan yang
ditetapkan untuk maksud tertentu, jadi tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. Atau bisa juga
istilah cadangan ini digunakan untuk menjelaskan dana tertentu yang dicadangkan dan
diperuntukkan bagi maksud tertentu. Misalnya cadangan untuk membayar obligasi, cadangan dana
untuk membeli aset tetap, dan sebagainya. Kalau ini yang dimaksudkan, maka cadangan ini harus
dimasukkan ke dalam pos harta dan dikelompokkan sebagai aset tidak lancar. Fungsinya seperti kas
atau bank yang di batasi penggunaannya untuk maksud tertentu.

 Pengakuan dan Penilaian Modal

Transaksi modal dapat dibagi dua : Transaksi modal dan transaksi yang berkaitan dengan laba.
Transaksi golongan pertama menyangkut transaksi langsung dari pemilik dengan perusahaan,
misalnya pembayaran dan pengambilan modal. Golongan kedua menyangkut transaksi yang
berkaitan dengan laba, misalnya transaksi laba rugi, koreksi tahun lalu, dan sebagainya.

Penilaian terhadap transaksi modal ini sama dengan penilaian pada harta dan kewajiban yaitu
berdasarkan harga pasar pada saat terjadinya transaksi. Dalam hal ini pencatatan modal saham
harus dipisahkan nilai parinya dengan nilai jualnya. Laba ditahan dicatat sebagai akumulasi laba dari
tahun-tahun sebelumnya.

 Off Balance Sheet

Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya dikenal apa yang disebut off
balance sheet. Pada hakikatnya transaksi off balance sheet ini adalah transaksi yang terjadi dalam
perusahaan tetapi karena menurut aturan, baik aturan prinsip akuntansi maupun aturan lainnya
tidak dimasukkan dalam neraca atau belum boleh dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini
biasanya menyangkut transaksi cash atau transaksi instrumen keuangan lainnya yang belum di
realisasi, misalnya :

a. Giro, kas bon

b. Hak untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya misalnya plafon kredit (pembiayaan) yang
belum digunakan.

c. Hak untuk menukarkan aset keuangan lainnya yang lebih menguntungkan. Instrumen modal
perusahaan lainnya.

20
Bentuk Neraca

Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas perkiraannya. Biasanya perkiraan yang paling
lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling atas. Kewajiban yang paling cepat
harus dibayar, harus dicantumkan paling atas dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan
terlebih dahulu harus di tempatkan di atas.

Dalam menyajikan neraca dapat di bagi dalam tiga bentuk :

a. Bentuk Neraca Staffel atau Report Form

Neraca ini dilaporkan satu halaman vertical. Di sebelah atas dicantumkan total aset dan di bawahnya
di sajikan pos kewajiban dan mos modal.

b. Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form

Di sini aset disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan kewajiban serta modal ditempatkan di
sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.

c. Bentuk yang menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)

Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang
berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aset lancar
dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aset tetap
dan aset lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh modal pemilik.
Dalam bentuk ini informasi disajikan satu halaman dengan urutan sebagai berikut :

21
PT. SIPANGKO JAYA

Neraca

Per 31 Desember 2000

Aset Lancar :

Kas dana bank Rp ……………………………

Piutang dagang Rp ……………………………

Persediaan Barang Rp ……………………………

Biaya Dibayar Dimuka

Total Aset Lancar Rp …………………

Dikurangi :

Kewajiban Lancar

Utang Dagang (Rp ………………………….)

Utang Biaya Rp………

Utang Pajak Rp……..

Penerimaan Dimuka (Rp ……………………………)

Total Kewajiban Lancar Rp…………….........

MODAL KERJA Rp…………………..

Di tambah :

Aset Tetap (net) :

Lahan Rp …………………..

Bangunan Rp …………………..

Mesin dan Peralatan Rp …………………..

Furniture Rp …………………..

Total Aset (net) Rp ………………………..

Aset Lain :

Paten Rp……………………

Goodwill Rp ……………………

22
Total Aset Lain Rp …………………………

Modal Kerja dan Aset Rp ………………………….

Di kurangi

Kewajiban Jangka Panjang :

Obligasi Rp ………………………….

Modal (Ekuitas) Rp ………………………….

Modal (Ekuitas) terdiri dari :

Saham Biasa Rp ………………

Saham Prefern Rp ……………….

Premium Saham Biasa Rp ……………….

Laba di tahan Rp ……………….

Total Modal Rp …………………………

Kelemahan konsep ini adalah jika ada perkiraan perkiraan yang memiliki ambivalensi di dua
kelompok. Misalnya preferred stock tertentu yang dalam hal tertentu di perlakukan sebagai Capital,
tetapi di lain pihak disebut juga Liabilities (resembles bond).

Dalam pendekatan articulated di kenal dua konsep:

1. Revenue – Expense Approach

2. Asset Liability Approach

Konsep pertama menganggap bahwa laporan utama adalah laporan laba rugi. Laba rugi di
peroleh dari pengurangan ( matching) biaya dari hasil yang di akui. Neraca hanya merupakan “by
product” dari proses pengakuan, pengukuran laba tadi. Sehingga Neraca hanya merupakan
kumpulan “deferred charges dan deferred credits”. Kelemahan konsep ini adalah bahwa ternyata
dalam sifatnya tidak semua deferred charges ( pembebanan yang di tunda dalam laporan laba rugi)
merupakan perkiraan aset sebagaimana definisi aset yang kita ketahui. Misalnya Biaya Organisasi,
biaya ini adalah sunk cost yang tidak mungkin lagi di-recovered.

Konsep kedua menganggap bahwa langkah pertama bukan mengukur laba tetapi mengukur
harta dan kewajiban. Di sini income di definisikan sebagai perubahan dalam net aset. Sehingga
laporan laba rugi di anggap merupakan pengelompokan dan pelaporan perubahan yang terjadi
dalam net asset. Laba rugi atau perubahan net asset itu di anggap sebagai “by product” dari
pengukuran asset dan liabilities. Net income itu adalah berasal dari perubahan asset dan liabilities,
bukan sebaliknya seperti konsep Revenue –Expense. Di sini di anggap bahwa asset dan liabilities

23
adalah benar-benar riil dan ada sehinnga di nilai lebih logis jika pengukuran di mulai dari asset dan
liabilities ini.

D. LAPORAN KEUANGAN YANG DIWAJIBKAN SEC (SECURITIES EXCHANGE COMMISION)

Di Amerika, SEC atau Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan perusahaan yang go public
melaporkan secara periodic laporan keuangannya sebagai berikut :

1. Form 10 – K. Ini adalah laporan tahunan yang harus disampaikan 3 bulan atau 90 hari setelah
akhir tahun buku.

2. Form 10 – Q. Ini merupakan laporan keuangan kuartal yang harus disampaikan 45 hari setelah
akhir kuartal. Kuartal 1,2 dan 3. Kuartal 4 tidak perlu karena sudah tergabung dalan laporan tahunan
atau Form 10 – K.

3. Form 8 – K. Laporan ini harus disampaikan 5 hari setelah kejadian tertentu dilaksanakan.
Kejadian itu adalah:

a. Perubahan dalam hal pengawasan perusahaan.

b. Pembelian atau penjualan aset yang demikian besar.

c. Bangkrut atau mengalami dampak bangkrut.

d. Perubahan akuntan pemeriksa.

e. Kejadian lain yang dianggap penting bagi pemegang saham.

E. CATATAN DAN PENJELASAN LAPORAN KEUANGAN

Catatan dan penjelasan laporan keuangan (Notes to Financial Statement) merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari laporan keuangan. Biasanya hal-hal yang diungkapkan dalam catatan dan
penjelasan laporan keuangan ini adalah:

1. Kebijaksanaan akuntansi, misalnya metode laporan konsolidasi, metode penyusutan,


persediaan barang, pengakuan hasil, perubahan akuntansi dan sebagainya.

2. Penjelasan tentang perkara di pengadilan jika ada, kewajiban contingent laba rugi kontigensi
dan komitmen yang tidak biasa.

3. Rencana penggabungan usaha, penjelasan transaksi yang tidak biasa related party transactions
(hubungan istimewa) dengan perusahaan anak, induk, direksi, pemegang saham, dan lain-lain.

4. Penjelasan tentang jenis saham, program pemberian saham kepada pegawai (ESOP=Employee
Stock Ownership Plan), dividen saham, dan lain-lain.

5. Jumlah penyusutan dan biaya riset dan pengembangan.

24
6. Penjelasan pos penting seperti: umur piutang, perincian persediaan, aset tetap, penjualan,
pembelian barang, daftar biaya produksi dan lain-lain.

7. Penjelasan tentang pajak penghasilan, komposisi, restitusi, perkara di majilis perpajakan.

Disamping Notes to Financial Statement ada lagi Footnote yaitu catatan kaki yang dibuat di halaman
neraca paling bawah. Ini bisa juga dimaksudkan untuk menambah disclosure.

Perusahaan harus menyajikan catatan laporan keuangan dengan urutan berikut:

1. Pernyataan kepatuhan dengan IFRS

2. Ringkasan kebijakan akuntansi organisasi yang signifikan

3. Informasi pendukung untuk perkiraan dalam laporan keuangan, dengan urutan dimana berbagai
laporan disajikan

4. Pengungkapan lain, seperti informasi non-keuangan

Perusahaan juga harus memasukkan informasi berikut dalam catatan laporan keuangan:

· Asumsi. Informasi tentang asumsi pokok yang berkaitan dengan mas depan.

· Dasar penyusunan. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menyusun laporan (contoh: biaya
historis, biaya kini, nilai realisasi bersih, nilai wajar, atau jumlah yang dapat dipulihkan), dan
penggunaan kebijakan akuntansi lain yang terkait untuk memahami laporan.

· Manajemen modal. Penjelasan modal yang entitas kelola, bagaimana memenuhi tujuan
manajemen modal, sifat dari setiap kebutuhan modal eksternal yang ditentukan, dan ringkasan
tentang apa yang dikelola entitas sebagai modal, dan bagaimana tingkat modal telah berubah
selama periode berjalan.

Beberapa informasi dan catatan yang harus dimasukan saat menyajikan laporan keuangan antara
lain: asumsi, dasar penyusunan, manajemen modal, dividen, domisili, estimasi ketidakpastian, badan
hukum, umur, manajemen penilaian, nama, operasional, dan informasi lain.

· Dividen. Jumlah dividen yang tidak diakui untuk dibagikan, tetapi diusulkan atau dideklarasikan
sebelum laporan keuangan telah disetujui untuk penerbitan.

· Domisili. Kedudukan entitas, negara pendiriannya dan alamat kantor terdaftar.

· Estimasi ketidakpastian. Sumber utama estimasi ketidakpastian yang dapat mengakibatkan


penyesuaian yang signifikan dari nilai tercatat dalam aset dan kewajiban entitas dalam tahun fiskal
berikutnya.

· Badan hukum. Badan hukum entitas.

· Umur. Jika entitas memiliki umur terbatas, buat catatan umur organisasi/perusahaan.

25
· Manajemen penilaian. Manajemen telah membuat penilaian ketika menerapkan kebijakan
akuntansi, dan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil keuangan.

· Nama. Nama dari entitas induk dan dari induk kelompok.

· Operasional. Kegiatan utama entitas.

· Informasi lain. Informasi lain yang tidak disajikan dalam lapoaan keuangan, tetapi berkaitan.

Perusahaan harus memberi keterangan pada perkiraan dalam berbagai laporan keuangan dengan
catatan ini.

F. KETERBATASAN LAPORAN POSISI KEUANGAN

Pada awalnya, para pengguna laporan keuangan fokus pada kegunaan laporan posisi keuangan
perusahaan, namun belakangan mereka, khususnya para investor, lebih memilih untuk
memperhatikan rasio yang berkaitan dengan laba, salah satunya earning per share. Hal tersebut
mereka lakukan untuk mengetahui potensi keuntungan yang akan mereka terima dari investasi yang
telah dilakukan. Pada saat ini perhatian mereka kembali pada kegunaan neraca, meliputi rasio pada
aset, kewajiban, dan modal. Rasio likuiditas, leverage, ROA (return on assets), ROE (return on
equity), merupakan rasio-rasio yang saat ini menjadi bagian dari pertimbangan para pengguna
laporan keuangan dalam menilai sebuah perusahaan.

Peningkatan kegunaan laporan posisi keuangan menjadi fokus utama para akuntan. Hal tersebut
dilakukan mulai dari metode penilaian, penyajian yang komparatif, sampai pada akuntansi inflasi.
Namun laporan posisi keuangan masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

a. Sumber daya manusia yang handal, produk yang unggul dan pelayanan yang prima merupakan
beberapa aset penting yang dimiliki perusahaan, namun laporan posisi keuangan tak dapat
melaporkan dikarenakan hal-hal tersebuttidak dapat diukur secara kuantitatif dan objektif.

b. Pertimbangan dan estimasi yang digunakan perusahaan yang masih sulit ditentukan, misalnya
untuk masa manfaat aset, jumlah piutang tak tertagih dan beban garansi yang harus dicadangkan.

G. PERISTIWA KEMUDIAN (SUBSEQUENT EVENT)

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:78),peristiwa kemudian adalah transaksi atau kejadian
yang terjadi sesudah tanggal laporan posisi keuangan sebelum laporan keuangan dikeluarkan atau
diumumkan. Peristiwa kemudian ada kemungkinan:

a. Menimbulkan penyesuaian terhadap laporan keuangan.

b. Memerlukan disclosure.

26
c. Tidak memerlukan apa-apa.

Adjustment perlu jika jumlah yang ada dalam laporan keuangan harus disesuaikan karena adanya
peristiwa kemudian yang memberikan bukti yang berkaitan dengan keadaan yang terjadi pada
tanggal neraca dan mempengaruhi laporan keuangan secara materiil. Misalnya debitur yang
bangkrut bisa mempengaruhi taksiran piutang ragu yang sebelumnya sudah ada indikasi ke arah
bangkrut pada tanggal neraca.

Pengungkapan perlu jika peristiwa kemudian memberikan bukti yang berkaitan dengan
persyaratan yang tidak ada pada tanggal neraca. Misalnya debitur yang mengalami musibah banjir
yang tidak diduga dan tidak ada tanda-tanda pada tanggal neraca tidak perlu adjustment penyisihan
piutang. Misal yang lain adalah:

1. Penjualan saham dan obligasi cukup besar.

2. Pembelian atau penjualan aset yang cukup besar termasuk adanya penggabungan usaha.

3. Laba rugi dari realized dan unrealized surat berharga dari investasi.

4. Pengajuan perkara atau penyelesaian perkara di pengadilan.

5. Penurunan nilai persediaan yang tidak ada indikasi pada tanggal neraca.

6. Kerugian akibat keadaan yang tidak diduga seperti banjir, kebakaran, pencurian, gempa bumi,
dan lain sebagainya.

STUDI KASUS: LAPORAN POSISI KEUANGAN PT UNITED TRACTORS Tbk TAHUN 2012

PT United Tractors Tbk adalah distributor peralatan berat terbesar dan terkemuka di Indonesia yang
menyediakan produk-produk dari merek ternama dunia seperti Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag,
Tadano, dan Komatsu Forest. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 13 Oktober 1972 dan merupakan
anak perusahaan dari PT Astra Internasional Tbk. PT United Tractors melaksanakan IPO (Initial Public
Offering)/penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada
pada tanggal 19 September 1989. Saat ini perusahaan tersebut memiliki jaringan distribusi dengan
cakupan 18 kantor cabang, 22 kantor pendukung, dan 12 kantor perwakilan di 22 provinsi di seluruh
Indonesia.

Pada tahun 2012, PT United Tractors Tbk sebagai salah satu perusahaan yang memiliki kapitalisasi
saham yang besar di Bursa Efek Indonesia mampu memperlihatkan pertumbuhan kinerja
perusahaan yang cukup baik meskipun pada tahun tersebut perekonomian global sedang mengalami
fluktuasi dan ketidakpastian. Laba bersih PT United Tractors Tbk tercatat sebesar Rp5,78 triliun pada
tahun 2012, menurun tipis 2,1% dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar Rp5,90 triliun.
Meskipun begitu, perusahaan tersebut tetap mampu mencatatkan kenaikan pendapatan
konsolidasi, mencapai nilai sebesar Rp55,95 triliun, naik 1,6% dari nilai penjualan tahun 2011, yaitu
sebesar Rp55,05 triliun. Dari sisi aset, PT United Tractors Tbk mengalami kenaikan aset sebesar

27
8,31% di tahun 2012 sebesar Rp50,3 triliun disbandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp46,4 triliun.
Aset lancar perusahaan mengalami penurunan sebesar13,96% dengan nilai Rp25,6 triliun menjadi
Rp22 triliun yang salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan dana pada kas untuk realisasi kegiatan
investasi dan modal kerja perusahaan di tahun 2012 serta penempatan dana pada lembaga
perbankan untuk mendapatkan imbalan bunga.

Menurut Laporan Tahunan PT United Tractors Tbk, perusahaan secara bertahap telah menyesuaikan
laporan keuangan berdasarkan IFRS semenjak tahu 2005, dan saat ini telah mengadopsi seluruh
ketentuan PSAK yang berlaku. Pada tahun 2012, untuk meningkatkan kualitas implementasi PSAK
baru yang berlaku pada tahun 2011 lalu, perusahaan menugaskan beberapa staf di bidang yang
relevan untuk mengikuti pelatihan PSAK lanjutan melalui pelatihan PSAK secara menyeluruh.
Perusahaan tersebut saat ini memiliki beberapa staff yang memiliki sertifikat Certified PSAK (C-
PSAK).

Sumber: Laporan Keuangan PT United Tractors Tbk per 31 Desember 2012 dan 2011

Sumber: Laporan Keuangan PT United Tractors Tbk per 31 Desember 2012 dan 2011

Sumber: Laporan Keuangan PT United Tractors Tbk per 31 Desember 2012 dan 2011

Sumber: Laporan Tahunan PT United Tractors Tbk Tahun 2012

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laporan Posisi Keuangan telah mengalami perkembangan yang cukup di masa sekarang, khususnya
semenjak diterapkannya IFRS. Semua perkembangan yang terjadi dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas Laporan Posisi Keuangan sehingga menjadi informatif di mata para penggunanya dan dapat
dijadikan salah pertimbangan mengenai prospek dari sebuah perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bragg, Steven M. Panduan IFRS. Halaman: 23-25

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Januarsi, Yeni. 2012. PSAK No.1 (Revisi 2009) komponen laporan keuangan lengkap penyajian
laporan keuangan dan extraordinary items. From,
http://santirianingrum.dosen.narotama.ac.id/2012/04/17/psak-no-1-revisi-2009-komponen-
laporan-keuangan-lengkap-penyajian-laporan-keuangan-dan-extraordinary-items/, 31 Mei 2013

_________. 2013. Neraca dan Laporan Arus Kas. [online],


(http://kodokebo.blogspot.com/2011/06/arus-kas.html, diakses tanggal 25 Mei 2013).

_________. 2013. The Balance Sheet (Neraca). [online],


(http://deriaprianto74.blogspot.com/2012/12/the-balance-sheet-neraca.html. diakses 25 Mei 2013).

_________. 2013. Neraca dan Statemen Arus Kas. [online],


(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/akuntansi%20keuangan%20menengah%201/h.Bab
%204%20Neraca%20dan%20Statemen%20Aliran%20Kas.pdf. diakses tanggal 25 Mei 2013).

_________. 2013. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca dan efeknya terhadap penyajian laporan
keuangan, [online]. (http://auditme-post.blogspot.com/2008/08/peristiwa-setelah-tanggal-
neraca.html, diakses 2 November 2012).

_________. 2013. Laporan Keuangan Konsolidasian PT United Tractors Tbk per 31 Desember 2012
dan 2011.

_________. 2013. Laporan Keuangan Tahunan PT United Tractors Tbk Tahun 2012.

29

Anda mungkin juga menyukai