Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI :

KATARAK

OLEH :

KELOMPOK 5

NI MADE YUNI RAHAYU PUTRI (1914201158)

NI NENGAH PURNITI ( 1914201159)

Ni NYOMAN INTAN PERMATA ABADHI (1914201160)

NI NYOMAN SRIASTUTI (1914201161)

NI PUTU EKA SAPITRI (1914201162)

NI WAYAN ANIK YULIANI (1914201163)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI 2020
A. KONSEP TEORITIS
1. Defenisi Katarak

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat

keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa

yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan

penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang

terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2. Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,

yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan.

Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk

bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus

dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1. Lapisan luar, yang terdiri dari :

a. Sclera

b. Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :

a. Koroid

b. Badan (korpus) siliare

c. Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :


a. Retina

b. Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat

memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan

mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan

untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk

menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea

masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat

otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah,

2003).

3. Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Fisik

2.      Kimia

3.      Penyakit predisposisi

4.      Genetik dan gangguan perkembangan

5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)

4. Klasifikasi Katarak

              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1

tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.


3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma

tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu

mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi

sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan

kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan

obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.

Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti

uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata

lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih

berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,

menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata

depan menjadi dangkal.


3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi

kekeruhan lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks

lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks

lensa (Tamsuri, 2008).


PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri
  

5. Manifestasi Klinis Katarak

         Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil

sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

         Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan

tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama

bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang

lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

6. Komplikasi

              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit

katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

7. Pemeriksaan Diagnostik

a) Uji mata

b) Keratometri
c) Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

d) A-scan ultrasound (echography)

e) Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya

bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001). Darah

putih: dibawah 10.000 normal

8. Penatalaksanaan

          Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan

prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum

dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat

sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka

penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan

sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas,

kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan

terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk

lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada

orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan

anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi

mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan

klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.


          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :

ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah

hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak

yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan

okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. PENGKAJIAN
a. PRE OPERASI

Kaji riwayat penyakit pasien sekarang dan dimasa lalu.

Ada keluhan seperti pandangan kabur, penglihatan ganda, fotofobia dan lapang
pandang menyempit.

Pada inspeksi tampak lensa mata putih seperti kaca susu.

Riwayat pengobatan yang telah dilakukan.

Adanya rasa cemas tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan.

Lakukan pemeriksaan diagnostik untuk menunjang diagnosa penyakit.

Adanya perasaan malu bergaul akibat dari penurunan tajam pengelihatan.

Adanya rasa takut jika operasi gagal.
b. PASCA OPERASI

Adanya rasa nyeri.

Pasien tampak meringis.

Gelisah.

Mengeluh susah tidur.
- Adanya peningkatan nadi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. PRE OPERASI

Gangguan persepsi sensori (pengelihatan) berhubungan dengan penurunan tajam
pengelihatan.

Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan
kegagalan untuk memperoleh pengelihatan kembali.

Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.

Gangguan konsep diri (harga diri rendah situasional) berhubungan dengan
kerusakan fungsional pngelihatan.
b. PASCA OPERASI

Nyeri (akut) berhubungan dengan interupsi pembedahan jaringan tubuh.

Risiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.

Risiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perdarahan intraokuler

Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktivitas dan
aktivitas yang diijinkan, obat-obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan.
Permasalahan kolaboratif yang dapat muncul adalah


PK Hemoragi.

PK Peningkatan TIO.

PK Glaukoma
3. PERENCANAAN
a. Prioritas masalah keperawatan
1. Pre operasi
 Gangguan persepsi sensori (pengelihatan) berhubungan dengan penurunan
tajam pengelihatan.
 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
 Gangguan konsep diri (harga diri rendah situasional) berhubungan dengan
kerusakan fungsional pngelihatan.
 Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk memperoleh pengelihatan kembali.
2. Post operasi

Nyeri (akut) berhubungan dengan interupsi pembedahan jaringan tubuh.

Risiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan peningkatan
kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.

Risiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perdarahan
intraokuler

Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktivitas
dan aktivitas yang diijinkan, obat-obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan.
b. Rencana tindakan
1. Pre operasi
Gangguan persepsi sensori (pengelihatan) berhubungan dengan penurunan
tajam pengelihatan.
Tujuan : pasien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan setelah
diberikan tindakan keperawatan.

Kriteria : Pasien dapat melaksanakan perawatan diri dalan batas kerusakan


serta dapat berkomunikasi secara efektif menggunakan ketrampilan
yang dipelajari.

Intervensi :

- Kenalkan pasien dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya.


Rasional : memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan,
menurunkan cemas dan disorientasi.

- Dorong dan bantu dalam kemandirian.


Rasional : kemandirian dapat menurunkan tingkat ketergantungan
terhadap orang lain.

- Tentukan ketajaman pengelihatan, catat apakah kedua mata terlibat.


Rasional : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab
kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.

Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.


Tujuan : Pasien tidak mengalami cedera selama pengelihatan tidak
berfungsi sempurna.

Kriteria : menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan


cedera, menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resikondan untuk melindungi diri dari cedera.

Intervensi :
- Pertahankan lingkungan yang aman.
Rasional : lingkungan yang aman mengurangi resiko cedera.

- Orientasikan pasien terhadap lingkungan sekitar ( perabot rumah, pintu,


keranjang sampah, kamar madi, dll).
Rasional : memberikan peningkatan kenyamanan, menurunkan cemas
dan disorientasi pra operasi.

- Tempatkan pengaman tempat tidur selama pasien tidur.


Rasional : pengaman tempat tidur dapat menghindari pasien agar tidak
jatuh.

- Anjurkan meminta bantuan perawat atau keluarga bila diperlukan.


Rasional : untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah risiko
cedera bila tidak dibantu.

Gangguan konsep diri (harga diri rendah situasional) berhubungan dengan


kerusakan fungsional pngelihatan.
Tujuan : pasien dapat mengurangi rasa rendah diri karena perubahan fungsi
pengelihatan setelah diberikan tindakan keperawatan.

Kriteria : Menunjukkan pandangan yang realistik dan pemahaman diri


dalam situasi.

Mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri sebagai


orang yang mampu.

Menunjukkan adaptasi terhadap perubahan yang dibuktikan


dengan mempersiapkan keberhasilan realistis dan partisipasi aktif
dalam berhubungan sosial.

Intervensi :

- Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil.


Rasional : menunjukkan penghargaan dan pengakuan personal.

- Identifikasi orang terdekat yang dapat membuat pasien nyaman.


Rasional : memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus serta
pemberian dukungan.
- Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta strategi koping
pasien.

- Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang


ditimbulkan dari penyakit.
Rasional : perawat dapat mengetahui kebutuhan dan intervensi yang
pantas diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.

- Refleksikan kembali pada pasien apa yang telah diucapkan, untuk


memperoleh kejelasan dan pembuktian.
Rasional : informasi harus disahkan oleh pasien karena asumsi mungkin
tidak akurat.

Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan


kemungkinan kegagalan untuk memperoleh pengelihatan kembali.
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

Kriteria : pasien tampak rileks serta mengatakan paham terhadap penyakit


dan tindakan yang akan dijalani serta mampu menjelaskan kembali
cara-cara memanagement stres seperti yang telah diberikan oleh
perawat.

Intervensi :

- Ciptakan lingkungan yang tenang dan relaks yang merangsang untuk


pasien untuk berbagi perasaan dan kekhawatiran.
Rasional : mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran meningkatkan
kewaspadaan klien dan membantu perawat untuk
mengidentifikasi sumber ansietas.

- Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa ansietas dan ketakutan
merupakan respon yang normal dan diperkirakan terjadi pada setiap
pembedahan katarak.
Rasional : validasi dan memberikan keyakinan meningkatkan harga diri
dan membantu mengurangi ansietas.
- Berikan informasi tentang aktivitas, pengelihatan dan suara berkaitan
dengan periode operasi.
Rasional : karena bedah katarak dilakukan dengan anastesi lokal dan
klien sadar, informasi tentang apa yang diperkirakan
membantu mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan
ketakutan dan ketidaktahuan. Hal ini juga memungkinkan
klien berpartisipasi lebih baik dalam tindakan keperawatan.

- Pertegas penjelasan dokter tentang pilihan untuk rehabilitasi visual


setelah pembedahan.
Rasional : menjelaskan pilihan memungkinkan klien mengambil
keputusan secara benar.

2. Post operasi

Nyeri (akut) berhubungan dengan interupsi pembedahan jaringan tubuh.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang.

Kriteria : pasien tidak meringis lagi, gelisah berkurang, tanda-tanda vital


dalam batas normal, skala nyeri berkurang.

Intervensi :

- Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang


efektif.
Rasioanal : klien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam
tentang nyerinya dan tindakan penghilangan nyeri yang
efektif.

- Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi sampai beberapa jam setelah operasi.
Rasional : nyeri dapat terjadi sampai anastesi lokal habis dengan
memahami hal ini dapat membantu mengurangi kecemasan.

- Atur posisi yang nyaman dengan meninggikan bagian kepala, dan


berbaring miring kearah mata yang tidak sakit.
Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
klien.

- Kolaboratif pemberian analgetik sesuai anjuran.


Rasional : terapi analgetik diperlukan untuk menghilangkan nyeri secara
efektif.

- Ajarkan teknik distraksi dan latihan relaksasi.


Rasional : distraksi dan relaksasi dapat pengalihkan dan mengurangi
nyeri yang dirasakan klien.

- Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital.


Rasional : pemantauan keadaan umun dan tanda vital mutlak diperlukan
pada klien post pembedahan.


Risiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan peningkatan
kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.
Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainage


purulen, eriteme dan demam

Intervensi :

- Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati


luka.
Rasional : menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah
kontaminasi area operasi.

- Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.


Rasional : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

- Tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam


keluar dengan tisue basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan
dan masukan lensa kontak bila menggunakan.
Rasional : teknik aseptik menurunkan resiko infeksi silang dan
penyebaran bakteri.

- Observasi tanda terjadinya infeksi contohnya kemerahan, kelopak


bengkak, drainase purulen.
Rasional : infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur operasi dan
memerlukan upaya intervensi.
- Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : antibiotik topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi
lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi.


Risiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perdarahan
intraokuler.
Tujuan : cedera tidak terjadi.

Kriteria : mengubah lingkungn sesuai indikasi utuk meningkatkan


keamanan.

Intervensi :

- Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,


pembatasan aktivitas, penampilan dan balutan mata.
Rasional : membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan
kerjasama dalam pembatasan yang diperlukan

- Batasi aktivitas tiba-tiba seperti menggerakkan kepala tiba-tiba,


membongkok dan menggaruk mata.
Rasional : menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO.

- Ambulasi dengan bantuan.


Rasional : menghindari peningkatan TIO.

- Pertahankan lindungan mata sesuai indikasi.


Rasional : digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan
menurunkan gerakan mata.

- Berikan obat anti emetik sesuai indikasi.


Rasional : mual-muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan
segera untuk mencegah cedera okuler.

- Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk


buah pir.
Rasional : menunjukkan prolaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh
kerusakan jaritan atau tekanan mata.

Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktivitas
dan aktivitas yang diijinkan, obat-obatan, komplikasi dan perawatan
lanjutan.
Tujuan : Regiment terapeutik efektif.

Kriteria : menyatakan pemahaman kondisi dan melakukan prosedur


perawatan mata dengan benar

Intervensi :

- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beri tahu untuk


melaporkan penglihatan berawan.
Rasional : pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius.

- Informasikan pasien menghindari tetes mata yang dijual bebas.


Rasional : dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.

- Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat,


mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul.
Rasional : aktivitas yang menyebabkan mata lelah, valsava manuver atau
meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan
mencetuskan perdarahan.

- Identifikasi tanda dan gejala memerlukan upaya evaluasi medis seperti


nyeri tajam tiba-tiba, penurunan pengelihatan, kelopak bengkak,
drainage purulen, kemerahan dan mata berair.
Rasional : intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius,
kemungkinan kehilangan pengelihatan.

Penatalaksanaan untuk problem kolaboratif


PK Glaukoma
- Jangan tunda operasi jika tanda dan gejala katarak sudah sangat
mengganggu.
Rasional : dapat menyebabkan kapsule ruptur dan lepas sehingga glaukoma
dapat terjadi.
- Ingatkan klien untuk mengikuti intruksi-intruksi yang telah diberikan untuk
menghindari komplikasi katarak yang tidak diinginkan.
Rasional : kepatuhan dapat menghindarkan klien dari komplikasi yang
merugikan.


PK Hemoragi dan PK Peningkatan TIO
- Pantau tanda dan gejala hemoragi (nyeri disekitar mata, awitan nyeri
mendadak, perubahan pengelihatan).
Rasional : jaringan okuler sangat rentan terhadap perdarahan karena
vaskularisasi yang tinggi dan pembuluh darah yang mudah
robek,darah dalam vitreus mengganggu pengelihatan.

- Pantau tanda dan gejala peningkatan TIO (nyeri alis mata, mual, pandaran di
sekitar cahaya).
Rasional : TIO dapat meningkat dalam berespon terhadap pembedahan atau
abat-obatan, seperti tetes mata steroid.

- Ingatkan klien untuk mengikuti pembatasan aktivitas setelah operasi seperti


yang telah dijelaskan sebelum operasi.
Rasional : pembatasan setelah operasi bertujuan untuk menghindari aktivitas
yang meningkatkan ketegangan pada jahitan operasi.

4. EVALUASI
a. PRE OPERASI
- Pasien dapat beraktivitas sesuai batas kemampuan setelah diberikan tindakan
keperawatan.
- Pasien tidak mengalami cedera selama pengelihatan tidak berfungsi normal
setelah diberikan tindakan keperawatan.
- Pasien dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan rendah diri karena
perubahan fungsi pengelihatan setelah diberikan tindakan keperawatan.
- Ansietas berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. PASCA OPERASI
- Nyeri yang dirasakan dapat berkurang.
- Infeksi tidak terjadi.
- Cedera tidak terjadi.
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Identitas Klien
a. Nama : Ny. K
b. Umur : 74 th
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Hindu
e. Status Perkawinan : kawin
f. Suku Bangsa : Indonesia
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan :-
i. Tgl masuk RS : 14 Agustus 2020
j. No. Register :-

Penanggung Jawab

a. Nama : Tn. F
b. Umur : 56 th
c. Pekerjaan : swasta
d. Alamat : Jl Raya kapal

2. Keluhan utama
Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan
melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Sekarang

Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur,
penglihatan kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan
kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat
melihat cahaya. Klien juga mengalami kesulitan melihat pada jarak jauh atau
dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. Setelah dilakukan
pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan
keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan
pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg mengalami hiperglikemia
karena panyakit diabetis yang dideritanya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala
yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

4. Pemeriksaan Fisik
a.    Pola fungsi kesehatan
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa
cepat sembuh
2)      Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia)
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3)      Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4)      Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5)      Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6)      Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7)      Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8)      Pola peran hubungan
Sistem pendukung : keluarga
9)      Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10)  Keyakinan dan kepercayaan
Agama : Hindu

b. Pemeriksaan fisik

1)      Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung


Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2)      Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90
RR :22
S : 36,5 derajat celcius
3)      Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4)      Kepala :
Inspeksi : rambut bersih

Palpasi :tidak Ada benjolan

5)      Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6)      Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7)      Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8)      Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9)      Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10)  Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11)  Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12)  Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13)  Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14)  Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus
5. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih
1 tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan
dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak terhadap infeksi
pada jarak jauh atau dekat,
pandangan ganda, susah melihat
pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami penerimaan persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. sensori/status organ
-Klien mengatakan mengalami indra penglihatan
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa
menjadi opak, retina sulit dilihat

Diagnosa keperawatan yang muncul


1. Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
3. Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ
indra penglihatan
Nursing Care Planning
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Resio tinggi Setelah Menunjukkan Mandiri :
cidera dilakukan perubahan 1.     Diskusikan apa 1.     Membantu
berhubunga intervesi perilaku, pola yang terjadi pada megurangi rasa
n dengan selama hidup untuk pasca dikoreksi takut an
perdarahan 3x24 jam menurunka tentang nyeri, meningkatkan kerja
intra okuler diharapkan faktor resiko pembatasan sama dalam
perdrahan dan untuk aktivitas, pembatasan yang
intra okuler melidungi penampilan dan diperlukan
dapat segera diri dari balutan mata
diatasi cedera. 2.     Batasi aktivitas 2.     Menurunkan stres
seperti megerakkan pada area
kepala tiba-tiba, pengikisan/menuru
menggaruk mata, nkan TIO
membongkok
3.     Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas
3.     Batuk
berihan paru meningkatkan TIO
4.     Pertahankan
perlindungan mata
sesuai indikasi 4.     Digunaknuntuk
melindungi dari
5.     Minta pasien untuk cedera dan
membedakan menurunkan
antara gerakan mata
ketidakyamanan 5.     Ketidak amanan
dan nyeri mata mungkin karena
tajam tiba-tiba, prosedur
selidiki pembedahan, nyeri
kegelisaan,disorien akut menunjukkan
tasi, gangguan TIO dan atau
balutan perdarahan yang
terjadi karena
regangan dan atau
tak diketahui
penyebabnya.
Kolaborasi:
1.    berikan obat sesuai
indikasi
      antiemetik contoh
proklorprazin

       mual, muntah


dapat
meningkatkan TIO,
memerlukan
tindakan segera
      untuk mencega
asetazolamid(diom cedera okuler
ox)
       diberikan untuk
menurun TIO bila
terjadi peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
      analgesik contoh humor
empirin dengam        digunakan untuk
kodein, ketidak nyamanan
asetaminofen(tynol ringan, mencega
) gelisah yang dapat
mempengaruhi TIO
2 Resiko Setelah -     Meningkat Mandiri
tinggi dilakukan kan 1.     Diskusikan 1.     Menurunkan
terhadap intervesi penyembuha pentingnya jumlah bakteri pada
infeksi selama n luka tepat mencuci tangan tangan, mencega
berhubunga 3x24 jam waktu sebelum menyentu kontaminasi area
n dengan diharapkan -     bebas atau mengobati operasi
bedah factor drainase mata 2.     Tehnik aseptic
pengangkat resiko purulen dan 2.     Gunakan atau menurunkan resiko
an katarak infeksi eritema tunjukan tehnik penyebaran bakteri
dapat yang tepat untuk dan kontaminasi
diatasi membersihkan silang
mata dari dalam
keluar dengan tisu
basah atau bola
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan 3.     Mencegah
3.     Tekankan kontaminasi dan
pentingnya untuk kerusakan sisi
tidak menyentuh operasi
atau menggarut
mata yang di
operasi 4.     Infeksi mata terjadi
4.     Obserpasi tanda 2-3 hari setelah
terjadinya infeksi prosedur dan
contah kemerahan, memerlukan upaya
kelopak mata intervensi yang
bengkak, drainase tepat
purulen.
Kolaborasi:
1.    Berikan obat
sesuai indikasi        sediakan topical
      antibiotik(topical, yang digunakan
perenteral, atau sevara profilaksis,
subkunjungival) dimana terapi lebih
akresif diperlukan
bila terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
implantasi.
       Digunakan untuk
      steroid menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah -     Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1.    Tentukann 1.    kebutuhan individu
persepsi(pe intervesi n ketajaman ketajaman dan pilihan
nglihatan) selama penglihatan penglihatan, catat intervensi
berhubunga 3x24 jam batas situasi apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
n dengan diharapkan individu mata terlibat kehilangan
gangguan gangguan -     Memperbaiki penglihatan terjadi
penerimaan sensori potensi lambat dan
sensori/statu persepsi bahaya dalam progresif. Bila
s organ dapat lingkunga bilateral tiap mata
indra diatasi dapat berlangjut
penglihatan pada laju yang
berbeda tetapi biasa
nya hanya 1 mata
diperbaiki
perprosedur.
2.    memberikan
peningkatan
2.    Orientasikan kenyamanan dan
pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, menurunkan cemas
orang lain di area dab disorientasi
nya pasca operasi
3.    terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
3.   Observasi tanda- tetbatasan
tanda dan gejala- penglihatan dapat
gejala disorientasi, mengakibatkan
pertahankan pagar bingung pada orang
tempat tidur sampai tua. Menurunkan
benar-benar senbuh resiko jatuh bila
dari anastesia pasien bingung atai
tak kenal ukuran
tempat tidur

4.    Memberikan
rangsangan sensori
4.   Pendekatan dari tepat terhadap
sisi yang tak isolasi dan
dioperasi , bicara, menurunkan
dan menyentuh bingung
sering, dorong
orang terdekat
tinggal dengan
5.    Gangguan
pasien
penglihatan atau
iritasi dapat
5.   Perhatikan tentang
berakhir 1-2 jam
suram atau
setelah diberikan
penglihatan kabur
pengobatan tetapi
dan iritasi mata
secara bertahap
menurunkan
dengan
penggunaan.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
sementara
6.    Ingatkan pasien
6.    perubahan
menggunakan
ketajaman dan
kacamata
kedalaman persepsi
katarakyang
dapat menyebabkan
tujuannya
bingung
memperbesar
penglihatan atau
kurang lebih 25%
meningkatkan
penglihatan perifer
resiko cedera
hilang dan buta
sampai pasien
titik mungkin ada
belajar untuk
mengkompensasi.
3.4. Catatan Perkembangan
No Diagnose Keperawatan Implementasi EVALUASI
1. Resiko tinggi cidera Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
berhubungan dengan Mandiri : S: klien meengatakan
perdarahan intra okuler 1.    Mendiskusikan apa yang nyeri pasca dikoreksi sudah
terjadi pada pasca berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O: klien tampak rileks
pembatasan aktivitas, pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan aktivitas klien masih
mata dibatasi,seperti terlalu
2.    Membatasi aktivitas banyak menggerkkan
seperti megerakkan kepala kapala dan menggaruk
tiba-tiba, menggaruk mata, mata
membongkok A: Masalah teratasi
3.    Mendorong napas dalam sebagian,aktivitas klien
batuk untuk bershan nafas masih dibatasi untuk
berihan paru melindungi mata pasca
4.    Mempertahankan dikoreksi
perlindungan mata sesuai P: Intervensi dilanjutkan
indikasi 1.      Batasi aktivitas klien
5.    Meminta pasien untuk seperti megerakkan kepala
membedakan antara tiba-tiba, menggaruk mata,
ketidakyamanan dan nyeri membongkok
mata tajam tiba-tiba, 2. Mempertahankan
selidiki perlindungan mata sesuai
kegelisaan,disorientasi, indikasi
gangguan balutan 3. Meminta pasien untuk
Kolaborasi: membedakan antara
1.    Memberikan obat sesuai ketidakyamanan dan nyeri
indikasi mata tajam tiba-tiba,
      antiemetik contoh selidiki
proklorprazin kegelisaan,disorientasi,
      asetazolamid(diomox) gangguan balutan
2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib
infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah 1.    Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak mencuci tangan sebelum tanpa terasa nyeri pasca
menyentu atau mengobati operasi pengangkatan
mata katarak
2.    Menggunakan atau O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat dengan tenang dan lebih
untuk membersihkan mata rilek serta tidak terdapat
dari dalam keluar dengan tanda-tanda terjadinya
tisu basah atau bola kapas infeksi pada mata klien
untuk tiap usapan ganti A: Masalah klien teratasi
balutan dan masukkan sebagian,tidak terjadi
lensa kontak bila infeksi pada mata klien
menggunakan pasca operasi.
3.    Menekankan pentingnya P: Intervensi dilanjutkan
untuk tidak menyentuh 1.      Tekankan pentingnya
atau menggarut mata yang untuk tidak menyentuh
di operasi atau menggarut mata yang
4.    Mengobserpasi tanda di operasi
terjadinya infeksi contah 2.      obserpasi tanda terjadinya
kemerahan, kelopak mata infeksi contah kemerahan,
bengkak, drainase purulen. kelopak mata bengkak,
Kolaborasi: drainase purulen
1.    Memberikan obat sesuai
indikasi
      antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
      Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan
berhubungan dengan 1.        Menentukann ketajaman setelah dilakukan operasi
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 matannya sudah dapat
sensori/status organ atau 2 mata terlibat melihat walaupun tanpa
indra penglihatan 2.        Mengorientasikan pasien bantuan kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3.        Mengobservasi tanda- disekitarnya
tanda dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4.        Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5.        Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6.        Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.

Salemba Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal

Bedah.EGC : Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai