Anda di halaman 1dari 5

BAB V

Aliran Dalam Pipa

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan
untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo 1996 : 25). Fluida yang di
alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih
kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk
dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan
atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka.
Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan
dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa adalah
adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka.
Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga yang berisi
udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka
(Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi saluran penuh
air, desainnya harus mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila mana aliran air pada
goronggorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada
saluran terbuka. Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air
(y), sedangkan pada pipa kedalam air tersebut ditransformasikan berupa (P/y). Oleh karena
itu konsep analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan, berbeda dengan zat
air ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan disebabkan karena adanya sifat
kohesi antara partikel zat cair. Karena adanya kekentalan zat cair maka terjadi perbedaan
kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat cair yang berdampingan dengan dinding
batas akan diam (kecepatan nol) sedang yang terletak pada suatu jarak tertentu dari dinding
akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut merupakan fungsi jarak dari dinding batas.
Aliran zat cair riil disebut juga aliran viskos.
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas). Viskositas
terjadi pada temperature tertentu. Tabel 2.1. memberikaan sifat air (viskositas
kinematik) pada tekanan atmosfer dan beberapa temperature. Kekentalan adalah sifat zat
cair yang dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan
geser ini akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energi lain seperti panas,
suara, dan sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya
kehilangan energi.

V.1 Aliran Viskos


Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Apabila pengaruh kekentalan
(viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair bergerak secara teratur
menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran laminar terjadi apabila
kekentalan besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan berkurangnya pengaruh kekentalan
atau bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminar menjadi turbulen.
Pada aliran turbulen partikel-partikel zat cair bergerak secara tidak teratur.
V.2 Aliran Laminer

Aliran Laminer dan Turbulen Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu
aliran laminer dan tubulen. Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair bergerak teratur
mengikuti lintasan yang saling sejajar. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil dan atau
kekentalan besar.
Pengaruh kekentalan adalah sangat besar sehingga dapat meredam gangguan yang
dapat menyebabkan aliran menjadi turbulen. Dengan berkurangnya kekentalan dan
bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap gangguan akan berkurang, yang
sampai pada suatu batas tertentu akan menyebabkan terjadinya perubahan aliran dari
laminer ke turbulen. Pada aliran turbulen gerak partikel-partikel zat cair tidak teratur. Aliran
ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.

V.3 Aliran Laminer Dalam Pipa

Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair bergerak teratur mengikiuti lintasan
yang saling sejajar. Aliran laminer lebih mudah terjadi bila kecepatan aliran relatif kecil
sedangkan viskositas cairan besar dan pengaruh kekentalan cukup dominan dibandingkan
dengan kecepatan aliran, sehingga partikel-partikel zat cair akan bergerak teratur menurut
lintasan lurus (Triatmojo 1996 : 6).
Secara matematis aliran laminer akan terjadi bila perbandingan momentum dan
gaya viskous ada di bawah 2000, atau yang lebih dikenal dengan bilangan Reynold (Re) <
2000. Bilangan Reynold (Re) dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut:

Vd
Re =
V

dengan V = kecepata rerata, D = diameter pipa, ν = kekentalan kinematik.

V.4 Aliran Turbulen dan Tegangan Reynolds

Turbulensi adalah gerak partikel zat cair yang tidak teratur dan sebarang dalam waktu dan
ruang. Turbulensi ditimbulkan oleh gaya-gaya viskos dan gerak lapis zat cair yang
berdampingan pada kecepatan berbeda. Aliran turbulen akan terjadi pada bilangan reynold
(Re) lebih besar dari 4000. Analisa teoritis persamaan kehilangan energi pada aliran turbulen
(Re > 4000) akan lebih sulit dibandingkan yang terjadi pada aliran laminer. Hal ini
disebabkan adanya ketidakteraturan aliran turbulen. Faktor gesekan f dapat diturunkan
secara matematis untuk aliran laminer, tetapi belum ada hubungan matematis yang
sederhana untuk aliran turbulen. Menurut Reynald V Gilles dalam Bambang Triatmojo (1996
: 58), untuk pipa-pipa halus dan kasar hukum-hukum tahanan universal dapat diturunkan
dari :

∂t ₒ
F=
pV 2

dimana
f = faktor gesek
0 τ = tegangan geser pada dinding pipa.
ρ = kerapatan air (density)
V = kecepatan aliran

Untuk menentukan tegangan geser yang ditimbulkan oleh turbulensi, dipandang aliran zat
cair melalui suatu elemen dengan luas dA

VI. Kehilangan Energi (head losses)


Zat cair yang ada di alam ini mempunyai kekentalan, meskipun demikian dalam
berbagai perhitungan mekanika fluida ada yang dikenal atau dianggap sebagai fluida ideal.
Menurut Triatmojo (1993), adanya kekentalan pada fluida akan menyebabkan terjadinya
tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan geser ini akan merubah sebagian energi
aliran menjadi bentuk energi lain seperti panas, suara dan sebagainya. Pengubahan bentuk
energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan energi.

VI.1 Kehilangan energi akibat gesekan

Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi primer (Triatmojo
1996 : 58) atau major loss (Kodoatie 2002 : 245). Terjadi akibat adanya kekentalan zat cair
dan turbulensi karena adanya kekasaran dinding batas pipa dan akan menimbulkan gaya
gesek yang akan menyebabkan kehilangan energi disepanjang pipa dengan diameter
konstan pada aliran seragam. Kehilangan energi sepanjang satu satuan panjang akan
konstan selama kekasaran dan diameter tidak berubah.

VI.2 Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya.

Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya disebut juga
kehilangan energi sekunder (Triatmojo 1996 : 58) atau minor loss (Kodoatie 2002 : 245).
Misalnya terjadi pada pembesaran tampang (expansion), pengecilan penampang
(contraction), belokan atau tikungan. Kehilangan energi sekunder atau minor loss ini akan
mengakibatkan adanya tumbukan antara partikel zat cair dan meningkatnya gesekan karena
turbulensi serta tidak seragamnya distribusi kecepatan pada suatu penampang pipa. Adanya
lapisan batas terpisah dari dinding pipa maka akan terjadi olakan atau pusaran air. Adanya
olakan ini akan mengganggu pola aliran laminer sehingga akan menaikan tingkat turbulensi.
Pada aliran laminer akan terjadi bila bilangan reynold (Re) < 2000, dengan persamaan
kehilangan energi pada aliran laminer sepanjang pipa L menurut Hagen- Poiseuille adalah
sebagai berikut :

32 v
Hf = VL
gD ²

h = Tinggi kehilangan energ g = Percepatan grafitasi


ν = viskositas zat cair D = Diameter pipa
V = Kecepatan aliran L = Panjang pipa
Atau aliran laminar koefisien gesekan mempunyai bentuk persamaan

64
F=

f = Faktor gesek Re = Angka Reynold

VI.3 Pipa halus


Koefisien gesekan pipa tergantung pada parameter aliran (Triatmojo 1996 : 31), apabila pipa
adalah hidrolis halus parameter tersebut adalah kecepatan aliran diameter pipa dan
kekentalan zat cair dalam bentuk angka reynolds. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Blasius, dia mengemukakan rumus gesekan f untuk pipa halus dalam bentuk:
0.316 5
F= berlaku untuk 4000 < Re < 10
ℜ 0.25

Dari hasil percobaan gtersebut didapatkan data sebagai berikut :


Jenis Pipa PVc
Suhu = 25°C
Diameter Pipa = 0,5 “ Permukaan : Halus - Halus

No H T Tinggi manometer Kehilangan Debit (Q) Kecepatan


Tekanan (hl) (V=Q/A Pipa)

(cm) (dtk) No Kran 3 No Kran 4 3-4 (lt/dt) (m/dt)


(cm) (cm) (cm) (cm)
1 0.1 80 80 80 1 0,5
2 0.2 80 80 0 1.5 0,75
3 0.3 80 80 0 2.1 1,25
4 0.4 80 80 0 2.8 1,4
5 0.5 80 80 0 3.1 1,55

Diameter Pipa = 0,5 “ ke ¾ “ Permukaan : Halus - Halus

No H T Tinggi manometer Kehilangan Debit (Q) Kecepatan


Tekanan (hl) (V=Q/A Pipa)

(cm) (dtk) No Kran No Kran 3-4 (lt/dt) (m/dt)


19 20 (cm) (cm)
(cm) (cm)
1 0.1 1.10 50 0.85 0,425
2 0.2 1.10 50 1.35 0,675
3 0.3 1.10 50 2.00 1
4 0.4 1.10 50 2.60 1,3
5 0.5 1.10 50 3.20 1,6

Anda mungkin juga menyukai