Anda di halaman 1dari 5

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data
mengenai suatu variabel.
A. Menyusun Skala Instrumen
Skala dapat didefenisikan sebagai suatu kumpulan atau kategori yang memuat pernyataan
terhadap respon yang diberikan oleh responden pada pernyataan, objek atau nilai tertentu.
1. Skala Likert
Skala Likert disebut juga a summated rating scale, yang mengatur sikap terhadap suatu
hal yang diungkapkan melalui serangkaian pernyataan tentang sesuatu kecenderungan,
sesuatu hal, objek, keadaan dan sebagainya dan menanyakan kepada responden untuk
memberikan jawaban apakah responden sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju atau
sangat tidak setuju.
Skala Likert juga sering dipakai untuk mengukur sikap atau kecenderungan seseorang
terhadap sesuatu. Sikap dinyatakan dalam bentuk sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif
diungkapkan dalam pernyataan-pernyataan yang diterima atau dimiliki, dan tidak diterima
karena memang tidak memiliki kecenderungan tersebut. Misalnya: belajar Matematika
menyenangkan. Sebaliknya, sikap negatif memuat pernyataan-pernyataan yang tujuan untuk
diterima karena tidak memiliki kecenderungan atau sikap tersebut, dan tidak menerima
karena memiliki kecenderungan tersebut. Misalny: Matematika itu menyenangkan tetapi
sangat membosankan bagi saya.
Skala Likert mendasarkan pada lima poin yang rentanganya secara interval yang
diperoleh dari suatu data yang memiliki rentang atau jarak yang sama. Skala Likert ini
didasarkan pada pengukuran yang terdiri atas butir-butir yang diukur secara interval sama
(the equal-interval assumption). Contoh Skala Likert sebagai berikut.
Tabel sikap terhadap hukuman Badan

Respons
Pernyataan S S R T STS
S S
1. Hukuman badan berfungsi sebagai suatu pencegahan
terhadap tindakan serupa.
2. Hukuman badan secara moral salah. *)
3. Penggunaan hukuman badan merupakan cara terbaik bagi
siswa berkaitan dengan kesalahan yang berat.
4. Saya akan memberikan persetujuan jika hukuman badan
dihilangkan atau diganti hukuman bentuk lain yang
mendidik. *)
5. Hukuman badan seharusnya tidak digunakan karena
selalu ada kemungkinan siswa lain, pada saat melakukan
kesalahan akan mendapat hukuman tersebut. *)
6. Hukuman badan dapat mengurangi terjadinya kesalahan
serupa pada siswa lain.
7. Hanya Kepala Sekolah yang memiliki hak untuk
menentukan jenis hukuman bagi siswa.
8. Semakin banyak hukuman badan dilakukan, semakin
menurun kesalahan dilakukan oleh siswa
9. Hukuman badan seharusnya dihindari karena siswa yang
telah mendapat hukuman juga masih melakukan
kesalahan serupa. *)
10. Saya percaya bahwa hukuman badan merupakan
hukuman paling berat
11. Hukuman badan sangat bertentangan dengan harkat dan
martabat manusia.
12. Saya mendukung jika hukuman badan diubah menjadi
hukuman lain yang mendidik.
Keterangan: Tanda *) menunjukkan pernyataan negatif.
Sumber: Adaptasi Skala Likert (Ary, dkk, 2010).

Dalam skala Likert, untuk menentukan skor atau nilai terhadap suatu pernyataan yang
diajukan kepada responden, biasanya ia menunjukkan kecenderungan positif, misalnya sangat
setutu (SS) diberi skor 5, setuju (S) 4, ragu-ragu (R) 3, tidak setuju (TS) 2, dan sangat tidak
setuju (STS) adalah 1. sebaliknya, respon yang menunjukkan negatif, misalnya sangat tidak
setuju (STS) diberi skor 5, tidak setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, setuju diberi
skor 2 dan sangat setuju (SS) diberi skor 1 karena pada dasarnya kedua pernyataan tersebut
bermaksud sama.
Sebagai contoh untuk menentukan apakah seseorang menyatakan persetujuan terhadap
hukuman badan, setuju atau tidak setuju, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
No. Pernyataan Respons Skor
1. S 4
2. *) S 2
3. S 4
4. *) R 3
5. *) SS 1
6. TS 2
7. S 4
8. SS 5
9. *) TS 4
10. S 4
11. TS 2
12. *) S 2
Skor-skor tersebut dijumlahkan, dan kemudian dibagi dengan jumlah butir atau item
pernyataan. Jumlah keseluruhan respons diatas, adalah 37/12=3,1. Berdasarkan hasil tersebut,
sikap seseorang terhadap pelaksanaan hukuman badan dikategorikan ragu-ragu, karena masih
berkisar berada di tengah-tengah (ragu-ragu).
2. Skala Bipolar (Dua Kutub)
Skala bipolar dinyatakan dengan dua sifat yang memiliki arti berlawanan. Para responden
diminta untuk memberikan tanda cek pada sifat yang berlawanan arti, yang ditunjukan dalam
rentangan atau tingkat sifat yang mempresentasikan kecenderungan atau sikap terhadap
objek, orang, atau kelompok orang, aktivitas tertentu. Skala bipolar ini dikembangkan oleh
Osgood, Suci, and Tannenbaum (Ary dkk, 2010, tuckman & Harper, 2012) yang telah
memberikan sejumlah daftar sifat yang berada pada dua kutub berbeda atau berlawanan.
Skala bipolar ini disebut juga skala semantic differential.
Contoh lain, penggunan skala bipolar sebagai berikut.
Tabel Pandangan Terhadap Sekolah
Sifat Rentangan atau Derajat Sifat
Jelek √ Baik
Lambat √ Cepat
Membodohi √ Mencerdaskan
Membosankan √ Menyenangkan
Memberatkan √ Meringankan
Pasif √ Aktif
Tidak Berguna √ Berguna
Lemah √ Kuat
Tetap √ Berubah
Sumber: Ary, dkk. (2010).

Berdasarkan pada hasil data tentang sikap atau kecenderungan seseorang responden
terhadap sekolah seperti pada tabel 10.2 diatas, diperoleh hasil sebagai berikut, yaitu
7+6+6+7+3+7+6+4+5 = 51/9 = 5,67. Skor 5,67 ini menunjukkan adanya sikap positif
terhadap sekolah.
3. Skala Thurstone
Skala thurstone ini terdiri atas serangkaian butir-butir atau item-item pernyataan yang
disusun secara kontinum dari yang paling positif ke yang paling negatif. (Tuckman & Harper,
2012). Butir-butir yang ditampilkan dipakai untuk mengukur kualitas dari hal yang menjadi
perhatian peneliti dilakukan terhadap sampel atau responden sebagai penentu. Penyusunan
instrumen dengan Skala Thurstone dinyatakan dengan rentang pernyataan, yang memiliki
rentang nilai dari yang paling tinggi (biasanya nilai tertinggi, misalnya 10) dan rentang nilai
paling rendah (misalnya, 0). Skala ini menyajikan butir-butir pernyataan yang dapat dipilih
oleh responden. Responden diminta memilih satu atau lebih pernyataan, dan hasilnya dirata-
rata untuk menyatakan sikap terhadap sesuatu.
B. MENYUSUN RELIABILITAS DAN VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN
1. Reliabilitas Instrumen
Dalam bahasa kita sehari-hari, reliabel berarti dapat dipercaya. Reliabilitas menurut
pengertian Ebel & Frisbie (1991) sebagai berikut, “Reliability is the term used to describe
one of the most significant properties of a set test scores-how consistent or error free the
measurement are. “Suatu tes dikatakan reliabel itu jika hasil pengukuran (skor-skor dari
kelompok teruji) yang dilakukan menunjukan adanya konsistensi. Reliabilitas dikatakan
tinggi jika skor yang diperoleh itu akurat atau tepat, hasil tes ulangan sama, dan dapat
digeneralisasikan terhadap keadaan instrumen tes lain yang sejenis.
Misalnya, jika kita ingin menggunakan instrumen tes yang akan kita rancang terhadap
sekelompok subjek, skor yang kita peroleh 80. Kemudian kita lakukan lagi pengukuran
terhadapa individu yang sama atau yang berbeda, skor yang diperoleh juga 80, maka
instrumen kita dikatakan reliabel. Reliabilitas yang menyatakan hubungan skor yang
diperoleh dengan skor lain disebut sebagai koefisien reliabilitas, yang ditunjukan dengan
rentangan skor dari 0 samapi 1. Artinya, semakin dekat dengan 1 berarti koefisien reliabilitas
tinggi.
2. Cara untuk Menentukan Reliabilitas Tes
a. Reliabilitas Tes Ulang (Test-Retest)
Tes-retes ini merupakan suatu cara atau teknik untuk mengukur reliabilitas dengan
memberikan tes kepada orang atau kelompok orang yang sama dengan tes yang sama pula
lebih dari dari satu kali kesempatan. Kemudian hasil tes dari orang yang sama dibandingkan
dengan hasil tes yang dilakukan berikutnya.
Reliabilitas tes-retes memberikan keuntungan, yaitu hanya memerlukan satu macam
bentuk tes saja. Sebaliknya, kelemahannya bahwa hasil tes ini dapat dipengaruhi hasil
pelaksanaan dan ingatan peserta tes. Disamping itu, tes-retes dipengaruhi oleh hal-hal atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi diantara waktu pelaksanaan tes.
b. Reliabilitas Tes Bentuk Selang-Seling
Tes bentuk ini menurut Ary, dkk. (2010) disebut juga equivalent-form technique, atau
paralel-form technique. Bentuk ini ditentukan oleh pelaksanaan suatu tes pada orang yang
samadan hasil hitungan korelasi antara skor-skor yang dimiliki oleh setiap orang pada kedua
bentuk tersebut. Teknik ini memerlukan dua bentuk tes yang sepadan atau paralel satu sama
lainnya, baik dari segi isi ataupun cara kerjanya. Artinya, kedua tes tersebut haruslah
memiliki butir-butir atau unsur-unsur sama atau memiliki kualitas sama. Untuk memenuhi
reliabilitas ini kita perlu menyediakan dua macam tes yang setara, misalnya apabila kita
menyusun tes untuk mengukur kemampuan kognitif (pengetahuan) maka dua jenis tes ini
mengukur kemampuan kognitif level pengetahuan.
Contoh:
Tes 1: Ibu Kota Sumatera Utara adalah... (jawabanya: Medan)
Tes 2: Bandara Kuala Namu terletak di... (jawabanya: Medan)
Teknik ini dapat dipakai untuk mengukur reliabilitas kedua bentuk tes dengan cara
membandingkan dengan yang lain, atau untuk menentukan tingkat kedalaman kedua bentuk
tes tersebut sepadan. Ukuran penentuan ini sangat penting jika satu bentuk tes dipakai sebagai
tes awal dan satu tes lagi dipakai sebagai pascates.
c. Reliabilitas Tes Belah Dua
Tes belah dua ini biasanya dilakukan dengan

Anda mungkin juga menyukai