Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Pendidikan anti Korupsi dalam Pandangan Islam

Disusun Oleh :

Fajar Andreawan
2004030051

Fakultas Teknik
Prodi/Jurusan Informatika

UNIVERSITAS Syekh Yusuf


2020

KATAPENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan


rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada Saya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dengan judul “Pendidikan anti Korupsi dalam
Pandangan Islam”. Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Prodi Teknik
Informatika .Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal . Terlepas
dari segala hal tersebut, Saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya Saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata Saya berharap semoga makalah ilmiah bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Tangerang, 14 Januari 2020

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................


Daftar Isi ..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................
1. Latar Belakang…...................................................................................
2. Ruang Lingkup Penulisan......................................................................
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan..............................................................
BAB II
PERMASALAHAN ..................................................................
1.1 Pengertian korupsi.................................................................................. 
2.1 Pengertian pendidikan anti korupsi........................................................ 
3.1 Motif dan alasan korupsi........................................................................ 
4.1 Jenis-jenis korupsi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi,
masyarakat dan agama.................................................................................. 
5.1 Nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam Islam.....................................

BAB III
SOLUSI ........................................................................................
1.2 SOLUSI (PEMECAHAN MASALAH) ...................................................
2.2 PENUTUP (KESIMPULAN)...................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Korupsi telah dianggap sebagai hal yang biasa, dengan dalih “sudah sesuai
prosedur”. Koruptor tidak lagi memiliki rasa malu dan takut, sebaliknya memamerkan
hasil korupsinya secara demonstratif.Politisi tidak lagi mengabdi kepada konstituennya.
Partai Politik bukannya dijadikan alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat
banyak, melainkan menjadi ajang untuk mengeruk harta dan ambisi pribadi. Padahal
tindak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius, karena tindak pidana
korupsi dapat membahayakan stabilitas dan keamanan Negara dan masyarakat,
membahayakan pembangunan sosial, politik dan ekonomi masyarakat, bahkan dapat pula
merusak Nilai-nilai Demokrasi serta moralitas bangsa karena dapat berdampak
membudayanya tindak pidana korupsi tersebut. Sehingga harus disadari meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa dampak yang tidak hanya
sebatas kerugian Negara dan perekonomian Nasional tetapi juga pada kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial
dan hak hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi
digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) melainkan telah menjadi
kejahatan luar biasa (extra-ordinary crimes). Sehingga dalam upaya pemberantasannya
tidak lagi dapat dilakukan “secara biasa”,tetapi dibutuhkan “cara-cara yang luar biasa”
(extra-ordinary crimes). 4 Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah
pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbedabeda dari yang
paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harfiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Saat ini di Indonesia bisa dikatakan kasus korupsi sudah menjadi hal yang biasa. Bisa kita
lihat dalam data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2019 kasus korupsi dalam
lingkup penyuapan mencapai 661 kasus, ini menandakan begitu banyaknya koruptor di
Indonesia. Dengan segala macam tuntutan dan dorongan dari pihak yang memaksa para
koruptor untuk mengambil yang bukan haknya.

Lalu bagaimana islam memandang masalah ini?

Agama islam sendiri membagi istilah korupsi dalam beberapa poin yakni Risywah atau
suap, Saraqah atau pencurian, Al-gasysy atau penipuan dan juga khianat atau
pengkhianatan. Korupsi dalam dimensi suap atau Risywah di dalam pandangan hukum
islam adalah perbuatan yang tercela dan juga menjadi dosa besar karna perusakan massal,
dan Allah pun melaknat pelakunya.Saraqah atau pencurian dilihat dari etimotologinya
memiliki arti melakukan sebuah tindakan pada orang lain dengan cara sembunyi. Namun
menurut Abdul Qadir 'Awdah pencurian diartikan sebagai tindakan mengambil harta
orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi.

Allah melarang keras kita untuk melakukan korupsi, hal ini terdapat dalam:
An-nisa':29
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.

Al-Ma'idah:2
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.
Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Al-Ma'idah:42
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta
putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka;
jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu
sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.
  Allah tidak melarang sesuatu yang didalamnya terkandung banyak mudhorot bagi
pelaku dan banyak orang. Begitu juga halnya dengan korupsi atau ghulul. Pelaku ghulul
akan dibelenggu atau akan membawa hasil dari korupsi di hari kiamat sebagaimana Nabi
bersabda : "Demi Allah, yang jiwaku berada ditangan-Nya. Tidaklah seseorang
mengambil sesuatu daripadanya (harta zakat), melainkan dia akan datang pada hari
kiamat membawa sesuatu di lehernya. Jika yang diambil seekor unta, makan unta itu
bersuara. Jika yang diambil sapi, maka sapi itupun bersuara..."
Dan juga tidak menerima Shadaqah dari hasil korupsi, bagaimana bisa kita
menyedekahkan sebagian harta yang bukan menjadi hak kita, tentu saja pada dasarnya
hal ini adalah sesuatu yang haram. Sehingga berdampak bagi pelakunya yaitu bisa
menghalangi terkabulnya doa yang ia panjatkan.
Hukum yang berikan kepada pelaku ghulul yaitu potong tangan. Tentunya ada
hikmah dibalik adanya hukum ini, seperti di Arab Saudi diterapkannya hukum ini,
misalnya ada seorang pencuri yang mencuri dihari jum'at kemudian diiklankan dimedia
massa. Kemudian ke esokkan harinya akan ada mobil polisi yang membawa pencuri
tersebut, dan juga ada mobil ambulans serta tim medis yang akan mengurus setelah
tangannya dipotong, dan ada mobil pengadilan yang melaporkan kepada raja ketika
eksekusi telah dilaksanakan. Kemudian tangan pelaku akan diletakkan di atas meja
kemudian di ikat tangan kirinya lalu di potong telapak tangannya.
Dengan adanya hukum ini sebagian orang mengatakan bahwa ini adalah hukuman
yang kejam, hukuman yang keras dan juga sebagainya. Coba kita bayangkan dengan
diterapkannya hukum ini di Indonesia, bagaimana besarnya dampak yang ditimbulkan.
Kita iklankan para koruptor dan akan di eksekusi lewat media sosial seperti yang
diterapkan di Arab Saudi, kemungkinan besar peluang untuk korupsi akan menghilang.
Karena hukuman yang di terapkan sangat keras, tetapi pada kenyataannya hukuman bagi
para koruptor hanya harus tinggal di jeruji besi yang mempunyai fasilitas layaknya
"rumah sendiri". Hukuman seperti ini tidak akan membuat jera para koruptor, akan
muncul banyak pelaku yang akan korupsi.
      

2. Ruang Lingkup Penulisan

Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi ruang lingkup penulisan
yang akan dibahas yaitu persoalan korups menurut pandangan isalam.

3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat penulisan makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang Korupsi


b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku korupsi

BAB II

PERMASALAHAN

1.1 Pengertian korupsi


Perbuatan seorang pejabat atau seorang pemegang kepercayaan yang secara
bertentangan dengan hukum, secara keliru menggunakan kekuasaannya untuk
mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bertentangan
dengan tugas dan hak orang lain.

2.1 Pengertian pendidikan anti korupsi

Jadi pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman


dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal
di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta pendidikan nonformal di
masyarakat.

3.1 Motif dan alasan korupsi

Ketika perilaku konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih bertujuan
pada materi, maka hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya permainan uang dan
merupakan penyebab korupsi. Korupsi tidak akan pernah putus terjadi apabila tidak ada
perubahan dalam memandang kekayaan.Semakin banyak orang yang salah mengartikan
tentang kekayaan, maka akan semakin banyak pula orang yang melakukan korupsi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada dua faktor utama penyebab korupsi, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi seseorang. Hal
ini biasanya ditandari dengan adanya sifat manusia yang dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
a. Berdasarkan aspek perilaku individu

- Sifat tamak/rakus

Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang dengan apa
yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa kurang bersyukur. Orang yang
tamak memiliki hasrat untuk menambah harta serta kekayaannya dengan melakukan
tindakan yang merugikan orang lain seperti korupsi.

- Moral yang kurang kuat

Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan mudah tergoda melakukan
perbuatan korupsi. Salah satu penyebab korupsi ini merupakan tonggak bagi ketahanan
diri seseorang dalam kehidupannya. Bila seseorang memang sudah tidak memiliki moral
yang kuat, atau kurang konsisten bisa menyebabkan mudahnya pengaruh dari luar masuk
ke dalam dirinya.

- Gaya hidup yang konsumtif

Gaya hidup tentunya menjadi salah tu penyebab korupsi yang disebabkan oleh faktor
eksternal. Bila seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan pendapatannya lebih
kecil dari konsumsinya tersebut, maka hal ini akan menjadi penyebab korupsi. Tentunya
hal ini sangat erat kaitannya dengan pendapatan seseorang.

b. Berdasarkan aspek sosial

Berdasarkan aspek sosial bisa menyebabkan sesorang melakukan tindak korupsi. Hal ini
bisa terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga, walaupun sifat pribadi
seseorang tersebut tidak ingin melakukannya. Lingkungan dalam hal ini malah
memberikan dorongan untuk melakukan korupsi, bukannya memberikan hukuman.

Aspek Individu Pelaku

korupsi Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebabsebab dia melakukan korupsi
dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan,
niat, atau kesadarannya untuk melakukan. Sebab-sebab seseorang terdorong untuk
melakukan korupsi antara lain sebagai berikut:
a) Sifat Tamak Manusia Kemungkinan orang yang melakukan korupsi adalah orang yang
penghasilannya sudah cukup tinggi, bahkan sudah berlebih bila dibandingkan dengan
kebutuhan hidupnya. Dalam hal seperti ini, berapapun kekayaan dan penghasilan sudah
diperoleh oleh seseorang tersebut, apabila ada kesempatan untuk melakukan korupsi,
maka akan dilakukan juga.20
b) Moral Yang Kurang Kuat Menghadapi Godaan Seseorang yang moralnya tidak kuat
cenderung lebih mudah untuk terdorong berbuat korupsi karena adanya godaan. Godaan
terhadap seorang pegawai untuk melakukan korupsi berasal dari atasannya, teman 20
Ibid, h. 83 26 setingkat, bawahannya, atau dari pihak luar yang dilayani.21
c) Penghasilan Kurang Mencukupi Kebutuhan Hidup Yang Wajar Apabila ternyata
penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang wajar, maka mau tidak
mau harus mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha
untuk mencari tambahan penghasilan tersebut sudah merupakan bentuk korupsi, misalnya
korupsi waktu, korupsi pikiran, tenaga, dalam arti bahwa seharusnya pada jam kerja,
waktu, pikiran, dan tenaganya dicurahkan untuk keperluan dinas ternyata dipergunakan
untuk keperluan lain. 22
d) Kebutuhan Hidup Yang Mendesak Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan
keluarga, kebutuhan untuk membayar hutang, kebutuhan untuk membayar pengobatan
yang mahal, kebutuhan untuk membiayai sekolah anaknya, merupakan bentukbentuk
dorongan seseorang yang berpenghasilan kecil untuk berbuat korupsi.23 21 Ibid, h. 84 22
Ibid, h. 85 23 Ibid 27
e) Gaya Hidup Konsumtif Gaya hidup yang konsumtif di kota-kota besar, mendorong
seseorang untuk dapat memiliki mobil mewah, rumah mewah, pakaian yang mahal,
hiburan yang mahal, dan sebagainya. Gaya hidup yang konsumtif tersebut akan
menjadikan penghasilan yang sedikit semakin tidak mencukupi. Hal tersebut juga akan
mendorong seseorang untuk melakukan korupsi bilamana kesempatan untuk
melakukannya ada.24
f) Malas Atau Tidak Mau Bekerja Keras Kemungkinan lain, orang yang melakukan
korupsi adalah orang yang ingin segera mendapatkan sesuatu yang banyak, tetapi malas
untuk bekerja keras guna meningkatkan penghasilannya. 25
g) Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar Para pelaku korupsi secara
umum adalah orangorang yang beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang
dianutnya, yang melarang korupsi. Akan tetapi pada kenyataannya mereka juga
melakukan korupsi. Ini menunjukkan bahwa banyak ajaran-ajaran agama yang tidak
diterapkan secara benar oleh pemeluknya.26 24 Ibid, h. 86 25 Ibid 26 Ibid, h. 87 28 2.

Penyebab Korupsi
2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar diantaranya
bisa kamu lihat dari beberapa aspek:

- Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam masyarakat kondusif
untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari bahwa yang paling rugi atau
korban utama ketika adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat juga
kurang menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.

Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi
dan edukasi tentang kesadaran dalam menanggapi korupsi ini bagi masyarakat.

- Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal. Bedanya,
disini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan kepada sifat konsumtifnya.
Dengan pendapatan yang tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab korupsi dilakukan
seseorang.
- Aspek Politis

Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Biasanya dalam aspek politis ini bisa membentuk rantai
rantai penyebab korupsi yang tidak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.

- Aspek Organisasi Organisasi

dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem pengorganisasian
lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau dimana korupsi
terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinya korupsi. Diantara penyebabnya adalah:
a) Kurang Adanya Teladan Dari Pemimpin Dalam organisasi, pimpinannya baik yang
formal maupun yang tidak formal (sesepuhnya) akan menjadi panutan dari setiap anggota
atau orang yang berafiliasi pada organisasi tersebut. Apabila pimpinannya mencontohkan
gaya hidup yang bersih dengan tingkat kehidupan ekonomi yang wajar, maka anggota-
anggota organisasi tersebut akan cenderung untuk bergaya hidup yang sama.27
b) Tidak Adanya Kultur Organisasi Yang Benar Kultur atau budaya organisasi biasanya
akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat kepada anggotaanggota organisasi tersebut
terutama pada kebiasaannya, cara pandangnya, dan sikap dalam menghadapi suatu
keadaan. Kebiasaan tersebut akan menular ke anggota lain dan kemudian perbuatan
tersebut akan dianggap sebagai kultur di lingkungan yang bersangkutan. 27 Ibid, h. 88 29
Misalnya, di suatu bagian dari suatu organisasi akan dapat muncul budaya uang pelicin,
“amplop”, hadiah, dan lain-lain yang mengarah ke akibat yang tidak baik bagi
organisasi.28
c) Sistem Akuntabilitas di Instansi Pemerintah Kurang Memadai Pada organisasi dimana
setiap unit organisasinya mempunyai sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai yang
kemudian setiap penggunaan sumber dayanya selalu dikaitkan dengan sasaran yang harus
dicapai tersebut, maka setiap unsur kuantitas dan kualitas sumber daya yang tersedia akan
selalu dimonitor dengan baik. Pada instansi pemerintah, pada umumnya instansi belum
merumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan
dengan tepat tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai
misi tersebut. Demikian pula dalam memonitor prestasi kerja unit-unit organisasinya,
pada umumnya hanya melihat tingkat penggunaan sumber daya (input factor), tanpa
melihat tingkat pencapaian sasaran yang seharusnya dirumuskan dengan tepat dan
seharusnya dicapai (faktor out-put). Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit
dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai 28 Ibid 30 sasarannya
atau tidak. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk terjadi
korupsi.29
d) Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen Pada organisasi di mana pengendalian
manajemennya lemah akan lebih banyak pegawai yang melakukan korupsi dibandingkan
pada organisasi yang pengendalian manajemennya kuat. Seorang pegawai yang
mengetahui bahwa sistem pengendalian manajemen pada organisasi di mana dia bekerja
lemah, maka akan timbul kesempatan atau peluang baginya untuk melakukan korupsi.30
e) Manajemen Cenderung Menutupi Korupsi Di Dalam Organisasinya Pada umumnya
jajaran manajemen organisasi di mana terjadi korupsi enggan membantu mengungkapkan
korupsi tersebut walaupun korupsi tersebut sama sekali tidak melibatkan dirinya.
Kemungkinan keengganan tersebut timbul karena terungkapnya praktek korupsi di dalam
organisasinya. Akibatnya, jajaran manajemen cenderung untuk menutup-nutupi korupsi
yang ada, dan berusaha menyelesaikannya dengan cara-cara sendiri 29 Ibid, h. 89 30 Ibid,
h. 90 31 yang kemudian dapat menimbulkan praktek korupsi yang lain.31 3.

- Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi Berada

a) Nilai-Nilai Yang berlaku Di Masyarakat Ternyata Kondusif Untuk Terjadinya Korupsi


Korupsi mudah timbul karena nilai-nilai yang berlaku di masyarakat kondusif untuk
terjadinya hal itu. Misalnya, banyak anggota masyarakat yang dalam pergaulan sehari-
harinya ternyata dalam menghargai seseorang lebih didasarkan pada kekayaan yang
dimiliki orang yang bersangkutan.32
b) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Yang Paling Dirugikan Oleh Setiap Praktik
Korupsi Adalah Masyarakat Sendiri Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa
apabila terjadi perbuatan korupsi, maka pihak yang akan paling dirugikan adalah negara
atau pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa apabila negara atau pemerintah
yang dirugikan, maka secara pasti hal itu juga merugikan masyarakat sendiri.33
c) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Masyarakat Sendiri Terlibat Dalam Setiap
Praktik Korupsi 31 Ibid, h. 92 32 Ibid, h. 92 33 Ibid, h. 93 32 Pada umumnya masyarakat
beranggapan bahwa apabila terjadi perbuatan korupsi, yang terlibat dan yang harus
bertanggung jawab adalah aparat pemerintahnya. Masyarakat kurang menyadari bahwa
pada hampir setiap perbuatan korupsi, yang terlibat dan mendapatkan keuntungan adalah
termasuk anggota masyarakat tertentu. Jadi tidak hanya aparat pemerintah saja.34
d) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Hanya
Akan Berhasil Kalau Masyarakat Ikut Aktif Melakukannya Pada umumnya masyarakat
beranggapan bahwa pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pemberantasan
korupsi adalah pemerintah. Pandangan seperti itu adalah keliru, dan ini terbukti bahwa
selama ini pemberantasan korupsi masih belum berhasil karena upaya pemberantasan
korupsi tersebut masih lebih banyak mengandalkan pemerintah.35 Masyarakat secara
nasional mempunyai berbagai potensi dan kemampuan diberbagai bidang, yang apabila
dipergunakan secara terencana dan terkoordinasi maka akan lebih memberikan hasil pada
upaya pemberantasan korupsi. Sebagai contoh, peranserta secara aktif dari kalangan
pemuka agama memiliki 34 Ibid, h. 94 35 Ibid, h. 96 33 kemungkinan yang lebih besar
untuk berhasil mengurangi ketamakan manusia.

Demikian peran-serta secara aktif dari para pendidik.36 Alatas menjelaskan beberapa hal
yang menjadi penyebab korupsi, antara lain, yaitu:
a) Lemahnya/ tidak adanya kepemimpinan yang berpengaruh dalam “menjinakkan”
korupsi
b) Kurangnya pendidikan agama dan etika
c) Konsumerisme dan globalisasi
d) Kurangnya pendidikan
e) Kemiskinan
f) Tidak adanya tindak hukuman yang keras
g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi
h) Struktur pemerintahan i) Perubahan radikal/ transisi demokrasi Sementara,
berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh bagian Litbang Harian Kompas
menunjukkan bahwa penyebab perilaku korupsi,
yaitu:
a) Didorong oleh motif-motif ekonomi, yakni ingin memiliki banyak uang dengan cara
cepat meski memiliki etos kerja yang rendah.
b) Rendahnya moral
c) Penegakan hukum yang lemah.37

4.1 Jenis-jenis korupsi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi,


masyarakat dan agama
Jenis-jenis Korupsi

Menurut Alatas (1987) dari segi tipologi, membagi korupsi ke dalam tujuh jenis yang
berlainan, yaitu:38
1. Korupsi transaktif (transactive corruption), menunjuk kepada adanya kesepakatan
timbal balik antara pemberi dan penerima, demi keuntungan kedua belah pihak.
2. Korupsi yang memeras (extortive corruption), menunjuk adanya pemaksaan kepada
pihak pemberi untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam
dirinya, kepentingannya atau hal-hal yang dihargainya.
3. Korupsi investif (investive corruption), adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada
pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan
akan diperoleh dimasa yang akan datang.
4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption), adalah penunjukan yang tidak sah
terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau
tindakan yang memberikan perlakuan istimewa secara bertentangan dengan norma dan
peraturan yang berlaku.
5. Korupsi defensive (defensive corruption), adalah korban korupsi dengan pemerasan.
Korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri. 37 Nadiatus Salama, op.cit., h.
19-20 38 Muhammad Shoim, op.cit., h. 17 35
6. Korupsi otogenik (autogenic corruption), adalah korupsi yang dilakukan oleh
seseorang seorang diri.
7. Korupsi dukungan (supportive corruption), adalah korupsi yang dilakukan untuk
memperkuat korupsi yang sudah ada.

Korupsi dilihat dari proses terjadinya perilaku korupsi dapat dibedakan dalam tiga
bentuk:39
1. Graft, yaitu korupsi yang bersifat internal. Korupsi ini terjadi karena mereka
mempunyai kedudukan dan jabatan di kantor tersebut. Dengan wewenangnya para
bawahan tidak dapat menolak permintaan atasannya.
2. Bribery (penyogokan, penyuapan), yaitu tindakan korupsi yang melibatkan orang lain
di luar dirinya (instansinya). Tindakan ini dilakukan dengan maksud agar dapat
mempengaruhi objektivitas dalam membuat keputusan atau membuat keputusan yang
dibuat akan menguntungkan pemberi, penyuap atau penyogok.
3. Nepotism, yaitu tindakan korupsi berupa kecenderungan pengambilan keputusan yang
tidak berdasar pada pertimbangan objektif, rasional, tapi didasarkan atas pertimbangan
“nepotis” dan “kekerabatan”.

Sedangkan korupsi bila dilihat dari sifat korupsinya dibedakan menjadi dua yaitu: 39
Ibid, h. 18-19 36
a. Korupsi individualis, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu atau
beberapa orang dalam suatu organisasi dan berkembang suatu mekanisme muncul, hilang
dan jika ketahuan pelaku korupsi akan terkena hukuman yang bisa disudutkan, dijauhi,
dicela, dan bahkan diakhiri nasib karirnya.
b. Korupsi sistemik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh sebagian besar (kebanyakan)
orang dalam suatu organisasi (melibatkan banyak orang).40

-Dampak Korupsi Terhadap ekonomi

Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara. Korupsi


mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, menurunnya investasi,
meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya ketimpangan pendapatan. Bahkan korupsi
juga dapat menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat negara.

-Dampak Korupsi Terhadap Masyarakat

1.Mengganggu Stabilitas Umum

Stabilitas umum dapat terganggu karena dampak korupsi. Dapat kita jumpai bahwa
sekelompok massa melakukan demonstrasi agar pelaku tindak pidana korupsi dihukum
dengan hukuman yang paling berat. Disini stabilitas umum sudah dapat dikatakan
terganggu.

2. Mencoreng Nama Baik Pelaku Tindak Pidana Korupsi

Tercorengnya nama baik tindak pidana pelaku korupsi adalah hal yang utama terjadi pada
dampak korupsi di masyarakat.

Contoh dalam kasus ini adalah pada tahun 2009, pada saat pilkada calon kepala daerah
Provinsi X memberikan janji-janji yang meyakinkan masyarakat daerah tersebut
mencoblos dirinya di pemilu mendatang. Masyarakat yakin untuk memilih calon
pemimpin tersebut karena sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Dan akhirnya calon tersebut terpilih dan menjadi gubernur Provinsi X. pada suatu ketika,
pemimpin tersebut melakukan korupsi dan tertangkap oleh KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi). Lalu yang terjadi adalah peristiwa tersebut membuat gubernur provinsi tersebut
tercoreng nama baiknya dan mendapatkan hukuman yang setimpal.

3.Kemiskinan Bertamba
Korupsi dapat menyebabkan berbagai jenis kemiskinan di masyarakat. Korupsi memicu
terjadinya inflasi, kenaikan harga barang, dan penurunan kualitas barang dan jasa. Ketiga
indikator tersebut menjadi faktor pendorong kemiskinan yang terjadi di masyarakat
Indonesia.

4.Terbatasnya Akses

Terbatasnya akses yang dimaksud dalam hal ini adalah dampak korupsi bagi masyarakat
adalah membatasi akses pelaku tindak pidana korupsi.

Selain tersangka kasus tindak pidana korupsi mendapatkan pencorengan nama baik,
pelaku oknum tindak pidana korupsi juga mendapatkan terbatasnya akses seperti tidak
dapat mencalonkan sebagai pemimpin lagi, ditolak oleh masyarakat, dan lain sebagainya.

5.Banyaknya Penyakit yang Sulit Tertangani

Penyakit menjadi salah satu masalah sosial yang kerapkali ditemukan dalam ciri negara
berkembang, termasuk Indonesia.

Jika korupsi dalam bidang kesehatan di biarakan tentusaja hal ini mengakibatnya sulitnya
permasalahan terhadap penyekit teratasi, dalam konteksnya untuk sekarang ini ialah
permasalahan Virus Covid 19 yang sangat sulit ditengai pemerintah, karena beberapa
alokasi dana untuk tenaga kesehatan kurang di maksimalkan.

6.Fasiltas yang Dibedakan

Permasalahan lainnya akibat dari adanya korupsi dalam bidang kesehatan adalah terkait
fasilitas pemerintahan yang tidak menyamaratakan, semua itu terjadi karena sesuai
keinginan kemampuan seseorang dalam membayar. Misalnya saja penanganan terhadap
si miskin pasti akan berbeda dengan orang yang lebih kaya.

-Dampak korupsi Terhadap Agama

Kita sebagai umat beragama haruslah menghindari perilaku korupsi terutama umat
yang beragama islam sudah bayak dalil dalil baik itu dari al qur’an maupun dari hadits
yang menerangkan tentang keharaman korupsi. Sebagai umat muslim yang mengaku
tunduk dan patuh terhadap hukum hukum allah dan rosulullah maka spatutunya kita
membenci tindakan perilaku korupsi yang dimana telah banyak meracuni otak kaum
muslimin sehinnga mereka tidak lagi mempercayai kepada apa yang telah ditetapkan ada
didalam islam.
Yang pada akhinya mereka menempuh jalan yang salah untuk memutarbalikkan
kebenaran, merubah yang keputusan yang bathil menjadi haq. Tidak hanya itu, laknat
rosulullah seharusnya menjadi pertimbangan bagi orang orang yang akan membudayakan
praktek perilaku tindakan korupsi.

BAB III

SOLUSI
1.2 SOLUSI
Pertama, sistem penggajian yang layak. Para birokrat tetaplah manusia biasa yang
mempunyai kebutuhan hidup serta kewajiban untuk mencukupi nafkah
keluarga. Maka, agar bisa bekerja dengan tenang dan tidak mudah tergoda berbuat
curang, kepada mereka harus diberikan gaji dan tunjangan hidup lain yang
layak. Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan hidup aparat pemerintah, Rasul dalam
hadis riwayat Abu Dawud berkata, «Barang siapa yang diserahi pekerjaan dalam keadaan
tidak mempunyai rumah, akan disediakan rumah, jika belum beristri hendaknya
menikah, jika tidak mempunyai pembantu hendaknya ia mengambil pelayan, jika tidak
mempunyai hewan tunggangan hendaknya diberi. »
Hadiah dan suap yang diberikan seseorang kepada aparat pemerintah pasti
mengandung maksud tertentu, karena buat apa memberi sesuatu bila tanpa maksud di
belakangnya, yakni bagaimana agar aparat itu bertindak menguntungkan pemberi
hadiah. Tawaran ini ditolak keras oleh Abdullah bin Rawahah, «Suap yang kalian
tawarkan adalah haram, dan kaum muslimin tidak memakannya». Tentang hadiah kepada
aparat pemerintah, Rasul berkata, «Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah
suht dan suap yang diterima hakim adalah kufur.» . Di bidang peradilan, hukum pun
ditegakkan secara tidak adil atau cenderung memenangkan pihak yang mampu
memberikan hadiah atau suap.
Orang yang melakukan korupsi, tentu jumlah kekayaannya akan bertambah
dengan cepat. Meski tidak selalu orang yang cepat kaya pasti karena telah melakukan
korupsi. Bisa saja ia mendapatkan semua kekayaannya itu dari warisan, keberhasilan
bisnis, atau cara lain yang halal. Tapi perhitungan kekayaan dan pembuktian terbalik
sebagaimana telah dilakukan oleh khalifah ‘Umar bin Khaththab menjadi cara yang
bagus untuk mencegah korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

https://theinsidemag.com/

https://akuratnews.com/

https://www.kompasiana.com/

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/

https://dosensosiologi.com/

https://aclc.kpk.go.id/
http://eprints.ums.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai